Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah kumpulan dari keadaan – keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan
terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa)
Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension), rasa putus asa dan
murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu
mencapai tujuan
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah
penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya, Pasien yang mengalami
gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat spesifik dari segi mental atau
kejiwaannya
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas,
(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan, Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar (Maramis, 2011)

1.2 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui tentang halusinasi
2. Untuk mengetahui penyebab halusinasi
3. Untuk mengetahui tanda gejala halusinasi
4. Untuk mengetahui akibat dari halusinasi
5. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
6. Untuk mengetahui tindakan keperawatan terhadap pasien halusinasi
7. Sebagai pedoman dalam merencakan asuhan keperawatan pasien dengan Halusinasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera pada
manusia (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah, halusinasi dapat
didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus
(Stuart, 2007)

2.2 Etiologi
a. Aspek fisik :
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain

2
d. Aspek intelektual
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut :
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien, Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

3
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Klien mengatakan ada nya bisikan tanpa wujud yang didengar nya
2. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
3. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
5. Tidak dapat memusatkan perhatian
6. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
7. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 2015)

2.4 Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan
dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan
orang lain dapat menunjukkan perilaku :
1. Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

4
2. Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai

5
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.

2.6 Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Sensori Perseptual : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan koping Klien dan Keluarga

6
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat
klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien
5. Aspek psikososial
 Genogram yang menggambarkan tiga generasi
 Konsep diri
 Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
6. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
7. Status mental
 Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung
 Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali
 Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
 Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

7
 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
 Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
 Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan
10. Pengetahuan
 Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medic
 Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran

3.3 Intervensi
No Dx-Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan SP 1
sensori : Halusinasi keperawatan selama 3 x 24 -Bina hubungan saling
pendengaran jam klien mampu percaya (BHSP)
mengontrol halusinasi -Identifikasi masalah, jenis
dengan kriteria hasil: halusinasi Klien, Isi
-Klien dapat membina halusinasi Klien, waktu
hubungan saling percaya halusinasi Klien, frekuensi
-Klien dapat mengenal halusinasi Klien, Situasi
halusinasinya; jenis, isi, yang menimbulkan
waktu, dan frekuensi halusinasi, Respons Klien
halusinasi, respon terhadap halusinasi,
terhadap halusinasi dapat -Ajarkan Klien menghardik
menyebutkan dan halusinasi

8
mempraktekan cara -Anjurkan Klien
mengontrol halusinasi memasukkan cara
yaitu dengan menghardik, menghardik halusinasi
bercakap-cakap dengan dalam jadwal kegiatan
orang lain, terlibat/ harian
melakukan kegiatan, dan -Kontrak pertemuan
minum obat selanjutnya
-Klien dapat minum obat SP 2
dengan teratur -Evaluasi jadwal kegiatan
-Mengungkapkan harian Klien
halusinasi sudah hilang -Latih Klien mengendalikan
atau terkontrol halusinasi dengan cara
mengkonsumsi obat secara
teratur
-Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
-Kontrak pertemuan
selanjutnya
SP 3
-Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien
-Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang sekitar serta
melakukan kegiatan atau
aktifitas
-Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

9
SP 4
-Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien
-Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
-Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
-Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
benar.
Keluarga
-Diskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat Klien
-Jelaskan pengertian tanda
dan gejala, dan jenis
halusinasi yang dialami
Klien serta proses terjadinya
-Jelaskan pada keluarga cara
merawat Klien degan
halusinasi
-Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat
secara teratur

10
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa (Terjemahan). Jakarta:EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai