Anda di halaman 1dari 157

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Mesin Diesel V–8 Injeksi Langsung

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin

Disusun Oleh
Nama : Stefanus Dwi Prasetya
NIM : 035214034

Program Studi Teknik Mesin


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Direct Injection Diesel Engine V-8

Final Project

Presented as partitial fulfilment of the requirement


as to obtain the Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Eng ineering

By : Stefanus Dwi Prasetya


Student Number : 035214034

Mechanical Engineering Study Program


Mechanical Engineering Departement
Science Faculty and Technological
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pernyataan

Bahwa di dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 5 Agustus 2007

Penulis

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Intisari

Pembakaran pada mesin diesel terjadi akibat udara didalam silinder


dikompresikan sehingga suhu meningkat, kemudian Bahan bakar diesel
disemprotkan ke dalam ruang bakar melalui nozel dalam bentuk kabut halus dan
bersinggungan dengan udara panas ini sehingga akan menyala, dan tidak dibutuhkan
alat penyalaan lain dari luar.
Daya pada motor diesel dapat didongkrak dengan cara memperbesar jumlah
udara yang memasuki ruang bakar. Hal ini berarti efisiensi volumetriknya juga
menjadi bertambah besar. Kenaikan jumlah udara dikompensasi dengan penambahan
jumlah bahan bakar. Jumlah total energi yang memasuki ruang bakar menjadi tinggi
dan di dalam ruang bakar dapat dibangkitkan energi yang besar.
Dalam Tugas Akhir ini membahas perhitungan ulang karakteristik mesin diesel
dengan type Silinder yang jarang digunakan pada kendaraan pribadi yaitu mesin
diesel 8 silinder dengan type v yang digunakan pada kendaraan kereta api. Mesin
diesel ini memakai injeksi langsung untuk penyemprotan bahan bakar dan
turbocharger untuk memenuhi kebutuhan udara sehingga dapat menghasilkan tenaga
yang besar.

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kata Pengantar

Pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan

salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma.

Pembahasan tugas akhir ini tentang unjuk kerja mesin diesel yang digunakan

pada kendaraan kereta api, yaitu mesin diesel 8 silinder type v dengan injeksi

langsung dan menggunakan turbocharger untuk pemasukan udara.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari banyak pihak, sehingga pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih untuk pihak-pihak yang turut mendukung

terselesaikannya tugas akhir ini.

Terima kasih kepada :

1. Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Teknik.

2. Budi Sugiharto, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.

3. Doddy Purwadianto, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing akademik.

4. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I.

5. Ir. F.X. Agus Unggul, selaku Dosen Pembimbing II.

6. Balai Yasa PT. Kereta Api (PERSERO) Yogyakarta.

7. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, Adik dan Kakak beserta keluarganya

yang telah memberikan doa, dana dan semangat.

8. Teman-teman GKI Pajajaran atas doa dan dukungannya.

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9. Keluarga besar pondok El-Jireh atas doa dan dukungannya.

10. Teman-teman persekutuan Gospel buat doa, bantuan dan dukungannya.

11. Semua teman-teman Mahasiswa TM 2003 atas bantuan-bantuannya.

12. Dan yang terakhir, untuk semua pihak yang telah turut membantu

terselesaikannya tugas akhir ini.

Tentu saja banyak kekurangan di dalam penulisan kali ini. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun, baik sebelum maupun sesudah

adanya revisi.

Semoga penulisan tugas akhir ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan

pembaca lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf

yang sebesar-besarnya, terimakasih.

Yogyakarta, 5 Agustus 2005

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Daftar Isi

Halaman Judul i
Title Page ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Panitia Penguji iv
Pernyataan v
Intisari vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang masalah 1
1.2. Batasan masalah 1
1.3. Metode perumusan masalah 2
1.4. Metode penyelesaian masalah 2
1.5. Metode pengumpulan data 2
1.6. Tujuan pembuatan tugas akhir 3

BAB 2 DASAR TEORI 4


2.1. Motor diesel 4
2.2. Siklus pembakaran 7
2.2.1. Perbandingan kompresi dan temperatur 7
2.2.2. Prinsip kerja motor diesel 7
2.2.3. Detonasi (knocking) 11
2.3. Macam- macam ruang bakar 12
2.3.1 Macam- macam mesin diesel berdasarkan bentuk ruang bakar 12
2.3.1.1. Tipe injeksi langsung (direct injection) 12
2.3.1.2. Tipe ruang bakar kamar depan 17
2.3.1.1. Tipe kamar pusar 19

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.4. Konstruksi mesin diesel 20


2.5. Turbocharger 21
2.5.1. Tujuan pemakaian 22

BAB 3 PERHITUNGAN KERJA SIKLUS 24


3.1. Siklus kerja motor diesel 24
3.2. Langkah hisap 27
3.2.1. Tekanan di dalam silinder selama proses pengisapan 28
3.2.2. Temperatur akhir pada saat langkah hisap 29
3.2.3. Efisiensi pengisian untuk langkah hisap 30
3.3. Langkah kompresi 31
3.3.1. Tekanan akhir langkah kompresi 32
3.3.2. Temperatur akhir langkah kompresi 33
3.4. Langkah pembakaran 33
3.4.1. Reaksi pembakaran 34
3.4.2. Koefisien kelebihan udara 36
3.4.3. Koefisien kimia penambahan molar µo 38
3.4.4. Koefisien perubahan molar karena adanya gas hasil pembakaran 39
3.4.5. Kapasitas molar rata-rata dari gas volume konstan 40
3.4.6. Kapasitas panas molar isokhorik rata-rata udara 41
3.4.7 Kapasitas molar isokhorik udara pada akhir kompresi 41
3.4.8. Perhitungan temperatur akhir langkah pembakaran 41
3.4.9. Tekanan dan suhu akhir pembakaran 42
3.5. Langkah ekspansi 45
3.5.1. Perbandingan ekspansi awal 45
3.5.2. Perbandingan ekspansi akhir 46
3.5.3. Tekanan akhir langkah ekspansi 47
3.5.4. Temperatur akhir langkah ekspansi 47
3.6. Tekanan indikasi rata-rata 48
3.6.1 Tekanan indikasi rata-rata aktual 49
3.6.2. Kerja indikasi dan indikasi Hp ( horse power ) 50

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.6.3. Tekanan efektif rata-rata 51


3.7. Torsi yang dihasilkan 51
3.8. Efisiensi mekanis 52
3.9. Tekanan efektif rata-rata 52
3.10. Brake horsepower 53
3.11. Kebutuhan bahan bakar 53
3.11.1. Konsumsi bahan bakar tiap jam 54
3.11.2. Konsumsi bahan bakar tiap jam untuk indikasi daya (Ni) 55
3.11.3. Kebutuhan bahan bakar spesifikasinya 56
3.11.4. Konsumsi bahan bakar tiap jam untuk break thermal 56
3.12. Efisiensi indikasi panas 57
3.13. Efisiensi daya break thermal (Hp) 57

BAB 4 PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN 58


4.1. Silinder dan kepala silinder 58
4.1.1. Tebal dinding silinder 59
4.1.2. Tebal dinding mantel air pendingin 59
4.1.3. Tebal rongga antara silinder liner dengan dinding mantel air 60
4.1.4. Tegangan pada dinding silinder 60
4.1.4.1. Tegangan tangensial 60
4.1.4.2. Tegangan karena perbedaan suhu 61
4.1.4.3. Tegangan pada bagian dalam silinder 62
4.1.4.4. Tegangan karena tekanan gas silinder 63
4.1.4.5. Tegangan total pada permukaan dalam silinder 64
4.1.4.6. Tegangan total pada permukaan luar silinder 64
4.1.5. Kepala silinder 65
4.1.5.1. Tebal kepala silinder 65
4.1.5.2. Tegangan karena tekanan gas 66
4.1.5.3. Tegangan karena perbedaan suhu 66
4.1.5.4. Tegangan total 67
4.1.6. Ruang bakar 67

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.1.6.1. Ruang bakar kamar pusar 68


4.2. Piston dan perlengkapannya 70
4.2.1. Piston 70
4.2.1.1. Bahan piston 72
4.2.1.2. Diameter kepala piston 73
4.2.1.3. Diameter badan piston 74
4.2.1.4. Tebal kepala piston 74
4.2.1.5. Tebal sirip-sirip di dalam Torak 75
4.2.1.6. Tebal dinding beralur untuk cincin piston 75
4.2.1.7. Tebal dinding bagian badan piston 76
4.2.1.8. Tinggi piston 76
4.2.1.9. Jarak sumbu pena piston dengan alas piston 77
4.2.1.10. Tinggi badan torak 77
4.2.1.11. Tinggi land teratas 77
4.2.1.11. Jarak cincin yang satu dengan lainnya 78
4.2.1.13. Temperatur piston 78
4.2.1.14. Perhitungan volume cekungan piston 79
4.2.2. Cincin piston 80
4.2.2.1. Lebar cincin piston 84
4.2.2.2. Tebal cincin piston 84
4.2.2.3. Jarak sela cincin piston pada saat belum terpasang 85
4.2.2.4. Jarak sela cincin piston pada saat terpasang 85
4.2.2.5. Cincin minyak pelumas 86
4.2.3. Pena piston 87
4.2.3.1. Diameter luar pena 89
4.2.3.2. Perbandingan diameter luar dan diameter dalam pena 89
4.2.3.3. Panjang pena piston 90
4.2.3.4. Gaya yang diterima oleh pena piston akibat tekanan gas hasil pembakaran 90
4.2.3.5. Momen maksimium yang bekerja 91
4.2.3.6. Modulus penampang pena piston 91
4.2.3.7. Tegangan lengkung yang terjadi 92

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.3.8. Tegangan geser yang terjadi 92


4.2.4. Conecting rod 93
4.2.5. Batang penggerak dan bantalannya 93
4.2.5.1. Bantalan (luncur) pada pangkal batang penggerak 95
4.2.5.2. Batang piston 98
4.2.5.3. Diameter lubang engkol 99
4.2.5.4. Panjang pena engkol besar 100
4.2.3. Perhitungan mekanisme katup dan perlengkapannya 101
4.3.1. Katup 101
4.3.2. Diameter kepala minimum 103
4.3.3. Diameter kepala maksimum 104
4.3.4. Tinggi bahu kepala minimum 105
4.3.5. Tinggi bahu kepala maksimum 105
4.3.6. Diameter tangkai katup 106
4.3.7. Tinggi dudukan katup 107
4.3.8. Diameter dudukan katup 107
4.3.9. Panjang bush 108
4.3.10. Diameter luar bush 109
4.3.11. Diameter alur tempat kunci 109
4.3.12. Tebal piringan katup 110
4.3.13. Tinggi angkat maksimum 111
4.3.14. Pegas katup 112
4.3.14.1.Diameter lingkar pegas 112
4.3.14.2. Diameter kawat pegas 113
4.3.15. Perhitungan rocker arm 114
4.3.15.1. Tapet dan batang penumbuk 115
4.3.16. Perhitungan camshaft 117
4.3.16.1. Diameter poros kam 117
4.3.16.2. Diameter luar badan camshaft 118
4.3.16.3. Lebar permukaan hubungan 118
4.3.16.4. Lebar poros atau pusat kegiatan 118

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.3.17. Poros engkol 119


4.3.17.1. Diameter crankpin 120
4.3.17.2. Tebal crank cheek 121
4.3.17.3. Momen bending 122
4.3.17.4. Diameter crankshaft 122
4.3.17.5. Diameter luar badan crankshaft 122
4.3.17.6. Lebar permukaan hubungan 123
4.3.17.7. Lebar poros atau pusat kegiatan 123
4.3.17.8. Diameter alat penggulung 123
4.3.17.9. Tebal pipi dan lebar pipi 124
4.3.17.10. Panjang poros dudukan 125
4.4. Roda gila 125
4.4.1. Fungsi dari roda gila 125
4.4.2. Perhitungan tenaga lebih yang terjadi 126
4.4.3. Perubahan tenaga piston 128

BAB 5 HASIL PERHITUNGAN DAN KESIMPULAN 131


5.1. Hasil perhitungan 131
5.1.1. Data kendaraan dengan injeksi langsung 131
5.1.2. Hasil perhitungan Bab III 132
5.1.3. Hasil perhitungan Bab IV 135
5.2. Bahan 140
5.3. Kesimpulan 142
5.4. Saran 142

Daftar Pustaka 143

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Mesin diesel telah berkembang pesat sejak ditemukan oleh Rudolf Diesel.

Aplikasinya sangat luas, terutama untuk kendaraan niaga. Mesin diesel digunakan

baik dalam transportasi darat, laut, maupun udara. Pembahasan penulis saat ini

mesin diesel 8 silinder dengan tipe - v injeksi langsung yang digunakan pada

kendaraan kereta api. Pada mesin tersebut sistem masuk udara sudah memakai

turbocharger untuk mengatasi masalah kekurangan suplai udaranya, dimana udara ini

sangat mempengaruhi efisiensi motor diesel. Jika suplai udara pada motor diesel

tidak terpenuhi, maka pembakaran bahan bakar pada mesin akan berkurang, sehingga

mengakibatkan daya yang dihasilkan oleh motor diesel juga mengalami penurunan.

Penggunaan bahan bakar yang banyak akan meningkatkan daya mesin karena

daya poros diperoleh melalui perubahan energi kimia atau nilai kalor bahan bakar.

Akan tetapi jika hal ini tidak diimbangi dengan suplai udara yang cukup pada motor

diesel maka peningkatan daya pada motor diesel tidak akan optimal.

1.2. Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini penulis membatasi masalah pada perhitungan

karakteristik mesin diesel v8 injeksi langsung dengan turbocharger yang digunakan

pada mesin kereta api.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

1.3. Metode Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada tugas akhir ini adalah menghitung karakteristik

mesin diesel dengan sistem injeksi langsung.

1.4. Metode Penyelesaian Masalah

Analisa yang digunakan untuk menghitung karakteristik kerja motor adalah

dengan menggunakan perhitungan kerja siklus. Kemudian melakukan perhitungan

elemen-elemen mesin.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Untuk merancang mesin diesel 8 silinder dengan tipe - v injeksi langsung

diperlukan data pendukung, data data tersebut diperoleh dengan cara :

1. Metode wawancara

Penulis dalam pengumpulan data dilaksanakan dengan kegiatan tanya jawab

secara langsung dengan pihak yang bersangkutan, misalnya melakukan tanya

jawab secara langsung dengan mekanik PT.Kereta Api Yogyakarta..

2. Metode Pengamatan atau Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dilapangan pada saat mekanik

melakukan pembongkaran mesin diesel tersebut. Disini secara langsung penulis

dapat mengukur ukuran-ukuran bagian mesin.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

3. Metode Pembacaan Buku Acuan

Penulis memperoleh data dengan membaca buku-buku perancangan, dan juga

membaca literatur yang diperoleh dari PT. Kereta Api Yogyakarta yang berupa

data-data spesifikasi atau buku acuan lainnya yang berhubungan yang didapat

dari sumber manapun.

1.6. Tujuan Pembuatan Tugas Akhir

Mengetahui karakteristik dan kerja mesin diesel 8 silinder dengan tipe - v

injeksi langsung beserta bagian elemen-elemen mesinnya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Motor Diesel

Motor diesel yang digunakan sebagai penggerak kendaraan menurut putaran

poros engkolnya digolongkan menjadi tiga macam yaitu mesin diesel putaran rendah,

mesin diesel putaran sedang, dan mesin diesel dengan putaran tinggi. Mesin diesel

putaran rendah kecepatan putar poros engkol lebih rendah dari 500 rpm, mesin diesel

sedang memiliki putaran poros engkol antara 500-1000 rpm, sedangkan untuk

putaran mesin diesel memiliki kecepatan putar poros engkol lebih dari 1000 rpm.

Mesin diesel putaran rendah sebagian besar digunakan sebagai penggerak alat

transportasi yang membutuhkan daya yang besar dan tidak memerlukan kecepatan

yang tinggi. Mesin diesel dengan kecepatan tinggi digunakan sebagai penggerak

kendaraan yang selain memerlukan kecepatan sehingga dapat menghemat waktu.

Pada saat ini mesin diesel juga banyak dipergunakan dan dikembangkan sebagai

penggerak kendaraan pribadi.

Pada mesin diesel, udara didalam silinder dikompresikan hingga suhu

meningkat dan menghasilkan panas. Bahan bakar diesel kemudian disemprotkan ke

dalam ruang bakar melalui nozel dalam bentuk kabut. Bahan bakar ini kemudian

dibakar oleh panas udara yang telah dikompresikan di dalam silinder. Untuk

memenuhi kebutuhan pembakaran tersebut maka temperatur udara yang dikompresi

di dalam ruang bakar harus mencapai 500°C atau lebih. Oleh karena itu mesin diesel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

memiliki perbandingan kompresi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mesin

bensin yaitu antara 1:15 sampai dengan 1 : 22 tetapi pada mesin diesel kereta api

yang dibahas oleh penulis kompresi rasionya hanya 1 : 15,7. hal ini dikarenakan

mesin diesel hanya digunakan untuk memutar generator yang akan menghasilkan

listrik dan tidak membutuhkan akselerasi yang cepat. Sedangkan perbandingan

kompresi mesin bensin tidak dapat dibuat terlalu tinggi karena pada mesin bensin

dibatasi adanya detonasi.

Gambar 2.1a Mesin diesel putaran tinggi

(SUMBER : ISUZU Training Center, hal 2)

Gambar 2.1 b mesin diesel kereta api

(SUMBER : GENERAL ELECTRIC)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

Keuntungan mesin diesel:

1. Mesin diesel memiliki efisiensi panas yang lebih tinggi, hal ini berarti bahwa

penggunaan bahan bakar lebih ekonomis daripada mesin bensin. Pemakaian

bahan bakar diesel kira-kira 25% lebih rendah dibandingkan dengan mesin

bensin, harga bahan bakarnya lebih murah.

2. Mesin diesel lebih tahan lama dan tidak memerlukan electric igniter. Hal ini

berarti bahwa kemungkinan kesulitan lebih kecil dibandingkan mesin bensin.

3. Momen pada mesin diesel tidak berubah pada jenjang tingkat kecepatan yang

luas, hal ini berarti bahwa mesin diesel lebih fleksibel dan mudah

dioperasikan.

Kerugian mesin diesel:

1. Tekanan pembakaran maksimum hampir dua kali lebih besar dibandingkan

mesin bensin, hal ini berarti suara dan getaran mesin diesel lebih keras.

2. Tekanan pembakarannya yang lebih tinggi maka mesin diesel harus dibuat

lebih kuat dan kokoh, sehingga dengan daya kuda yang sama mesin diesel

lebih berat dan pembuatannya lebih maha l.

3. Mesin diesel memerlukan sistem injeksi bahan yang presisi. Dan ini berarti

harganya lebih mahal dan memerlukan perawatan yang teliti.

4. Mesin diesel memiliki perbandingan kompresi yang tinggi dan memerlukan

gaya yang besar untuk memutarnya, hal ini berarti diperlukan motor starter

dan baterai yang lebih besar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

2.2 Siklus Pembakaran

2.2.1 Perbandingan Kompresi dan Temperatur

Udara di dalam silinder dikompresikan oleh adanya gerakan piston yang

menyebabkan temperatur meningkat. Grafik 2.1 dibawah ini menunjukkan hubungan

secara teori antara perbandingan kompresi, tekanan kompresi dan suhu.

Apabila perbandingan kompresi 16, maka tekanan kompresi dan temperatur adalah

30 kg/cm2 dan 500°C.

Grafik 2.1 Perbandingan Kompresi dan Temperatur

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, hal 4)

2.2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel

Prinsip kerja motor diesel putaran tinggi dapat dilihat pada gambar 2.2

(prinsip kerja motor diesel), piston yang bergerak secara translasi (bolak-balik) di

dalam silinder dihubungkan dengan pena engkol dari poros engkol yang berputar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

pada bantalannya, dengan perantaraan batang penggerak atau batang penghubung.

Campuran bahan bakar dan udara dibakar di dalam ruang bakar, yaitu ruangan yang

dibatasi oleh dinding silinder, kepala piston dan kepala silinder. Gas pembakaran

yang terjadi itu mampu menggerakkan piston dan selanjutnya menggerakkan atau

memutar poros engkol. Pada kepala silinder terdapat katup hisap dan katup buang.

Katup hisap berfungsi memasukkan udara segar ke dalam silinder, sedangkan katup

buang berfungsi mengeluarkan gas pembakaran yang sudah tidak terpakai dari dalam

silinder ke udara luar (atmosfer).

