Bab II Manaj Strategis
Bab II Manaj Strategis
PEMBAHASAN
A. Kasus
RSUD Tulehu merupakan salah satu rumah sakit yang berada di wilayah
perkembangan yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari pembangunan
Selain itu, pelayanan ASKES dan jamkesmas yang sebelumnya harus diurus
di kota Ambon, kini telah tersedia di Rumah Sakit Umum Tulehu, sehingga
mulai dari sikap perawat dalam menghadapi pasien sampai penjelasan dokter
yang kurang memadai. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem penilaian
tentang tujuan, sasaran strategis, kebijakan dan program yang telah ditetapkan
Sakit Umum Tulehu yang sesuai dengan standar penilaian jasa pelayanan
Stay (ALOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Internal (TOI), Gross Death
Rate (GDR), Net Death Rate (NDR), jumlah pasien rawat jalan dan jumlah
masing-masing aspek kinerja yang terlibat. Skor 1 akan diberikan untuk hasil
kinerja yang dinilai “baik”, skor 0 akan diberikan pada hasil kinerja yang
dinilai “cukup”, dan skor -1 akan diberikan untuk hasil kinerja yang dinilai
tahun ke tahun.
Rumah sakit tidak mampu mencapai nilai BOR yang ideal, meskipun
sempat menunjukkan angka 65% pada tahun 2013, namun kembali berkurang
7
menjadi 33% pada tahun 2014, sehingga BOR dinilai “kurang” dan diberi
nilai -1. Untuk ALOS, angka yang dicapai berada di dalam rentang standar
ideal yaitu sebesar 4,3 hari, maka untuk ALOS dinilai “baik” dan diberi skor
1. Angka BTO dinilai “baik” dan diberi skor 1 karena angka tersebut berada
di dalam rentang standar ideal. Angka TOI rumah sakit berada di luar rentang
standar ideal, oleh karena itu dinilai “kurang” dan diberi skor -1.
GDR dinilai “baik” dan diberi skor 1, karena berada di dalam rentang
batas ideal. Begitu pula dengan NDR, yang juga berada di dalam rentang
batas ideal sehingga dinilai “baik” dan diberi skor 1. Untuk jumlah pasien
jumlah pada tahun 2013, namun berkurang pada tahun 2014, sehingga diberi
skor 0. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap juga dinilai “cukup” karena
tersebut diberi skor -1 bila “kurang”, 0 bila “cukup”, dan 1 bila “baik”.
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa belanja yang dikeluarkan oleh
penilaian kinerja RSUD Tulehu diatas, maka dapat dirangkum antara skor
pengukuran kinerja RSUD Tulehu dengan standar nasional dan skor penilaian
Pendapatan -1
Belanja 1
Total Skor 2
Rata-rata 0,2
a. Perspektif Keuangan
1) Pertumbuhan Pendapatan
RSUD Tulehu.
2) Perubahan Biaya
kepada masyarakat.
b. Perspektif Pelanggan
1) Retensi Pelanggan
tingkat retensi pasien dari bagian rawat jalan dan rawat inap di
2) Akuisisi Pelanggan
tahun 2013 untuk bagian rawat inap, jumlah pasien baru melebihi
melebihi 100%.
1) Proses Inovasi
b) Home Visite
sakit (PKMRS).
12
2) Proses Operasi
menjadi nyaman.
tahun ke tahun.
13
tahun dan target yang telah ditetapkan untuk menilai kinerja rumah sakit
berikut.
B. Pembahasan
Isu yang dapat diangkat dari kasus RSUD Tulehu di atas antara lain
kurang efektifnya penilaian kinerja di RSUD Tulehu hingga tahun 2014, karena
standar penilaian jasa pelayanan kesehatan nasional dan kinerja keuangan yang
kinerja Rumah Sakit dapat mendorong direktur rumah sakit untuk mengambil
rumah sakit dapat saja mengurangi anggaran untuk pengembangan atau pelatihan
rumah sakit di masa depan. Dalam jangka pendek, kinerja keuangan meningkat,
namun dalam jangka panjang akan menurun (Sibarani dan Sahara, 2014).
sumber internal maupun eksternal akan memberikan suatu pandangan yang keliru
bagi direktur rumah sakit mengenai rumah sakit di masa sekarang terlebih lagi di
masa datang. Kinerja keuangan hanya bertumpu pada kinerja masa lalu dan
kurang mampu untuk sepenuhnya menuntun rumah sakit kearah tujuan rumah
Kesuksesan rumah sakit tidak diukur dalam jangka pendek dengan model
manajemen strategis.
