Anda di halaman 1dari 38

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

DHF

OLEH
Kelompok 14
Tingkat 2.4

NI PUTU EKA NOVIANTI (P07120018118)

NI WAYAN ASTINI (P07120018133)

NI PUTU DIAH PURNAMANINGSIH (P07120018140)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu menyelesaikan tugas “Promosi
Kesehatan” dengan membahas tentang “Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan” dalam bentuk
makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak/Ibu selaku pembimbing yang telah memberikan penulis tugas, serta petunjuk kepada
penulis. Sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas.
2. Orang tua yang juga turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehinga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Demikian yang dapat penulis sampaikan dan terima kasih.
“Om Santih Santih Santih Om”

Denpasar, Januari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ... ..i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ........ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II KONSEP DASAR

A. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Anak DHF.........................4

BAB III PEMBAHASAN

A. Kasus Fiktif.............................................................................................................22

B. Pembahasan Kasus Fiktif......................................................................................22

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................................................48

B. Saran.......................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti
betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006: 123).

Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus
Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropics pernah mengalami letusan DBD.
Kurang lebih 500.000 kasus setiap tahun dirawat di rumah sakit dan riuan orang
meninggal.

Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul
negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Kasus DB pertama kali dilaporkan di
Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DB
cenderung meningkat. (Mekadiana, 2007). Kasus DB di Indonesia sampai dengan tahun
2007, telah mencapai 19.031 kasus, diantaranya 336 penderitanya meninggal dunia.

Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan
kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan angka kejadian
berdasarkan jenis kelamin penderita, tetapi kematian akibat penyakit ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue Hemmorhagic


Fever (DHF)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan DHF
(Dengue Haemoragic Fever) .

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi yang muncul
pada klien dengan DHF.

b. Mengetahui tentang cara penatalaksanaan klien dengan DHF.

c. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan DHF.

d. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien


dnegan DHF.

e. Mampu menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah


keperawatan yang ada.

f. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai waktu yang telah

ditetapkan.

g. Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

h. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada klien dengan DHF


BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DHF

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Deman dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue
haemorrhagic fever /DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri ototdan / atau nyeri sendi yang disertai
dengan leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dironggga tubuh. Sindrom renjatan dengan
(dengue shock syndrome) adal demam dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
(Sudoyo Aru, dkk 2009).
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (Susilaningrum dkk,2013).

2. Etiologi
Virus dengue termasuk genus Falvivirus, keluarga flaviride. Terdapat empat
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype Akan
menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype tersebut. Seorang yang
tinggal di daerah endemis dengue terhadap infeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. (Sudoyo Aru, dkk 2009).
3. Klasifikasi
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4 golongan, yakni:
1. Derajat I
Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya perdarahan
spontan. Biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji tourniquet hasilnya ialah
positif, trombositipenia, & hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala perdarahan
spontan seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis, perdarahan gusi, melena,
dan ditemukan pula adanya perdarahan pada kulit.
3. Derajat III
Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah & cepat
(>120x/mnt) tekanan nadi sempit, tekanan darah mengalami penurunan.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba Sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur, anggota
gerak/akral teraba dingin, berkeringat & kulit tampak pucat/biru.
4. Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam biasanya terjadi dengan Cara yang mendadak berlangsung dalam waktu 2
– 7 hari kemudian kembali turun menuju suhu yg normal atau bisa lebih rendah.
Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinik yang tidak spesifik
dapat muncul misalnya anoreksia, adanya nyeri punggung, nyeri tulang dan pula
nyeri persediaan, nyeri kepala serta rasa lemah juga dapat menyertainya.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam & umumnya
terjadi pada kulit & dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet yg positif mudah
terjadi adanya perdarahan pada vena, purpura dan petekia.
3. Hepatomegali
Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa teraba, meski
pada anak yg kurang gizi hati juga sudah diraba. apabila terjadi peningkatan dari
hepatomegali & hati telah teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
adanya tejadi sebuah renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok)
Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan beberapa tanda
kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apabila syok terjadi
ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat buruk.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala Penyakit DHF :
1. Meningkatkan suhu tubuh
2. Nyeri pada otot seluruh tubuh
3. Suara serak
4. Batuk
5. Epistaksis
6. Disuria
7. Nafsu makan menurun
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarah gusi
12. Muntah darah