Gambar 2 .2 Prinsip kerja motor diesel

(Sumber: ISUZU Training Center, hal 3)

Jika piston berada pada posisi terjauh dari kepala silinder, seperti terlihat

pada gambar 2.2(2) dan katup hisap dan katup buang ada pada posisi tertutup, maka

gerakan piston ke atas seperti terlihat pada gambar 2.2(2) merupakan gerakan

menekan udara di dalam silinder (langkah kompresi). Gerakan tersebut terakhir akan

mengakibatkan kenaikkan tekanan dan temperatur udara yang dikompresikan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

tersebut. Akhirnya pada saat piston mencapai posisi terdekat dengan silinder seperti

terlihat pada gambar 2.2(3), maka pada motor diesel pada umumnya tekanan dan

temperaturnya berturut-turut dapat mencapai kurang lebih 30 kg/cm2 dan 550 o C

(Sumber : Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 4). Namun

beberapa saat sebelum piston mencapai posisi (3) tersebut di atas, bahan bakar

disemprotkan ke dalam silinder dan terjadilah proses pembakaran. Karena proses

pembakaran tersebut memerlukan waktu maka tekanan maksimum dan temperatur

maksimumnya terjadi beberapa saat setelah piston mulai bergerak ke bawah. Pada

peristiwa ini gas hasil pembakaran mendorong piston bergerak ke bawah (langkah

ekspansi). Seperti terlihat pada gambar 2.2(3), dan selanjutnya memutar poros

engkol. Beberapa saat piston sebelum mencapai posisi (4) katup buang mulai terbuka

sehinga gas hasil pembakaran keluar dari dalam silinder. Selanjutnya, gas hasil

pembakaran dipaksa keluar dari dalam silinder oleh gerakan piston dari bawah ke

atas (langkah buang). Beberapa saat piston sebelum mencapai posisi (1), katup hisap

mulai terbuka dan beberapa saat setelah piston mulai bergerak ke bawah lagi katup

buang sudah menutup. Dalam hal ini, gerakan piston ke bawah akan mengakibatkan

udara segar dari luar (atmosfer) akan terhisap masuk ke dalam silinder (langkah

hisap). Proses tersebut di atas terjadi secara berulang-ulang.

Pada posisi (3) dan (4) tersebut pada gambar 2.2, piston seolah-olah berhenti

atau dengan kecepatan nol. Posisi dimana terjadi pada keadaan tersebut disebut

dengan nama “titik mati”. Piston pada saat berada pada posisi (3) dimana piston

berada pada posisi paling dekat dengan kepala silinder disebut dengan “Titik Mati

Atas” (TMA). Sedangkan pada saat piston berada pada posisi (4) dimana piston
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

berada pada posisi terjauh dari kepala silinder disebut dengan “Titik Mati Bawah”

(TMB). Jarak antara titik mati atas (TMA) dengan titik mati bawah (TMB) disebut

dengan “panjang langkah” (langkah). Contoh proses yang diberikan di atas meliputi :

langkah kompresi, langkah ekspansi, langkah buang dan langkah hisap, terjadi

selama gerakan piston dari TMB-TMA-TMB-TMA-TMB, atau selama dua putaran

poros engkol. Mesin yang dalam satu siklusnya meliputi langkah kompresi, langkah

ekspansi, langkah buang dan langkah hisap selama dua putaran poros engkol disebut

dengan mesin empat langkah. Dalam hal ini, gas hasil pembakaran mendorong piston

pada saat langkah ekspansi saja, selebihnya ketiga langkah yang lain terjadi hal yang

sebaliknya. Untuk memungkinkan hal tersebut diatas bisa terjadi, maka sebagian

energi gas hasil pembakaran selama proses ekspansi harus diubah dan disimpan

dalam bentuk energi kinetik roda gaya.

Mesin yang dalam satu siklus kerjanya dengan satu putaran poros engkol

disebut dengan mesin dua langkah. Dalam hal ini kira-kira 1/3 gerakan piston dari

TMA ke TMB yang terakhir dan 1/3 gerakan piston dari TMB ke TMA yang

pertama digunakan untuk mengeluarkan gas hasil pembakaran dari dalam silinder

dan untuk memasukkan udara segar dari atmosfer (dan bahan bakar pada motor

bensin) ke dalam silinder. Proses pembuangan gas hasil pembakaran sudah tak

terpakai dan pengisian udara segar ke dalam silinder disebut dengan pembilasan.

Motor diesel penggerak (propeller) kapal-kapal besar biasanya bersiklus dua

langkah. Demikian juga dengan motor bensin berukuran kecil, biasanya juga bekerja

dengan siklus dua langkah. Namun motor diesel dengan putaran tinggi tidak pernah

bekerja dengan siklus dua langkah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

2.2.3 Detonasi (Knocking)

Detonasi adalah getaran atau suatu ledakan yang ditimbulkan oleh

pembakaran yang tidak sempurna. Secara grafik dapat diperlihatkan pada Grafik 2.2

dibawah ini :

Grafik 2.2 Detonasi (Knocking)

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, hal 5)

Mengurangi besarnya detonasi yang terjadi dapat dilakukan dengan metode sebagai

berikut :

• Gunakan solar yang angka cetane-nya tinggi.

• Menaikkan temperatur dan tekanan udara.

• Mengurangi volume injeksi pada saat proses injeksi dimulai.

• Menaikkan temperatur ruang bakar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

2.3 Macam-macam Ruang Bakar

2.3.1 Macam-macam Mesin Diesel dibagi Berdasarkan Bentuk Ruang

Bakarnya

Ruang bakar mesin diesel merupakan bagian yang terpenting untuk

menentukan kemampuan mesin diesel. Telah dikembangkan berbagai macam

konfigurasi ruang bakar mesin diesel untuk menjamin bahan bakar yang

disemprotkan kedalamnya dan dapat mengurangi, mengabut, dan bercampur dengan

udara. Cara yang digunakan disini meliputi pembentukan ruang masuk kedalam

silinder, atau dengan jalan menambahkan ruang bakar bantu yang dapat

mempercepat ekspansi gas pada tahap pembakaran awal untuk meningkatkan

efisiensi pembakaran. Ruang bakar yang digunakan pada mesin diesel adalah sebagai

berikut

2.3.1.1 Tipe Injeksi Langsung (Direct Injection)

Injection nozzle menyemprotkan langsung bahan bakar ke dalam ruang bakar

utama yang terdapat diantara kepala silinder dan piston. Ruang bakar yang berada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

diatas piston merupakan salah satu bentuk yang dirancang untuk menyempurnakan

pembakaran. Dapat dikatakan mesin diesel putaran tinggi yang menggunakan ruang

bakar jenis ini bekerja dengan puncak piston berongga supaya diperoleh pusaran

udara, seperti terlihat pada gambar 2.3. bentuk rongga-rongga bertekanan dapat

dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.3 Tipe Injeksi Langsung (Direct injection).

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, hal 5)

Macam- macam ruang injeksi langsung:

1. Multi spherical

2. Hemispherical

3. Spherical
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Gambar 2.4 Macam-macam Ruang Injeksi Langsung.

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, Informasi Umum Automotif)

Ruang bakar yang berada di atas piston merupakakan salah satu bentuk yang

dirancang untuk menyempurnakan pembakaran. Dapat dikatakan mesin diesel

putaran tinggi yang menggunakan ruang bakar jenis ini bekerja dengan puncak piston

berongga supaya diperoleh pusaran udara, seperti terlihat pada gambar 2.5, pusaran

tersebut juga dinamai “penggilasan”, disebabkan karena perhitungan kompresi yang

lebih tinggi pada puncak piston, jika dibandingkan pada dasar rongga. Pusaranan

yang terjadi, semacam pusaran yang bertekanan. Bentuk-bentuk rongga bertekanan

dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.5 Penggilasan Udara .

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal : 85)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Gambar 2.6 Beberapa benruk rongga pada kepala piston motor diesel putaran tinggi

dengan ruang bakar terbuka

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal : 85)

Untuk membuat pusaran tanpa penggilasan, biasanya udara yang dimasukkan

ke dalam silinder dibuat berputar mengelilingi sumbu silinder, seperti terlihat pada

gambar 2.7(a) dan (b). Untuk ruang bakar dengan rongga piston yang dangkal,

banyak digunakan pusaran induksi. Gambar 2.8 menunjukkan “katup berkelok” atau

“katup berselubung” yang terpasang pada system tersebut pada gambar 2.7(a).

Konstruksi katup ini bertujuan untuk menahan aliran melalui kira-kira separuh

keliling katup, dengan menggunakan “kedok” atau ”selubung”. Namun konstruksi

katup berkelok menurunkan effisiensi volumetric. Pada gambar 2.7(b) pipa isap

dibuat sedikit miring dan dalam arah tangensial terhadap dinding silinder. Gambar

2.9 menunjukkan aliran melalui lubang spiral, yaitu bentuk yang sebaik-baiknya

untuk membentuk pusaran udara. Dalam mesin- mesin dua langkah pusaran udara

pembilas membentuk pusaran untuk memperbaiki proses pembakaran.

Dua jenis pusaran diatas lebih lemah jika dibandingkan dengan gerakan udara

di dalam ruang bakar kamar pusar atau ruang bakar kamar muka. Oleh karena itu,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

perlu ada usaha memperbaiki pencampuran bahan bakar dan udara dengan

mengandalkan penyemprotan bahan bakar, yaitu penyemprotan bahan bakar, yaitu

pengabutan , distribusi, dan penetrasi bahan bakar didalam silinder sebaik-baiknya.

Untuk hal itu, hendaknya penyemprotan bahan bakar berlubang banyak diletakkan

ditengah-tengah silinder, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6(a) sampai

dengan (h).

Gambar 2.7 Pusaran Induksi.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal : 86)

Gambar 2.8 Katup Berkelok.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal : 86)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Gambar 2.9 Aliran Udara Melalui Lubang Sepriral.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal : 86)

Keuntungan:

1. Efisiensi panas tinggi (tidak memerlukan glow plug).

2. Konstruksi silinder head sederhana.

3. Karena kerugian panas kecil, perbandingan kompresi dapat diturunkan.

Kerugian:

1. Pompa injeksi harus menghasilkan tekanan yang tinggi.

2. Kecepatan maksimum lebih rendah.

3. Suara lebih besar (berisik).

4. Bahan bakar harus bermutu tinggi.

2.3.1.2 Tipe Ruang Bakar Kamar Depan

Tipe ruang bakar kamar depan dapat dilihat pada gambar 2.10 dibawah ini,

bahan bakar disemprotkan oleh injection nozzle ke dalam pre-combustion chamber.

Sebagian akan terbakar di tempat dan sisanya yang tidak terbakar akan bergerak

melalui saluran kecil antara ruang bakar kamar depan dan ruang bakar utama dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

selanjutnya akan terurai menjadi partikel yang halus dan terbakar habis di ruang

bakar utama (main chamber)

Gambar 2.10 Tipe Ruang Bakar Kamar Depan.

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, hal 6)

Keuntungan:

1. Pemakaian bahan bakar lebih luas, bahan bakar yang relative kurang baik

dapat digunakan dengan asap pembakaran yang tidak pekat.

2. Karena pada tipe mesin ini digunakan tipe nozzle trotle, maka diesel knock

dapat dikurangi dan kerja mesin lebih tenang

3. Mudah pemeliharaannya karena tekanan injeksi bahan bakarnya relative

rendah dan mesin tidak terlalu peka terhadap perubahan timing injeksi.

Kerugian:

1. Bentuk kepala silinder lebih rumit dan biaya pembuatan mahal.

2. Diperlukan starter yang lebih besar, mesin sulit distarter, sehingga

memerlukan glow plug.

3. Pemakaian bahan bakar lebih boros.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

2.3.1.3 Tipe Kamar Pusar (Swirl Chamber Type)

Tipe kamar pusar dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini, kamar pusar

mempunyai bentuk spherical. Udara yang dikompresikan piston memasuki kamar

pusar dan membentuk aliran turbulensi. Sebagian akan terbakar di tempat dan

sisanya yang tidak terbakar akan dibakar habis di main combustion chamber

Gambar 2.11 Tipe Kamar Pusar

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, hal 7)

Keuntungan:

1. Dapat dicapai kecepatan mesin yang tinggi karena turbulensi kompresi tinggi.

2. Gangguan pada nozzle (tipe pin) lebih kecil, karena menggunakan nozzel tipe

pin.

3. Operasi mesin lebih halus dengan tingkat kecepatan yang lebih luas sehingga

banyak digunakan sebagai mobil penumpang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Kerugian:

1. Konstruksi cylinder head dan silinder block lebih rumit.

2. Efisiensi panas dan konsumsi bahan bakarnya lebih buruk dari pada mesin

injeksi langsung .

3. Masih menggunakan glow plug (busi pijar), tidak efektif untuk kamar pusar

yang besar karena mesin tidak mudah distart.

4. Detonasi lebih mudah terjadi pada kecepatan rendah.

2.4 Konstruksi Mesin Diesel

Konstruksi mesin diesel dapat diperlihatkan pada gambar 2.12 dibawah ini

Gambar 2.12 Potongan Melintang Pompa Injeksi Tipe VE.

(Sumber: Astra Isuzu Training Center, Informasi Umum Automotif)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

2.5 Turbocharger

Daya poros diperoleh melalui pengubahan energi kimia atau nilai kalor bahan

bakar. Makin banyak bahan bakar yang dapat dibakar, makin besar daya yang dapat

dihasilkan. Hal itu dapat terjadi jika tersedia udara secukupnya; biasanya dengan

faktor kelebihan udara lebih besar dari pada batas asap. Maka hal itupun berarti

bahwa daya mesin dibatasi oleh kemampuan mesin tesebut mengisap udara yang

diperlukan untuk pembakaran.

Namun demikian, pada mesin empat- langkahpun terdapat impitan katup

sehingga sebagian dari udara segar juga keluar dari dalam silinder. Hal itu

merupakan kerugian yang tidak dapat dihindari. Jadi, udara yang dimasukkan ke

dalam silinder tidak semuanya dipergunakan untuk pembakaran.

Sebuah motor bakar 4 langkah yang bekerja dengan supercharger tekanan

isapnya lebih tinggi daripada tekanan udara atmosfer sekitarnya. Hal ini diperoleh

dengan jalan memaksa udara atmosfer masuk ke dalam silinder selama langkah isap,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

dengan memompa udara yang biasa dinamai supercharger.

Supercharger digerakkan dengan daya yang dihasilkan oleh mesin itu sendiri;

atau dengan jalan memanfaatkan energi gas buang untuk menggerakkan turbin gas

yang menggerakkan supercharger. Supercharger yang digerakkan oleh turbin gas

buang dinamai turbo-supercharger atau ‘turbocharger’ saja. Dengan supercharger

jumlah udara atau campuran bahan bakar – udara segar yang bisa dimasukkan lebih

besar daripada dengan proses pengisapan oleh torak pada waktu langkah isap.

Tekanan udara dengan supercharger akan menaikkan sekaligus tekanan isap dan

tekanan buang.

2.5.1 Tujuan pemakaian

Tujuan utama pemakaian turbocharger adalah memperbesar daya motor (30 –

80%); mesinpun menjadi lebih kompak lagipula ringan. Boleh dikatakan motor

diesel dengan turbocharger dapat bekerja lebih efisien, pemakaian bahan bakar

spesifiknya lebih rendah (5 – 15%). Hal ini berarti turbocharger yang dipakai adalah

jenis turbo efisiensi.

Dilihat dari konstruksi dan harganya, motor diesel di bawah 100 PS tidak

ekonomis menggunakan supercharger. Tetapi apabila mesin harus bekerja pada

ketinggian lebih dari 1500 meter di atas laut, supercharger mempunyai arti penting

dalam usaha mengatasi kerugian daya yang disebabkan oleh berkurangnya kepadatan

udara atmosfer di tempat tersebut. Mesin dengan daya di antara 100 – 200 PS yang

banyak dipakai pada kendaraan laut, tidak memperlihatkan pembatasan yang tegas;

banyak juga yang menggunakan supercharger.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

Pada motor diesel, supercharger dapat mempersingkat periode persiapan

pembakaran sehingga karakteristik pembakaran menjadi lebih baik. Di samping itu

terbuka kemungkinan untuk menggunakan bahan bakar dengan bilangan setana yang

lebih rendah. Akan tetapi jangan hendaknya melupakan tekanan dan temperatur gas

pembakarannya karena hal tersebut akan menyangk ut persoalan pendinginan,

konstruksi, kekuatan material serta umurnya.

Udara atmosfer masuk ke dalam kompresor, mengalami proses kompresi

sehingga tekanannya naik. Kompresor digerakkan oleh turbin; hal ini dapat dilihat

pada adanya poros yang menghubungkan rotor kompresor dan rotor turbin yang

digerakkan oleh gas buang motor bakar torak yang menggunakan turbocharger

tersebut. Udara yang keluar dari kompresor mengalir ke dalam saluran isap motor;

melalui karburator atau penyemprot bahan bakar, pada motor Otto. Selanjutnya udara

mengalir ke dalam silinder. Konstruksi turbocharger dapat dilihat seperti pada

gambar 2.13.

Gambar 2.13 Konstruksi sebuah turbocharger dengan katup udara (KK) dan katup

gas buang (KT) dalam keadaan tertutup. Sumber: Arismunandar, hal. 116.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

BAB III

PERHITUNGAN KERJA SIKLUS

3.1. Siklus Kerja Motor Diesel

Siklus kerja motor diesel ada tiga macam, yaitu:

1. Siklus ideal

2. Siklus aktual

3. Siklus gabungan

Dalam pembahasan ini kami menggunakan siklus gabungan yaitu gabungan

antara siklus ideal dan siklus aktual untuk melakukan perhitungan pada motor diesel.

Untuk menjelaskan makna dari diagram p-v pada motor torak terlebih dahulu

perlu kita pakai beberapa idealisasi, sehingga prosesnya dapat dipahami secara lebih

mudah. Proses yang sebenarnya ( aktual ) berbeda dengan proses yang ideal tersebut,

dimana perbedaan tersebut menjadi semakin besar jika idealisasi yang digunakan itu

terlalu jauh menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, proses siklus yang ideal itu

biasa disebut dengan siklus udara, dengan beberapa idealisasi sebagai berikut:

1. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dimana udara dianggap sebagai gas

ideal dengan konstanta kalor yang konstan.

2. Proses ekspansi dan kompresi berlangsung secara isentropik.

3. Proses pembakaran dianggap proses pema nasan fluida kerja.

4. Pada akhir proses ekspansi, yaitu saat piston mencapai TMB, fluida kerja

didinginkan sehingga tekanan dan suhunya turun mencapai tekanan dan suhu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

udara luar (atmosfer).

5. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah hisap

adalah konstan dan sama dengan tekanan dan suhu udara luar.

Pada gambar di bawah (3.1) menunjukkan siklus tekanan konstan, yang

dianggap sebagai siklus dasar dari setiap mesin empat langkah.

Gambar 3.1 Diagram p-v siklus diesel ideal

(Sumber: Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 18)

Pada waktu piston berada pada TMB ( titik r ) udara dalam kondisi atmosfer.

Gerakan piston dari TMB ke TMA ( titik c ) menyebabkan udara pada kondisi

atmosfer tersebut mengalami kompresi isentropik hingga piston mencapai TMA.

Pada waktu piston berada pada posisi TMA udara dipanasi pada tekanan konstan

sehingga menyebabkan suhu dan volume udaranya naik, proses ini berakhir pada

titik c. Selanjutnya, gerakan piston dari TMA ke TMB merupakan proses ekspansi

isentropik. Pada saat piston mencapai posisi TMB ( titik z ) udara didinginkan hingga

pada kondisi atmosfer ( titik a ). Gerakan piston selanjutnya dari TMB ke TMA yaitu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

dari titik a - o adalah langkah buang pada tekanan konstan. Sedangkan gerakan

piston yang berikutnya dari TMA ke TMB, yaitu dari titik o -a adalah langkah

hisap pada tekanan konstan yang sama dengan tekanan buang. Jika siklus kerja

motor berdasarkan idealisasi 3 dan 4, maka sebenarnya tak perlu diadakan

penggantian fluida kerja.

Pada siklus aktual hambatan hidraulik ( rugi- rugi gesekan fluida ) yang

timbul pada sistem pemasukan akan menurunkan tekanan udara yang masuk ke

dalam ruang bakar.

Karena gerakan piston yang tidak seragam menyebabkan proses pengisian

ruang bakar juga bervariasi. Tampak pada gambar 3.2 langkah pengisapan r - a kurva

mengalami penurunan tekanan di bawah garis atmosfer.

Gambar 3.2 Diagram p-v siklus diesel aktual

(Sumber: Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 18)

Kompresi udara pada siklus aktual diikuti dengan pertukaran panas antara dinding

silinder dengan udara. Oleh karena itu garis kompresi pada diagram p-v bukan garis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

adiabatik, tetapi ditunjukkan oleh kurva berlangsung secara politropik dengan

eksponen politropik yang bervariasi.

Karena campuran udara dan bahan mengisi silinder selama periode

pembakaran sampai mendekati TMA. Sehingga tekanan gas pada proses ini tidak

bergerak naik menurut garis vertikal seperti pada pembakaran yang terjadi dalam

volume konstan, tetapi mengikuti kurva yang semakin menjauhi sumbu y. Setelah

TMA, pembakaran berlangsung dengan diikuti kenaikan volume.

Proses ekspansi pada siklus aktual disertai dengan afterburning dan

perpindahan panas antara gas hasil pembakaran dengan dinding silinder. Oleh karena

itu proes ekspansi tidak berlangsung secara adiabatik, tetapi berlangsung secara

politropik dengan harga koefisien politropik yang bervariasi.

