Anda di halaman 1dari 28

2015

ALL ABOUT OUR EYES


Psikologi Faal
Di susun untuk memenuhi tugas akhir kelompok dari mata kuliah psikologi faal
di Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus tahun akademik 2015/2016

Oleh:

Moh. Ibroisim Halim

Muh. Luluk Cahyantoro

Choirul Alfa nor rohman

Amar Agung Pambudi

Cahya Damar Aji


BAB I
PENDAHULUAN

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau
gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata
adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Sebagian besar
mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang
membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea
transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah
untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang
terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.
Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls syaraf. Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya
ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina
mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya.
Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina,
cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan
merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI MATA

Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan
hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Gambar 2.1 menunjukan bagian-
bagian yang termasuk ke dalam bola mata, bagian-bagian tersebut memiliki fungsi berbeda,
secara rinci diuraikan sebagai berikut :
1. Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola
mata
2. Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
a. muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas
b. muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
3. Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya
4. Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor
5. Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
6. Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
7. Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
8. Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
9. Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
10. Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica vasculosa,
dan tunica nervosa.

1. Tunica Vibrosa
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera
berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea, yaitu lapisan yang
berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian memfokuskannya.
Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah
dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis schlemm
yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor bola mata.

2. Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang terdiri
dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan
pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Coba
Anda perhatikan mata orang Indonesia dengan orang-orang dari Negara barat! Apakah
perbedaannya? Tentunya pada warna. Orang Indonesia biasanya bermata hitam atau coklat,
adapun orang barat biasanya berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya
perbedaan ini karena di tempat ini memiliki pigmen warna.

Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea tengah.
Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Coba Anda masuk ke
dalam suatu kamar yang gelap gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan melebarkan
mata agar cahaya yang masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi, demikian
sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka Anda akan berusaha
untuk menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya yang masuk yang disebut
dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang dapat
mengatur jumlah cahaya yang masuk.

Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut Musculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk
memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak
yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus
menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan
pada benda-benda tersebut

Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang
masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat
memperkokoh kedudukan bola mata
3. Tunica Nervosa
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian belakang
koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun tipis,
hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel
yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel
merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel
konus (kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka
pada sedikit cahaya.
1. SEL BATANG tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya
sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung
suatu pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan pun
dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk penglihatan pada cahaya
remang-remang.
2. SEL KERUCUT atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin
yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap
cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala
warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel
kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang.
Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke neuron
bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel syaraf yaitu syaraf
otak ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini disebut
dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel
kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
disebut dengan bintik buta.

2.2 FISIOLOGI DAN DAYA AKOMODASI PADA MATA


Mata, organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi, dengan bantuan dari
organ aksesori. Organ aksesori ini mengandung kelopak mata dan apparus lakrimal, yang
mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata.
Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk
membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke
mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh
darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata.
Kornea adalah transparan, berbentuk kubah jendela yang menutupi bagian depan dari mata.
Itu sangat kuat membelokkan permukaan, menyediakan 2/3 kekuatan focus mata. Seperti
kristal pada arloji yang memberikan kita jendela yang jelas untuk melihat. Karena tidak ada
aliran darah dalam kornea, itu jelas normal dan mempunyai permukaan yang berkilau.
Kornea sangat sensitif – terdapat banyak ujung saraf dalam kornea dibandingkan dimanapun
selain di badan. Kornea orang dewasa tebalnya hanya ½ millimeter dan terdiri atas lima
lapisan : epithelium, selaput bowman, stroma, selaput descement dan endothelium.

Epithelium adalah lapisan sel yang melindungi permukaan kornea. Hanya sekitar 5-6 lapisan
sel tebal dan terjadi regenerasi dengan cepat ketika kornea mengalami cedera. Selaput
bowman berada dibawah epithelium karena lapisan ini sangat liat dan susah untuk melakukan
penetrasi, selaput bowman melindungi kornea dari cedera. Stroma merupakan lapisan paling
tebal dan berada dibawah selaput bowman. Terdiri dari sedikit serat kolagen yang mengalir
paralel satu sama lain. Bentuk khusus ini dari serat kolagen memberikan kornea kejelasan.
Selaput descement berada diantara stroma dan endothelium hanya berada dibawah descement
dan hanya satu lapisan sel yang tebal. Lapisan ini memompa air dari kornea dan menjaganya
tetap bersih. Jika terjadi kerusakan atau penyakit, sel ini tidak akan melakukan regenerasi.

