pH METER
DISUSUN OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
pH METER
ii
FORM ASISTENSI LAPORAN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN No. Dok : FM-PM-02-04
No. Rev : 00
Praktikum Kimia Analisa Kelompok : 3
Tgl Efektif : 5 Juni 2017
Instrumen Tingkat/Grup : II/C
Halaman : 1 dari 1
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmatnya dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum yang berjudul “pH Meter”. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak terkait yang turut membantu di dalam menyelesaikan laporan
praktikum ini yaitu kepada para asisten Laboratorium Pengembangan dan kepada
rekan rekan mahasiswa lainnya.
Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi yang
relevan dan menambah ilmu bagi para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
(Mellisa Luftikasari)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR ASISTENSI ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Tujuan Percobaan Praktikum.................................................... 1
1.2. Prinsip Kerja pH Meter............................................................. 1
1.3. Landasan Teori ......................................................................... 1
1.3.1. Rancang Bangun Antena Mikrostrip Meander-Line 915
Mhz Untuk Optimasi Jarak Pengiriman Data Alat Ukur
pH Meter Sistem Telemetri............................................. 1
1.3.2. Definisi pH Meter........................................................... 25
1.3.3. pH.................................................................................... 25
1.3.4. Indikator.......................................................................... 26
1.3.5. Larutan Asam Basa......................................................... 17
1.3.6. Larutan Penyangga.......................................................... 31
v
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
BAB IV DATA PENGAMATAN................................................................. 41
4.1 Data pengamatan....................................................................... 41
4.1.1. Data Pengamatan Pembuatan Larutan........................... 41
4.1.2. Data Pengamatan Pengujian pH..................................... 42
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Spesifikasi Substrat...................................................................... 6
Tabel 1.2. Spesifikasi Antena....................................................................... 7
Tabel 1.3. Iterasi Dimensi Antena................................................................ 8
Tabel 1.4. Dimensi Perancangan Antena...................................................... 8
Tabel 1.5. Nilai Return-Loss Hasil VNA...................................................... 17
Tabel 1.6. Nilai VSWR Hasil VNA.............................................................. 18
Tabel 1.7. Hasil Pengukuran Gain................................................................ 19
Tabel 1.8. Pengukuran Pola Radiasi............................................................. 20
Tabel 1.9. Spesifikasi Antena Mikrostrip Meander-Line............................. 21
Tabel 1.10. Pengujian Tanpa Halangan.......................................................... 22
Tabel 1.1. Pengujian Halangan..................................................................... 24
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Mikrostrip Meander-Line....................................................... 4
Gambar 1.2. Diagram Skematik Pengendali PID........................................ 8
Gambar 1.3. Diagram Alir Penelitian.......................................................... 11
Gambar 1.4. Blok Diagram Sistem............................................................. 12
Gambar 1.5. Konfigurasi Alat Ukur pH Meter........................................... 12
Gambar 1.6. Hasil Pengujian Return-Loss.................................................. 13
Gambar 1.7. Hasil Pengujian VSWR.......................................................... 14
Gambar 1.8. Besar Pengujian Gain............................................................. 14
Gambar 1.9. Besar Bandwith....................................................................... 14
Gambar 1.10. Hasil Pengujian Pola Radiasi................................................... 15
Gambar 1.11. Antena Mikrostrip Meander-Line Tampak Depan................... 15
Gambar 1.12. Antena Mikrostrip Meander-Line Tampak Belakang.............. 16
Gambar 1.13. Grafik Tegangan Keluaran PID Dari Mikrokontroller............ 17
Gambar 1.14. Grafik VSWR Pada VNA........................................................ 18
Gambar 1.15. Grafik Tegangan Keluaran PID Dari Mikrokontroller............ 21
Gambar 3.1. Pipet Tetes................................................................................ 35
Gambar 3.2. Pipet Ukur................................................................................ 35
Gambar 3.3. Bola Hisap............................................................................... 36
Gambar 3.4 . Beaker Glass............................................................................ 36
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Dalam beberapa tahun belakangan ini penggunaan teknologi
nirkabel sangat berkembang pesat. Tidak terbatas pada penggunaan
telepon seluler saja namun juga perangkat-perangkat nirkabel
lainnya yang menggunakan media udara sebagai saluran transmisi
informasinya. Antena merupakan komponen yang sangat penting
pada perangkat nirkabel karena fungsinya yaitu mengubah sinyal
listrik menjadi sinyal elektromagnetik maupun sebaliknya pada
pentransmisian informasinya diudara. Hal ini mengharuskan
perangkat nirkabel tersebut mempunyai antena dengan penggunaan
daya yang efisien mengingat perangkat-perangkat nirkabel saat ini
merupakan perangkat yang bisa bergerak bebas.