3.2. Langkah Hisap

Seperti telah dijelaskan di atas pada langkah isap terjadi penurunan tekanan

atmosfer yang sesungguhnya, hal ini disebabkan karena rugi- rugi gesekan fluida

pada sistem pengisapan. Udara luar pada tekanan atmosfer mengalir masuk ke dalam

ruang bakar karena adanya perbedaan tekanan yang lebih rendah di dalam ruang

bakar.

Sejumlah muatan udara segar dialirkan saat langkah hisap, hal ini terjadi

karena adanya perbedaan tekanan antara udara luar ( tekanan atmosfer ) dengan

tekanan dalam silinder karena adanya penambahan volume silinder yang disebabkan

gerak langkah piston dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB).

Pengaliran muatan segar ini melalui saluran hisap dan akan melewati katup hisap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

saat terbuka. Katup hisap terbuka beberapa derajat sebelum TMA saat langkah

buang. Saat torak menuju TMB, campuran segar mengalir ke dalam silinder.

Faktor yang mempengaruhi besarnya muatan yang masuk ke dalam silinder:

1. Tahanan hidraulis dari sistem saluran hisap, tekanan akan direduksi sebesar ? P.

2. Adanya sisa hasil pembakaran di dalam silinder yang mendiami sebagian volume

silinder.

3. Pemanasan campuran udara – bahan bakar oleh permukaan dinding saluran hisap

dan ruang di luar silinder sebesar ? T yang akan mengurangi kerapatan

campuran.

3.2.1 Tekanan di Dalam Silinder Selama Proses Pengisapan

Adanya gesekan di dalam saluran isap akan mengurangi jumlah muatan

segar yang terhisap ke dalam silinder karena kerapatan muatan berkurang. Pengaruh

tahanan hidraulik muatan dapat dicari bila diketahui rugi–rugi tekanan ? Pa dalam

sistem hisap atau tekanan Pa pada saat proses penghisapan berakhir.

Tekanan di dalam silinder selama proses pengisian dapat dicari secara tepat bila

prosesnya stabil. Pada mesin 4 langkah saat mencapai kecepatan dan daya rata-rata

Pa. Tekanan akhir langkah hisap dihitung dengan persamaan 3.1 (Petrovsky, Marine

Internal Combusion Engine,hal 27) yaitu sebagai berikut :

Pa = (0,90 − 0,95)P o ..................................................................................................... (3.1)

Dengan:

Pa = Tekanan akhir saat langkah hisap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

Po = Tekanan udara luar dengan menggunakan turbo 2,5 atm (= 0,2532 Mpa)

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Pa = ( 0,95) Po
= 0,95 x 0,2532
= 0,2405 Mpa

Drop pressure atau penurunan tekanan yang terjadi dihitung dengan menggunakan

persamaan 3.2 (Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 207) yaitu

sebagai berikut :

∆Pa = (0,03 − 0,05) Po ................................................................................................... (3.2)

dengan :

?Pa : penuruna n tekanan karena rugi-rugi gesekan fluida

∆Pa = (0,04) Po
= 0,04 x 0,2532
= 0,0101 Mpa

3.2.2 Temperatur Akhir Pada Saat Langkah Hisap:

Temperatur akhir langkah hisap dapat dihitung dengan persamaan 3.3

(Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 29) yaitu sebagai berikut :

To + ? T w + ?rTr
Ta = ................................................................................................. (3.3)
1 + ?r

Dengan:

Ta = Temperatur udara saat langkah hisap

To = Temperatur udara luar (atmosfer). Diasumsikan ˜ 65 o C = 338 K


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

? Tw = Peningkatan panas akibat kontak dengan dinding silinder dan piston

yang panas.

Besarnya ˜ 10-15°C (dengan turbocharger) . (Petrovsky ,Marine

Internal Combustion Engine, hal 81).

?r = Koefisien gas buang. Besarnya = 0 ..(Petrovsky, Marine Internal

combustion Engine, hal 207).

Ti = Temperatur gas buang. Besarnya ˜ 700-800 K .(Petrovsky, Marine

Internal Combustion Engine, hal 32).

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

338 + 15 + 0 × 800
Ta =
1+ 0
= 353 K

3.2.3 Efisiensi Pengisian Untuk Langkah Hisap

Efisiensi pengisian silinder adalah perbandingan antara jumlah muatan segar

aktual We yang dikompresi di dalam silinder dengan jumlah Wo yang akan diisikan di

dalam volume kerja silinder Vd pada tekanan dan suhu udara luar (p0 dan T0 ). Pada

mesin tanpa supercharger, p0 dan T0 menyatakan tekanan dan suhu udara luar, tapi

pada mesin dengan supercharger p0 = psup dan T0 = Tsup yang merupakan tekanan dan

suhu udara setelah melewati blower. Maka efisiensi pengisian dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.4 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion

Engine, hal 31) yaitu sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

ε pa 1
ηch = ⋅ ⋅
ε − 1 p 0 Ta
(1 + γr )
T0
15,7 0,2405 1 ..................................................................... (3.4)
= ⋅ ⋅
15,7 − 1 0,2532 353
(1 + 0 )
338
= 0,97

Dengan:

Ta = Temperatur udara saat akhir langkah hisap

To = Temperatur udara luar (atmosfer)

e = Perbandingan kompresi.

3.3. Langkah Kompresi

Langkah kompresi merupakan lanjutan dari langkah hisap. Katup hisap akan

tertutup sebelum piston akan mencapai TMB, akhirnya pada saat piston mencapai

posisi terdekat dengan silinder maka pada motor diesel pada umumnya tekanan dan

temperaturnya berturut-turut dapat mencapai kurang lebih 30 kg/cm2 dan 550o C dan

hal tersebut disebut dengan proses kompresi (Sumber: Wiranto Arismunandar, hal 4)

Proses kompresi pada siklus aktual berlangsung secara politropis sehingga

temperatur dan tekanan pada akhir langkah kompresi, dihitung dengan menggunakan

persamaan politropik. Dengan memperhitungkan perubahan koefisien politropik n1

yang besarnya 1,34 – 1,39 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine,

hal 33). Eksponen politropis dicari dengan metode trial error dari persaman 3.5

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 34) yaitu sebagai

berikut :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

(
A + B + Ta ε k1 −1 + 1 = ) 1,985
..................................................................................... (3.5)
k1 − 1

dengan :

k1 ˜ n 1 = 1,34 -1,39 koefisien politropik.

A dan B = koefisien yang ditemukan berdasarkan percobaan yang dilakukan

oleh N.M. Glagolev untuk setiap macam gas. (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 47).

A untuk udara = 4,62

B untuk udara = 0,00053

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

4,62 + 0,00053 × 353 15,7 k1 −1 + 1 = ( ) 1,985


k1 − 1

Apabila persamaan di atas diselesaikan maka didapat harga k1 = 1,373

3.3.1 Tekanan Akhir Langkah Kompresi:

Tekanan akhir langkah kompresi dapat dihitung dengan me nggunakan

persamaan 3.6 (Petrovsky, hal 32) yaitu sebagai berikut :

Pc = Pa × ε n1 ............................................................................................................................. (3.6)

Dengan:

Pc = Tekanan akhir langkah kompresi

Pa = Tekanan akhir saat langkah isap

e = Perbandingan kompresi

n1 ˜ k1 = Koefisien politropik. Besarnya ˜ 1,373. (Petrovsky, Marine Internal

Combustion Engine, hal 33).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

Maka didapat tekanan dan suhu akhir kompresi adalah :

Pc = Pa × e n1
= 0,2405 ×15,7 1,373
= 10,546 MPa

3.3.2 Temperatur Akhir Langkah Kompresi:

Temperatur akhir langkah kompresi dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 3.7 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 32) yaitu sebagai

berikut :

Tc = Ta × en1-1 ................................................................................................................ (3.7)

Dengan:

Tc = Temperatur akhir langkah kompresi

Ta = Temperatur udara saat akhir langkah hisap

e = Perbandingan kompresi

n1 = Koefisien politropik. Besarnya ˜ 1,373 (Petrovsky, Marine Internal

Combustion Engine, hal 33).

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Tc = Ta × ε n1 −1
= 353 × 15,7 (1, 373−1)
= 985,928 K

3.4. Langkah Pembakaran

Proses pembakaran terjadi saat piston berada beberapa derajat sebelum TMA.

Campuran udara dan bahan bakar yang terkurung di dalam ruang bakar dimampatkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

pada saat proses kompresi, sehingga tekanan dan suhu di dalam ruang bakar naik

secara tiba-tiba.

Pada proses ini terjadi pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Unsur

utama terjadinya pembakaran adalah karbon, hidrogen dan oksigen. Udara

mengandung 23% oksigen (O 2 ) 76,7% Nitrogen (N 2 ) dalam basis massa, dan

mengandung 21% Oksigen dan 79% Nitrogen dalam basis volume.

Kandungan unsur utama bahan bakar :

C = 86% = 0,86 mol/kg.bahan bakar

H = 13% = 0,13 mol/kg.bahan bakar

O2 = 1% = 0,01 mol/kg.bahan bakar

3.4.1 Reaksi Pembakaran

Misalkan pada 1 kg bahan bakar mengandung c kg Karbon, h kg Hidrogen,

dan o kg Oksigen.

1 kg = c kg + h kg + o kg

Reaksi pembakaran Karbon sempurna :

C + O2 = CO2

Jika dimasukkan berat atom maka :

12 kg C + 32 kg O2 = 44 kg CO2

Pembakaran 1 kg Karbon menghasilkan :

32 44
1 kg C + kg O2 = CO2
12 12

Dan pembakaran c kg Karbon :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

32 44
1 kg C + c × kg O2 = c × CO2
12 12

Dalam mol :

c c
1 kg C + kg O2 = CO2
12 12

Reaksi pembakaran karbon tidak sempurna :

2 C + O2 = 2CO
24 kg C + 32 kg O2 = 56 kg CO
32 56
1 kg C + kg O2 = kg CO
24 24
c c
c kg C + 32 kg O2 = 56 kg CO
24 24
24 kg C + 1 mol O2 = 2 mol CO
c c
c kg C + mol O2 = mol CO
24 12

Reaksi pembakaran hidrogen:

2 H2 + O2 = 2 H2 O
4 kg H2 + 32 kg O2 = 36 kg H2O
h h
h kg H2 + 32 kg O2 = 36 H2O
4 4
4 kg H2 + 1 mol O2 = 2 mol H2O
h h
h kg H2 + mol O2 = mol H2O
4 2

Sehingga dengan melihat reaksi diatas, jumlah oksigen (O2 ) secara teoritis yang

dibutuhkan untuk pembakaran 1 kg, adalah :

c h 0
O2 = + − mol
12 4 32
0
dimana = mol O2 yang terlibat dalam pembakaran 1 kg bahan bakar
32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

Komposisi bahan bakar :

C = 86 %

H = 13 %

O2 = 1 %

Sehingga kebutuhan udara secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan 3.8

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 38) :

1 c h o
Lo ' = ( + − ) ........................................................................................... (3.8)
0,21 12 4 32

sehingga didapat perhitungan sebaga i berikut :

1  0,86 0,13 0,01 


Lo ' =  + − 
0,21  12 4 32 
= 0,494 mol/kg bahan bakar

3.4.2 Koefisien Kelebihan Udara

Jumlah udara yang digunakan mesin akan bertambah besar, mengecil atau

bahkan setimbang terhadap perhitungan teoritisnya, tergantung pada tipe tiap

susunan campuran bahan bakar dan udara. Perbandingan jumlah udara yang ikut

terbakar bersama bahan bakar terhadap perhitungan teoritisnya disebut koefisien

kelebihan udara (a)

a = 1 disebut campuran setimbang

a < 1 disebut campuran kaya

a > 1 disebut campuran miskin

Perhitungan pembakaran mesin dengan turbocharger hampir sama dengan

perhitungan pembakaran mesin tanpa turbocharger. Pada motor diesel putaran tinggi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

harga a = 1,3 – 1,7 (Sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal

38). Pada perancangan kali ini dipilih harga α sebesar 1,5

Proses pembakaran 1 kg bahan bakar menghasilkan:

0,86
M co2 =
12
= 0,071 mol
0,13
M H2O =
2
= 0,065 mol
'
M O2 = 0,21(a − 1)Lo
= 0,21(1,5 − 1)0,494
= 0,052 mol
M N2 = 0.79 × a × Lo '
= 0,79 × 1,5 × 0,494
= 0,585 mol

Jumlah total mol gas hasil pembakaran 1 kg bahan bakar :

M g = 0,071 + 0,065 + 0,052 + 0,585


= 0,773 mol

Volumetrik hasil pembakaran:

0,071
Vco2 =
0,773
= 0,091
0,065
VH2 O =
0,773
= 0,084
0,052
VO2 =
0,773
= 0,067
0,585
VN2 =
0,773
= 0,756
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

Kebutuhan udara total secara aktual dapat dihitung dengan persamaan 3.9

(petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 38) yaitu sebagai berikut :

L = Lo'×α ....................................................................................................................... (3.9)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

L' = Lo'×a
= 0,494 × 1,5
= 0,741kg

3.4.3 Koefisien Kimia Penambahan Molar µo

Koefisien kimia penambahan molar dapat dihitung dengan persamaan 3.10

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 40) yaitu sebagai

berikut :

?Mg
µ0 = 1 + ........................................................................................................... (3.10)
aLo'

dengan :

?Mg = total hasil pembakaran 1 kg bahan bakar

?Mg = M g − aLo'
= 0,773 - 1,5 × 0,494
= 0,032

L = kebutuhan udara aktual

a = koefisien kelebihan udara

0,032
µ0 = 1 +
1,5 × 0, 494
= 1,043
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

3.4.4 Koefisien Perubahan Molar karena Adanya Gas Hasil Pembakaran

Koefisien perubahan molar karena adanya gas hasil pembakaran dapat

dihitung dengan persamaan 3.11 ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion

Engine, hal 40) yaitu sebagai berikut :

µo + γ r
µ= ............................................................................................................. (3.11)
1+γ r

dengan :

µ = Koefisien perubahan molar karena adanya gas hasil pembakaran,

sehingga didapat perhitungan perhitungan sebagai berikut :

1,043 + 0,035
µ=
1 + 0,035

=1,0415

3.4.5 Kapasitas Molar Rata-Rata Dari Gas Volume Konstan

Kapsitas molar rata-rata dari gas volume konstan dapat dihitung dengan

persamaan 3.12 ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal

46) yaitu sebagai berikut :

(mCv )g = Ag + BgTz ........................................................................................... (3.12)

dengan :

A dan B merupakan konstanta yang diperoleh berdasarkan percobaan N.M

Glagolev. ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 47)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

Koefisien gas yang terkandung dalam udara A B

CO2 7,82 0,00125

H2 O 5,79 0,000112

N2 4,62 0,00053

O2 4,62 0,00053

Sehingga dari persamaan 3.13 dibawah ini ( sumber : Petrovsky, Marine Internal

Combustion Engine, hal 48), didapatkan :

Ag = V CO2ACO2 + V H2OAH2O + V N2AN2 + VO2A O2 ................................................. (3.13)

sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

Ag = V CO2ACO2 + V H2 OAH2 O + V N2 AN2 + VO2A O2


= 0,091 × 7,82 + 0,084 × 5,79 + 0,756 × 4,62 + 0,067 × 4,62
= 5,00024

sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

Bg = VCO2 BCO2 + VH2 OBH2 O + VN2BN2 + VO2BO2


= 0,091× 125 ⋅ 10− 5 + 0,084 × 112 ⋅ 10 −5 + 0,756 × 53 ⋅ 10 −5 + 0,067 × 53 ⋅ 10 −5
= 0,00064402

sehingga didapatkan :

(mC v )g = Ag + BgTz

= 5,00024 + 0,00064402 . TZ
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

3.4.6 Kapasitas Panas Molar Isokhorik Rata-Rata Udara

Nilai kapasitas panas molar isokhorik rata-rata dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.14 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal

48) yaitu sebagai berikut :

(mC v )g = Ag + Bg Tz
= 5,00024 + 0,00064402 Tz
(mC p )g = (mC v )g + 1,985 kcal/mol o C ……………………………….. (3.14)
= 5,00024 + 0,00064402 Tz + 1,985
= 6,98524 + 0,00064402 Tz

3.4.7 Kapasitas Molar Isokhorik Udara Pada Akhir Kompresi

Nilai kapasitas molar isokhorik pada akhir kompresi dapat dihitung dengan

persamaan 3.15, ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 48)

sebagai berikut :

(mCv )a = 4,62 + 0,00053Tc ................................................................................. (3.15)

sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

(mCv )a = 4,62 + 0,00053 × 985,928


= 5,14254 kcal/mol°C

3.4.8 PerhitunganTemperatur Akhir Langkah Pembakaran:

Perhitungan temperatur akhir langkah pembakaran dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.16, ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion

Engine hal 48) yaitu sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

+ [(mC v ) mix + 1,985? ]Tc = µ(mC p )gTz ……...………………… (3.16)


?.zQ t
aLo ' (1 + ?r)

Dengan:

?z = Koefisien panas (untuk diesel = 0,65-0,85). (sumber : Petrovsky,

Marine Internal Combustion Engine, hal 44)

Qt = Nilai panas rendah bahan bakar (10.100 kcal/kg). (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine hal 48)

? = Faktor kenaikan tekanan

?z =Suhu akhir pembakaran

? =pz/pc= 0,094822681Pz

sehingga persamaan pembakaran diatas menjadi :

0 ,85 × 10100
+ [5,14254 + 1,985 . x λ ].985 , 928 = 1,0415 (6 ,98524 + 0 , 00064402 xT z )T z
1,5 × 0 , 494 (1 + 0 )

3.4.9 Tekanan Dan Suhu Akhir Pembakaran

Nilai tekanan akhir pembakaran dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 3.17, ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine hal 48)

yaitu sebagai berikut :

? = Faktor kenaikan tekanan

?z = Temperatur akhir pada saat langkah pembakaran

Pz = Pc × λ …………………………………………………….…………………. (3.17)

Karena harga-harga kenaikan tekanan ? dan suhu akhir pembakaran Tz belum

diketahui, maka terlebih dahulu dinyatakan dalam variabel pz. dari persamaan diatas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

diperoleh :

Pz
λ=
Pc
Pz
=
10,546
= 0,094822681Pz

Berdasarkan persamaan 3.18, ( sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion

Engine, hal 50) yaitu sebagai berikut :

Tz
Pz = Pcµ. ....................................................................................................................... ( 3.18)
Tc

Dengan :

Pz = Tekanan akhir pada saat langkah pembakaran

Tz = Temperatur akhir pada saat langkah pembakaran

µ = Koefisien molar

Tc = Temperatur akhir langkah kompresi

Pc = Tekanan akhir langkah kompresi

Maka didapat :

Tz
Pz = Pc × µ ×
Tc
Pz × Tc
Tz =
µ × Pc
P × 985,928
= z
1,0415 × 10,546
= 89,763Pz

Dengan memilih ? = 0,83 dan nilai kalor bahan bakar Ql = 10100 kkal/kg, maka

persamaan 3.16 dapat ditulis sebagai berik ut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

0 ,85 × 10100
+ [5,14254 + 1,985 .xλ ].985 ,928 = 1,0415 (6 ,98524 + 0 ,00064402 xT z )T z
1,5 × 0, 494 (1 + 0 )

0,85 × 10100
+ [5,14254 + 1,985 . x 0 ,094822681 Pz ].985 ,928
1,5 × 0 ,494 (1 + 0 )
( )
= 1,0415 6 ,98524 + 64 ,402 .10 − 5 x 89 ,763 Pz 89 ,763 Pz

Dengan menyelesaikan persamaan di atas dan mengubahnya menjadi persamaan

homogen maka didapatkan persamaan

5,40447Pz + 467,46Pz - 16619,12 = 0


2

dengan rumus kuadrat diperoleh :

− b ± b − 4ac
2
Pz =
2a
− 467,46 ± ( 467,46) 2 − 4.5,40447.(− 16619,12 )
=
2 × 5,40447
− 467,46 ± 760,12
=
10,8

Maka didapatkan akar-akar Pz1 = 27,1 dan Pz2 = -113,665. Karena untuk tekanan

absolut tidak ada tekanan negatif maka digunakan pz = 27,1 MPa.

Maka suhu pada akhir langkah kompresi adalah :

Pz × Tc
Tz =
µ × Pc
27,1× 985,928
= K
1,0415 × 10,546
= 2432,58 K

Kenaikan tekanan ? dihitung dengan menggunakan persamaan 3.19 (Petrovsky,

Marine Internal Combustion Engine, hal 45):


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

Pz
?= ................................................................................................................................. ( 3.19)
Pc

maka didapat :

27,1
?=
10,546
= 2,57

3.5. Langkah Ekspansi

Setelah terjadi proses pembakaran bahan bakar dengan udara karena tekanan

yang sangat kuat, maka dihasilkan tenaga yang mampu mendorong piston dari TMA

ke TMB. Langkah ini adalah proses perubahan energi panas menjadi energi mekanik.

Karena gerakan piston dari TMA menuju TMB, maka volume silinder akan menjadi

besar dan tekanan udara dalam silinder akan menurun.