Lensa kristalina adalah suatu struktur tembus pandang yang difiksasi ligamentum sirkular
lensa (zonula zinii). Zonula melekat dibagian anterior koroid yang menebal yang disebut
korpus siliaris. Korpus siliaris mengandung serat-serat otot melingkar dan longitudinal yang
melekat dekat dengan batas korneosklera. Di depan lensa terdapat iris yang berpigmen dan
tidak tembus pandang, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serat-serat otot
sirkular yang menciutkan dan serat-serat radial yang melebarkan pupil. Perubahan garis
tengah pupil dapat mengakibatkan perubahan sampai lima kali lipat dari jumlah cahaya yang
mencapai retina. Ruang antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh zat gelatinosa jernih
yang disebut korpus vitreous. Aqueous humor, suatu cairan jernih yang memberi makan
kornea dan lensa, dihasilkan dikorpus siliaris melalui proses difusi dan transport aktif dari
plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil untuk mengisi kamera okuli anterior (ruang
anterior mata). Dalam keadaan normal, cairan ini diserap kembali melalui jaringan trabekula
masuk ke dalam kanalis Schlemm, suatu saluran antara iris dan kornea.

Lapangan penglihatan, ketika kedua mata menatap sebuah objek, gambar difokuskan
bersersesuaian dengan bagian tiap retina. Lapangan kiri penglihatan , di sini adalah biru,
difokuskan pada sebelah kanan tiap retina; tetapi pesan yang berupa gambar difokuskan pada
bagian yang berbeda dari tiap retina relatif ke hidung. Lapangan penglihatan sebelah kiri
difokuskan pada retina kiri pada sisi yang paling dekat dengan hidung – bagian nasal, tetapi
difokuskan pada retina kanan pada sisi terjauh dari hidung – bagian temporal.

Mengagabungkan “lapangan penglihatan” kedalam penuh dengan arti yang melibatkan proses
pindah silang pada optik chiasma.. serabut optik dari bagian nasal dari pindah silang tiap
retina dan mengikuti serabut dari bagian tiap retina pada sisi berlawanan. Gabungan serabut
dari bidang optik. Begitu bidang optik kiri mengandung impuls gambar dari lapangan
penglihatan kanan dan bidang optik kanan mengandung ini dari lapangan penglihatan. Sinaps
pada kiri/kanan thalamus, serabut dilanjutkan sebagai radiasi optik ke akhir dari korteks
kanan dan kiri lobus occipitalis. Lokasi luka pada bagian penglihatan menentukan hasil cacat
penglihatan. Sebagai contoh, destruksi saraf penglihatan menghasilkan kebutaan pada kedua
mata. Kehilangan seluruh radiasi optik kanan, contohnya bisa terjadi pada stroke, penglihatan
terhalang dari lapangan penglihatan kiri dan vice versa.

Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan mata dalam
orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan VI
(abducens).

Otot Menghasilkan gerakan Saraf cranial


1. Rektus superior Ke atas Okulomotor (III)
2. Rektus inferior Ke bawah Okulomotor (III)
3. Rektus medialis Ke dalam arah hidung Okulomotor (III)
4. Rektus lateralis Jauh dari hidung Abducens (VI)
5. Oblique superior Ke bawah dan masuk Trochlear (IV)
6. Oblique inferior Ke atas dan keluar Okulomotor (III)

Gangguan pergerakan mata dapat mnyebabkan gambar gagal difokuskan pada bagian
bersesuaian dari retina, ini menghasilkan penglihatan ganda (diplopia). Atau sama dalam
kasus paralysis satu mata tidak dapat menetapkan semua object, dihasilkan dalam monocular,
dari pada binocular, penglihatan.
Ketika cahaya bersinar pada satu mata, kedua pupil berkontriksi , konstriksi ini adalah refleks
cahaya pupil. optik atau saraf kranial II terdiri dari 80% visual dan serabut pupil afferent.
Cahaya impuls ke dalam mata menyebabkan retina menyebarkan impuls ke saraf optik,
bidang optik, otak tengah, dan korteks visual dari lobus occipitalis. Ini adalah otot afferent
dari refleks cahaya. Di otak tengah, serabut pupil menyebarkan dan disebarkan dengan
serabut silang ke depan nucleus Edinger –whestpaldari okulomotor, atau saraf kranial III.
Beberapa serabut tinggal pada sisi yang sama. Saraf kranial ketiga adalah otot efferent, yang
mana berangkat melalui badan ciliary ke otot sphincts dari iris yang menyebabkannya
berkontraksi. Efek langsungnya adalah konstriksi dari pupil mata bagian atas yang mana
cahaya bersinar. Refleks dekat terjadi ketika pelaku melihat jarak dekat. Ada tiga bagian dari
refleks dekat yakni akomodasi, menyebarkan, dan konstriksi pupil. akomodasi didefenisikan
sebagai fokus dekat dari mata yang mana diakibatkan oleh peningkatan kekuatan lensa oleh
kontraksi dari otot ciliary, di inerfasi oleh saraf kranial III.

Reseptor, setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar, segmen dalam yang
mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silia dan
merupakan tumpukan teratur sakulus atau lempeng dari membrane. Sakulus dan membrane
ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya dan mampu
membangkitkan potensial aksi di jaras penglihatan . segmen luar sel batang selalu
diperbaharui oleh pembentukan lempeng-lempeng baru ditepbagian dalam segmen dsan
proses fagositosis lempeng tua serta dari ujung luar oleh sel-sel eptel berpigmen.

Fotoreseptor terdiri atas dua jenis sel, yaitu koni (kerucut) dan basillli (batang). Sel basilli
yang lebih banyak, berfungsi untuk melihat dalam cahaya remang-remang, tidak untuk
melihat warna. Koni berfungsi untuk melihat cahaya terang dan warna. Lateral terhadap
bintik buta terdapat daerah lonjong disebut macula lutea, demgam cekungan kecil dipusatnya
yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis hanya mengandung koni; macula mengandung
kebanyakan koni, yang makin berkurang kea rah perifer. Retina perifer hanya mengandung
basilli. Agar melihat jelas, berkas cahaya harus jatuh tepat pada fovea sentralis, yang
besarnya hanya seujubg jarum pentul.

Semua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina disebut
media refraksi, yaitu kornea, lensa dan korpus vitreous. Mata normal akan membiaskan
cahaya yang memasuki mata sedemikian rupa sehingga bayangannya tepat jatuh tepat di
retina, di fovea sentralis.

Mekanisme pembentukan bayangan. Mata mengubah energi dalam spekturm yang dapat
dilihat menjadi potensial aksi di nervus optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat
dilihat berkisar dari 397 nm sampai 723 nm. Bayangan benda di sekitar difokuskan di retina.
Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan
batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebrum, untuk dapat
menimbulkan kesan penglihatan.

Daya akomodasi , biula m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar paralel yang jatuh
dimata yang optiknya normal (emetropia) akan difokuskan ke retina. Selama relaksasi ini
dipertahankan, maka berkas sinar dari benda yang kurang dari 6 m akan difokuskan di
belakang retina dan akibatnya benda tersebut akan nampak kabur. proses meningkatnya
kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada keadaan istirahat, ketegangan lensa
dipertahankan oleh tarikan ligamentum lensa. Karena bahan lensa mudah dibentuk dan
kelenturan kapsul lensa cukup tinggi, lensa dapat ditarik menjadi gepeng. Bila pandangan
diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini mengurangi jarak
antara tepi-tepi korpus siliaris dan melemaskan ligamentum lensa, sehingga lensa membentuk
mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Pada orang berusia muda bentuk ini dapat
meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri.

Selain akomodasi, terjadi konvergensi sumbu penglihatan dan konstriksi pupil bila seseorang
melihat benda yang dekat. Respon 3 bagian ini : akomodasi, konvergensi, sumbu penglihatan,
dan kontriksi pupil disebut respon melihat dekat.
Gangguan umum pada mekanisme pembentukan bayangan, pada beberapa orang, bola mata
berukuran lebih pendek daripada normal dan sinar yang sejajar difokuskan dibelakang retina.
Kelainan ini disebut hiperopia atau penglihatan jauh. Akomodasi yang terus menerus, bahkan
sewaktu melihat benda jauh dapat sedikit mengkompensasi kelainan, tetapi kerja otot yang
terus menerus akan melelahkan dan dapat menimbulkan nyeri kepala dan penglihatan kabur.
Konvergensi sumbu penglihatan yang terus menerus yang disertai akomodasi akhirnya dapat
menimbulkan juling (strabismus), kelainan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan
kacamata dengan lensa konveks, yang membantu daya bias mata dalam memperpendek jarak
fokus.
Pada miopia (penglihatan dekat), garis tengah antero posterior bola mata terlalu panjang.
Miopia bersifat genetik. Pada orang berusia muda aktivitas pekerjaan yang berkaitan dengan
benda-benda dekat, misalnya belajar dapat mempercepat timbulnya miopia. Kelainan ini
dapat diatasi dengan kacamata lensa bikonkaf, yang membuat berkas cahaya sejajar sedikit
berdivergensi sebelum masuk ke mata. Astigmatisme adalah keadaan yang sering dijumpai
dengan kelengkungan kornea tidak merata. Bila kelengkungan disatu meridian berbeda
dengan kelengkungan dimeridian lain, berkas cahaya di meridian tersebut akan dibiaskan ke
fokus yang berbeda.yang kurang dari 6 meter akan difokuskan di belakang retina dan
akibatnya benda tersebut tampak kabur.