1
Salah satu teknologi yang dapat mengatasi hal ini adalah
penggunaan antena mikrostrip. Antena mikrostrip merupakan antena
yang memiliki massa ringan, mudah untuk difabrikasi, dan
ukurannya kecil. Kelebihan ini membuat antenna mikrostrip dapat
ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan. Dikarenakan sifat
yang dimilikinya, antena mikrostrip sangat sesuai dengan kebutuhan
saat ini, sehingga dapat diintegrasikan dengan peralatan
telekomunikasi lain yang berukuran kecil.
Namun antena mikrostrip juga memiliki kekurangan,
diantaranya gain rendah, bandwidth rendah, dan efisiensi yang
rendah. Untuk berbagai macam komunikasi nirkabel, aplikasi-
aplikasi seperti Radio Frekuensi Identification, headset bluetooth,
USB Dongle, telepon genggam dll, antena mikrostrip meander-line
adalah solusi optimal untuk jenis implementasi tersebut. Pada
dasarnya antena mikrostrip meander-line merupakan lipatan
konduktor bolak-balik untuk membuat panjang keseluruhan antena
menjadi lebih pendek dari panjang konduktor aslinya jika diluruskan.
Pada penelitian ini akan dibahas tentang perancangan dan
realisasi antena mikrostip meander-line dengan frekuensi kerja 915
MHz untuk diintegrasikan pada sebuah alat ukur telemetri pH meter.
Pengintegrasian antena mikrostrip meander line pada alat ukur pH
meter diharapkan agar alat tersebut dapat bekerja secara optimal baik
dalam jarak maupun pengiriman data.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca dalam merancang dan mengimplementasikan antena
mikrostrip dengan frekuensi kerja 915 MHz secara langsung sebagai
media pengiriman data pada sebuah alat ukur pH meter. Selain itu
juga pembaca dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan
dari antena mikrostrip meander-line.
Studi Pustaka
2
Pada bab tinjauan pustaka ini, diuraikan tentang teori yang
menjelaskan tentang Antena Mikrostrip Meander-line, serta faktor-
faktor pendukungnya. Beberapa teori yang ada di dalam subbab telah
dibatasi agar pembahasan tidak terlalu melebar dan supaya terfokus
pada teori yang dibutuhkan untuk penyelesaian permasalahan pada
penelitian ini.
A. Antena
Antena adalah salah satu komponen yang mempunyai
peranan sangat penting dalam sistem komunikasi. Fungsi antena
adalah untuk mengubah gelombang elektromagnetik menjadi
listrik atau sebaliknya. Jenis antena bermacam-macam tergantung
dari fungsi dan aplikasinya. Salah satu antena yang cocok dipakai
untuk aplikasi perangkat kecil adalah antena mikrostrip yang
mempunyai sifat low profile. Meskipun termasuk dalam antena
dengan gain rendah, keberadaannya sangat cocok untuk
digunakan pada perangkat-perangkat yang berdimensi kecil.
Aplikasi perangkat ini banyak dipakai pada komunikasi seluler
hingga satelit nano.
B. Antena mikrostrip
Antena mikrostrip mendapat perhatian yang cukup besar pada
tahun 1970-an meskipun ide dasar pembuatannya pada tahun
1953 dan mendapatkan hak paten tahun 1955. Antena mikrostrip
merupakan antena kecil berbentuk lempengan yang dapat dibuat
dari plat PCB. PCB dapat dengan mudah kita temukan pada
elektronika berfrekuensi rendah, yaitu berupa lajur-lajur pipih
yang terletak di atas substrat.
3
Gambar 1.1. Mikrostrip Meander-Line
4
Metode
A. Dimensi Antena Mikrostrip Meander-line
Untuk menentukan dimensi antena mikrostrip, terlebih
dahulu harus diketahui parameter bahan yang digunakan untuk
perancangan antena mikrostrip tersebut yaitu tebal subtrat (h),
konstanta dielektrik (er), serta parameter lain yang terdapat pada
bahan yang digunakan. Dalam proses penentuan dimensi antena
mikrostrip meander-line, dapat dihitung dengan persamaan-
persamaan sebagai berikut.