Proses ekspansi merupakan proses politropik dengan eksponen politropik

(n2 ), dengan mengetahui besarnya eksponen politropis, maka dapat dihitung tekanan

dan temperatur pada akhir langkah ekspansi. Setelah langkah ekspansi dilanjutkan

dengan proses pembuangan, yang diawali saat katup buang mulai terbuka.

3.5.1 Perbandingan Ekspansi Awal

Perbandingan ekspansi awal ? dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 3.20 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 50) yaitu

sebagai berikut :

µ × Tz
?= ………………………………………………………………………... (3.20)
? × Tc
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

maka didapat :

1,0415 × 2432,58
?=
2,57 × 985,928
= 0,9998805 = 1

3.5.2 Perbandingan Ekspansi Akhir

Perbandingan ekspansi akhir dapat dihitung dengan persamaan 3.21 (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 41) yaitu sebagai berikut :

ε
δ = ................................................................................................................... (3.21)
ρ

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

15,7
δ =
1
= 15,7

Untuk siklus volume konstan d = e. Maka didapatkan k 2 yang diasumsikan

sama dengan n2 (n2 ˜ k 2 ). Harga numeris eksponen ekspansi politropik n2 bervariasi

antara 1,15 – 1,30.

Dengan harga d = e = 15,7 , maka dapat ditulis dalam bentuk persamaan

homogen (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 89) yaitu

sebagai berikut :

 1  1,985
Ag + Bg Tz  1 + k2 −1  =
 δ  k2 − 1

sehingga didapat :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

 1  1,985
5,00024 + 6, 4402 ×10 − 4 × 2432,581 + −
k 2 −1 
=0
 15,7  k 2 − 1
 1  1,985
5,00024 + 1,566631 + −
k 2 −1 
=0
 15,7  k 2 − 1

Apabila persamaan di atas diselesaikan dengan metode trial error maka didapat

harga k 2 = 1,27. Harga ini diasumsikan sama dengan n2 (k 2 = n2 ).

3.5.3 Tekanan Akhir Langkah Ekspansi:

Tekanan akhir langkah ekspansi dihitung dengan menggunakan persamaan

3.22 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 52) yaitu sebagai berikut :

pz
P eks = ............................................................................................................... (3.22)
dn2

dengan :

Pz = Tekanan akhir pembakaran (Mpa)

d = Perbandingan akhir langkah ekspansi

n2 = Koefisien politropis

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

pz
Peks =
δ n2
27,1
=
15,7 1,27
= 0,820Mpa

3.5.4 Temperatur Akhir Langkah Ekspansi:

Temperatur akhir langkah ekspansi dihitung dengan menggunakan persamaan

3.23 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 52) yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

Tz
Teks = .............................................................................................................. (3.23)
d n2−1

dengan :

Teks = Temperatur akhir langkah ekspansi

Tz = Temperatur akhir proses pembakaran

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Tz
Teks =
d n2−1
2432,58
=
15,71,27−1
= 1156,57 K

3.6 Tekanan Indikasi Rata-rata

Tekanan indikasi rata-rata teoritis dengan nilai volume konstan ? = 1.

Karena dari perhitungan sebelumnya ? = 1, maka dipakai siklus volume konstan.

Harga pc terlebih dahulu diubah dari megapaskal (MPa) menjadi Kg/cm2 . Tekanan

indikasi rata-rata teoritis dihitung dengan menggunakan persamaan 3.24 (Petrovsky,

Marine Internal Combustion Engine, hal 55):

pc   1  1  1  1 
pit = ? 1 − n2 −1  − 1 − n1−1 
e − 1   d  n2 − 1  e  n1 − 1
 ...................................... (3.24)

dengan :

Pit = Tekanan indikasi rata-rata.

Pc = tekanan akhir langkah ekspansi

d = Perbandingan ekspansi akhir

n2 = Koefisien politropis untuk langkah ekspansi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

? = Perbandingan volume saat pembakaran

e = Perbandingan kompresi

n1 = Koefisien politropis saat langkah isap

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

pc   1  1  1  1 
pit = ? 1 − n2 −1  − 1 − n1 −1 
e − 1   d  n2 − 1  e  n1 − 1

10,546   1  1  1  1 
pit = 2,571 − 
1,27−1 
− 1 − 
1,373−1  
15,7 − 1   15,7  1,27 − 1  15,7  1,373 − 1
= 2,347Mpa , menjadi = 2347Kpa
2347
= = 23,935 kg/cm 2
98,07

(untuk 1kg/cm2 = 98,07 kPa)

3.6.1 Tekanan Indikasi Rata-Rata Aktual:

Tekanan indikasi rata-rata aktual dihitung dengan menggunakan persamaan

3.25 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 55) yaitu sebagai berikut :

Pi = Pit × ? ........................................................................................................... (3.25)

dengan :

? = Bagian langkah piston yang hilang 0,98. (sumber : Petrovsky, Marine

Internal Combustion Engine, hal 55).

Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Pi = 23,935 × 0,98
= 23, 456 kg/cm 2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

3.6.2 Kerja Indikasi dan Daya Indikasi Hp (horse power)

Kerja yang dilakukan gas di dalam silinder pada langkah kerja disebut kerja

indikasi. Kerja indikasi dan daya indikasi mesin dihitung dengan menggunakan

persamaan 3.26 dan 3.27 (Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 57-58)

yaitu sebagai berikut :

Wi = Pi × Vd ............................................................................................................... (3.26)

Dengan

Pi = Tekanan indikasi rata-rata (kg/cm2 ).

Vd = Volume langkah piston

n = putaran mesin

i = jumlah silinder

Dari perhitungan di atas diketahui Pi =23,456 kg/cm2 , maka didapat perhitungan

sebagai berikut :

Wi = 23,456x 0,0109407

=0,25663kg.m

Untuk mesin 4 langkah z = 2, maka persamaan di atas menjadi :

10 4 piVd ⋅ n ⋅ i pi ⋅ Vd ⋅ n ⋅ i
Ni = = hp ............................................................................(3.27)
60 × 75 × z 0,9

23,456 × 0,0109407 × 1050 × 8


Ni =
0,9
= 2395,16 Hp

dengan :

Ni = daya indikasi horse power

vd = volume langkah piston


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

n = putaran mesin

I = jumlah silinder

3.6.3 Tekanan Efektif Rata-Rata

Untuk menghitung rugi-rugi mekanis relatif digunakanlah efisiensi mekanis.

Efisiensi mekanis menyatakan perband ingan daya kuda rem dan daya indikasi.

Efisiensi mekanis dihitung dengan menggunakan persamaan 3.28 (Petrovsky, Marine

Internal Combustion Engine, hal 61) yaitu sebagai berikut :

ηm= efisiensi mekanis dengan turbo ( 0,8 -0,88)

Pe= ηm x pi ...................................................................................................... (3.28)

= 0,88 X 23,456

= 20,641 kg/cm2
Nb
= ηm x Ni

= 0,88 x 2395,16

= 2107,74 hp

3.7. Torsi Yang Dihasilkan

Torsi yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan 3.29 (sumber :

Sularso, Elemen Mesin, hal 7) yaitu sebagai berikut :

Nb .................................................................................................... (3.29)
T = 9,74 ×10 5.
n

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

2107,74
T = 9 ,74 × 10 5 .
1050
= 1 .955 .179 ,772 kg.m
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

3.8. Efisiensi Mekanis

Untuk menghitung rugi-rugi mekanis relatif digunakanlah efisiensi mekanis.

Efisiensi mekanis menyatakan perbandingan daya kuda rem dan daya indikasi.

Efisiensi mekanis dihitung dengan menggunakan persamaan 3.30 (Petrovsky, Marine

Internal Combustion Engine, hal 60) yaitu sebagai berikut :

Nb
ηm = ................................................................................................................................(3.30)
Ni

maka efisiensi mekanisnya adalah :

2107,74
?m =
2395,16
= 0,88
= 88%

3.9. Tekanan Efektif Rata-Rata:

Tekanan efektif rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan 3.31

(Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 57) yaitu sebagai berikut :

Pe = ? m × Pi ............................................................................................................ (3.31)

Dengan:

?m = Efisiensi mekanis (0,78-0,83) (sumber : Petrovsky, Marine Internal

Combustion Engine, hal 61)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Pe = ? m × Pi
= 0,83 × 23,456
= 19,46848 kg/cm 2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

3.10. Brake Horsepower

Brake Horsepower dihitung dengan menggunakan persamaan 3.32

(Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 57) yaitu sebagai berikut :

p e .v d .ni
Nb = ........................................................................................................ (3.32)
0,45.z

sehingga didapat perhitunga n sebagai berikut :

19,46848 × 0,0109407 ×1050 × 8


Nb =
0,45 × 2
= 1987,99Hp

3.11 Kebutuhan Bahan Bakar

Kebutuhan udara teoritis dalam mol/kg bahan bakar untuk pembakaran 1 kg

bahan bakar, Lo ’ = 0,494 mol/kg bahan bakar.

Dalam satuan berat (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal

37), menjadi :

L 0 = 28,95L'0 kg udara per kg bahan bakar (0.1)

dengan 28,95 kg/mol adalah massa molekul udara.

Dengan demikian massa teoritis udara yang diperlukan untuk proses pembakaran 1

kg bahan bakar adalah

L 0 = 28,95L'0
= 28,95 × 0,494
= 14,301 kg

Dalam unit volumetrik pada suhu 15 o C dan tekanan 735,5 mmHg (Petrovsky, hal.

37)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

L''0 = 24,4L'0 m 3 per kg bahan bakar (0.2)

sehingga volume udara yang diperlukan sebesar

L''0 = 24,4L'0
= 24,4 × 0,494
= 12,0536 m 3

atau dalam unit volumetrik pada suhu T0 (301 K) dan tekanan p0 (1 atma)

T0
Lo ' ' ' = L''0 m 3 per kg bahan bakar (0.3)
288p0

301
Lo ' ' ' = 12,0536
288 × 1
= 12,597 m3

3.11.1. Konsumsi Bahan Bakar Tiap Jam

Konsumsi bahan bakar tiap jam dihitung dengan menggunakan persamaan

3.33 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 63) yaitu sebagai

berikut :

Vd × ? ch × n × 60 × i
Fh = ..................................................................................... (3.33)
2 × a. × Lo '''

dengan :

Fh = kebutuhan bahan bakar tiap jam

?ch = efisiensi pengisian pada langkah isap

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

0,0109407 × 0,97 × 1050 × 60 × 8


Fh =
2 × 1,5 × 12,597
= 141,533 kg/jam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

Massa jenis bahan bakar (minyak solar) 0,85 kg/L. Sehingga kebutuhan bahan bakar

141,533
dalam liter per jam = = 166,51 Liter/jam
0,85

Jadi untuk rata- rata kecepatan 60 km/jam maka =1 km = 2,775 liter

Kebutuhan bahan bakar pada tiap silinder :

Fh
Fs =
8
141,533
=
8
= 17,69kg / jam

Sehingga panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar pada tiap silinder adalah

q = Fs x Qi

= 17,69x 10100

= 178685,4125Kkal/jam

3.11.2. Konsumsi Bahan Bakar Tiap Jam Untuk Indikasi Daya (Ni)

Konsumsi bahan bakar tiap jam untuk indikasi daya (hp) dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.31 (sumbeer : Petrovsky, Marine Internal Combustion

Engine hal 63) yaitu sebagai berikut :

Fh
Fi =
Ni

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

166,51
Fi =
2395,16
= 0,06952 Liter/Hp. jam

Kebutuhan bahan bakar tiap silinder : 0,008689 Liter/Hp.jam


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

3.11.3. Kebutuhan Bahan Bakar Spesifikasinya

Kebutuhan bahan bakar specifikasi dihitung dengan menggunakan persamaan

3.35 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion Engine, hal 63) yaitu sebagai

berikut :

Fi
F=
ηm

dengan :

Fi = konsumsi bahan bakar indikasi spesifik

?m = efisiensi mekanis

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

0,06952
F=
0,88
= 0,078999 Liter/Hp. jam

3.11.4. Konsumsi Bahan Bakar Tiap Jam Untuk Break Thermal

Konsumsi bahan bakar per jam untuk indikasi break thermal dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.32 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combustion

Engine, hal 63) yaitu sebagai berikut :

Fh
Fb =
Nb

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

166,51
Fb =
1987,99
= 0,083758 Liter/Hp. jam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

3.12 Efisiensi Indikasi Panas:

Efisiensi panas ini menunjukkan derajat pemakaian panas yang dihasilkan

selama pembakaran bahan bakar untuk memperoleh daya indikasi pada mesin (Ni).

Efisiensi indikasi panas untuk daya (Hp) dan daya breakthermal (Hp) dihitung

dengan menggunakan persamaan 3.33 dan 3.34 (sumber : Petrovsky, Marine Internal

Combustion Engine, hal 62) yaitu sebagai berikut :

632
?i =
Fi × Q t

Dengan:

Ot = Panas rendah bahan bakar (solar = 10100 kcal/kg)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

632
?i =
0,06952 × 10100
= 0,90
= 90%

3.13 Efisiensi Daya Break Thermal (Hp)

632
?b =
Fb × Q t

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

632
?b =
0,083758 × 10100
= 0,74708
= 74,708%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

BAB IV

PERHITUNGAN KOMPONEN MESIN

4.1 Silinder dan Kepala Silinder.

Silinder adalah bagian dari motor bakar yang berfungsi sebagai rumah piston

dan merupakan tempat piston bergerak lurus bolak balik. Seluruh proses siklus motor

bakar berlangsung di dalam ruang antara silinder dan kepala silinder.

Silinder dibuat dari besi tuang, pada mesin kereta api ini karena memiliki 8

silinder maka pengaturan dibuat tipe V dengan dua batang engkol yang dipasangkan

pada pena engkol masing- masing sehingga panjang mesin setengahnya saja dan lebih

kuat. Konstruksi silinder terdiri dari silinder liner dan rongga air pendingin (water

jacket ) yang dicetak menjadi satu kesatuan untuk kedelapan silinder yang berbentuk

V dan disebut silinder blok.

Hal-hal yang penting dalam perancangan silinder adalah:

1. Suhu pembakaran

2. Tekanan pembakaran

3. Gaya-gaya yang bekerja

Tenaga yang dihasilkan oleh pembakaran bensin dirubah ke dalam tenaga

mekanik dengan adanya gerak naik turun torak dalam tiap silinder. Mesin harus

memenuhi kedua kebutuhan, dengan tujuan untuk merubah tenaga panas menjadi

energi mekanik secara seefisien mungkin.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

Bahan silinder dipilih besi tuang kelabu FC-25 yang mempunyai kekuatan

tarik 2800 kg/cm2 , tegangan batas elastis 1400 kg/cm2

4.1.1 Tebal Dinding Silinder

Tebal dinding silinder dihitung dengan persamaan emperis 4.1 (sumber :

Maleev, internal Combustion Engine, hal 411) yaitu sebagai berikut :

1
b = 0,045D + ................................................................................................................ ( 4.1)
16

dengan:

D = Diameter dalam silinder yaitu Dpiston + clearence

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

1
b = 0,045(9) +
16
= 0,4675inci
= 11,8745mm

4.1.2 Tebal Dinding Mantel Air Pendingin

Tebal dinding mantel air pendingin dapat dihitung dengan persamaan emperis

4.2 (sumber : Maleev, internal Combustion Engine, hal 411) yaitu sebagai berikut :

1
b1 = 0,032 D + ( ) .......................................................................................................... ( 4.2)
16

dengan:

b1 = Tebal dinding mantel air pendingin

D = Diameter dinding dalam silinder


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

1
b1 = 0,032 × 9 + ( )
16
= 0,3505 inci
= 8,9027 mm

4.1.3 Tebal Rongga antara Silinder Liner dengan Dinding Mantel Air

Tebal rongga antara silinder liner dengan dinding mantel air dapat dihitung

dengan persamaan emperis 4.3 (sumber : Maleev, internal Combustion Engine, hal

411) yaitu sebagai berikut :

1
c = 0,08D + ( ) ................................................................................................................. ( 4.3)
4

dengan:

c = Tebal rongga antara silinder liner dengan dinding mantel air (inci)

D = Diameter dinding dalam silinder

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

1
c = 0,08 × 9 + ( )
4
= 0,97 inci
= 24,638 mm

4.1.4 Tegangan pada Dinding Silinder

4.1.4.1 Tegangan Tangensial

Tegangan tangensial dapat dihitung dengan persamaan emperis 4.4 (sumber :

Maleev, Internal Combustion Engine, hal 349) yaitu sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

pz[(1 − µ)d i + (1 + µ)d o ]


2 2

s= .................................................................................... ( 4.3)
d o − di
2 2

dengan:

p :Tekanan maksimum dalam silinder

µ : Poison ratio 0,27 (sumber ; Maleev, Internal Combustion Engine, hal

409)

di : Diameter dalam silinder

do : Diameter luar silinder = di + 2b

dari perhitungan kerja siklus didapat nilai Pz = 27,1Mpa = 27.100 Kpa (27.100: 6,895

psi =3.930,384 psi)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

3.930,384 [(1 − 0,27)9 2 + (1 + 0,27)9,935 2 ]


s=
9,935 2 − 9 2
= 40.956 psi

Angka keamanan yaitu perbandingan antara batas elastisitas dengan tegangan

tangensial

203.045,7
k=
40.956
= 4,957

4.1.4.2 Tegangan karena Perbedaan Suhu

Tegangan karena perbedaan suhu dapat dihitung dengan persamaan 4.5

(sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 400) yaitu sebagai berikut :

aEqb(1 − m/3)
so = .......................................................................................................... (4.4)
2k(1 − µ)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

dengan:

so : Tegangan pada permukaan luar silinder, psi

a : Koefisien muai linier, /o F untuk besi tuang kelabu = 65 x 10-7 , (sumber :

Maleev, Internal Combustion Engine, hal 377)

E : Modulus elastisitas, psi = 13 x 106 psi, (sumber : Maleev, Internal

Combustion Engine, hal 377).

q : Jumlah panas yang lewat dinding silinder, kkal/h

(q=178685,4125Kkal/jam)

b : Tebal dinding silinder, inci

m : (do/di) – 1

k : Angka konduksi rata-rata, Btu-in/ft2o Fjam = 320 Btu- in/ft2o Fjam, (sumber

: Maleev, Internal Comb ustion Engine, hal 377).

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

65 × 10 −7 ×13 × 10 6 × 178685,4125 × 0,4675(1 − 0,103889 /3)


so =
2 × 320(1 − 0,27)
= 14.585, 41 psi

4.1.4.3 Tegangan pada Bagian Dalam Silinder

Tegangan pada bagian dalam silinder dapat dihitung dengan persamaan 4.6

(sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 400) yaitu sebagai berikut:

aEqb(1 + m/3)
si = .......................................................................................................... ( 4.6)
2k(1 − µ)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

65 × 10 −7 × 13 ×10 6 × 178685,4125 × 0,4675(1 + 0,103889 /3)


si =
2 × 320(1 − 0,27)
= 15.631,82 psi

4.1.4.4 Tegangan karena Tekanan Gas Silinder

Tegangan karena tekanan gas silinder dapat dihitung dengan persamaan 4.7

dan 4.8 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 400) yaitu

sebagai berikut :

Pz(r o + ri )
2 2

s mak = ......................................................................................................... ( 4.7)


ro − ri
2 2

dengan:

Pz : Tekanan maksimum, psi

ro : Jari-jari luar silinder, inci

ri : Jari- jari dalam silinder, inci

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

3.930,384 (4,966 2 + 4,5 2 )


s mak =
4,966 2 − 4,5 2
= 40.016,288 psi

Tegangan minimum dapat dihitung sebagai berikut (sumber : Petrovsky, Marine

Internal Combusion Engine, hal 400) :

2Pz × ri
2

s min = ..................................................................................................................... (4.8)


r o 2 − ri 2

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

2 × 3.930,384 × 4,5 2
σmin =
4,966 2 − 4,5 2
= 36.085,9 psi

4.1.4.5 Tegangan Total pada Permukaan Dalam Silinder

Tegangan total pada permukaan dalam silinder dihitung dengan persamaan

4.9 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 391) yaitu sebagai

berikut :

s total = s mak − s i .................................................................................................................. ( 4.9)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

s total = s mak − s i
= 40.016,288 − 15.631,82
= 24.384,468

4.1.4.6 Tegangan Total pada Permukaan Luar Silinder

Tegangan total pada permukaan luar silinder dihitung dengan persamaan 4.10

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Comb usion Engine, hal 391) sbb:

s total = s min + s o .............................................................................................................. ( 4.10)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

s total = s min + s o
= 36.085,9 + 14.585,41
= 50.671,31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

4.1.5 Kepala Silinder

Kepala silinder dengan pendingin air dibuat dari bahan cor yang mampu

menahan tekanan tinggi yang karena perbandingan kompresi yang besar. Dengan

bahan ini juga dapat dimungkinkan untuk menaikkan perbandingan kompresi. Besi

cor yang digunakan adalah SC 25 dengan kekuatan tarik 2200 kg/cm2 . (sumber :

Sularso, Dasar-dasar Perancangan Elemen Mesin, hal 335).

