Anda di halaman 1dari 5

2,3 atau 3,2 Milyar?

Share on linkedin Share on facebook Share on twitter Share on email More Sharing Services 66

Redaksi – Kamis, 5 Rabiul Awwal 1434 H / 17 Januari 2013 05:14 WIB

Berita Terkait

 Dokter, Saya Keguguran ya….?!


 Pandangan Pudar Ulah Maksiat
 10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur
 2 Jam, 2 Kali Lipat
 Cara Menahan Pandangan Buruk

… dan Allah telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu


ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu (QS. 4:113)

Saya mengenal sosok Syafe’I adalah seorang yang rajin beribadah. Di sebuah masjid perkantoran
di bilangan Jendral Sudirman Jakarta di mana saya sering bersilaturahmi. Kerap saya dapati
Syafe’I selalu pada shaf pertama setiap kali shalat berjamaah dilangsungkan. Dia adalah seorang
muslim yang taat, setidaknya itulah sosok yang saya kenal dari diri Syafe’i.

Syafe’I adalah seorang driver yang bekerja lebih dari 20 tahun membawa mobil seorang direktur
utama sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. Hal yang membuat Syafe’I disukai dalam
tugasnya ini antara lain karena sifatnya yang jujur, tidak banyak bicara dan loyal terhadap
majikan. Amat sulit rasanya di zaman sekarang ini mencari seorang pegawai seperti Syafe’I yang
setia mengemban tugas yang sama lebih dari 20 tahun. Hal yang menarik dari diri Syafe’I pun
adalah sifat qanaah yang dimilikinya. Gak ngoyo, selalu merasa puas dengan anugerah yang
Allah berikan untuk dirinya dan keluarga.

Inilah manusia yang kaya pada hakikatnya. Ia senantiasa merasa cukup atas karunia Allah Swt.
Tidak berharap lebih dari apa yang diberikan.
Pagi itu Syafe’I hendak berangkat menuju rumah majikannya. Sebelum meninggalkan rumah,
Syafe’I dilepas dengan sebuah keluhan yang meluncur dari mulut istrinya perihal biaya
pendaftaran kuliah anak mereka sebesar Rp 8 juta. Sang istri meminta Syafe’I untuk mencari
dana sebesar itu, paling tidak dengan cara meminjamnya terlebih dahulu. Kemudian akan dicicil
dari penghasilan bulanan mereka yang pas-pasan.

“Pak, tolong pinjam dulu kepada majikanmu dana untuk anak kita kuliah!” pinta istri Syafe’i.
Namun Syafe’I tidak berkata sepatah pun menanggapi usulan istrinya. Ia sadar bahwa dana
sebesar itu baginya akan membuat sulit hidup demi mengangsur cicilan. Apalagi bila dana itu
dipinjam dari bossnya, pasti akan membuat hubungan menjadi tidak enak.

Syafe’I lebih memilih mengadukan urusannya ini kepada Tuhan manusia, daripada harus
diceritakan kepada sesama.

***

Mulai sejak itu, banyak doa yang dipanjatkan Syafe’I kepada Allah Swt karena hajat anaknya
yang ingin kuliah. Rupanya kepasrahan diri kepada Allah SWT menyelesaikan semua masalah.

“Tidak ada masalah yang besar, semuanya kecil di mata Allah!” gumam Syafe’I membesarkan
hati.

Adegan pagi itu sama seperti hari-hari sebelumnya dalam karir Syafe’i. Ia tengah memegang
kemudi mobil membawa majikannya ke kantor. Namun tiba-tiba pintu ijabah dan keberkahan
Allah Swt mulai terbuka untuknya. Sang majikan tanpa angin tanpa hujan membuka bicara,
“Syafe’I, nanti kalau sudah sampai ke kantor segera kamu ke divisi General Affair (bagian
umum) ya…! Tanya sama mereka vendor dekorasi mana yang terbaik menurut mereka! Saya
mau renovasi rumah yang di Kebayoran. Bila bagian GA sudah kasih nama vendornya, segera
kontak mereka dan ajak untuk lihat rumah. Saya minta vendor itu untuk ajukan biaya
renovasinya. Kalau sudah direnovasi saya mau jual rumah itu. Kamu paham gak…?” tanya sang
majikan.

“Saya paham, Pak!” sahut Syafe’I sigap.