Untuk menentukan ketinggian subtrat dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
Dimana,
hs = ketinggian subtrat
f = frekuensi (GHz)
c = kecepatan cahaya (m/s)
er = konstanta dielektrik subtract.
5
Panjang fisik antenna dapat dihitung dengan persamaan:
6
C. Spesifikasi antena
Parameter-parameter antena yang ingin dicapai dalam
perancangan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2.
D. Teknik Pencatuan Grounded Coplanarwaveguide (GCPW).
Dari beberapa macam saluran pencatu yang sering
digunakan pada antena mikrostrip, salah satunya adalah coplanar
waveguide (CPW). Keuntungan dengan menggunakan CPW ini
adalah bahwa karakteristik impedansinya dapat dikontrol dengan
mengkombinasikan line width dan gap width dari saluran CPW
tersebut.
Pencatuan yang digunakan pada antena yang dirancang
pada penelitian ini menggunakan teknik pencatuan Grounded
Coplanar Waveguide (GCPW). Dalam perancangan pencatu antena
mikrostrip perlu impedansi masukan 50 Ohm dan tebal dari bahan
substrat 1,6 mm.
E. Perancangan Antena
Perancangan antena dilakukan dengan mengubah dimensi
substrat dan dimensi pencatu antena sehingga didapatkan hasil
yang mendekati dengan spesifikasi antena yang dibutuhkan yaitu
dimensi subtrat dengan panjang 160 mm, lebar 80 mm (Tabel 3).
Sedangkan untuk dimensi pencatu didapat panjang 4481 mm, lebar
4,75 mm, dan gap 0,2 mm. Dari dimensi tersebut didapatka,n
frekuensi tengah berada pada 919 Mhz dengan nilai return loss
sebesar -38 dB.
Tabel 1.3. Iterasi dimensi antena
7
Tabel 1.4. Dimensi Perancangan Antena
8
Perancangan antena mikrostrip meander-line secara
simulasi dibuat menggunakan software HFFS untuk mengetahui
karakteristik antena yang akan dibuat. Gambar 1.2 merupakan hasil
perancangan antena secara simulasi.
9
Tahap berikutnya adalah merancang dan simulasi
pembuatan antena menggunakan software HFSS v.15 yang
mengacu pada hasil dari tahap sebelumnya yakni penentuan
dimensi antena. Jika antena sudah selesai dibuat maka dilakukan
pengujian secara simulasi. Pada tahap pengujian antena secara
simulasi ini dapat diketahui kelayakan antena yang telah dibuat
apakah sudah memenuhi parameter-parameter yang dinginkan atau
belum, jika belum memenuhi parameter-parameter yang diinginkan
maka akan kembali ke tahap simulasi perancangan, namun jika
antena sudah memenuhi parameter-parameter yakni frekunsi kerja
915 MHz, VSVR < 2, return loss>-10 dB, gain> 2 dB, serta pola
radiasi omni-directional maka akan dilakukan tahap berikutnya
yaitu realisasi dan uji fungsi antena.
10
Gambar 1.3. Diagram Alir Penelitian
11
menggunakan antena ini diharapkan dapat menjangkau jarak yang
maksimal dan dengan dimensi antena yang lebih kecil. Monitoring
data dari alat ukur pH meter air ini menggunakan laptop dengan
program visual basic yang telah terprogram untuk menampilkan
logger data pH meter tersebut secara realtime. Blok diagram sistem
pengintegrasian antena seperti pada Gambar 1.4.
Pada gambar blok diagram (Gambar 1.4) dijelaskan bagian-
bagian dari komponen alat ukur pH air yang tersusun menjadi satu
sistem. Konfigurasi pengintegrasian antena mikrostrip meander-
line 915 MHz sebagai antena transmiter pada alat ukur pH meter
pada saat pengambilan data pH air yang ditransmisikan pada laptop
tampak seperti Gambar 1.5
12
Keterangan gambar:
a. Sensor pH
b. Analog pH meter kit
c. Mikrokontroler Arduino Uno
d. LCD display
e. Baterai
f. Modul FPV Radio telemetry kit 915 MHz transmitter
g. Adapter sma cable male-to-male
h. Antena mikrostrip meander-line sebagai antena Tx
i. Antena monopole sebagai antena Rx
j. Modul FPV Radio telemetry kit 915MHz receiver
k. Laptop
13
Gambar 1.7. Hasil Pengujian VSWR
14
Gambar 1.10. Hasil Pengujian Pola Radiasi
3. Pengujian Gain
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan gain
sebesar 2.4538 dBm pada Gambar 1.8.