2.3 PENYAKIT DAN KELAINAN PADA MATA SERTA CERA PENANGANANNYA


Penyakit mata sangat beragam dan tidak semuanya dapat menular. Jika penyakit mata disebabkan
virus atau bakteri maka bisa menular, sedangkan jika penyebabnya alergi tidak akan menular. Cara
penanganan dan pencegahan macam-macam penyakit mata ini pun berbeda, tergantung
penyebabnya. Berikut ini beragam penyakit mata yang perlu Anda ketahui : agar tidak terjadi
glaukoma karena kepekaan syaraf pada otot konjungtiva pada mata
A.Miopi
Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh. Biasanya terjadi pada
pelajar.dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung. Hipermetropi Hipermetropi yaitu
seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat dari mata. Dapat dibantu dengan
kacamata berlensa cembung.
B.Presbiopi
Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat maupun berjarak
jauh.Dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. Kerabunan dan
kebutaan Buta berarti seseorang tidak dapat melihat benda apapun sama sekali. Buta bisa saja
diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti seseorang hanya dapat melihat dengan
samar-samar. Orang-orang yang buta maupun rabun biasanya "membaca" dengan jari-jarinya. Ini
disebut huruf Braille.
C.Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat membedakan warna.
Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna biasanya merupakan
penyakit turunan. Artinya jika seseorang buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna. Katarak
Katarak adalah suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram karena penebalan Lensa
Mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia). Astigmatis = ketidakaturan lengkung - lengkung
permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina(bintik kuning). Dapat
dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif.
D.Rabun senja
Rabun senja adalah penyakit mata yang disebabkan karena mata kekurangan vitamin A. Penderita
biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja.
Konjungtivitis (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di bagian selaput yang
melapisi mata. Gejalanya mata memerah, berarir, terasa nyeri, gatal, penglihatan kabur, dan keluar
kotoran. Penyakit ini mudah menular dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Beberapa faktor menjadi
penyebabnya, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi (debu, serbuk, angin, bulu atau asap),
pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu panjang dan kurang bersih. Bayi pun bisa mengalami
sakit mata, hanya penyebabnya berbeda yaitu karena infeksi ketika melewati jalan lahir. Pada bayi,
penyakit ini disebut konjungtivitis gonokokal dan umumnya mata bayi baru lahir akan ditetesi obat
mata atau salep antibiotika untuk mematikan bakteri penyebabnya. Jika Anda atau keluarga
mengalami penyakit ini, lakukan penanganannya dengan cara berikut: Kompres mata dengan air
hangat Gunakan obat tetes mata atau salep antibiotika seseui resep dokter. Bersihkan tangan
sebelum mengoleskan salep agar iritasi tidak tambah parah. Cegah penularan penyakit ke orang lain
dengan memisahkan alat-alat yang digunakan oleh Anda dan orang-orang.
E.Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang berkembang biak di
lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular. Penyakit ini sering menyerang anak-
anak, khususnya di negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan kotoran,
pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea terlihat keruh.
Penanganan :
Jauhkan alat/benda yang sudah dipakai penderita dari orang lain. Salep antibiotika mengandung
tetracycline dan erthromycin biasanya akan diberikan selama satu bulan atau lebih. Jika tidak segera
ditangani dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada kornea sehingga menyebabkan
bulu mata melipat ke dalam lalu terjadi gangguan penglihatan. Pembedahan mungkin perlu
dilakukan jika terjadi kelainan bentuk pada kelopak mata atau kornea.
F.Keratokonjungtivitas Vernalis (KV)
Penyakit iritasi/peradangan pada bagian kornea (selaput bening) akibat alergi sehingga
menimbulkan rasa sakit. Memiliki gejala mata merah, berair, kelopak mata bengkak, gatal, dan
adanya kotoran mata. KV merupakan peradangan yang berulang atau musimam dan penderitanya
cenderung kambuh, khususnya di musim panas. Kadang ada penderita KV yang mengalami
kerusakan pada sebagian kecil kornea sehingga menyebabkan nyeri yang akut. Penanganannya