Syafei menuruti perintah atasannya. Vendor ia kontak dan diajaknya untuk melihat rumah
majikan yang ada di bilangan Kebayoran. Usai melihat, mengukur dan meninjau rumah, vendor
itu berjanji akan mengajukan penawaran biaya renovasi dalam beberapa hari. Dan betul seperti
yang dijanjikan, akhirnya pengajuan renovasi rumah itu mereka buat dan dititip ke Syafei.

***

“Boss, ini pengajuan renovasi rumah Kebayoran dari vendor kemarin…” kata Syafe’I kepada
majikannya sebelum masuk ke dalam mobil. Majikannya membaca pengajuan anggaran renovasi
di atas mobil. Baru beberapa menit membaca, sang majikan langsung berkomentar, “Kok mahal
sekali ya…, masa hanya renovasi rumah begitu saja sampai menghabiskan dana lebih dari Rp
200 juta!”
Mendengarnya Syafei menimpal, “Wah mahal betul ya boss…! Kalau boss gak setuju dengan
penawaran vendor itu, saya punya teman pemborong yang kerjaannya bagus. Insya Allah harga
yang ditawarkan jauh lebih murah dari vendor tadi. Kalo boss masih ragu, semua material boss
yang beli, nanti tinggal bayar jasa pengerjaannya saja” jelas Syafei.

Sang majikan sudah kenal betul sifat dan watak Syafei. 20 tahun bekerja adalah bukti kejujuran
dan loyalitas yang sudah tidak lagi diragukan. Tanpa banyak komentar sang majikan meminta
Syafei mengajak temannya yang pemborong itu untuk merenovasi rumah. Benar saja…, renovasi
rumah lewat pemborong teman akrab Syafei hanya memakan dana Rp 60 juta!

Sang majikan senang, karena supirnya telah membuat efisiensi pengeluaran tidak kurang dari
140 juta rupiah.

Kesenangan majikan itu terus berlanjut yang kemudian mempercayakan Syafei untuk menjual
langsung rumah yang baru direnovasi tadi.

Dalam perjalanan di atas mobil menuju kantor sang majikan berkata kepada Syafei, “Usai
ngantar saya, tolong kamu pergi ke biro iklan. Pasang iklan untuk menjual rumah Kebayoran itu
di media-media cetak. Kamu khan sudah tahu semua spesifikasi rumah… Kontak person di iklan
itu kamu saja Syafei! Terus jangan lupa untuk cantumkan harga penjualan sebesar 2,3 milyar!!!”
jelas sang majikan kepada Syafei.

Syafei mengiyakan semua tutur majikannya. Seperti yang diminta beliau, usai mengantar ke
kantor Syafei pun pergi ke biro iklan.

Syafei tengah mengisi semua formulir yang perlu diisi di biro iklan. Dalam lembar formulir itu,
ia sebutkan semua spesifikasi rumah majikannya berikut seluruh fasilitasnya. Tak lupa ia
cantumkan nama dan nomer kontaknya sebagai contact person. Usai mengisi formulir iklan itu,
maka lembar itu ia serahkan kepada petugas biro iklan. Petugas itu membacanya dan sejurus
kemudian petugas itu melemparkan sebuah tanya kepada Syafei, “Pak harga jualnya mau
dicantumkan gak?” “Oh iya, tolong cantumkan Mbak…!” sahut Syafei. “Berapa harga yang
diminta?” kejar sang petugas. Tiba-tiba saja Syafei memegang keningnya dengan telapak tangan,
tidak hanya itu dia mengusap-usap rambut kepala bagian belakang seperti orang kepusingan.
“Celaka, aku lupa berapa harga yang diminta majikan…! 2,3 M atau 3,2 M ya?!” gumamnya.

Terus terang Syafei malu untuk menanyakan hal itu kepada majikannya. Nanti disangka ia
teledor dalam bekerja. Lama Syafei mengambil keputusan. Bahkan ia perlu keluar dari kantor
biro iklan itu hanya untuk mondar-mandir memutuskan antara 2,3 atau 3,2 angka yang hendak
dicantumkan.

Setelah beberapa lama menimbang dan berdoa, tiba-tiba Allah Swt memberi ketenangan di hati
Syafei untuk mengambil sebuah keputusan. “Aha… pasti 3,2 milyar!!! Lebih bagus 3,2 milyar
dicantumkan daripada 2,3. Sebab kalau betul angka yang diminta majikan adalah 3,2 M
sedangkan yang saya cantumkan 2,3 M maka pasti tekor 900 juta. Siapa yang mau
nombokin…?!” gumam Syafei.
Syafei pun masuk kembali ke kantor biro iklan sambil berujar, “Mbak, tolong cantumin harga
jualnya sebesar 3,2 milyar!”