6. Pohon Masalah

Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue


nyamuk aedes aegypti) darah (viremia)

Membentuk&melepask Mengaktifkan
PGE2 Hipothalamus
an zat C3a, C5a system komplemen

Hipertermi Peningkatan Permeabilitas


reabsorbsi Na+ dan membrane
H2O meningkat
Agregasi trombosit Kerusakan endotel
Resiko syok hipovolemik
pembuluh darah
TromboSitopeni Renjatan hipovolemik dan
Merangsang & mengaktivasi factor
pembekuan hipotensi

DIC Kebocoran Plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekuranga volume cairan Ke extravaskuler


(hipovolemik)

Paru - Paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Ascites

Mual, muntah
Ketidakefektifan
pola nafas Penekanan intraabdomen
Ketidak seimbangan nutrisi
Nyeri kurang dari kebutuhan
tubuh

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
1. Laboratorium ( Darah lengkap )
a. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria 40-48 %
b. Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
c. Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
d. Asidosis
e. Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia
2. Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama
lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm².
Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai
20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan
selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa
pemulihan fase shok.
3. Radiologi foto thorak
50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen
plasma.
4. Urine
Albuminuria ringan
5. Sumsum Tulang
Awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
6. Pemeriksan Serologi
Dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara haemaglutination
inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen (complemen fixation
test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
7. USG
Hematomegali-splenomegali

8. Penatalaksanaan Medis
Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:
o Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang–kejang
o Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,
kesansakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat
o Panas disertai perdarahan- perdarahan
o Panas disertai renjatan. (UPF IKA, 1994 ; 203)
1. Fase Demam
Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak
dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
yang berlebihan, maka perlu diberikan cairan melalui intravena,
direkomendasikan juga untuk pemberian parasetamol. Pemeriksaan kadar
hematokrit secara berkala atau jika tidak tersedia bisa digunakan pemeriksaan
hemoglobin.

2. Penggantian volume Plasma


Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase
penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya
adalah penggantian volume plasma yang hilang. Secara umum volume yang
dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%. Cairan intravena
diperlukan, apabila : (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam
tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral. (2) Nilai hematokrit
cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium
bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
3. Jenis Cairan (rekomendasi WHO)
a. Kristaloid
o Larutan ringer laktat (RL)
o Larutan ringer asetat (RA)
o Larutan garam faali (GF)
o Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
o Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
o Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali
(D5/1/2LGF)(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan
RL atau RA tidak bolehlarutan yang mengandung dekstran)
b. Koloid
o Dkstran 40
o Plasma
o Albumin
 Penatalaksanaan Penderita Dengan DHF
o Tirah baring atau istirahat baring
o Diet makan lunak
o Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit
o Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl) Ringer Laktat
yang paling sering digunkan karena mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
4mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3
mEq/liter
o Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam
o Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari
o Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen
o Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
o Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
o Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk
o Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam
o Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat.Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada
perdarahan yang jelassecara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hb yang mencolok.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak anak dengan usia kurang 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua.
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demanm
kesadaran kompos mentis. Panas menurun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, sementara
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek. nyeri telan, mual,
muntah anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot darn persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Dengue Haemorrhagic Fever, anak bisa
mengalami serangan ulangan Dengue Haemorrhagic Fever dengan tipe virus yang
lain.
5. Riwayat imunisasi Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik, maupun buruk dapat berisiko apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
ang adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya
menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang kurang
kebersihannya (air yang menggenang), dan gantungan baju di kamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme, yaitu frekuensi. jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang/ menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar) kadang kadang anak mengalami diare /
konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit
banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena dan persendian,
sehingga kuantitas dan kualitas tidur, serta istirahat Kebersihan. Upaya keluarga
untuk menjaga
e. kebersihan diri dan lin cenderung kurang terutama tempat sarangnya nyamuk
Aedes aeovnti
f. Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan d. n lingkungarn e. upaya untuk
menjaga kesehatan ujung rambut.

9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHE keadaan fisik anak berikut

a. Grade I: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; tanda-tanda vital nadi
lemah.
b. GradeII: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; adanya perdarahan
spontan petekia: perdarahan gusi dan telinga; nadi lemah, kecil, tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil,
tidak teratur; tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma; nadi tidak teraba; tensi tidak terukur; pernapasan
tidak teratur; ekstrimitas dingin; berkeringat; dan kulit nampak biru.