dengan cara berikut : Jangan menyentuh atau menggosok mata karena bisa menyebabkan iritasi.
Kompres mata dengan air hangat. Dokter biasanya akan memberikan obat tetes mata.
G.Endoftalmitis
Infeksi pada lapisan mata bagian dalam sehingga bola mata bernanah. Gejalanya mata merah,
terasa nyeri bahkan sampai mengalami gangguan penglihatan. Infeksi ini cukup berat sehingga harus
segera ditangani karena bisa menimbulkan kebutaan. Penyebab biasanya karena mata tertusuk
sesuatu.
Penanganan:
Obat antibiotika biasanya akan diberikan oleh dokter mata Dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan nanah yang ada di bola mata.
H.Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata. Gejalanya mata merah, nyeri,
kelopak mata bengkak, bola mata menonjol dan bengkak, serta demam. Pada anak-anak, SO sering
terjadi akibat cedera mata, infeksi sinus atau infeksi berasal dari gigi. Dokter biasanya akan
melakukan rontgen gigi dan mulut atau CT Scan sinus untuk memastikan penyebabnya. Jika tidak
segera mendapatkan penanganan, penyakit bisa berakibat fatal, seperti buta, infeksi otak atau
pembekuan darah di otak. Berikut penanganan yang bisa Anda lakukan : Jika kasus tergolong ringan,
dapat diberikan antibiotika secara oral. Pada kasus berat akan diberikan antibiotika melalui
pembuluh darah atau melakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah atau mengeringkan sinus
yang terinfeksi.
I.Blefaritis
Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak berlebihan dan berasal dari
lapisan mata. Memiliki gejala berupa mata merah, panas, nyeri, gatal, berarti, terdapat luka di
bagian kelopak mata dan membengkak, bahkan rontoknya bulu mata. Blefaritis terbagi dua jenis,
yaitu blefaritis anterior (peradangan mata bagian luap depan yaitu di melekatnya bulu mata,
disebabkan bakteri stafilokukus). Dan blefaritis posterior (peradangan di kelopak mata bagian dalam,
bagian kelopak mata dan bersentuhan dengan mata, disebabkan adanya kelainan pada kelenjar
minyak).
Penanganan:
Rajin membersihkan sekitar kelopak mata untuk menghilangkan kelebihan minyak dengan
menggunakan pembersih khusus. Salep antibiotika untuk membunuh bakteri.
J.Dakrosistitis
Penyakit mata yang disebabkan penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan
air mata ke hidung). Penyumbatan disebabkan alergi sehingga menyebabkan infeksi di sekitar
kantung air mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bisa mengeluarkan nanah
dan mengalami demam.
Penanganan:
Pemberian antiobiotika oral atau melalui pembuluh darah. Pengompresan dengan air hangat di
sekitar kantung air mata. Pembedahan perlu dilakukan jika terjadi kantung nanah.
K.Ulkus Kornea (UK)
Infeksi pada kornea bagian luar dan biasanya terjadi akibat jamur, virus, protozoa, atau beberapa
jenis bakteri seperti stafilokokus, pseudomonas atau pneumokukus. Awalnya bisa karena kelilipan
atau tertusuk benda asing. Penyakit ini bisa terjadi di seluruh permukaan kornea sampai bagian
dalam dan belakang kornea. Ketika penyakit ini memburuk dapat menyebabkan komplikasi infeksi di
bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (terjadi lubang), kelainan letak iris (Selaput
pelangi) dan kerusakan mata. Memiliki gejala mata merah, gatal, berair, nyeri, muncul kotoran mata,
peka pada cahaya, terdapat bintik nanah warna kuning keputihan pada bagian kornea, dan gangguan
penglihatan.
Penanganan:
Perlu melakukan pemeriksaan seperti tes refraksi, tes air mata, pengukuran kornea,dan tes respons
refleks pupil. UK tingkat ringan dapat ditangani dengan tetes mata mengandung antibiotika,
antivirus atau antijamur. Jika berat mungkin memerlukan pembedahan untuk pencangkokan kornea.
L.Degenerasi Makula
Pada orang yang berusia di atas 65 tahun, kebutaan permanen mungkin saja terjadi. Penyebabnya
adalah degenerasi makula yang dapat mengganggu penglihatan fungsional Anda.
Makula adalah bagian dari retina yang berfungsi untuk mengatur fokus pandangan. Selain usia,
degenerasi makula bisa disebabkan diabetes, merokok, obesitas, dan hipertensi.
Penanganan
Degenerasi makula dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang mengandung lutein dan
zeaxanthin. Misalnya, daun pepaya, bayam, kol Brussels, kuning telur, jagung, avokad, kacang
pistachio, goji berries, paprika oranye, kiwi, anggur, jus jeruk, dan zucchini. Degenerasi makula juga
bisa dihambat dengan memperbanyak konsumsi minyak ikan Omega-3.[2]