4. Pengujian Bandwidth
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan
bandwidth sebesar 0,056 Ghz atau 56 MHz seperti diperlihatkan
pada Gambar 1.9.
5. Pengujian pola radiasi
15
Gambar 1.12. Antena Mikrostrip Meander-Line Tampak Belakang
Dari hasil pengujian pola radiasi yang telah dilakukan
didapatkan pola seperti Gambar 1.10.
16
Tabel 1.5. Nilai Return Loss Hasil VNA
17
2. Pengujian VSWR
Pengukuran parameter VSWR antena mikrostrip
meander-line pada alat ukur Vector Network Analyzer (VNA)
menghasilkan nilai-nilai seperti ditunjukkan pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6. Nilai VSWR Hasil VNA
3. Pengukuran Gain
Pada pengukuran gain antena mikrostrip meander-line diukur
menggunakan antena referensi. Antena referensi yang dipakai ialah
18
antena dipole merek SCHWERBECK UHA 9105. Dari pengukuran
yang telah dilakukan diperoleh nilai-nilai seperti pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Hasil Pengukuran Gain
Sehingga, Gt = Pt - Ps + Gs
= -55,4-(-39,95)+0,43
= -20,02 dBi.
Maka besar gain antena mikrostrip meander-line adalah
-20,02 dBi. Antena mikrostrip meander-line diposisikan sebagai
antena penerima saat pengukuran diruang chamber.
4. Pengukuran Bandwidth
Untuk mencari parameter bandwidth antena mikrostrip
meander-line akan mengacu pada nilai return loss yang dihasilkan
VNA kemudian diplot dalam bentuk grafik menggunakan program
MATLAB. Dari grafik yang didapatkan nilai return loss yang
paling optimum berada pada frekuensi 914 MHz sebesar -26,3 dB.
Rentang frekuensi yang memiliki nilai return loss dibawah -10 dB
berkisar antara frekuensi 861.8 MHz sampai 938,2 MHz. Maka
besa bandwidth antena dapat dihitung dengan Persamaan berikut:
Bandwidth = fh − fl ×100 %
fc
= 938.2 − 861.8 × 100 %
914
= 8.359 %
19
5. Pengukuran Pola Radiasi
Pengukuran pola radiasi antena mikrostrip meander-line 915
MHz dilakukan pada sudut 0-360 derajat. Maka didapatkan data
hasil pengukuran serta normalisasi selengkapnya pada Tabel 1.8.
Tabel 1.8. Pengukuran Pola Radiasi
Sudut Daya yang dihasilkan
Normalisasi
tangkap (dbm)
antena
Bid, H Bid, E Bid, H Bid, E
(derajat)
0 -55,40 -51,30 -14,53 -2,25
10 -58,48 -53,76 -17,61 -4,71
20 -53,62 -50,59 -12,75 -1,54
30 -49,76 -53,20 -8,89 -4,15
40 -47,52 -54,01 -6,65 -4,96
50 -45,21 -51,94 -4,34 -2,89
60 -43,76 -52,36 -2,89 -3,31
70 -42,20 -52,23 -1,33 -3,18
80 -41,14 -54,24 -0,27 -5,19
90 -41,11 -55,25 -0,24 -6,2
100 -40,87 -54,77 0 -5,72
110 -43,13 -57,84 -2,26 -8,79
120 -44,71 -53,83 -3,84 -4,78
130 -45,40 -53,10 -4,53 -4,05
140 -47,78 -50,87 -6,91 -1,82
150 -52,27 -49,29 -11,4 -0,24
160 -57,55 -48,09 -16,68 0,96
170 -56,91 -49,88 -16,04 -0,83
180 -51,50 -49,89 -10,63 -0,84
190 -55,83 -49,70 -14,96 -0,65
200 -55,90 -49,05 -15,03 0
210 -55,23 -50,09 -14,36 -1,04
220 -52,33 -50,20 -11,46 -1,15
230 -48,67 -51,64 -7,8 -2,59
240 -46,52 -52,02 -5,65 -2,97
250 -44,39 -52,84 -3,52 -3,79
260 -43,20 -54,02 -2,33 -4,97
270 -43,05 -54,91 -2,18 -5,86
280 -43,14 -54,83 -2,27 -5,78
290 -41,10 -55,66 -0,23 -6,61
300 -43,55 -60,66 -2,68 -11,61
310 -45,41 -58,13 -4,54 -9,08
20
320 -47,21 -53,50 -6,34 -4,45
330 -48,33 -51,83 -7,46 -2,78
340 -49,16 -52,45 -8,29 -3,4
350 -50,48 -52,77 -9,61 -3,72
360 -55,04 -51,30 -14,17 -2,25
21
D. Implementasi Antena pada Alat Ukur pH Meter
1. Pengujian tanpa halangan
Pengambilan data dilakukan dengan interval jarak 5 meter
supaya data yang didapatkan lebih spesifik. Diketahui bahwa jarak
maksimal pengiriman data pada kondisi tanpa halangan
menggunakan antena mikrostrip meander-line mempunyai jarak
maksimal pengiriman data sebesar 210 meter dengan packet loss
sebesar 0 %. Sedangkan untuk pengujian pada jarak lebih dari 210
meter memiliki packet loss sebesar 100 % seperti pada Tabel 1.10.