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya (Chandler dalam Rangkuti, 2004). Sedangkan
1996).
yang sesuai. Dalam formulasi strategi ditentukan bisnis apa yang dimasuki dan
adalah usaha untuk memperoleh informasi apakah strategi tertentu tidak berjalan
dengan semestinya. Terdapat tiga kegiatan dasar dari evaluasi strategi yaitu
menilai kembali faktor eksternal dan internal, mengukur kinerja dan melakukan
seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan rumah sakit
secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau
sasaran organisasi dengan tetap mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
kinerja rumah sakit yang hanya ditekankan pada sudut pandang keuangan, sering
17
menghilangkan sudut pandang lain yang tidak kalah pentingnya sehingga akan
atas dua kata yaitu, kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor
adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja, juga dapat
Dengan kartu skor dapat dibandingkan antara kinerja yang direncanakan dengan
kinerja. Sedangkan, kata berimbang berarti diukur secara berimbang dari dua
aspek, keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, internal
sebagai berikut.
keuangan.
dan sumber daya manusia berkualitas. Meskipun hal ini sulit untuk
panjang.
1. Perspektif Keuangan
19
c. Return on Assets
selama masa tertentu dengan dana yang ditanam dalam rumah sakit.
d. Return on Equity
2. Perspektif Pelanggan
pengukuran, yaitu.
pengukuran, yaitu.
konsumen.
pelanggan tersebut.
sebagai berikut.
mereka.
mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan/
atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pasien. Kaplan dan Norton (2000)
dilaksanakan.
a. Proses inovasi
dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.
b. Proses Operasi
bagian, yaitu.
kualitas, biaya dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi.
rawat dari saat keluhan pasien diterima hingga keluhan pasien tersebut
diselesaikan.
perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya rumah sakit yang
menunjukkan kesenjangan yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk
Menurut Kaplan dan Norton learning lebih dari sekedar training karena
manajemen strategis saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen
(Abdulmudy, 2015).
26
1. Komprehensif
meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu pelanggan, proses bisnis internal,
menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang dan
2. Koheren
Hal ini sangat dibutuhkan oleh rumah sakit untuk memasuki lingkungan
perspektif.
3. Terukur
oleh sistem tersebut. Semua sasaran strategis ditentukan oleh ukurannya, baik
strategik non keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan
berjangka panjang.
“kurang”, “cukup”, atau “baik” kinerja dari RSUD Tulehu tersebut. Total hasil
bobot skor RSUD Tulehu adalah 4 dari 8 ukuran kinerja. Sehingga, rata-rata skor
adalah = 4/8 = 0,5. Setelah diperoleh rata-rata skor, langkah selanjutnya adalah
membuat skala untuk menilai total skor tersebut, sehingga kinerja RSUD Tulehu
baik. Skalanya yang digunakan adalah sebagai berikut: kurang (jika skor -1 – 0),
cukup (jika skor > 0 – 0,50), baik (jika skor > 0,51 – 1,00). Dengan demikian
hasil pengukuran kinerja secara keseluruhan dari RSUD Tulehu terdapat pada
daerah cukup, dengan skor total 0,5. Artinya, kinerja RSUD Tulehu sudah cukup
alat penilaian kinerja pada RSUD Tulehu, karena dengan balanced scorecard
memungkinkan semua aspek dapat diukur. Hal ini selaras apabila pihak rumah sakit
29
Dilihat dari perspektif keuangan balanced scorecard dalam RSUD Tulehu masih
dinilai kurang stabil. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat pendapatan yang
dicapai dari tahun 2010 ke tahun 2011. Padahal tingkat perubahan biaya semakin
terhadap karyawan. Padahal seperti yang kita ketahui, kegiatan pelatihan tersebut
keahlian yang dimiliki karyawan, maka akan meningkatkan kualitas jasa yang
diberikan sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan
pendekatan balanced scorecard yang telah dilakukan ini tentunya masih terdapat
karena itu, penelitian lanjutan untuk menilai indikator dari berbagai perspektif
yang belum dilakukan perlu dilaksanakan, sehingga hasil penilaian kinerja RSUD