2.4 PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA


1. ANAMNESA
Perlu dilakukan pernyataan pada pasien yang meliputi :
1. Keluhan Utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungnan dengan penyakit sekarang
4. Riwayat pemakaian obat2an
5. Riwayat penyakit keluarga

Secara garis besar keluhan mata terbagi menjadi 3 kategori, yaitu :


1) Kelainan penglihatan
a. Penurunan tajam penglihatan
b. Aberasi penglihatan
 bayangan hallo, pada glukoma gjl prodromal
 kilatan cahaya, gangguan badan kaca dan glukoma
 flater
 Diplopia = double, (gangguan otot gerak mata atau perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu
besar), baik monokuler atau binokuler
2) Kelainan penampilan mata
Mata merah, perubahan lokal dari mata seperti ptosis, bola mata menonjol, pertumbuhan
tidak normal.
3) Kelaianan sensasi mata (nyeri, gatal, panas, berair, mengganjal)
 Sakit
 Mata lelah
 Iritasi mata

2. MENGINSPEKSI MATA
Setelah melakukan uji penglihatan, lakukan teknik pengkajian berikut. Inspeksi kelopak
mata, bulu mata, bola mata, dan apartus lakrimal. Inspeksi juga konjungitva, sklera, kornea,
ruang anterior, iris dan pupil. Gunakan oftalmoskop untuk mengkaji humor vitreous dan
retina.
Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal
 Kelopak mata harus konsisten dengan corak klien, dengan tanpa oedema atau lesi. Lipatan
palpebra harus simetris dengan tidak ada kelambatan kelopak
 Bulu mata harus terdistribusi rata di sepanjang kelopak
 Bola mata harus cerah dan jernih
 Apartus lakrimal harus tidak mengalami inflamasi, pembengkakan atau air mata yang
berlebihan
Inspeksi konjungitva
 Periksa konjungtiva palpebra hanya jika anda mencurigai adanya benda asing atau jika klien
mengeluh nyeri kelopak mata. Untuk memeriksa bagian dari konjungtiva ini, minta klien
untuk melihat ke bawah sementara anda menarik dengan perlahan bulu mata tengah ke depan
dan ke atas dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
 Sambil memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk membalikkan
kelopak mata keluar. Teknik ini membutuhkan keterampilan untuk mencegah klien merasa
tidak nyaman. Tahan bulu mata ke arah alis dan periksa konjungtiva, yang seharusnya
berwarna merah muda dan bebas dari pembengkakan.
 Untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normalnya, lepaskan bulu mata dan minta
klien untuk melihat ke atas. Jika hal ini tidak membalikan kelopak mata, pegang bulu mata
dan tarik dengan perlhan ke arah depan.
 Untuk menginspeksi konjungtiva bulbar, buka kelopak mata dengan perlahang dengan ibu
jari atau jari telunjuk anda. Minta klien untuk melihat ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke
kanan, sementara anda memeriksa keseluruhan kelopak mata bagian bawah.
Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris
 Untuk menginspeksi kornea dan ruang anterior, arahkan cahaya senter ke dalam mata klien
dari beberapa sudut sisi. Normalnya, kornea dan ruang anterior bersih dan transparan. Hitung
kedalaman ruang anterior dari samping dengan menggambarkan jarak antara kornea dengan
iris. Iris harus teriluminasi dengan cahay dari samping. Permukaan kornea normalnya tampak
bercahaya dan terang tanpa adanya jaringan parut atau ketidakteraturan. Pada klien lansia,
arkus senilis (cincin abu-abu putih di sekeliling tepi kornea) merupakan hal yang normal.
 Uji sensitivitas korneal, yang menunjukkan keutuhan fungsi saraf kranial V (saraf
trigemeinus) dengan sedikit mengusapkan kapas di permukaan kornea. Kelopak di kedua
mata harus menutup ketika anda menyentuh kornea. Gunakan kapas yang berbeda untuk
setiap mata untuk menghindari kontaminasi silang.
 Inspeksi bentuk iris, yang harus tampak datar jika dipandang dari samping, dan juga
warnanya.
Inspeksi pupil
 Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada pupil
masing-masing mata. Untuk menguji reaksi pupil terhadap cahay, gelapkan ruangan dan
dengan klien menatap lurus ke arah titik yang sudah ditentukan, sorotkan senter dari samping
mata kiri ke tengah pupilnya. Kedua pupil harus berespons; pupil yang menerima cahaya
langsung berkonstriksi secara langsung, sementara pupil yang lain berkonstriksi secara
bersamaan dan secara penuh.
 Sekarang uji pupil mata kanan. Pupil harus bereaksi segera, seimbang, dan cepat (dalam 1
sampai 2 detik). Jika hasilnya tidak meyakinkan, tunggu 15 sampai 30 detik dan coba lagi.
Pupil harus bundar dan sama sebelum dan sesudah kelihatan cahaya.
 Untuk menguji akomodasi, minta klien menatap objek di seberang ruangan. Normalnya
pupil akan dilatasi. Kemudian minta klien untuk menatap jari telunjuk anda atau pada pensil
yang berjarak 60 cm. Pupil harus berkonstriksi dan mengumpul seimbang pada objek. Ingat
bahwa pada klien lansia, akomodasi dapat berkurang.

3. MEMPALPASI MATA
 Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.
Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata
di atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras.
 Kemudian, palpasi kantong lakrinal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital
bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapat
mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.

4. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN ( VISUS )

Pemeriksaan tajam penglihatan :


 Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi anda dapat mengendalikan
jumlah cahaya.
 Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak 6 meter
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan
 Mata kiri responden ditutup dengan penutup mata atau telapak tangan tanpa menekan
bolamata
 Responden disarankan membaca huruf dari kiri ke kanan setiap baris kartu Snellen atau
memperagakan posisi huruf E pada kartu E dimulai baris teratas atau huruf yang paling besar
sampai huruf terkecil (baris yang tertera angka 20/20)
 Penglihatan normal bila responden dapat membaca sampai huruf terkecil 20/20 (tulis
020/020)
 Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E
KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka di atasnya.
 Bila dalam baris tersebut responden dapat membaca atau memperagakan posisi huruf E
LEBIH dari setengah baris maka yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.
Pemeriksaan uji penglihatan dengan HITUNG JARI :
 Bila responden belum dapat melihat huruf teratas atau terbesar dari kartu Snellen atau kartu
E maka mulai HITUNG JARI pada jarak 3 meter (tulis 03/060).
 Hitung jari 3 meter belum bisa terlihat maka maju 2 meter (tulis 02/060), bila belum terlihat
maju 1 meter (tulis 01/060). Bila belum juga terlihat maka lakukan GOYANGAN TANGAN
pada jarak 1 meter (tulis 01/300)
 Goyangan tangan belum terlihat maka senter mata responden dan tanyakan apakah
responden dapat melihat SINAR SENTER (jika ya tulis 01/888)
 Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis 00/000)

Selanjutnya, uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak jauh,
persepsi warna dan penglihatan perifer.
1. Uji penglihatan jarak jauh
Untuk menguji penglihatan jarak jauh pada klien yang dapat membaca bahasa inggris,
gunakan grafik alfabet Snellen yang berisi berbagai ukuran huruf. Untuk klien yang buta
huruf atau tidak dapat berbicara bahasa inggris, gunakan grafik Snellen E, yang menunjukkan
huruf-huruf dalam berbagai ukuran dan posisi. Klien menunjukkan posisi huruf E dengan
menirukan posisi tersebut dengan jari tangannya.
 Uji setiap mata secara terpisah dengan terlebih dahulu menutup satu mata dan kemudian
mata yang lain dengan kartu buram berukuran 3 x 5 atau penutup mata. Setelah itu, uji
penglihatan binokular klien dengan meminta klien membaca gambar dengan kedua mata
terbuka. Klien yang normalnya memakai lensa korektif untuk penglihatan jarak jauh harus
memakainya untuk uji tersebut.
 Mulai dengan baris yang bertanda 20/20. Jika klien salah membaca lebih dari dua huruf,
pindahlah ke baris berikutnya 20/25. Lanjutkan sampai klien dapat membaca baris tersebut
dengan benar dengan kesalahan yang tidak lebih dari dua. Baris tersebut menunjukkan
ketajaman penglihatan jarak jauh klien.

2. Uji penglihatan jarak dekat


Uji penglihatan jarak dekat klien dengan memegang grafik Snellen atau kartu dengan kertas
koran berukuran 30,5 sampai 35,5 cm di depan mata klien, klien yang normalnya memakai
kacamata baca harus memakainya untuk uji ini. Seperti pada penglihatan jarak jauh, uji setiap
mata secara terpisah dan kemudian bersamaan.

3. Uji persepsi warna


Minta klien untuk mengidentifikasi pola bulatan-bulatan warna pada plat berwarna. Klien
yang tidak dapat membedakan warna tidak akan mendapatkan polanya.

4. Uji fungsi otot ekstraokuler


Untuk mengkaji fungsi otot ekstraokuler klien, perawat harus melakukan tiga tes : enam
posisi kardinal tes penglihatan, tes terbuka-tertutup, dan tes refleks cahaya korneal.
A. Enam posisi kardinal tes penglihatan
 Duduk langsung di depan klien, dan pegang objek silindris, seperti pensil, tepat di depan
hidung klien, dan menjauh sekitar 46 cm dari hidung klien.
 Minta klien untuk memperhatikan objek tersebut pada saat dan menggerakkannya searah
jarum jam melewati enam posisi kardinal-medal superior, lateral superior, lateral, lateral
inferior, dan medial-kembalikan objek ke titik tengah setelah setiap gerakan.
 Melalui tes ini, mata klien akan tetap paralel pada saat bergerak. Perhatikan adanya temuan
abnormal, seperti nistagmus, atau deviasi salah satu mata yang menjauh dari objek.

B. Tes tertutup-terbuka
 Minta klien menatap suatu objek pada dinding yang jauh yang berhadapan. Tutupi mata kiri
klien dengan kartu buram dan observasi mata kanan yang tidak ditutp akan adanya gerakan
atau berputar-putar.
 Kemudian, lepas kertas dari mata kiri. Mata harus tetap diam dan berfokus pada objek, tanpa
bergerak atau berputar-putar. Ulangi proses tersebut dengan mata kanan.