Perbandingan pada kepala silinder menggunakan sirip yang terbuat dari

aluminium. Digunakan aluminium karena memiliki koefisien perpindahan panas

yang tinggi. Dengan menggunakan aluminium ruang bakar masih dapat menerima

perbandingan kompresi yang tinggi tanpa ada detonasi. Kekuatan yang diijinkan

antara 5000 – 8000 psi tergantung pada campuran yang diijinkan.

4.1.5.1 Tebal Kepala Silinder

Tebal kepala silinder dapat dihitung dengan persamaan 4.11 (sumber :

Khovakh, Internal Comustion Engine, hal 419) yaitu sebagai berikut :

th = 0,09D ......................................................................................................................... ( 4.11)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

t h = 0,09D
= 0,09 × 228,6
= 20,574 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

4.1.5.2 Tegangan Karena Tekanan Gas

Tegangan karena tekanan gas dapat dihitung dengan persamaan 4.12 (sumber

: Maleev, Internal Combustion Engine, hal 412) yaitu sebagai berikut :

s d = (c ⋅ D/t h ) 2 Pz .......................................................................................................... ( 4.12)

Dengan:

c = Konstanta = 0,31

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

s d = (0,31 × 9/0,81116) 2 × 3.930,384


= 46.497,58 psi

4.1.5.3 Tegangan Karena Perbedaan Suhu

Tegangan karena perbedaan suhu dihitung dengan persamaan 4.13 (sumber :

Maleev, Internal Combustion Engine, hal 415) yaitu sebagai berkut :

aE(t e − t i )
s= ................................................................................................................ ( 4.13)
2(1 − µ)

dengan:

a = Koefisien linier ekspansi (14,1x 10-6 /o F)

E = Modulus elastisitas bahan (10x 106 )

µ = poisson rasio (0,27)

te-ti = Perbedaan suhu antara bagian luar dan dalam silinder (250o C), (Sumber :

Wiranto, Mesin Diesel Putaran Tinggi)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

14,1 × 10 −6 × 10 ×10 6 (250)


s=
2(1 − 0,27)
= 24 .143,83psi

4.1.5.4 Tegangan Total

Tegangan karena perbedaan suhu dihitung dengan persamaan 4.14 (sumber :

Maleev, Internal Combustion Engine, hal 415) yaitu sebagai berkut :

stot = s d + s ......................................................................................... (4.14)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

s tot = s d + s
= 46.497 ,58 + 24.143,83
= 70.641,41 psi

4.1.6 Ruang Bakar

Untuk memperoleh proses pembakaran yang sebaik-baiknya, di samping

menyederhanakan sistem bahan bakar, kontruksi ruang bakar juga perlu

disempurnakan.

Sudah barang tentu ruang bakar tersebut merupakan beberapa alternatif yang

pilihannya bergantung pada kecenderungan perancangan untuk menonjolkan

beberapa aspek dengan harapan dapat memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

4.1.6.1 Ruang Bakar Kamar Pusar

Seperti konstruksi ruang bakar kamar muka, ruang bakar ini juga dibagi

menjadi dua bagian tetapi kamar turbulen bervolume antara 80 – 90 % dari volume

sisa. Di samping itu kedua ruang bakar tersebut dihubungkan oleh suatu saluran yang

berpenampang lebih luas. Konstruksi ruang bakar turbulen dapat dilihat pada gambar

4.1. Pada langkah kompresi, udara dipaksa masuk ke dalam ruang turbulen sehingga

terjasi gerak udara berputar-putar.

Sudah barang tentu udara itu akan berputar makin kencang jika kecepatan

torak yang mendorong udara tersebut masuk ke dalam kamar turbulen bertambah

basar. Bahan bakar disemprotkan ke dalam arus udara yang berputar di dalam kamar

turbulen.

Gambar 4.1 Ruang Bakar Turbulen

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 102)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

Putaran udara itu turut membantu proses pengabutan bahan bakar dan

pencampurannya dengan udara. Oleh karena itu motor diesel dengan ruang bakar

turbulen tidak memerlukan penyemprot tekanan tinggi. Seperti motor diesel dengan

ruang bakar kamar muka, motor diesel dengan ruang bakar turbulen menggunakan

penyemprotan jenis nozel pasak dengan tekanan penyemprotan antara 85 – 140

kg/cm2 . Motor diesel dengan ruang bakar turbulen juga memerlukan alat pemanas

ruang turbulen. Sesudah mesin bekerja dengan baik alat pemanas tidak diperlukan

lagi. Makin tinggi temperatur dinding kamar turbulen makin cepat pula periode

persiapan pembakaran. Karena itu dalam periode pembakaran cepat dapatlah dicegah

terjadinya laju kenaikan tekanan yang terlalu tinggi. Di samping itu, udara yang

berputar kencang itupun akan menyebabkan makin singkatnya periode pembakaran

terkendali. Maka ruang bakar turbulen sangat baik untuk motor diesel kecepatan

tinggi. Tekanan maksimumnya berkisar diantara 60 – 70 kg/cm2 . Laju kenaikan

tekanan dalam periode pembakaran cepat berkisar di antara 2,5 – 4 kg/cm2 /derajat

sudut engkol. Pemakaian bahan bakar spesifiknya mendekati motor diesel dengan

ruang bakar terbuka, yaitu antara 185 – 210 kg/PS.jam.

Pada mesin diesel modern, volume ruang bakar tipe kamar pusar yaitu

Vc . p
= 0, 4 − 0,6 . Perhitungan tersebut didasarkan pada volume sisa / volume ruang
Vc

bakar saat piston berada pada Titik Mati Atas.

Volume kerja silinder yang dihasilkan adalah :

π
Vs = × D 2 × S ..................................................................................... (4.15)
4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

dengan :

D = Diameter silinder = 88 mm

S = Panjang langkah = 92 mm

Vs = Volume kerja silinder (mm3 )


sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

π
Vs = × 228,6 2 × 266,7
4
= 10.940.700,38 mm 3
= 10.940,70038 cc

4.2 Piston dan Perlengkapannya

4.2.1 Piston

Piston adalah benda bundar yang digerakkan fluida atau menggerakkan fluida

dalam silinder, memiliki fungsi utama yaitu menerima desakan akibat pemuaian gas

pembakaran dan meneruskan tenaga ke poros engkol melalui batang hubung. Piston

yang digunakan pada mesin diesel putaran tinggi dibuat dari bahan aluminium,

supaya ringan sehingga gaya inersia yang terjadi pada putaran tinggi pun tidak

terlalu besar. Piston juga harus menyebarkan panas dari ruang bakar menuju dinding

silinder.

Piston memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Kepala piston atau Crown

Kepala piston atau crown mungkindapat berbentuk datar, cembung, cekung

tergantung desain ruang bakar. Kepala piston berfungsi menahan

tekanan gas dari dalam silinder.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

2. Ring piston

Ring piston biasanya digunakan untuk melindungi kebocoran gas silinder dari

gas yang menerobos lewat piston.

3. Badan piston

Badan piston berfungsi sebgai bantalan untuk menahan gaya gesek yang

terjadi antara piston denga silinder liner yang disebabkan oleh pergerakan

dari batang hubung.

4. Piston pin

Piston pin digunakan untuk menghubungkan piston dengan batang hubung.

Dengan penampang berbentuk lingkaran.

Konstruksi piston dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran

gas- gas dari ruang bakar, tetapi juga harus dapat memindahkan kalor dari piston ke

dinding silinder dengan sebaik-baiknya, supaya piston tidak terlalu panas. Fungsi-

fungsi piston sebagai berikut :

1. Menghisap udara atau campuran bahan bakar dan udara.

2. Memampatkan udara atau campuran udara dengan bahan bakar tersebut

sehingga mudah dibakar, pada saat langkah kompresi.

3. Mendorong sisa hasil pembakaran ke saluran buang.

Melihat fungsi ini, maka piston haruslah dirancang secara khusus. Bahan

piston harus tahan terhadap perubahan suhu dan tekanan yang bervariasi dan piston

harus ringan. Karena tugasnya yang berat maka piston dilengkapi dengan cincin

piston yang fungsi utamanya adalah menahan kebocoran karena perbedaan tekanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

yang tinggi antara ruang bakar dan ruang engkol sesaat setelah mesin melakukan

langkah pembakaran. Gambar 4.2 menunjukkan bagian piston dan perlengkapannya

Gambar 4.2 Piston dan Perlengkapannya.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 95)

Kepala piston harus tahan terhadap tegangan yang timbul karena tekanan gas

dan perbedaan temperatur yang cukup tinggi.

4.2.1.1 Bahan Piston

Piston dibuat dari bahan alumunium dengan karakteristik sebagai berikut :

s t = 20000 psi, tegangan tarik maksimum, (sumber : Maleev, Internal Combustion

Engine, hal 362).

s l = 5500 psi, tegangan lengkung yang diizinkan, (sumber : Maleev, Internal

Combustion Engine, hal 499).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

qs = 350 kg/cm2 , tekanan permukaan yang diijinkan, (sumber : Petrovsky, Marine

Internal Combusion Engine, hal 373)

a = 12,5 x 10-6 /o F koefisien ekspansi, (sumber : L C Lichty, Internal Combusion

Engine, hal 543)

?T = 150°C, Perbedaan suhu puncak tengah piston (T1 = 400 o C). Suhu pinggir

piston (T2 = 250 o C). Maka ?T = 150 o


C = 212,4 o F. (Sumber : W.

Arismonandar, Mesin Diesel Putaran Tinggi, hal 101)

E = 6 x 106 psi, Modulus elastisitas (sumber : Petrovsky, Marine Internal

Combusion Engine, hal 371)

4.2.1.2 Diameter Kepala Piston

Dari data diatas diketahui diameter silinder dalam = 228,6 mm, untuk

menghindari adanya pemuaian karena suhu yang tinggi, maka diameter piston dibuat

lebih kecil. Antara piston dengan silindernya diberi kelonggaran sebasar ?D, untuk

piston dibuat dari bahan aluminium.

Diameter kepala piston dihitung dengan persamaan 4.16 (sumber : Petrovsky,

Marine Internal Combusion Engine, hal 371) yaitu sebagai berikut :

D 1 = (1 − 0,01)D ............................................................................................................. ( 4.16)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

D1 = (1 − 0,01)D
= (0,99)228. 6
= 226.314 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

4.2.1.3 Diameter Badan Piston

Diameter badan piston dapat dihitung dengan persamaan 4.17 (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 371) yaitu sebagai berikut :

D 2 = (1 − 0,0018)D ...................................................................................................... ( 4.17)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

D 2 = (1 − 0,0018)D
= (0,998)228.6
= 228.188 mm

4.2.1.4 Tebal Kepala Piston

Dalam perhitungan tebal piston penulis menggunakan gaya yang dihasilkan

tekanan pembakaran. Karena gaya tersebut merupakan gaya yang terbesar pada

setiap langkah piston dalam menjalani satu putaran siklus.

Tebal kepala piston dapat dihitung dengan persamaan 4.18 (Lichty, Internal

Combusion Engine, hal 539) yaitu sebagai berikut :

0,1 × Pz
t1 = D ...............................................................................................................(4.18)
σ1

dengan :

D = diameter piston (inchi)

Pz = tekanan pembakaran (psi)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

0,1 × Pz
t1 = D
σ1
0,1 × 3.930,384
=9
5500
= 2,406 inci
= 61,11 mm

4.2.1.5 Tebal Sirip-sirip di dalam Torak

Tebal sirip-sirip di dalam torak dapat dihitung dengan persamaan 4.19

(Lichty, Internal Combusion Engine, hal 539) yaitu sebagai berikut :

1 1 
t 2 =  −  t 1 ...................................................................................................................(4.19)
3 2

maka dipilih  t 1 sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


1
 3

1 
t 2 =  61,11
 3
= 20,37 mm

4.2.1.6 Tebal Dinding Beralur Untuk Cincin Piston

Tebal dinding beralur untuk cincin piston dapat dihitung dengan persamaan

4.20 (sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 501) yaitu sebagai berikut :

t 3 = 0,18 + (0,03D) + b .................................................................................................(4.20)

dengan:

Dari pengukuran tebal cincin piston didapat = 3,24 mm = 0,12756


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

1 1
b : kedalaman alur cincin piston = + tebal cincin = + 0,12756 =
64 64

0,14318 inci

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

t 3 = 0,18 + (0,03 × 9) + 0,14318


= 0,59318 inci
= 15,066875 mm

4.2.1.7 Tebal Dinding Bagian Badan Piston

Tebal dinding bagian badan piston dapat dihitung dengan persamaan 4.21

(sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 501) yaitu sebagai berikut :

t 4 = (0,25 − 0,3)t 3 ............................................................................................................(4.21)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

t 4 = (0,25)t 3
= 0,25 ×15,066875
= 3,7667 mm

4.2.1.8 Tinggi Piston

Tinggi piston dapat dihitung dengan persamaan 4.22 (sumber : Khovakh,

Internal Comustion Engine, hal 438) yaitu sebagai berikut :

H = (0,9 − 1,3)D ...............................................................................................................(4.22)

maka dipilih dengan batas 1,1 x D, sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

H = (1,1)228,6
= 251,46 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

4.2.1.9 Jarak Sumbu Pena Piston dengan Alas Piston

Jarak sumbu pena piston dengan alas piston dapat dihitung dengan persamaan

4.23 (sumber : Khovakh, Internal Comustion Engine, hal 439) yaitu sebagai berikut :

H1 = (0,41 − 0,61)H .............................................................................(4.23)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

H 1 = (0,5)251,46
= 125,73 mm

4.2.1.10 Tinggi Badan Torak

Tinggi badan torak dapat dihitung dengan persamaan 4.24 (sumber :

Khovakh, Internal Comustion Engine, hal 439) yaitu sebagai berikut :

H 2 = (0,68 − 0,74 )H .......................................................................................................(4.24)

maka dipilih dengan batas 0,71 x H, sehingga didapat perhitungan sebagai berikut

H 2 = (0,71)251,46
= 178,5366 mm

4.2.1.11 Tinggi Land Teratas

Tinggi land teratas dapat dihitung dengan persamaan 4.25 (sumber :

Khovakh, Internal Comustion Engine, hal 439) yaitu sebagai berikut :

h = (0,06 − 0,09 )D ..........................................................................................................(4.25)

maka dipilih dengan batas 0,08 x D, sehingga didapat perhitungan sebagai berikut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

h = (0,08)228,6
= 18,288 mm

4.2.1.12 Jarak Cincin yang Satu dengan Lainnya

Jarak cincin yang satu dengan lainnya dapat dihitung dengan persamaan 4.26

(sumber : Khovakh, Internal Comustion Engine, hal 439) yaitu sebagai berikut :

h 1 = (0,03 − 0,05)D .........................................................................................................(4.26)

maka dipilih dengan batas 0,05 x D, sehingga didapat perhitungan sebagai berikut

h 1 = (0,05)228,6
= 11,43 mm

4.2.1.13 Temperatur Piston

Paduan aluminium memiliki konduktivitas termal yang baik, tetapi koefisien

pemuaian pada umumnya tinggi. Koefesien pemuaian tersebut kira-kira dua kali

lebih besar dari pada silinder besi tuang atau baja. Bahkan pada logam paduan “Lo-

Ex” (Low-Expansion) yang mengandung silicon untuk memperkecil pemuaian

termalnya, koefisien pemuainya masih 1,5 kali lebih besar. Selama mesin bekerja

menghasilkan daya poros yang besar, pusat puncak piston dan tepi piston dapat

mencapai temperatur berturut-turut 400°C dan 200° - 250°C. Jadi temperature pada

kedua bagian tersebut dapat berada pasa 150°C (Sumber : Wiranto Arismunandar,

Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 101). Hal ini yang menyebabkan mengapa piston

memuai lebih banyak dari pada silinder.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

4.2.1.14 Perhitungan Volume Cekungan Piston.

Untuk piston multi- spherical volumnya sudah diketahui dari pengukuran di lapangan

yaitu sebesar = 200 cc

Perhitungan ini didasarkan pada volume sisa diatas kepala piston saat piston

berada di Titik Mati Atas (Vps) adalah :

π
V ps = × D 2 × c ..............................................................................................................(4.27)
4

dengan : c = Clearance antara kepala piston dengan kepala silinder (untuk mesin

diesel harga c = 0, clearance yang ada karena adanya pemasangan paking dengan

tebal t = 5,1 mm) sehingga dapat diartikan c = t = 5,1 mm

Vps = Vpk

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

π
Vps = × 228,6 2 × 5,1
4
= 209.214,7429 mm 3
= 209,2147 cc

Selain itu pada kepala silinder juga terdapat cekungan dudukan katup, yang

dari pengukuran volumenya diperkirakan 200 cc (Vck)

dengan perbandingan kompresi yang sama seperti pada mesin dengan piston sperical

maka volume ruang bakar pada piston berada di Titik Mati Atas dapat dicari dengan

persamaan sebagai berikut :

ε=
(Vs + Vc)
Vc
Vs
= +1
Vc
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

Vs
Vc =
(ε − 1)
10.940,70038
=
12,7 − 1
= 935,1026cc

sehingga volume cekungan untuk bentuk piston sperical adalah :

Vcp = Vc − (Vps + Vck )


= 935,1026 − (209, 2147 + 200 )
= 526,4879cc

4.2.2 Cincin Piston

Antara piston dan silinder terdapat kelonggaran (clearence) agar piston dapat

bergerak bolak balik secara bebas. Namun karena tekanan pembakaran yang tinggi

memungkinkan gas hasil pembakaran menerobos masuk kesela-sela antara piston

dan silinder. Untuk mengatasi hal tersebut diatas diperlukan cincin piston yang

berfungsi :

1. Sebagai perekat sehingga tidak terjadi kebocoran tekanan di dalam ruang

bakar

2. Sebagai penyekat agar minyak pelumas tidak masuk ke dalam ruang bakar

dan ikut terbakar.

Macam- macam jenis cincin yang digunakan pada piston yaitu :

1. Cincin kompresi, berfungsi untuk mencegah gas hasil pembakaran menerobos

celah dinding silinder dan piston.

2. Cincin pelumas, berfungsi untuk mencegah minyak pelumas masuk ke ruang

bakar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

Supaya piston dapat bergerak dengan bebas pada silinder, maka antara piston

dengan silinder harus diberi kelonggaran dan dilumasi dengan sebaik-baiknya. Untuk

mengatasi kebocoran yang terjadi pada celah antara piston dan silinder , maka piston

dilengkapi dengan cincin piston. Cincin piston itu disebut “cincin gas” atau “cincin

kompresi”.

Gambar 4.3 dibawah menunjukkan cincin piston yang berpenampang segi

empat atau sejenisnya yang terpotong pada satu tempat. Celah C antara kedua ujung

sambungannya, seperti pada gambar 4.3(b), terlihat lebih lebar jika ada dalam

keadaan bebas dan menjadi lebih sempit jika terpasang pada silinder. Dalam keadaan

terpasang akan terjadi tekanan kontak antara cincin dengan dinding silinder, kira-kira

1 kg/cm2 .

Gambar 4.3 Cincin Piston dalam Keadaan Terpasang dalam Silinder dan

Keadaan Bebas.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 96)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

Gambar 4.4 Cincin Kompresi dalam Keadaan Terpasang.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 96)

Gambar 4.4 menunjukkan cincin komnpresi yang terpasang di dalam alurnya

pada langkah ekspansi, dimana kerapatan udara dapat dipertahankan dengan sebaik-

baiknya. Pada keadaan tersebut sisi luar cincin menekan rapat pada dinding silinder,

sedangkan sisi bawah cincin piston menekan rapat pada dinding bawah alurnya yang

merupakan bidang datar. Kebocoran udara atau gas tidak dapat dicegah, tetapi

jumlahnya tidak terlalu banyak. Misalnya tekanan gas pembakaran adalah p, maka

tekanan dalam ruang antara cincin yang pertama dan kedua adalah p1 . Jika laju

perubahan tekanan tidak besar dan kelonggaran daerah pertama (Bp-B) serata (Tp-T)

tidak kecil, maka tekanan gas kepada cincin yang pertama dapat dilihat pada gambar

4.5(a). Oleh karena pada sisi bawah dan sisi luar cincin terdapat lapisan minyak

pelumas dan distrib usi tekananya berubah linier dari p sampai p1 , maka tekanan gas

di sisi atas lebih besar daripada sisi bawah, dan tekanan gas di sisi dalam lebih besar

daripada sisi luar cincin piston.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

Gambar 4.5 Distribusi Tekanan dan Gaya pada Penampang Cincin Kompresi.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 97)

Keadaan tersebut merupakan syarat dasar untuk memperoleh kerapatan udara.

Apabila gas pembakaran lolos dari cincin kompresi yang pertama, p1 akan naik dan

kalu lolos dari cincin kompresi yang kedua, dan seterusnya, maka gas dapat masuk

ke ruang engkol. Jika kebocoran terjadi terlalu besar maka gas pembakaran akan

keluar ke atmosfer melalui lubang ventilasi. Fenomena ini dinamakan hembusan.

Hembusan ini dapat menyebabkan kerugian daya dan kerusakan mesin.