Sehingga data yang dikirim oleh alat ukur pH meter tidak bisa
terkirim karena pada jarak tersebut pengirim dan penerima tidak
saling terhubung.
Tabel 1.10. Pengujian Tanpa Halangan
22
24 120 - 6,97 697 0%
25 125 - 6,98 698 0%
26 130 - 6,98 698 0%
27 135 - 7,07 707 0%
28 140 - 6,98 698 0%
29 145 - 6,98 698 0%
30 150 - 6,98 698 0%
31 155 - 6,98 698 0%
32 `160 - 7,00 700 0%
33 165 - 6,98 698 0%
34 170 - 6,98 698 0%
35 175 - 6,98 698 0%
36 180 - 6,98 698 0%
37 185 - 6,98 698 0%
38 190 - 6,98 698 0%
39 195 - 6,98 698 0%
40 200 - 6,98 698 0%
41 205 - 6,98 698 0%
42 210 - 6,98 698 0%
43 215 - 6,98 - 100 %
44 220 - 6,98 - 100 %
23
Tabel 1.11. Pengujian Halangan
Kesimpulan
Dari hasil pengujian antena mikrostrip meander-line secara
simulasi dan hasil fabrikasi menggunakan Vector Network Analyzer
(VNA) memiliki pergeseran frekuensi optimal dengan selisih 5
MHz, parameter return loss mempunyai perbedaan dengan selisih
sebesar -6,3614 dB, parameter VSWR mempunyai perbedaan
dengan selisih sebesar 0,0824, parameter bandwidth mempunyai
perbedaan dengan selisih sebesar 20,4 MHz, sedangkan parameter
gain dari pengujian simulasi sebesar 2.4538 dBm dan gain hasil
perhitungan dari data pengukuran sebesar -20,02 dBi.
Uji fungsi antena pada alat ukur pH meter memiliki
kemampuan yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan
24
pengambilan data pada kondisi tanpa halangan antena mampu
mengirimkan data dari pH meter dengan baik pada jarak 210 meter
dan pada kondisi terhalang oleh sebuah bangunan mampu mengirim
data dari pH meter dengan baik pada jarak 110 meter.
1.3.3. pH
pH adalah ukuran potensi ion hydrogen untuk muatan suatu
senyawa.pH sangat berhubungan erat dengan tingkat keasamaan dan
kebasaan dari suatu larutan,seperti teori yang dinyatakan oleh Lewis,
Browsted-Lowry dan Arhennius. Akan agak merepotkan untuk
menyatakan konsentrasi ion hodrogen maupun ion hidroksida dalam
suatu bilangan kali sepuluh berpangkat suatu bilangan negatif.
Metode yang digunakan meluasa dan menghindari kerepotan dalah
dengan menyatakan konsentrasi ion hidrogen dari larutan asam, basa
dan netral yang encer, dalam pH. pH suatu larutan didefenisikan
sebagai :
pH = log [H+]1 atau pH = -log [H+]
Sebagai suatu contoh perhitungan pH sederhana, perhatikan air
murni atau larutan Natrium klorida yang kedua bersifat netral.Dalam
masing-masing larutan konsentrasi ion H+ adalah 1,0 x 10 -7
M pH
nya adalah :
25
pH = - log [H+]
pH = - log (1,0 x 10-7) = - log 1,0 - log 10-7
= - log 1,0 – (-7) = 7- log 1,0 = 7- 0,00 = 7,00
Sejauh mana keasaman atau kebasaan suatu larutan,
dinyatakan secara lengkap dan ringkas oleh harga pH:
1. Jika pH 7,0 larutan itu netral
2. Jika pH < 7,0 larutan itu asam
3. Jika pH > 7,0 larutan itu basa
Makin kecil harga pH, makin asam larutan itu. Suatu pH
sebesar 4,4 menyatakan larutan yang lebih asam dari pada pH
sebesar 4,5. Sebaliknya, harga pH yang lebih tinggi berarti larutan
yang lebih basa. Suatu pH sebesar 10,7 menyatakan larutan yang
lebih bersifat dari pada suatu pH 10,6.