Usai membayar dan menerima struk iklan, Syafei pun kembali ke tempat kerja majikannya.

Keesokannya iklan tayang. Tak seperti diduga, 4 perusahaan mengontak Syafei di hari itu tanda
berminat, dan yang paling hebat penawarannya adalah PT Djarum yang menyatakan minatnya
tanpa menawar sedikitpun.

Tentu saja ini adalah kabar gembira dari Syafei untuk majikannya.

***

“Hari ini boss ada waktu gak ke notaris?! Alhamdulillah rumah di Kebayoran ada yang berminat.
PT Djarum mau ambil rumah itu, hebatnya mereka gak pake nawar lagi” kalimat Syafei
membuka pembicaraan di atas mobil.

Sang majikan surprised mendengarnya, kemudian beliau bertanya kepada Syafei “Memangnya
berapa harga yang kamu tawarkan ke mereka?”

“Saya cuma kasih harga ke mereka seperti yang boss minta!” jelas Syafei

“Iya, saya tahu tapi berapa harga yang kamu lepas, Syafei?!” tanya sang majikan sekali lagi.

“Mereka saya tawarin harga 3,2 milyar!” imbuh Syafei

Degg…!, sang majikan kaget mendengar harga yang ditawarkan Syafei kepada pembeli. Padahal
kemarin harga yang dia minta hanya 2,3 milyar bukannya 3,2 milyar. Seolah gak percaya, sang
majikan menyediakan waktu untuk bertemu calon pembeli di notaris hari itu.

Betul saja, rumah itu laku terjual dengan nilai 3,2 milyar rupiah.

Subhanallah…, Syafei sudah memberi keuntungan kepada majikannya sebanyak Rp 900 juta!!!
Belum lagi efisiensi biaya renovasi rumah yang tidak kurang dari 140 juta rupiah.

Sang majikan mengulum senyum tanda puas atas dedikasi Syafei. Usai dari kantor notaris, di
atas mobil sang majikan berkata, “Nanti sampai di kantor bilang kepada sekretaris saya bahwa
kamu disuruh saya untuk buat paspor ya! Gak usah pake nanya macam-macam, pokoknya kamu
bikin paspor Syafei!” tegas majikannya.

Syafei hanya menuruti perintah majikannya. Belakangan ia tahu bahwa ia mau diajak umrah
sama majikannya sebagai syukuran atas penjualan rumah. Syafei mensyukuri karunia Allah Swt
yang tak terduga ini.

***
Beberapa hari lagi menjelang umrah, sang majikan berkata kepada Syafei dalam perjalanan
pulang menuju rumah majikannya “Syafei, kita khan mau pergi ibadah umrah meninggalkan
keluarga. Pantang bagi kita orang laki, kalau pergi jauh ninggalin rumah tapi gak nyisain bekal
yang cukup buat keluarga yang ditinggal. Ini kebetulan ada rezeki. Jangan dilihat besar-kecilnya.
Salam saya buat istri dan anak-anakmu!” Syafei menerima sebuah amplop putih cukup tebal dari
majikannya. Ia berucap hamdalah dan berterima kasih atas pemberian itu. Usai mengantar
majikan pulang, Syafei pun kembali pulang menuju rumahnya.

Ia sampai di rumah. Dan amplop putih titipan majikan ia berikan kepada istrinya. Betapa terkejut
sang istri begitu menghitung uang yang diberikan. Jumlah yang cukup banyak untuk sebuah
keluarga supir seperti Syafei. Uang yang berada di amplop tersebut ternyata berjumlah 8 juta
rupiah!!!

Subhanallah…., angka tersebut rupanya sama seperti kebutuhan keluarga Syafei untuk biaya
daftar anaknya kuliah. Namun yang lebih hebatnya lagi, rupanya Allah Swt malah mengundang
Syafei untuk berangkat umrah menuju rumahNya lewat cara yang tidak pernah ia duga.

***

Sungguh Allah maha tahu kebutuhan hamba-Nya, bahkan


seringkali anugerahNya jauh lebih baik dari apa yang kita harapkan!

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (QS. 3:171)

-Ustadz Bobby Herwibowo-

Anda mungkin juga menyukai