Cincin kompresi juga berfungsi mentransmisikan panas dari piston ke dinding

silinder. Maka dalam hal tersebut, cincin piston pertama yang terletak pada bagian

piston yang bertemperatur tinggi memegang peran penting.

Bahan cincin piston SC-42

dengan : s a = 21 kg/mm2 = 29869 Psi

s b = 42 kg/mm2 = 59737,86 Psi

E = 2 x 106 kg/cm2 = 28,446 x106 Psi.

(sumber : Sularso, Dasar-dasar Perancangan Elemen Mesin, hal 335)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

4.2.2.1 Lebar Cincin Piston

Lebar cincin piston dihitung dengan persamaan 4.28 (sumber : Maleev,

Internal Combustion Engine, hal 506) yaitu sebagai berikut :

b = D ( 3 . Pw / s a ) 1/2 ..........................................................................(4.28)

dengan:

Pw : tekanan antara cincin piston dan dinding silinder

: 3,5 – 6 Psi, (sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 506),

maka diambil 5 Psi.

sa : tegangan lentur bahan cincin piston (29869Psi)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

b = 9 ( 3 . 5 / 29869 ) 1/2
= 0,2017 in
= 5,123 mm

4.2.2.2 Tebal Cincin Piston

Tebal cincin Piston dihitung dengan persamaan 4.29 (sumber : Maleev,

Internal Combustion Engine, hal 506) yaitu sebagai berikut :

h = 0,7 b ...............................................................................................................................(4.29)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

h = 0,7 b
= 0,7 (5,123 )
= 3,5861 mm

4.2.2.3 Jarak Sela Cincin Piston Pada Saat Belum Terpasang

Jarak sela cincin piston pada saat belum terpasang dapat dihitung dengan

persamaan 4.30 (sumber : Maleev, Internal Combustion Engine, hal 506) yaitu

sebagai berikut :

i = 4 . b ................................................................................................................................(4.30)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

i = 4 .b
= 4 (5,123 )
= 20, 492 mm

4.2.2.4 Jarak Sela Cincin Piston Pada Saat Terpasang

Pada saat terpasang dihitung dengan persamaan 4.31 (sumber : Maleev,

Internal Combustion Engine, hal 506) yaitu sebagai berikut :

i1 = 0,002 . D .....................................................................................................................(4.31)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

i1 = 0,002 . D
= 0,002 ( 9 ) in
= 0,018 in
= 0,4572 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

4.2.2.5 Cincin Minyak Pelumas

Pada mesin diesel putaran tinggi, penyaluran minyak pelumas ke permukaan

piston dan silinder yang saling bergesekan, dilakukan oleh percikan minyak pelumas

dari pena piston dan pangkal batang penggerak yang disebabkan oleh gaya

sentrifugal. Dalam hal ini, pelumasan bantalan pangkal batang penggerak dilakukan

dengan jalan menyalurkan minyak pelumas dari pompa minyak pelumas yang keluar

dari dalam bantalan tersebut di atas dipercikkan oleh gaya sentrifugal sehingga

mengenai dinding dalam silinder dan piton. Dalam mesin putaran tinggi, jumlah

minyak pelumas yang dipercikkan sebenarnya melebihi jumlah yang diperlukan.

Untuk itu, diperlukan cincin yang diperlukan untuk mencegah minyak pelumas

masuk ke dalam ruang bakar. Jika tidak,maka minyak pelumas yang masuk ke dalam

silinder bersama dengan gas buang. Keadaan tersebut akan mengakibatkan polusi

udara, kerak-kerak pada dinding ruang bakar, pada alurcincin piston, pada ujung

nozel penyemprot bahan bakar, katup buang dan dudukannya, sehingga sangat

merugikan.

Gambar 4.6 Cincin Minyak Bercelah dan Beralur.

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 101)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

Gambar 4.6 diatas menunjukkan sebuah cincin minyak (a) yang terpasang

pada piston (b). Apabila piston bergerak dari TMA ke TMB, teori bawah E1

menggaruk minyak pelumas dari dinding silinder dan mengalirkannya melalui

saluran V1 ke dalam piston. Sedangkan sisi E2 menggaruk minyak pelumas dan

memasukkannya ke dalam silinder melalui saluran S dan V2 . Beberapa piston tidak

dilengkapi dengan saluran V1 sehingga E1 tidak menggaruk minyask pelumas.

Apabila piston bergerak dari TMB ke TMA, tepi E3 menggaruk minyak pelumas dan

mengalirkannya melalui saluran S dan V2 . meskipun demikian, proses penggaruk

minyak pelumas tidak menghilangkan samna sekali minyak pelumas dari permukaan

dinding silinder, tetapi harus masih meninggalkan lapisan minyak secukupnya.

Lebar celah ujung cincin piston pelumas i2 = 0,08 – 0,12 mm, dipilih 0,1 mm.

Tebal cincin ini diperbesar karena adanya lubang – lubang pada arah tebalnya

sehingga dipilih tebal cincin pelumas h1 = 5 mm.

4.2.3 Pena Piston

Biasanya pena piston dibuat dari baja yang dikeraskan permukaannya.

Dengan memperhitungkan pemuaian termal piston yang dibuat dari logam paduan

aluminium, maka pena piston yang dibuat berdiameter sedemikian rupa sehingga ia

dapat berputar bebas selama nesin bekerja. Dalam hal tersebut, diameter pena piston

dibuat sedikit lebih besar daripada bantalanya pada piston. Dengan demikian, pada

waktu memasang pena piston pada bantalannya, piston harus dipanasi terlebih dahulu

untuk memperbesar lubang bantalannya. Pemanasan tersebut dilakukan dengan jalan

meredam piston didalam minyak bertemperatur antara 100 - 120°C (sumber :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 104).

Sesudah pena piston dimasukkan kedalam lubang bantalannya pada piston,

maka dipasang alat penyetop pena piston untuk mencegah pena piston terlepas dari

rumahnya, dalam arah aksial. Untuk hal tersebut, biasanya dipakai cincin kunci

seperti pada gambar 4.7 sebagai berikut.

Gambar 4.7 Cincin Kunci Pena Piston

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 105)

Pena piston berfungsi untuk menghubungkan piston dengan batang piston,

sehingga gaya dorong yang dialami piston akan diteruskan ke batang piston dengan

perantara pena piston. Melihat sistem keria tersebut, maka pena piston akan

mengalami beben yang besar sesuai danga besarnya gaya yang terjadi sehabis

langkah pembakaran. Pena piston harus mampu manahan tegangan geser yang

timbul.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

4.2.3.1 Diameter Luar Pena

Diameter luar pena dapat dihitung dengan persamaan 4.32 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 459) yaitu sebagai berikut :

do = 0,26 × D ..................................................................................... (4.32)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

do = 0,26 × D
= 0,26 × 228,6
= 59,436 mm
= 2,34 inchi

4.2.3.2 Perbandingan Diameter Luar dan Diameter Dalam Pena

Perbandingan diameter luar dan diameter dalam pena dapat dihitung dengan

persamaan 4.33 (sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 459) yaitu

sebagai berikut :

d1
Rd = = 0,68 ................................................................................. (4.33)
do

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d1
Rd = = 0,68
do
di = 40,41648 mm
= 1,5912 inchi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

4.2.3.3 Panjang Pena Piston

Panjang pena piston dapat dihitung dengan persamaan 4.34 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 459) yaitu sebagai berikut :

lpp = 0,8 D .......................................................................................................................... (4.34)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

lpp = 0,8 D
= 0,8 (228,6)
= 182,88 mm

4.2.3.4 Gaya Yang Diterima Oleh Pena Piston Akibat Tekanan Gas Hasil

Pembakaran

Gaya yang diterima oleh pena piston akibat tekanan gas hasil pembakaran

dapat dihitung dengan persamaan 4.35 (sumber : Petrovsky, Marine Internal

Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai berikut :

Fpp = Pz × A ......................................................................................................................(4.35)

dengan: Pz = Tekanan akhir langkah pembakaran

A = Piston displacement

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Fpp = Pz.A
π
= 3.930,384 x
2
x 9
4
= 249.913,466 lb
= 249.913,466 × 4,448 N = 1.111.615,099 N
1.111.615,099
= = 113.430,112.kg
9,806
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

4.2.3.5 Momen Maksimium Yang Bekerja

Momen maksimium yang bekerja dapat dihitung dengan persamaan 4.36

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai

berikut :

Fpp  L1 L2 
M maks = x  −  .................................................................................................(4.36)
2 2 4

Dengan:

L1 : jarak antara pertengahan dukungan dengan pena piston

L2 : jarak bagian dal;am antara dua dudukan

Dari pengukuran L1 = 52 mm = 2,048 inchi dan L2 = 34 mm = 1,339 inchi

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

113.430,112  2,048 1,339 


M maks = x − 
2  2 4 
= 39.090,85 lb − in

4.2.3.6 Modulus Penampang Pena Piston

Modulus penampang pena piston dapat dihitung dengan persamaan 4.37

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai

berikut :

p do 4 − di 4
W= x ......................................................................... (4.37)
32 do

dengan:

do = Diameter luar pena piston

di = Diameterdalam pena piston


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

p do 4 − di 4
W= x
32 do
3,14 (3,122) 4 − ( 2,122) 4
= x
32 3,122
= 2,3486 in
3

4.2.3.7 Tegangan Lengkung Yang Terjadi

Tegangan lengkung yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan 4.38

(sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai

berikut :

M maks
sb = ..........................................................................................................................(4.38)
w

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

M maks
sb =
w
39.090,85
=
2,3486
= 16.644,006 lb/in
2

4.2.3.8 Tegangan Geser Yang Terjadi

Tegangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan 4.39 (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai berikut :

Fpp
Tsh = .........................................................................................................................(4.39)
2x A

dengan :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

p
A= x ( do 2 − di 2 )
4
π
(
= × 3,122 2 − 2,122 2
4
)
= 4,11654in
2

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Fpp
Tsh =
2x A
113.430,112
=
( 2 x 4,11654)
= 13.777,36 Psi

4.2.4 Conecting Rod

Untuk meneruskan daya dari piston ke poros engkol digunakan batang piston.

Gerak bolak balik piston dirubah oleh batang piston menjadi gerak putar pada poros

engkol. Gaya- gaya yang bekerja pada batang piston:

1. Gaya karena tekanan gas pembakaran.

2. Gaya inersia dari bagian yang bergerak bolak balik.

3. Gaya sentrifugal dari bagian-bagian yang berputar.

Semakin tinggi putaran mesin, maka gaya inersia dan gaya sentrifugal semakin tinggi

pula.

4.2.5 Batang Penggerak dan Bantalannya

Pada ujung batang penggerak dipasang busing silinder sebagai bantalan pena

piston, yang dibuat dari bahan perunggu timah hitam atau perunggu fosfor.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

Pemasangannya dilakukan dengan mengepres. Pangkal batang penggerak biasanya

dibuat terbagi menjadi dua bagian, dimana dipasang bantalan-bantalan pena engkol.

Kedua bagian tersebut kemudian diikat dengan baut. Beberapa konstruksi pangkal

batang penggerak digambarkan pada gambar 4.8, sedangkan gambar 4.9 merupakan

konstruksi yang sama dengan gambar 4.8(b). Beda utama antara kedua konstruksi

tersebut terletak pada ukuran B. Apabila pada waktu pembongkarannya dikehendaki

bahwa batang penggerak dapat dikeluarkan dari mesin dengan jalan menariknya

melalui bagiuan atas silinder, maka ukuran B itu sangat menentukan. Jika dengan

konstruksi tersebut pada gambar 4.8(a), hal tersebut akan dapat dilakukan, maka

dengan konstruksi (b) hal itu mungkin dapat dilaksanakan.

Gambar 4.8 Beberapa konstruksi pangkal batang penggerak

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 107)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

Gambar 4.9 Konstruksi batang penggerak

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 107)

Seandainya tidak mungkin mengeluarkan batang penggerak bersama-sama

dengan piston melalui bagian atas silinder, maka poros engkol harus dilepas terlebih

dahulu dari rumah engkol. Sebelumnya, baut-baut pengkal batang penggerak harus

dilepas terlebih dahulu. Setelah poros engkol dilepaskan, barulah batang penggerak

dan piston dapat dikeluarkan dari bagian bawah silinder.

4.2.5.1 Bantalan (Luncur) pada Pangkal Batang Penggerak

Biasanya, bantalan pangkal batang penggerak dibuat dalam dua belahan,

masing- masing ditetapkan pada belahan pangkal batang penggerak yang

bersangkutan. Bantalan-bantalan tersebut berbentuk bagian silinder berdinding tipis.

Misalnya diameter bantalan adalah Db cm, panjang bantalan Lb cm, dan beban

Fb
bantalan adalah Fb kg, maka dibagi luas bidang bantalan, kira-kira
Db × Lb
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

300kg/cm2 atau lebih (sumber : Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran

Tinggi, hal 108).

Tebal lapisan minyak bertambah tipis dengan bertambah besarnya tekanan

bidang atau dengan berkuarangnya putaran poros.

1. Bantalan Kelmet

Karena bantalan harus mampu menahan tekanan bidang yang besar, maka

sebagian bahan bantalan dipilih campuran tembaga dan timah hitam yang

dituangkan pada permukaan dalam dari tabung baja berdinding tipis itu. Bantalan

tersebut dinamai “Bantalan Kelmet”. Tebal lapisan tembaga timah hitam adalah

0,5 sampai 1 mm, dengan kadar timah hitam 25 - 50% (sumber : Wiranto

Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 108). Sebagian timah hitam itu

bersenyawa dengan tembaga, sisanya merupakan campuran. Adanya kadar timah

hitam yang tinggi itu sangat membantu dan cocok sekali dengan sifat minyak

pelumas pada permukaan bantalan sangat tipis sehingga poros menggesek

bantalan, maka bantalan yang lebih lunak itu akan aus, tetapi tanpa

mengakibatkan goresan atau kikisan yang berarti. Lihat gambar 4.10, disamping,

kekuatan tembaga memungkinkan lapisan tersebut tahan terhadap beban berulang

dengan tekanan bidang yang tinggi.

Konduktivitas termalnya tinngi sehingga tidak terjadi temperature yang

terlalu tinggi di suatu tempat pada bantalan. Dengan demikian tidak akan terjadi

pengikisan atau pengelupasan bantalan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97

Gambar 4.10 Kondisi pelumasan permukaan

(Sumber: Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal 109)

Namun demikian, jika jaringan campuran tembaga-timah hitam kurang baik,

maka tahanan terhadap kelelahan dan pengikisannya pun berkurang.

Tabung silinder baja berdinding tipis yang dibuat dengan lapisan logam

bantalan tersebut dinamakan “metal mendukung”, yaitu memperkuat dan

menahan kekuatan bantalan secara keseluruhan. Metal pendukung tersebut juga

sangat berguna untuk memepertahankan kelonggaran yang tepat antara poros dan

bantalannya. Hal ini disebabkan karena metal pendukung tersebut menahan

pemuaian logam bantalan pada temperatur tinggi. Disamping bagian-bagian

bantalan tersebut diatas, seringkali bantalan tersebut diatas silapisi oleh lapisan

tipis paduan timah hitam dan putih, sehingga terbentuk “metal tiga lapis”

(Trilayer metal). Dengan cara demikian, korosi timah hitam karena asam hasil

pembakaran dapat dicegah oleh lapisan timah hitam putih.

2. Bantalan Aluminium Timah Putih

Untuk memperoleh bantalan yang lebih kuat dari pada bantalan Kalmet,

maka sebagian logam bantalan dipakai lapisan campuran aluminium-timah putih


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98

yang dituangkan pada metal pendukung. Bantalan tersebut terakhir dapat

menahan tekanan bidang kira-kira 400 kg/cm2 . Kadar timah putih kurang lebih 6

sampai 40% (sumber : Wiranto Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, hal

109). Penggunaan timah putih yang lebih rendah akan menambah ketahananya

terhadap tekanan bidang yang lebih besar, tetapi lebih cenderung membentuk

goresan-goresan. Aluminium relatif murah tetapi kuat, konduktivitas termalnya

tinggi dan tahan terhadap korosi. Namun, aluminium bersifat menggores

sehingga perlu ditambah timah putih untuk melunakkannya. Meskipun demikian,

terlalu banyak timah putih akan mengurangi kekuatannya, sehingga perlu dipakai

metal pendukung yang lebih efektif untuk menahan aluminium pada temperatur

tinggi.

4.2.5.2 Batang Piston

Panjang batang piston adalah jarak antara sumbu pena engkol sampai dengan

sumbu pena piston. Panjang batang piston dapat dihitung dengan rumus impiris

dengan persamaan 4.40 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal

372) yaitu sebagai berkut :

R
= (3 − 4) ..........................................................................................................................(4.40)
I

dengan :

R
Diambil nilai = 3,3
I
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

I = 3,3 × R
= 3,3 × 4,5
= 14,85 inci
= 377,19 mm

Perhitungan lain menggunakan rumus impiris (sumber : Maleev, Internal

Combustion Engine, hal 527)

4.2.5.3 Diameter Lubang Engkol

Diameter lubang engkol dapat dihitung dengan persamaan 4.41 (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 372) yaitu sebagai berikut :

1
 D 2 PL  3
d cp = a  ..........................................................................................................(4.41)
 ss 
 

dengan :

D : diameter silinder = 9 inchi

P : tekanan pembakaran = 2.842,20449 psi

ss : Tegangan yang diijinkan untuk baja paduan = 18000 psi (sumber :

Maleev, Internal Combustion Engine, hal 527)

R : jarijari engkol = 4,5inchi = 114,3 mm

a : koefisien pena dilihat pada tabel 4.1

Dari tabel 4.1 dengan harga S/L = 0,98 ˜ 1 , maka dipilih koefisien pena a = 1,25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100

Tabel 4.1 Koefisien pena a

(Sumber: Maleev, Internal Combustion Engine, hal 527)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

1
 9 × 3.930,384 × 10,5  3
2
d cp = 1,25 
 18000 
 
= 2,986 inci
= 75,837 mm

4.2.5.4 Panjang Pena Engkol Besar

Panjang pena engkol besar dapat dihitung dengan persamaan 4.42 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 517) yaitu sebagai berikut :

l cp = (1,25 − 1,5)d cp .........................................................................................................(4.42)

dipilih 1,375 . dcp

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

l cp = (1,375)75,837
= 104,2758mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101

4.3 Perhitungan Mekanisme Katup dan Perlengkapannya

Dalam operasinya, sebuah mesin khususnya motor bakar torak 4 tak dengan

bahan bakar solar membutuhkan saluran masuknya udara segar, sedangkan saluran

keluar untuk mengeluarkan gas hasil pembakaran. Pemasukkan campuran dan

pengeluaran hasil pembakaran berlangsung pada saat tertentu yang diatur oleh poros

engkol pada sudut tertentu. Hal tersebut diatur oleh katup masuk dan katup buang

yang dipasang pada kepala silinder atau disebut overhead cam (OHV).

Sebagai penggerak poros kem digunakan timing gear dan digerakkan oleh

poros engkol dengan perbandingan transmisi setengah. Jadi putaran poros kem

adalah setengah dari putaran poros engkol.

Sesuai dengan fungsinya sebagai pembuka dan penut up saluran masuk dan

buang maka katup harus cukup rapat. Bahan untuk membuat katup dipilih baja

paduan SNCM-2 yang memiliki tegangan lengkung s b = 1000 – 1200 kg/cm2 .

4.3.1 Katup

Kecepatan katup masuk katup hisap 50 – 130 m/s.

Diameter throat katup hisap (dthi) maksimum = 71,14 mm (2,8 inchi), minimum 35

mm ( 1,37 inchi).

Diameter throat katup buang (dthb) maksimum = 62,25 mm (2,45 inchi), minimum 30

mm (1,18 inchi).

Diasumsikan ukuran diameter katup diambil :

Diameter throat katup isap (dthi) = 40 mm

Diameter throat katup buang (dthb) = 35 mm


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102

Kecepatan udara melalui katup isap dihitung dengan persamaan 4.43 (sumber :

Petrovsky, Marine Internal Combusion Engine, hal 414), yaitu sebagai berikut :

Cm × A
Wn = ( m / dt ) ...................................................................................................(4.43)
a maks

dengan :

A : luas bidang silinder = 0,04102 m2

Cm : kecepatan piston rata-rata pada putaran tinggi.