1.3.4. Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat dengan
asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat
bersifat asam dan basa.
Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kekuatan suatu asam dan basa. Beberapa indikator yang dibuat
secara sintesis di laboratorium. Indkator yang sering tersedia di
laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya
murah. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan untuk
menentukan pH suatu larutan yaitu :
26
Pada tahun 1984, Svante August Arhennius menyatakan
bahwa sifat asam dan basa suatu zat ditentukan oleh jenis ion
yang dihasilkan dalam air.
a. Asam
Menurut Arhennius, asam adalah zat yang jika di dalam
air melepaskan ion hidrogen (H+). Berdasarkan kekuatannya,
asam terdiri atas asam kuat dan asam lemah yang ditentukan
oleh besarnya derajat ionisasi di dalam larutan air.
1) Asam Kuat
Asam kuat adalah asam yang derajat ionisasinya
mendekati satu asam yang mengalami ionisasi sempurna.
Contohnya HCl (asam klorida), HBr (asam bromida), HI
(asam iodida), HNO3 (asam nitrat), H2SO3 (asam sulfit),
H3PO4 (asam posfat), dan H2CO3 (asam karbonat).
2) Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang derajat ionisasinya
lebih kecil atau asam yang mengalami ionisasi sebagian.
Contoh HF (asam flourida), CH3COOH (asam asetat), HCN
(asam sianida), HNO2 (asam nitrit), H2SO3 (asam sulfit),
H3PO4 (asam posfat), dan H2CO3 (asam karbonat).
Contoh-contoh reaksi asam :
HCl(aq) H+(aq) + Cl- (aq)
CH3COOH(aq) H+ + CH3COO-(aq)
H3PO4(aq) 3H (aq) + PO3- 4
+
27
Asam triprotik adalah asam yang melepaskan tiga
ion H+ dalam pelarut air. Contoh:
H3PO4(aq) 3H+(aq) + PO43-
b. Basa
Menurut Arrhennius, basa adalah senyawa yang dalam air
dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Contoh-contoh reaksi
basa ketika dilarutkan dalam air sebagai berikut:
Na+(aq) + OH-(aq) NaOH(aq)
K+(aq) + OH-(aq) KOH(aq)
2+ -
Mg (aq) + 2OH (aq) Mg(OH)2 (aq)
Ca2+(aq) + 2OH-(aq) Ca(OH)2 (aq)
Basa berdasarkan pada ion OH- yang dilepaskan pada reaksi
ionisasi basa dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Basa Monohidroksi
Basa mono hidroksi adalah basa yang pada reaksi
ionisasi melepaskan satu ion OH-. Contoh:
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
2) Basa Polihidroksi
Basa polihidroksi adalah basa yang ada pada reaksi
ionisasi melepaskan ion OH- lebih dari satu. Contoh:
Mg(OH)2(aq) Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
28
begitu, teori ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang
semakin menjadi nyata, jika fenomena larutan asam basa bukan
dalam air harus ditafsirkan. Dalam teori asam basa klasik dua ion,
ion hidrogen (yaitu proton) dan ion hidroksil diberikan perananan
istimewa namun sebagaimana telah sementara proton memang
benar-benar mempunyai sifat yang istimewa yang dapat dianggap
penyebab dari fungsi asam basa dan hidroksil tak memiliki sifat-
sifat istimewa yang dapat dianggap penyebab dari fungsi asam basa
dan hidroksil tak memiliki sifat-sifat istimewa yang memungkinkan
memegang peranan penting spesifik dalam reaksi asam basa.
Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa eksperimen
misalnya telah ditemukan bahwa asam peklorat bersifat sebagai
asam bukan saja dalam air tetapi juga dalam asam glasial (asam
cuka murni) atau amonia cair sebagai pelarut. Begitu pula asam
klorida maka logis bahwa kita menduga bahwa kita menduga
bahwa protonlah satu-satunya ion yang sama-sama terdapat pada
dalam kedua asam yang bertanggung jawab atas asam pada asam
pada zat itu. Natrium hidroksida sementara bersifat basa kuat dalam
air tak menunjukkan sifat-sifat basa yang khusus dalam pelarut lain
meskupu bereaksi dengan asam asetat glasial. Dilain pihak, natrium
asetat dalam asam glasial menunjukkan sifat-sifat sejati basa
sedang natruim amida (NaNH2) memainkan peran seperti itu dalam
amonia cair, semua amida yang dapat larut memiliki sifat-sifat basa
namun tidak satupun dari ketiga ion ini hidroksil, asetat atau amida.
Dapat diistimewakan dalam sebagai satu-satunya penyebab dari
basa itu.
Pertimbangan-pertimbangan ini mengakibatkan timbulnya
definisi yang lebih umum tentang asam dan basa yang diajukan
sendiri-sendiri oleh Brownsted Lowry T.M pada tahun 1923 merek
mendefinisikan asam -menyumbangkn proton (H+) (donor proton)
dan basa dari setiap zat sembarang molekul atau ion yang
menerima proton (akseptor proton). Dengan menyatakan asam
29
sebagai A dan basa sebagai B maka kesetimbangan asam basa
dapat dinyatakan sebagai:
A B + H+
3. Teori Asam-Basa Menurut Lewis
Di tahun 1923 ketika Brownsted dan Lowry mengusulkan
teori asam-basanya, Lewis mengusulkan teori asam-bas baru juga.
Lewis yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori
asam-basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan
berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil
percobaan. Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima
elektron. Basa adalah zat yang dapat mendonorkan pasangan
elektron. Semua zat yang didefinisikan sebagai asam dalam teori
Arrhenius juga merupakan asam yang dalam kerangka teori Lewis,
karena proton adalah aksepator pasangan elektron. Dalam reaksi
netralisd proton membentuk ikatan koordinat dengan ion
hidroksida.
pH = pKa + log
30
pOH = pKa + log
31
BAB II
PROSEDUR KERJA
32
1.2.3. Pengenceran Larutan H2C2O4.2H2O 0,001 M dari H2C2O4 0,01 M
Dalam Beaker Glass 300 ml
1. Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Larutan H2C2O4 0,01 M dituang kedalam gelas ukur sebanyak 15
ml, kemudian dimasukkan kedalam Beaker glass 300 ml.
3. Aquadest ditambahkan kedalam beaker glass sampai 300 ml.
4. Larutan diaduk hingga homogen.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
33
Gambar 3.1. Pipet Tetes
34
Gambar 3.4. Beaker Glass
35
1
Gambar 1
Gambar 2
////
36
3
2
Gambar 3
2
1
Gambar 4
37
1
Gambar 5
Gambar 6
38
3.3. Keterangan Gambar Rangkaian
3.3.1. Keterangan Gambar 1
1. Pipet ukur 1 ml
2. Botol larutan H2SO4
3. Beaker glass 500 ml
BAB IV
DATA PENGAMATAN
39
4.1. Data Pengamatan
4.1.1. Data Pengamatan Pembuatan Larutan
Larutan asal (Hablur H2C2O4 ) : 0,756 gram
40
1. H2C2O4 0,01 M 1,9
BAB V
PENGOLAHAN DATA
41
5.1. Perhitungan Asam
5.1.1. Pembuatan larutan HCl
1. Perhitungan Molaritas HCl(p) dapat dirumuskan sebagai berikut:
M =
M =
M =
M = 12,063 mol/L
M = 12,063 M
Maka di dapatkan Moralitas HCl(p) adalah 12,063 M.
2. Perhitungan Pembuatan Larutan HCl 0,01M dapat dirumuskan
sebagai berikut:
V1 M1 = V2 M2
V1 =
V1 =0,25 ml
Maka untuk membuat HCl 0,01 M300 ml di perlukan ±0,25 ml HCl
(p).
3. Perhitungan Pembuatan Larutan HCl 0,0001M dapat di rumuskan
sebagai berikut:
42
V1 M1 = V2 M2
V1 =
V1 = 3 ml
Maka untuk membuat HCl 0,0001 M 300 ml di perlukan ± 3 ml HCl
0,01 M.
