Anda di halaman 1dari 5

Aku Ingin Bersedekah

Share on linkedin Share on facebook Share on twitter Share on email More Sharing Services 38

Redaksi – Kamis, 2 Jumadil Awwal 1434 H / 14 Maret 2013 08:49 WIB

Berita Terkait

 Flu Arab
 Ternyata Umat Islam Itu Kaya
 Jangan Pernah Mengeluh, Pertolongan Allah Pasti Datang
 Rezeki Itu Datang Lebih Cepat Bergerak Daripada Ajalnya
 Allah Maha Mampu Menghadirkan Kita Semua di Rumah Nya

Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya


raya dengan fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para pegawainya berlipat-
lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional lainnya. Tunjangan berupa rumah,
mobil, pendidikan anak bahkan makan pun diberikan. Beberapa kali saya berkunjung ke sana
maka saya hanya berkomentar, “Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat
ini!” Mereka hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang. Pagar-pagar mereka
kokoh berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan yang membuat komplek perumahan itu
terisolir dari dunia luar.

Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit untuk mendapatkan mustahik-, maka
kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang
menjadi hak Allah adalah tetap menjadi hak-Nya. Dimana suatu saat Dia pun akan menagihnya.

***

Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum ibu di sana. Tema yang
diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari referensinya. BEROBAT DENGAN
SEDEKAH!!! “Darimana saya harus memulai…?” saya membatin.
Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang saya berikan terasa nikmat.
Jangankan untuk mereka kaum ibu yang mendengarkannya, saya sendiri saja merasakan
kenikmatan itu. Rupanya Allah Swt memberi keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa
saya dapati beberapa ‘ilmu ladunni‘ yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar.
Menjadi mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman.

Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan ia mengamalkan ilmu yang sudah
pernah ia ketahui. (Muhammad Saw)

Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka saya menawarkan kepada peserta
majlis untuk bertanya dan berdialog. Di sana rupanya ada seorang ibu berusia lebih dari 40
tahun, sebutlah namanya Reni. Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak
bertanya akan tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir. Reni pun
memulai kisahnya:

Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama kali. Allah Swt menakdirkan bahwa Reni
keguguran. Maka dari Bontang, ia pun diantar oleh suaminya pergi ke Balikpapan dengan
pesawat untuk berobat ke seorang dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret
rahimnya.

Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya selalu keluar darah dalam jumlah
banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi rutin. Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur
dan sprei selalu bersimbah darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi
ke Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa.

Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan hebat ini. Maka yang terjadi adalah kali
itu Reni dikuret lagi. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Reni!

Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal hampir setiap dua hari sekali Reni dan
suami terbang Bontang-Balikpapan untuk mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun
tindakan yang diambil oleh dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya
bisa pasrah dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini.

***
Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni bertambah ringkih, rumah tangga tak
terurus, uang tabungan terkuras dan suami tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi
Reni. Sepertinya ada sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan
suaminya.

Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar diberi jalan keluar dari masalah ini.

Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah doa mereka

***

Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan untuk berkonsultasi dengan dokter Yusfa.
Namun ada suara hati yang berbisik pada diri Reni. Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar.
Uang itu bukan ia niatkan untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia
di sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, “AKU INGIN BERSEDEKAH!” Sejumlah
uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang Reni bawa.

***

Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju Balikpapan. Setibanya di bandara
Sepinggan, Balikpapan Reni berjalan tertatih dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah,
Reni pun akhirnya tiba di dalam ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya,
“Ya Allah, datangkan untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku. Izinkan aku
untuk bersedekah di hari ini!”

Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati Reni. Sungguh ia amat berharap untuk
bisa bersedekah kali itu.

Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami. Subhanallah, tiba-tiba ada seorang pria
berpakaian lusuh menyapa Reni dan menjulurkan tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira
dan yakin bahwa inilah ijabah doa dari Allah Swt. Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas
tangannya. Sejumlah uang yang sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka
pengemis dan suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni pun
melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam sebuah taksi
untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.
***

“Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?!” tanya sang suami. Reni menjawab dengan
yakin, “Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt menyembuhkan penyakitku, Pa!” Mendapati
jawaban seperti itu suami Reni tidak banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya
pertolongan Allah saja yang dapat menyelamatkan mereka.

***

Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari dokter Yusfa atas penyebab pendarahan
yang keluar dari qubul Reni. “Hingga saat ini, saya belum tahu pasti apa penyebabnya” jelas
dokter Yusfa.

Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil memuaskan.

Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni setiap hari. Reni hanya bisa bersabar dan
pasrah atas takdir yang telah Allah Swt tetapkan pada dirinya. Pagi itu, Reni tengah berada di
dapur untuk membuat masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di
perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu seperti tak terkendali… Hingga
Reni harus berlari sebab khawatir ia tak kuasa menahannya. Atas izin Allah Swt ia kini sudah
berada di kamar mandi. Namun hanya pakaian luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian
dalam tak sempat ia tanggalkan. Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang keluar dari
qubul Reni dan ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal daging penuh darah itulah rupanya
yang membuat Reni terdesak untuk buang air.

Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil sebuah kantong plastik kecil
dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni berpikir bahwa ia harus menanyakannya
kepada dokter Yusfa tentang benda aneh ini.

***

Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Ia seperti biasa pergi ke
Balikpapan didampingi oleh suaminya. Konsultasi kali itu, seperti biasa tidak memberikan
perkembangan ke arah positif sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini.
Namun tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun merogohkan tangannya
ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi segumpal daging penuh darah. Ia keluarkan
plastik kecil itu dan ia sodorkan kepada dokter Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan
oleh Reni kepada dokter Yusfa. Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu.
Dahinya berkerut tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun berkata, “Ibu
dan bapak mohon tunggu sebentar di sini. Saya akan pergi ke laboratorium untuk memeriksakan
hal ini!”

Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan suami hanya berharap bahwa dokter
Yusfa akan datang membawa sebuah berita gembira untuk mereka.

***

Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil berlari. Ya berlari, bukan berjalan!
Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak dengan nada keras, “Alhamdulillah bu Reni….
Alhamdulillah….!!! Saya baru mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker
rahim yang ibu alami… dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya hanya mau
bertanya bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan sendirinya…?!”

Subhanalllah…. rupanya penyebab pendarahan hebat selama ini adalah sebuah kanker yang tidak
dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni.
Namun Reni hanya mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga
untuknya setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu saja, dan
rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah
ia cita-citakan.

“Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan
zakat.” HR. Baihaqi

Ustadz Bobby Herwibowo

Anda mungkin juga menyukai