2 × S× n
Cm =
60
2 × 0,2667 × 1050
=
60
= 9,3345m/ dt

n : putaran maksimum mesin = 1050 rpm

amaks : luas lubang isap maksimum

Wm berkisar antara 50-130 m/s untuk mesin diesel

Tinggi angkat maksimum katup dihitung dengan persamaan 4.44 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 89) yaitu sebagai berikut :

d thi
h maks = ..................................................................................................................(4.44)
4 cos α

dengan :

a : sudut dudukan katup isap = 45° (sumber : Wiranto Arismunandar, Mesin

Diesel Putaran Tinggi, hal :68)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103

40
h maks =
4 cos 45
= 19,035 mm
= 1,9cm

Luar lubang isap dihitung dengan :

a maks = π × d thi × hmaks × cos α


= 3,14 × 4 × 1,9 × cos45
= 12,53cm 2

a maks = 0,001253 m 2

Maka kecepatan udara pada saluran masuk adalah :

9,3345 × 0,04102
Wn =
0,001253
= 305,5875 m/dt

Ukuran katup yang lain dihitung dengan persamaan empiris (sumber : M. Khovakh,

Motor Vehicle, Engine, hal 523)

4.3.2 Diameter Kepala Minimum

Diameter kepala minimum masuk dapat dihitung dengan persamaan 4.45

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebgai berikut :

d1i = (0,95 − 1,16)d thi ......................................................................................................(4.45)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d li = 1,055 × 40
= 40,2 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104

Diameter kepala minimum keluar dapat dihitung dengan persamaan 4.46

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d1r = (0,95 − 1,16)d thr ......................................................................................................(4.46)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d lr = 1,055 × 35
= 36,9 mm

4.3.3 Diameter Kepala Maksimum

Diameter kepala maksimum masuk dapat dihitung dengan persamaan 4.47

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d 2i = (1,06 − 1,16)d thi ......................................................................................................(4.47)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d 2i = 1,11× 40
= 44,4 mm

Diameter kepala maksimum keluar dapat dihitung dengan persamaan 4.48

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d 2r = (1,06 − 1,16)d thr ....................................................................................................(4.48)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d 2r = 1,11 × 35
= 38,85 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105

4.3.4 Tinggi Bahu Kepala Minimum

Tinggi bahu kepala minimum masuk dapat dihitung dengan persamaan 4.49

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h 1i = ( 0,025 − 0,045 )d thi ..............................................................................................(4.49)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h li = 0,035 × 40
= 1,4 mm

Tinggi bahu kepala minimum keluar dapat dihitung dengan persamaan 4.50

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h 1r = ( 0,025 − 0,045 )d thi .............................................................................................(4.50)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h 1r = ( 0,025 − 0,045 )d thi


= 0,035 × 35
= 1, 225 mm

4.3.5 Tinggi Bahu Kepala Maksimum

Tinggi bahu kepala maksimum masuk dapat dihitung dengan persamaan 4.51

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h 2i = ( 0,1 − 0,13 )d thi .......................................................................................................(4.51)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h 2i = 0,115 × 40
= 4,6 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106

Tinggi bahu kepala maksimum keluar dapat dihitung dengan persamaan 4.52

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h 2r = ( 0,1 − 0,13 )d thr ..................................................................................................... (4.52)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h 2r = ( 0,1 − 0,13 )d thr


= 0,115 × 35
= 4,025 mm

4.3.6 Diameter Tangkai Katup

Diameter tangakai katup hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.53

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai bereikut :

d s(in) = ( 0,18 - 0,23 )d thi ..................................................................................................(4.53)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d s(in) = 0,205 × 40
= 8,2 mm

Diameter tangkai katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.54

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d s(ex) = ( 0,22 - 0,28 )d thr .................................................................................................(4.54)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d s(ex) = 0,25 × 35
= 8,75 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107

4.3.7 Tinggi Dudukan Katup

Tinggi dudukan katup hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.55 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h si = ( 0,18 − 0,25 )d thi ....................................................................................................(4.55)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h si = 0,215 × 40
= 8,6 mm

Tinggi dudukan katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.56 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

h sr = 0,215d thr ...................................................................................................................(4.56)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

h sr = 0,215d thr
= 0,215 × 35
= 7,525 mm

4.3.8 Diameter Dudukan Katup

Diameter dudukan katup hisap dihitung dengan persamaan 4.57 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d s(ei) = ( 1,2 - 1,26 )d thi .....................................................................................................(4.57)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d s(ei) = 1,23 × 40
= 49,2 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108

Diameter dudukan katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.58

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d s(er) = 1,23d thr ..................................................................................................................(4.58)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d s(er) = 1,23d thr


= 1,23 × 35
= 43,05 mm

4.3.9 Panjang Bush

Panjang bush hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.59 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

l bui = ( 8 − 10 )ds(in) ............................................................................................................(4.59)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

l bui = 9 × 8,2
= 73,8 mm

Panjang bush buang dapat dihitung dengan persamaan 4.60 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

l bur = 9d s(ex) .........................................................................................................................(4.60)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

l bur = 9d s(ex)
= 9 × 8,75
= 78,75 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109

4.3.10 Diameter Luar Bush

Diameter luar bush hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.61 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle, Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d b(ui) = ( 1,4 - 1,6 )ds(in) .....................................................................................................(4.61)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d b(ui) = 1,5 × 8,2


= 12,3 mm

Diameter luar bush buang dapat dihitung dengan persamaan 4.62 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d b(ur) = 1,5ds(ex) ...................................................................................................................(4.62)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d b(ur) = 1,5ds(ex)
= 1,5 × 8,75
= 13,125 mm

4.3.11 Diameter Alur Tempat Kunci

Diameter alur tempat kunci hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.63

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d kki = 0,7ds(in) .....................................................................................................................(4.63)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d kki = 0,7ds(in)
= 0,7 × 8,2
= 5,74 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110

Diameter alur tempat kunci buang dapat dihitung dengan persamaan 4.64

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

d kkr = 0,7ds(ex) ....................................................................................................................(4.64)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d kkr = 0,7 ds(ex)


= 0,7 × 8,75
= 6,125 mm

4.3.12 Tebal Piringan Katup

Tabal piringan katup hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.65 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

di = 0,5 x dth Pz
s b .................................................................................................(4.65)

dengan : Pz : 3.930,384 psi

: 3.930,384 x 6,895 = 27.099,99 kPa

: 27.099,99 / 98,07 = 276,333 kg/cm2

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

di = 0,5 x dth Pz
sb
276,333
= 0,5 x 40
1100
= 10,024 mm

Tebal piringan katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.66 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111

dr = 0,5 x dth Pz
s b .................................................................................................(4.66)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

dr = 0,5 x dth Pz
sb
276,333
= 0,5 x 35
1100
= 8,7712 mm

4.3.13 Tinggi Angkat Maksimum

Tinggi angkat maksimum katup hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.67

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut

dth i
hmaks(i) = ............................................................................................................. (4.67)
4 cos a

dengan :

a = 45°

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

dth i
hmaks(i) =
4 cos a
40
=
4 cos 45
= 14,1 mm

Tinggi angkat maksimum katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.68

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut

dthi
hmaks(r) = ............................................................................................................. (4.68)
4 cos a

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112

dthi
hmaks(r) =
4 cos a
35
=
4 cos 45
= 12,4 mm

4.3.14 Pegas Katup

Fungsi pegas katup adalah untuk merapatkan katup pada dudukannya, serta

agar tangkai katup selalu berhubungan dengan tuas katup, sehingga tidak terjadi

pukulan pada tangkai katup yang dapat menimbulkan suara ketukan. Untuk

menghindari ketukan pada saat mesin beroperasi, maka pada saat pemasangan pegas

diberikan simpangan awal pegas atau beban awal sehingga katup akan selalu

menutup.

4.3.14.1 Diameter Lingkar Pegas

Diameter lingkar pegas katup hisap dapat dihitung dengan persamaan 4.69

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

Dp = (0,6 − 0,7) dth ................................................................................................(4.69)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Dpi = 0,7 x dthi


= 0,7 x 40
= 28 mm

Diameter lingkar pegas katup buang dapat dihitung dengan persamaan 4.70

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113

Dp = (0,6 − 0,7) dth ................................................................................................(4.70)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Dpi = 0,7 x dthi


= 0,7 x 35
= 24,5 mm

4.3.14.2 Diameter Kawat Pegas

Diameter kawat pegas dihitung dengan persamaan 4.71 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

Dp = (4 − 10)dp ................................................................................................................(4.71)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Dp = 7dp
1
dp = Dp
7 3.15 Pelatuk (Rocker Arm)
1
dp = x 28
7
= 4 mm

Pelatuk berfungsi sebagai perantara antara batang penumbuk dengan ujung

katup atau antara poros nok dengan ujung katup sehingga apabila poros nok

mengangkat tapet maka gerakan ini akan diteruskan ke katup melalui pelatuk.

Pelatuk dibuat dari bahan besi tuang atau baja tekan atau aluminium yang dibuat

dengan mesin. Ada bermacam- macam jenis pelatuk yang digunakan pada kendaraan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114

atau motor, namun peltuk yang sering digunakan yaitu pelatuk yang menggunakan

poros atau pelatuk yang dipasang pada poros.

Antara ujung batang katup dengan ujung pelatuk tidak selalu bersinggungan

tetapi ada celahnya. Celah inilah yang disebut dengan celah katup yang besarnya

sudah tertentu yaitu sesuai dengan ketentuan dari pabrik.

4.3.15 Perhitungan Rocker Arm

Untuk membuka katup setinggi h tergantung dari gaya-gaya yang bekerja,

yaitu terdiri dari :

a. Gaya akibat tekanan gas. Gaya akibat tekanan gas yang terjadi dapat dihitung

dengan persamaan 4.72 (sumber : Petrovsky, Marine Internal Combusion

Engine, hal 423) yaitu sebagai berikut :

π .d 2
Fg = ±∆Pg. ..............................................................................................................(4.72)
4

dimana :

d = diameter piringan katup

?Pg = tekanan gas dalam silinder selama periode kerja katup, untuk

katup buang, 4 – 5 atm

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115

π × 62,25
Fg = ±5.
4
= ±5 × 48.866
= 244,33

b. Gaya inersia akibat massa mekanisme penggerak katup (camshaft)

c. Gaya elastis pegas

4.3.15.1 Tapet dan Batang Penumbuk

Tapet dan batang penumbuk adalah piranti yang digunakan pada sistem

pergerakan katup. Tapet berhubungan dengan poros nok dan batang penumbuk,

sedang ujung yang lain dari batang penumbuk berhubungan pelatuk. Batang

penumbuk ini dibuat dengan bentuk berlubang dibagian dalam dengan tujuan untuk

mengurangi beratnya.

Batang penumbuk digunakan pada motor dengan poros nok berada pada blok

silinder yang dikenal dengan OHV. Sebelum nok mengangkat batang penumbuk

terlebih dahulu akan mengangkat tapet yang kemudian diteruskan ke batang

penumbuk. Ada 2 jenis tapet, yaitu :

a. Tapet mekanik.

Ujung penumbuk masuk ke dalam tapet dimana bentuknya sudah disesuaikan

batang penumbuk dapat duduk dengan tepat. Bagian bawah dari tapet, yaitu

bagian yang bersingguangan dengan poros nok dikeraskan sehingga tidak mudah

aus. Bagian bawah dibuat cekungan dengan jari-jari cekungan yang cukup besar,

cekungan ini dikombinasikan dengan titik tengah dari nok yang digeser sedikit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116

akan menghasilkan gerak putar tapet itu sendiri sehingga kemungkinan aus pada

satu sisi akan dapat dielakan. Ada pula tapet yang bagian bawahnya dilengkapi

dengan roler (sebuah roda kecil) yang dipasang melintrang terhadap poros nok,

sehingga pada saat nok mengangkat tapet, roler ini akan berputar sehingga

mengurangi gesekan yang timbul. Karena sudah dipasang roler maka tapet ini

tidak peelu dan tidak boleh berputar seperti tapet tanpa roler. Untuk menjaga agar

tapet tidak berputar maka dilengkapi dengan pengancing.

b. Tapet hidrolik

Tapet hidrolik menggunakan oli mesin sebagai media agar dapat bekerja. Oli

mesin masuk ke dalam tapet melalui saluran oli dan lubang oli pada badan tapet

terus masuk ke dalam plunyer. Dari plunyer oli terus mengalir ke bawah melaui

lubang pemasukan sampai ke dalam ruangan katup bola. Pada saat nok belum

mengangkat tapet, pegas plunyer akan menahan plunyer sehingga bagian atasnya

selalu bersinggungan dengan batang penumbuk sehingga menghilangkan celah

katup yang ada pada sistem pergerakan katup. Pada saat nok mulai mengangkat

tapet, oli yang berada di bagian dalam ruang katup bola dan pegas katup bola

akan membuat katup bola menutup lubang pemasukkan untuk mencegah

keluarnya oli tersebut ke plunyer dehingga plunyer akan mengangkat batang

penumbuk dan seterusnya akan membuka katup. Setelah katup menutup kembali,

plunyer akan kendor terhadap batang penumbuk walaupun tetap bersinggungan

karena adanya pegas plunyer yang berfungsi untuk mendorong badan tapet

sehingga selalu bersinggungan dengan poros nok walaupun sedang tidak

mengangkat tapet.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117

4.3.16 Perhitungan Camshaft

Camshaft adalah suatu bagian mesin yang berfungsi untuk mengatur saat

katup membuka dan saat katup menutup. Camshaft mengubah gerak putar menjadi

gerak lurus padas katup. Camshaft biasanya dibuat dari bahan baja dimana pada

bagian nok dikeraskan melalui proses perlakuan panas sehingga tidak mudah aus.

Dalam merencanakan camshaft harus diketahui waktu pembukaan dan penutupan

katup. Camshaft berputar lebih lambat dari putaran poros engkol dengan

perbandingan 1 : 2, hal ini karena katup-katup motor membuka sekali setip empat

langkah torak atau setiap dua putaran poros engkol, berarti setiap dua putaran poros

engkol, camshaft hanya berputar satu kali putaran.

Gambar 4.11 Camshaft

(Sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 518)

4.3.16.1 Diameter Poros Kam

Diameter poros kam (dcs) dapat dihitung dengan persamaan 4.73 () yaitu

sebagai berikut :

dcs = (0,28 − 0,35)D ............................................................................(4.73)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

dcs = (0,28 − 0,35)D


= 0,315 × 228,6
= 72,009 mm

4.3.16.2 Diameter Luar Badan Camshaft

Diameter luar badan camshaft (d1 ) dapat dihitung dengan persamaan 4.74

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 415) yaitu sebagai berikut :

d 1 = (1,3 - 2,0 ) × d cs ..........................................................................................................(4.74)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d 1 = 1,65 × 72,009
= 118,81485 mm

4.3.16.3 Lebar Permukaan Hubungan

Lebar permukaan hubungan camshaft (b) dapat dihitung dengan persamaan

4.75 (sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 415) yaitu sebagai berikut :

b = (0,15 - 0,4)d cs .............................................................................................................(4.75)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

b = 0,275 × 72,009
= 19,8025 mm

4.3.16.4 Lebar Poros atau Pusat Kegiatan

Lebar poros atau pusat kegiatan cams haft (b1 ) dapat dihitung dengan

persamaan 4.76 (sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 415) yaitu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119

sebagai berikut :

b 1 = (0,6 - 0,8)d 1 ..............................................................................................................(4.76)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

b 1 = 0,7 × 118,81485
= 83,1704 mm

4.3.17 Poros Engkol

Poros engkol berfungsi merubah gaya bolak-balik piston menjadi gerak putar,

yang kemudian dihubungkan dengan rangkaian transmisi roda gigi. Dalam

operasinya poros engkol mengalami gaya-gaya dan momen yang menghasilkan

tegangan-tegangan hasil dari gaya inersia gas hasil pembakaran.

Tegangan yang bekerja pada poros engkol tergantung pada:

1. Ukuran dan bentuk bagian-bagian poros engkol meliputi tap utama, pena

engkol, pipi engkol.

2. Faktor-faktor yang merugikan konsentrasi tegangan dalam fillet ( lokasi

antara pena engkol dan pipi engkol ) dan letak lubang pelumas pada pena

engkol.

3. Karakteristik tegangan dari bahan poros engkol seperti batas luluh, batas

lengkung, dan alternatif batas lelah karena puntiran.

4. Metode tegangan mekanis, perlakuan panas, dan termodinamika.

5. Ketidaklurusan dukungan pada dudukan poros engkol.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120

Poros engkol harus didesain dan dicek sesuai atau sama dengan bentuk poros

engkol pusat, dengan menggunakan crankpin pada titik mati, saat momen lentur

maksimum, berikutnya dengan menjalankan motor pada mome n puntir maksimum.

Akhirnya, ketebalan lapisan oli yang maksimum hmm harus dicek. Suatu poros engkol

didisain baru, langkah awal akan menentukan nilai diameter dan panjang dari

crankpin dan journal.

4.3.17.1 Diameter Crankpin

Gambar 4.12 Crankshaft

(Sumber: M. khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 544)

Untuk crankpin lebih baik diasumsikan dengan perbandingan lo / do = k.

Harga k bervariasi dari 0,8 – 1,1. Momen banding dari pin didagikan tiap beban

0,5.P.lo . Ini didistribusikan secara merata dan bias mene rima momen lentur yang

lebih besar, sampai pada P.lo . diasumsikan nilai rata-rata 0,5 P.lo = 0,75 P.K.do , dan

persamaan untuk momen yang berlawanan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121

0,75.P.k.d o = 0,0981.d o2 .s

Diameter crankpin (do ) dapat dihitung dengan persamaan 4.78 (sumber : M.

Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 544), dimana tegangan yang diizinkan adalah

8.000 psi, yaitu sebagai berikut :

0,75.P.k
do = ...............................................................................................................(4.78)
0,0981.S

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

0,75 . 8000.0,8
do =
0,0981.266,7
= 13,54486 mm

Setelah itu tekanan pada bantalan P/lo .do harus dicek dan besarnya antara 1.200 –

1.600 psi. Akhirnya Zn /p dan hm harus dicek juga.

4.3.17.2 Tebal Crank cheek

Ketebalan dari crank cheek dapat dihitung dengan persamaan 4.79 (sumber :

M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 545) yaitu sebagai berikut :

t = ( 0, 45 − 0,75).d o ..........................................................................................................(4.79)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

t = 0,6.d o
= 0,6 ×13,54486
= 8,1269 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122

4.3.17.3 Momen Bending

Momen bending poros dalam journal dapat dihitung dengan persamaan 4.80

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 545) yaitu sebagai berikut :

M = P(0,75.l o + t + 0,5.l 1 ) ...........................................................................................(4.80)

dimana l1 diasumsikan dari 1,5.do - 2.do

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

M = 8000(0,75 × 14,899346 + 8,1269 + 0,5 × 27,08972 )


= 262.770mm

4.3.17.4 Diameter Crankshaft

Diameter poros crankshaft (d1 ) dapat dihitung dengan persamaan 4.81

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 545) yaitu sebagai berikut :

M = 0,0981.d12 .S
M ..............................................................................................................(4.81)
d1 = 3
0,0981.S

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

262.770
d1 = 3
0,0981 × 266,7
= 21,5755 mm

4.3.17.5 Diameter Luar Badan Crankshaft

Diameter luar badan crankshaft (d2 ) dapat dihitung dengan persamaan 4.82

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 544) yaitu sebagai berikut :

d 2 = 1.8 × d 1 ........................................................................................................................(4.82)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d 2 = 1,8 × 21,5755
= 38,8359 mm

4.3.17.6 Lebar Permukaan Hubungan

Lebar permukaan hubungan crankshaft (do 1) dapat dihitung dengan

persamaan 4.83 (sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle Engine, hal 545) yaitu

sebagai berikut :

d o 1 = (1,4)d 0 ......................................................................................................................(4.83)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

d o1 = 1,4 × 13,54486
= 18,9628 mm

4.3.17.7 Lebar Poros atau Pusat Kegiatan

Lebar poros atau pusat kegiatan crankshaft (t 1 ) yaitu sama dengan panjang

pena engkol besar (lcp) yaitu 98,79 mm.

4.3.17.8 Diameter Alat Penggulung

Diameter alat penggulung crankshaft (d3 ) dapat dihitung dengan persamaan

4.83 (sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 518) yaitu sebagai berikut :

d = (0,3 - 0,5)d1 ..................................................................................................................(4.83)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124

d 3 = 0,5 × 21,5755
= 10,78775 mm

4.3.17.9 Tebal Pipi dan Lebar Pipi

Tebal pipi dan lebar pipi dapat dihitung dengan persamaan 4.84 dan 4.85

(sumber : M. Khovakh, Motor Vehicle,Engine, hal 523) yaitu sebagai berikut :

t 2 .w = 0,4d 3
3
w = 0,4d ...............................................................................(4.84)
t2
t.w 2 = d3
d3
t = 2 .................................................................................(4.85)
w
sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

Persamaan 2 masuk persamaan 1.

2
 0,4d 3 
t  2  = d 3
 t 
 0,4d 6 
 3  = d 3
 t 
t3 = d 3 × 0,4
= 7,184883 x 0,4
t = 5,2938 cm
= 52,938 mm
0,4 (d3 )
w =
t2
0,4 (7,184883 )
=
5, 29382
= 5,29399 cm
= 52,9399mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125

4.3.17.10 Panjang Poros Dudukan

Panjang poros dudukan poros duduk (L) sama dengan panjang pena engkol

l = lcp = 98,79 mm
L = l + lcp + 2t
= 98,79 + 98,79 + 2(52,9386)
= 303,4572 mm

4.4 Roda Gila

Roda gila adalah suatu bagian mesin yang berfungsi untuk menjaga

keseimbangan putaran mesin dengan jalan meredam tenaga yang berlebihan pada

langkah ekspansi dan kemudian memberikannya lagi pada saat langkah isap dan

kompresi.