4. Pembuatan Larutan H2C2O40,02M dapat dirumuskan sebagai berikut:
M =
0,02 M =
V1 M1 = V2 M2
V1 =
43
V1 = 15 ml
Maka untuk membuat H2C2O4 0,001M 300 ml di perlukan ± 15 ml
H2C2O4 0,02M.
gram =M BM V
= 0,3366 gram
Maka untuk membuat KOH 0,02M dalam 300 ml di butuhkan ±
0,3366 gr hablur NaOH.
2. Perhitungan Pembuatan Larutan KOH 0,001M dapat di rumuskan
sebagai berikut:
V1 M1 = V2 M2
V1 =
V1 = 15 ml
Maka untuk membuat KOH 0,001M dalam 300 ml di butuhkan ± 15
ml Larutan KOH 0,02 M.
44
5.3. Perhitungan Garam
5.3.1 Pembuatan larutan Na2C2O4
1. Perhitungan Pembuatan Larutan Na2C2O40,01M dapat di rumuskan
sebagai berikut:
gr =M BM V
= 0,402 gr
Maka untuk membuat Na2C2O40,01M dalam 300 ml di butuhkan ±
0,402 gr hablur Na2C2O4.
V1 M1 = V2 M2
V1 =
V1 = 30 ml
Maka untuk membuat Na2C2O4 0,001 M dalam 300 ml di butuhkan ±
30 ml Larutan Na2C2O4 0,01M.
45
[H+] = x . [HA]
[H+] = 1 . [ 0,01 M]
[H+] = 0,01M
Maka ;
pH = - log [H+]
pH = - log [0,01]
pH = 2
b. pH larutan HCl 0,0001 M
[[H+] = x . [HA]
[H+] = 1 . [ 0,0001 M]
[H+] = 0,0001M
Maka ;
pH = - log [H+]
pH = - log [0,0001]
pH = 4
Larutan H2C2O4
a. pH larutan H2C2O4 0,02M
H2C2O4 2H+ + C2O42-
[H+] = x . [HA]
[H+] = 2 . [ 0,02 M]
[H+] = 0,04M
Maka ;
pH = - log [H+]
pH = - log [0,04]
pH = 1,39
b. pH larutan H2C2O4 0,001M
[H+] = x . [HA]
[H+] = 2 . [ 0,001 M]
[H+] = 0,002M
Maka ;
46
pH = - log [H+]
pH = - log [0,002]
pH = 2,69
B. Perhitungan pH Basa
Larutan KOH
a. Larutan KOH 0,02 M
= log [ 0,02]
= 1,69
pH = 14 – POH
= 14 1,69
= 12,31
b. Larutan KOH 0,001 M
POH= log [OH-]
= log [0,001]
=3
pH =14 – POH
= 14 3
= 11
C. Perhitungan pH Garam
Larutan Na2C2O4
a. Larutan Na2C2O40,01M
POH = log [OH-]
= log [0,01]
= 2
pH = 14 – POH
= 14 2
= 12
b. Larutan Na2C2O40,001 N
47
POH = log [OH-]
= log [0,001]
= 3
pH = 14 – POH
= 14 3
= 11
5.5. Perhitungan Persen Error pH
1. Perhitungan Persen Error dapat di rumuskan sebagai berikut :
a. % Error dari larutan HCl 0,01 M
% Error = × 100 %
= × 100 %
= 5%
b. % Error dari larutan HCl 0,0001 M
% Error = × 100 %
= × 100 %
= 47,5 %
Dengan cara yang sama maka di peroleh % error pH larutan H2C2O4,
KOH dan Na2C2O4 seperti pada Tabel 5.1
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi suatu asam maka akan semakin rendah
nilai pH larutan tersebut.
2. Semakin besar aktivitas ion H+ didalam larutan elektrolit yang diuji
maka akan menunjukan semakin tingginya sifat asam dalam larutan
tersebut dan nilai pH larutan tersebut semakin kecil.
3. Semakin tinggi konsentrsi suatu asam maka akan semakin tinggi nilai
tegangannya.
4. Untuk mengurangi Persen Error pada larutan terlebih dahulu
dicelupkan kedalam larutan buffer. Hal ini dimaksudkan untuk
menahan perubahan derajat keasaman suatu larutan.
49
6.2. Saran
Kepada praktikan disarankan agar hati hati saat memipet HCl 37% dan
selalu menggunakan masker dan dilakukan di ruangan asam karena HCl
37% merupakan asam kuat konsentrasi tinggi yang sangat bersifat korosif
dan berbahaya apabila terkena kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Mursyidi, Achmad, dkk. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press.
50
2
1 2
2
1
51