C. Tes refleks cahaya korneal


 Minta klien untuk melihat lurus ke depan sementara anda mengarahkan sinar senter ke
batang hidung klien dari jarak 30,5 sampai 38 cm. Periksa untuk memastikan apakah kornea
memantulkan cahaya di tempat yang tepat sama di kedua mata. Refleks yang tidak simetris
menunjukkan ketidakseimbangan otot yang menyebabkan mata menyimpang dari titik yang
benar.

5. Uji penglihatan perifer


 Duduk berhadapan dengan klien, dengan jarak 60 cm, dengan mata anda sejajar dengan mata
klien. Minta klien menatap lurus ke depan.
 Tutupi satu mata anda dengan kertas buram atau tangan anda dan minta kien untuk menutup
matanya yang tepat bersebrangan dengan mata anda yang ditutup
 Kemudian, ambil sebuah objek, misalnya pensil dari bidang superior perifer ke arah lapang
pandang tengah. Objek tersebut harus berada pada jarak yang sama di antara anda dan klien
 Minta klien untuk mengatakan pada anda saat objek tersebut terlihat. Jika penglihatan perifer
anda utuh, anda dan klien akan melihat objek tersebut pada waktu yang bersamaan.
 Ulangi prosedur searah jarum jam pada sudut 45 derajat, periksa lapang pandang superior,
inferior, temporal, dan nasal. Ketika menguji lapang pandang temporal, anak akan mengalami
kesulitan menggerakkan objek sampai cukup jauh sehingga anda dan klien tidak dapat
melihatnya. Jadi lakukan uji lapang pandang temporal ini dengan meletakkan pensil
sedemikian rupa di belakang klien dan di luar lapang pandang klien. Bawa pensil tersebut
berkeliling secara perlahan sampai klien dapat melihatnya.

6. REFLEK PUPIL
- Pasien disuruh melihat jauh
- Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter / diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada
pupil. Normal akan mengecil
- Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil mata
tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
- Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh

7. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS KORNEA


Tujuan : Untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurun
Cara Pemeriksaan
Alat : Kapas steril
Caranya :
 Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
 Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh
 Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing disentuhkan
dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.
Hasil
Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi.
Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut.

8. EVERSI KELOPAK MATA


Pemeriksaan untuk menilai konyungtiva tarsalis
Cara Pemeriksaan :
 Cuci tangan hingga bersih
 Pasien duduk didepan slit lamp
 Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa.
 Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu
balikkan
 Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua
mata.

9. PEMERIKSAAN DENGAN OFTALMOSKOP


 Untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang
digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata kecuali jika
anda sangan miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda atau klien.
 Duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan dan
sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang oftalmoskop
dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin dengan mata kanan
anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan
oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada
di selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini.
 Instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan di
dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan
diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm
dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari
cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas melewati pupil.
Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari opasitas dan kabut.
 Bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar struktur
retinal tetap dalam fokus.
 Ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas.
 Kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh darah retina
dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga
agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status
refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan
cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus optikus, latar belakang
retina, makula dan fovea.
 Periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran arteri dan
vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya
berwarna kuning-putih dan dapat terlihat.
 Periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.

10. PEMERIKSAAN FISIK MATA PADA ANAK


 Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
 Periksa jumlah, posisi atau letak mata
 Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
 Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
 Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat.
 Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina
 Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
 Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
 Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Indera penglihatan yang terdapat pada mata (organ visus) terdiri dari organ okuli assesoria
(alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indera penglihatan, saraf optikus (saraf
kranial kedua) timbul dari sel – sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf
optikus.
Indra Penglihatan (Mata) merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada
menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang
terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihatan (apparatus visual) yang bersifat
peka cahaya (foto sensitif). Mata merupakan yang paling utama, karena dengan mata manusia
mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA

Daniael Vaughan, Tailos Absury. 1996 . Oftalmologi Umum Hal 205. Jakarta : Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8.
Volume 3. EGC. Jakarta
http://biologi-itey.blogspot.com/2010/04/struktur-dan-anatomi-mata.html
http://mahasiswakesehatan.blogspot.com/2009/03/fisiologi-penglihatan.html
http://nurilhaini.multiply.com/journal/item/8/PEMERIKSAAN_MATA
http://biologi-itey.blogspot.com/2010/02/kelainan-pada-alat-indera.html
http://www.tanyadokter.com/healthtest.asp?id=1001289
http://www.scribd.com/doc/29310812/Anatomi-Mata
LAMPIRAN

ANATOMI MATA MANUSIA

HIPERMETROPI
KATARAK DAN PRESBIOPI

DAKRIOSISTITIS
DEGENERASI MAKULAR

ENDOFTALMITIS

Keratokonjungtivitas Vernalis
TRACHOMA

ULKUS KORNEA

Anda mungkin juga menyukai