4.4.1 Fungsi dari Roda Gila

Fungsi dari roda gila sebagai berikut :

1. Untuk menjaga perubahan (fluktuasi) kecepatan agar berada pada batas yang

diijinkan.

2. Dengan altenator yang bekerja paralel, untuk menjaga agar kecepatan sudut

naik atau turun pada batas yang ditentukan, sebanding dengan kecepatan

sudut yang seragam.

3. Untuk membatasi kenaikan momentum atau penurunan kecepatan saat

perubahan beban yang tiba-tiba.

4. Untuk membawa piston pada tekanan kompresi saat bekerja pada kecepatan

rendah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126

4.4.2 Perhitungan Tenaga Lebih yang Terjadi

Perhitungan tenaga lebih yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan 4.86

(Maleev, Internal Combustion Engine, hal 553) ya itu sebagai berikut :

33000 x ihp x ? e
?E = ...........................................................................................(4.86)
n

Dengan:

ihp : Daya indikasi = daya yang diindikasikan (Ni/eff.mekanis)

2395,16
: = 2885,735
0,83

Ni : 1975,8597 HP, eff.mekanis mesin diesel = (0,7 - 0,85), maka dipilih

0,83

N : Putaran motor rata-rata = 800 rpm

?e : Kostanta kelebihan tenaga ( dilihat dari tabel ) = 0,005 – 0,0025

(Single acting, vertical, (90o and 45o ))

Tabel 4.2 Konstanta ?e

Constant, ? e
Number Four Two
Type of engine
of cylinder stroke stroke
engines engines

Single acting 2,35 0,95


1
– 2,50 – 1,00

Single acting, 1,4 – 0,23


2 o
cranks at 180 1,5 – 0,25

Single acting, 0,98


2 o
crank at 360 – 1,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127

Single acting, 0,55 0,75


2 o
opposed, crank at 180 – 0,6 – 0,85

Single acting, 0,15 0,13


3 o
vertical, crank at 120 – 0,17 – 0,14

Single acting, 0,04 0,75


4 o o
vertical, (180 and 90 ) – 0,03 – 0,085

Single acting, 0,03 0,02


6 o o
vertical, (120 and 60 ) – 0,04 – 0,025

Single acting, 1,4 – 0,005


8 o o
vertical, (90 and 45 ) 1,5 – 0,0025

Single acting, 0,1 – 0,2 –


9
horizontal 0,21 0,22

Single acting, 0,19 0,19


10
tandem or twin – 0,21 – 0,21

single acting,
0,08 0,07
11 twin tandem, crank at
– 0,09 – 0,08
90o

Sumber: Maleev, Internal Combustion Engine, hal 553.

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

33000 x 2885,735 x0,003


?E =
800
= 357,109 lb - ft
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128

4.4.3 Perubahan Tenaga Piston

Adanya fluktuasi kecepatan, maka perubahan tenaga piston dapat dihitung

dengan persamaan 4.87 (Maleev, Internal Combustion Engine, hal 553) yaitu sebagai

berikut :

? E = (w . k 2 . n 2 ) / 2935 m ...................................................................................... (4.87)

Dengan:

w : Berat roda gila

k : Jari-jari girasi

n : Putaran motor

m : Koefisien kestabilan ( dari tabel ) = 100 (automobile engine–

normal speed)

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

2935 x 100 x 357,109


w.k 2 =
800 2
= 163,77 lb − ft

Tabel 4.3 Koefisien Kesetabilan.

Drive machinery Type of drive M

Hammers, crusher Belt 5

Excavator, concrete mixer,


Belt 12
compresor

Pump, shears Belt or flexible couping 20


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129

Metal and wood-working


Belt 30
machine

Textile, floor, and papermills Belt 40

Pump, compressor, and similar


Gear transmision 50
machine

Spinning machinery—coarse to 50
Belt
fine – 65

35
DC generator, single Belt—direct coupled
– 50

50
DC generator, parallel Belt—direct coupled
– 70

60
AC generator, single Belt—direct coupled
– 90

AC generator, parallel Direct coupled 100

20
Boat propeller, up to 100 HP Direct coupled or by gear
– 30

Boat propeller, over to 100 HP Direct coupled or by gear 40

Idling 5
Automobile engines
Normal speed 100

Sumber: Maleev, Internal Combustion Engine, hal 554.

Jika diameter roda gila yang direncanakan (drg) = 30 in., maka:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130

drg
k=
4
30
=
4
= 7,5 in.
= 0,62484 ft, maka
163,77
w=
0,62484 2
= 419,465 lb

Jika berat jenis bahan = 500 lb/ft3 , maka tebal roda gila dapat dihitung dengan

persamaan 4.88 (Sumber: Maleev, Internal Combustion Engine, hal 553) yaitu

sebagai berikut :

w
t= ................................................................................................................................(4.88)
A .?

sehingga didapat perhitungan sebagai berikut :

w
t=
A .?
419, 465
=
π
( × 1,25 2 ) .500
4
= 0,684.ft
= 208,6 mm
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131

BAB V

HASIL PERHITUNGAN DAN KESIMPULAN

5.1. Hasil Perhitungan

5.1.1. Data Kendaraan dengan Injeksi Langsung

Jenis kendaraan : lokomotif kereta api

Tipe mesin : mesin diesel 8 silinder dengan tipe – v injeksi

langsung

Sistem gigi timing : roda gigi

Volume setiap sillinder : 10.940 cc

Daya : 1950 PS / 1050 rpm

Putaran mesin minimal : 385

Diameter silinder : 9 in / 228,6 mm

Panjang langkah : 10,5 in / 266,7 mm

Perbandingan kompresi : 15,7 : 1

Jumlah ring piston : 2 buah ring kompresi, 1 buah ring minyak

Ukuran mesin

Panjang x lebar x tinggi : 4.610x 1.737 x 2.378 (mm)

Berat mesin : 12.603 kg

Urutan injeksi bahan bakar : 1 R-1L-2R-2L-4R-4L-3R-3L

Tipe pompa injeksi : bosch distributor VE Tipe

Tipe governor : mekanisme variable speed


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132

Gaya tarik maksimal : 27.300 kg

Kapasitas

Bahan bakar : 3000 liter

Minyak pelumas : 984 liter

Air : 680 liter

Alat – alat

1 Mesin diesel : General Electric type 7FDL8

2 Generator utama : General Electric type Gt k81 c11

6 Traksi motor : General Electric type Ge 761 A 15

1 Generator bantu : General Electric 12-51 Kw

1 exhauster compressor

5.1.2. Hasil perhitungan Bab III didapatkan hasil sebagai berikut:

Langkah Hisap

No Item Nilai Satuan

1 Tekanan awal langkah hisap (Po) 0,2532 Mpa

2 Temperatur awal langkah hisap (To) 338 K

3 Tekanan akhir langkah hisap (Pa) 0,2405 Mpa

4 Penurunan tekanan karena rugi-rugi gesekan (?Pa) 0,0101 Mpa

5 Temperatur akhir langkah hisap (Ta) 353 K

6 Efisiensi langkah hisap (?ch) 0,97 _

Langkah Kompresi

1 Tekanan akhir langkah kompresi (Pc) 10,546 Mpa

2 Temperatur akhir langkah kompresi (Tc) 985,928 K


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133

Langkah Pembakaran

1 Kebutuhan bahan bakar secara teoritis (Lo’) 0,494 Mol/kg.Bb

2 Kebutuhan udara secara actual (L’) 0,741 Kg

3 Koefisien kimia penambahan molar (µo ) 1,043 -

4 Koefisien perubahan molar karena adanya gas hasil


1.0415 -
pembakaran (µ)

5 Kapasitas molar Isokhorik udara pada akhir kompresi


5,14254 Kcal/mol°C
(mCv)

6 Tekanan akhir langkah pembakaran (Pz) 27,1 Mpa

7 Temperatur akhir langkah pembakaran (Tz) 2432,58 K

8 Kenaikan tekanan (?) 2,57 -

Langkah Ekspansi

1 Perbandingan ekspansi awal (?) 0,9998805

2 Perbandin gan ekspansi akhir (d) 15,7

3 Tekanan akhir langkah ekspansi (Peks) 0,82 Mpa

4 Temperatur akhir langkah ekspansi (Teks) 1156,57 K

No Item Nilai Satuan

1 Tekanan indikasi rata-rata teoritis (Pit) 23,935 kg/cm2

2 Tekanan indikasi rata-rata aktual (Pi) 23,456 kg/cm2

3 Kerja indikasi rata-rata mesin (Wi) 0,25663 kg.m

4 Daya horse power mesin (Ni) 2395,16 Hp

5 Breake horsepower (Nb) 1987,99 Hp

6 Efisiensi mekanis (?m) 0,83 -


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134

7 Tekanan efektif rata-rata (Pe) 19,46848 kg/cm2

8 Kebutuhan bahan bakar dalam satuan berat (Lo’’) 12,0536 kg/mol.Bb

9 Kebutuhan bahan bakar dalam satuan volumetrik


12,597 M3 .kg/mol.Bb
(Lo’’’)

10 Konsumsi bahan bakar per jam (Fh) 141,533 kg/jam

11 Kebutuhan bahan bakar tiap silinder (Fs ) 17,69 kg/jam

12 Panas yang dihasilkan tiap silinder (q) 178.685,4125 Kkal/jam

13 Konsumsi bahan bakar per daya horse power (Fi) 0,06952 Liter/Hp.jam

14 Konsunsi bahan bakar per jam untuk brake termal


0,083758 Liter/Hp.jam
(Fb)

15 Efisiensi panas indikasi (?i) 0,90 -

16 Efisiensi daya break thermal (?b) 0,74708 -

18 Kebutuhan bahan bakar spesifikasinya (F) 0,078999 Liter/Hp.jam

Untuk akurasi yang lebih tinggi lagi, perhitungan siklus (Bab III) dapat diganti

dengan suatu metode eksperimen langsung. Dengan mengukur kecepatan, suhu, dan

tekanan gas, maka dapat dirancang suatu siklus mesin diesel dengan lebih baik.

Perhitungan siklus merupakan pendekatan dan memungkinkan adanya perbedaan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135

5.1.3. Hasil perhitungan Bab IV didapatkan hasil sebagai berikut:

Silinder

No Item Nilai Satuan

1 Tebal dinding Silinder (b) 11,8745 mm

2 Tebal dinding mantel air pendingin (b 1 ) 8,9027 mm

3 Tebal rongga antara silinder dengan dinding mantel air


24,638 mm
(c)

4 Tegangan tangensial (s) 40.956 psi

5 Angka keamanan (k) 4,957 -

6 Tegangan karena perbedaan suhu (so ) 14.585,41 psi

7 Tegangan pada bagian dalam silinder (si ) 15.631,82 psi

8 Tegangan maksimum karena tekanan gas silinder


40.016,288 psi
(s mak )

9 Tegangan minimum karena tekanan gas silinder (s min ) 36.085,9 psi

10 Tegangan total pada permukaan dalam silinder (s tota l ) 24.384,468 psi

11 Tegangan total pada permukaan luar silinder (s total) 50.671,31 psi

Kepala silinder

1 Tebal kepala silinder (th ) 20,574 mm

2 Tegangan karena tekanan gas (sd ) 46.497,58 psi

3 Tegangan karena perbedaan suhu (s) 24.143,83 psi

4 Tegangan total (stot ) 70.641,41 psi

5 Volume kerja silinder (Vs) 10.940,70038


cc

6 Volume cekungan dudukan katup (Vck) 200 cc


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136

Piston

1 Diameter kepala piston (D1 ) 226.314 mm

2 Diameter badan piston (D2 ) 228,188 mm

3 Tebal kepala piston (t1 ) 61,111 mm

4 Tebal sirip-sirip di dalam torak (t2 ) 20,37 mm

5 Tebal dinding beralur untuk cincin piston (t3 ) 15,066875 mm

6 Tebal dinding bagian badan piston (t4 ) 3,7667 mm

7 Tinggi piston (H) 251,46 mm

8 Jarak sumbu piston dengan alas piston (H1 ) 125,73 mm

9 Tinggi badan torak (H2 ) 178,5366 mm

10 Tinggi land teratas (h) 18,288 mm

11 Jarak cincin yang satu dengan lainya (h 1 ) 11,43 mm

12 Temperatur pusat puncak piston 400 °C

13 Temperatur tepi piston 200-250 °C

14 Volume sisa diatas kepala piston (Vps ) 209,2147 cc

15 Volume cekungan (Vcp) 526,4879 cc

16 Kecepatan piston rata-rata 12,61 m/dt

Cincin Piston

1 Lebar cincin piston (b) 5,123 mm

2 tekanan antara cincin piston dan dinding silinder (Pw) 3,5 – 6 psi

3 Tebal cincin piston (h) 3,5861 mm

4 Jarak sela cincin piston pada belum terpasang (i) 20,492 mm

5 Jarak sela cincin piston pada saat terpasang (it ) 0,4572 mm

6 Lebar celah ujung cincin piston pelumas (i2 ) 0,1 mm


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137

7 Tebal cincin pelumas (h 1 ) 5 mm

Pena Piston

1 Diameter luar pena (do) 59,436 mm

2 Diameter dalam pena (d 1 ) 40,41648 mm

3 Panjang pena piston (lpp ) 182,88 mm

4 Gaya yang diterima oleh pena piston akibat tekanan


1.111.615,09 psi
gas hasil pembakaran (Fpp)

5 Momen maksimum yang bekerja (M maks) 39.090,85 Lb-in

6 Jarak antara pertenmgahan dukungan dengan pena


52 mm
piston (L1 )

7 Jarak bagian dalam antara dua dudukan (L2 ) 34 mm

8 Modulus penampang pena piston (W) 2,3486 In3

9 Tegangan lengkung yang terjadi (s b ) 16.644,006 Lb/in2

10 Tegangan geser tang terjadi (Tsh ) 13.777,36 psi

Pena Engkol

1 Panjang poros engkol (l) 377,19 mm

2 Diameter lubang engkol (d cp) 75,837 mm

3 Panjang pena engkol besar (lcp) 104,2758 mm

Katup

1 Diameter throat katup isap (d thi) 40 mm

2 Diameter throat katup buang (d thb) 35 mm

3 Kecepatan udara melalui katup isap (wm) 50-30 m/s

4 Kecepatan angkat maksimum (h maks) 1,9 cm

5 Sudut dudukan katup isap (a) 45 °


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138

6 Luas lubang katup isap (a maks) 12,53 cm2

7 Diameter kepala minimum masuk (d li ) 40,2 mm

8 Diameter kepala minimum keluar (d lr) 36,9 mm

9 Diameter kepala maksimum masuk (d 2i) 44,4 mm

10 Diameter kepala maksimum keluar (d 2r ) 38,85 mm

11 Tinggi bahu kepala minimum masuk (h li ) 1,4 mm

12 Tinggi bahu kepala minimum keluar (h lr ) 1,225 mm

13 Tinggi bahu kepala maksimum masuk (h 2i ) 4,6 mm

14 Tinggi bahu kepala maksimum keluar (h 2r ) 4,025 mm

15 Diameter tangki katup hisap (d s(in)) 8,2 mm

16 Diameter tangki katup buang (d s(ek)) 8,75 mm

17 Tinggi dudukan katup hisap (h si ) 8,6 mm

18 Tinggi dudukan katup buang (h sr ) 7,525 mm

19 Diameter dudukan katup hisap(d s(ei)) 49,2 mm

20 Diameter dudukan katup buang (d s(er)) 43,05 mm

21 Panjang bush hisap (Ibui ) 73,8 mm

22 Panjang bush buang (Ibur ) 78,75 mm

23 Diameter luar bush hisap (d b(ui)) 12,3 mm

24 Diameter luar bush buang (d b(ur)) 13,125 mm

25 Diameter tempat alur kunci hisap (d kki ) 5,74 mm

26 Diameter tempat alur kunci buang (d kkr) 6,125 mm

27 Tebal piringan katup hisap (d1 ) 10,024 mm

28 Tebal piringan katup buang (dr ) 8,7712 mm

29 Tinggi angkat maksimum katup hisap (h maks (i)) 14,1 mm


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139

30 Tinggi angkat maksimum katup buang (h maks (r)) 12,4 mm

Pegas Katup

1 Diameter lingkar pegas katup hisap (Dpi) 28 mm

2 Diameter lingkar pegas katup buang (Dpr) 24,5 mm

3 Diameter kawat pegas (dp) 4 mm

Rocker Arm

1 Gaya akibat tekanan gas (Fg) 244,33

Camshaft

1 Diameter poros kam (dcs) 72,009 mm

2 Diameter luar badan camshaft (d 1 ) 118,81485 mm

3 Lebar permukaan hubungan (b) 19,8025 mm

4 Lebar poros atau pusat kegiatan (b 1 ) 83,1704 mm

Poros Engkol

1 Diameter crankpin (d o ) 13,54486 mm

2 Tebal crank cheek (t) 8,1269 mm

3 Momen bending (M) 262.770 mm

4 Diameter poros crankshaft (d1 ) 21,5755 mm

5 Diameter luar crankshaft (d2 ) 38,8359 mm

6 Lebar permukaan hubungan (d oi ) 18,9628 mm

7 Lebar poros atau pusat kegiatan (lcp) 98,79 mm

8 Diameter alat penggulung (d 3 ) 10,78775 mm

9 Tebal pipi (t) 52,938 mm

10 Lebar pipi (w) 52,9399 mm

11 Panjang poros dudukan (L) 303,4572 mm


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140

Roda Gila

1 Daya indikasi (ihp) 2885,735

2 Konstanta kelebihan daya (?e) 0,005-0,0025

3 Effisiensi mesin diesel 0,7 – 0,85

4 Perubahan tenaga piston (w.k 2 ) 163,77 Lb-ft

5 Diameter roda gila (drg) 30 In

6 Berat jenis bahan 500 Lb/ft3

7 Tebal roda gila (t) 208,6 mm

5.2. Bahan

• Silinder = Besi tuang kelabu FC-25

dengan karakteristik : kekuatan tarik 2800 kg/cm 2

tegangan batas elastis 1400 kg/cm 2 .

• Kepala silinder = Besi cor SC-25

dengan karakteristik : kekuatan tarik 2200 kg/cm 2 .

• Piston = Aluminium paduan

dengan karakteristik : tegangan tarik maksimum 20.000 psi

tegangan lengkung = 5500 psi

tekanan permukaan 350 kg/cm 2

koefisien ekspansi = 12,5 x 10-6 /°F

perbedaan suhu puncak tengah piston 150°C

modulus elastisitas 6 x 106 psi.

• Cincin piston = Besi cor SC-42


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141

dengan karakteristik : tegengan tarik maksimum 29.869 psi

tegengan lengkung =59.737,86 psi

modulus elastisitas = 28,446 x 106 psi.

• Pena piston = Baja yang dikeraskan permukaannya.

• Bantalan piston = Perunggu timah hitam atau perunggu fosfor.

• Katup = Baja paduan SNCM-2

dengan karakteristik : tegangan lengkung 1000-1200 kg/cm 2 .

• Pelatuk (Rocker Arm) = Besi tuang

• Camshaft = Baja

• Crankshaft = Baja krom nikel setelah di heat treating

dengan karakteristik : kekuatan tarik 130.000 – 150.000 psi

batas elastisitasnya 20% - 30%

defleksinya 16% - 20% pada 2 inci


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142

5.3. Kesimpulan

Mesin diesel pada kereta api ini memiliki perbandingan kompresi dan

putaran mesin yang rendah dibanding mesin diesel lain pada umumnya. Pada kereta

api mesin diesel berfungsi untuk memutar generator saja, dimana generator akan

menghasilkan listrik dan digunakan untuk menghidupkan motor traksi yang akan

memutar roda, sehingga dengan demikian mesin diesel tidak membutuhkan

akselerasi yang cepat.

Penggunakan turbocharger sangat berperan penting untuk menghasilkan

daya yang besar, daya 1950 Hp tidak akan didapat jika mesin diesel ini tidak

memakai turbocharger untuk memenuhi kebutuhan udara pada proses pembakaran.

5.4. Saran

Untuk akurasi yang lebih tinggi lagi, perhitungan siklus (Bab III) dapat

diganti dengan suatu metode eksperimen langsung. Dengan mengukur kecepatan,

suhu, dan tekanan gas buang dengan suatu alat ukur, Perhitungan siklus merupakan

pendekatan perhitungan dan kadang terdapat perbedaan dengan kenyataannya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143

Daftar Pustaka

1. Arismunandar, W. & Tsuda K., Motor Diesel Kecepatan Tinggi, Pradnya

Paramita, Jakarta, 1975.

2. Diesel Engine Description and Specification, General Electric.

3. Isuzu Training Center (Basic 1 Mechanic Course)

4. Khovakh, Internal Combustion Engine.

5. Maleev V. L., Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel, Erlangga, Jakarta,

1995.

6. Maleev, Internal Combustion Enginer, Mc. Graw-Hill Book Company, 1975,

Singapore.

7. Petrovsky, N., Marine Internal Combustion Engine, Mir Publishers, Moscow,

1968.

Anda mungkin juga menyukai