10. Sistem integumen

a. Kulit adanya petekia, turgor kulit menurun, keringat dingin, lembab.


b. Kuku cyanosis/tidak.
c. Kepala dan leher.

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan pada muka karena demam (flushy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan/epistaksis (grade IL,III,IV).
Pada mulut didapatkan mukosa mulut kering, perdarahan gusi, kotor. dan nyeri
telan. Tenggorokan mengalami hiperemia faring, terjadi perdarahan telinga (grade
I,III, 1v).

d. Dada
Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada foto thoraks terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales , Ronchi biasanya
pada grade III, IV.
e. Pasa abdo sen terdapat nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegal). Dan asites .
f. Ekstremitas, yaitu akral dingin, nyeri otot, dan sendi serta tulang.

11. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai berikut

a. Hb dan PCV meningkat ( 220 % )


b. Trambositopenia (s 100.000/ ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. 1g. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi).
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
7. Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan.

III. Rencana Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA
N
1 Hipertermia Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
berhubungan tindakan manajemen manajemen
dengan proses
penyakit keperawatan hipertermia. hipertermia.
selama....x..... 1. Observasi 1 Observasi
jam, diharapkan - Identifikasi penyebab - Mengetahui pemicu
suhu pasien hipertermia. terjadinya hipertermia.
kembali normal - Monitor suhu tubuh
- Untuk menjaga suhu
dengan kriteria
tubuh agar tetap dalam
hasil :
keadaan normal.
a. menggigil
menurun 2. Terapeutik 2. Terapeutik

b. kulit merah - Sediakan lingkungan -Untuk memberikan


menurun yang dingin kenyamanan.
c. pucat menurun - Basahi dan kipasi
-Dengan membasahi
d. suhu tubuh permukaan tubuh.
permukaan tubuh maka
membaik
akan terjadi penguapan
air dari kulit, tubuh ikut
di dinginkan sehingga
saat itu biasanya suhu
tubuh juga mulai
menurun.
- Berikan cairan oral. Untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan
elektrolit
- Lakukan pendinginan
Untuk mempercepat
eksternal (mis.
penurununan panas
Kompres dingin pada
dahi).
4. Kolaborasi 4 kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
Untuk Untuk
cairan dan elektrolit
mempercepat
intravena, jika perlu.
penyembuhan

Intervensi Pendukung : Intervensi Pendukung


- Berikan kesempatan :Memberikan
pasien dan keluarga kesempatan pada klien
bertanya untuk menanyakan hal
yang belum dipahami
- jelaskan tanda dan
- Memberitahu tanda
gejala dehidrasi
dan gejala dari
dehidrasi sehingga
dehidrasi dapat dicegah
- Anjurkan
- Untuk mencegah
memperbanyak minum
terjadinya kekurangan
cairan setelah
melakukan olahraga
ataupun aktivitas berat

1.

2 Nyeri Akut Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama


berhubungan dilakukan (manajemen nyeri) (manajemen nyeri)
dengan agen
pencedera intervensi a. Observasi a. Observasi
fisiologis keperawatan
selama ...x... jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
maka tingkat karakteristik, lokasi, durasi,
nyeri menurun durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas,
dengan kualitas, intensitas intensitas nyeri
nyeri
Kriteria hasil :
2. Indentifikasi skala 2. Mengetahui rentang
1. Keluhan nyeri nyeri skala nyeri pasien
menurun 3. Identifikasi faktor 3. Mengetahui faktor
2. Meringis yang memperberat penyebab nyeri
menurun dan memperingan
3. Sikap nyeri
protektif 4. Monitor 4. Memberikan
menurun keberhasilan terapi tindakan pendukung
4. Gelisah komplementer dalam meredakan
menurun yang sudah nyeri
5. Kesulitan diberikan
tidur menurun b. Terapeutik
6. Frekuensi 1. Berikan teknik non 5. Memberikan
nadi membaik farmakologis untuk tindakan pendukung
7. Menarik diri mengurangi rasa dalam meredakan
menurun nyeri ( mis. TENS, nyeri
hipnosis,
akupresure, Terapi
musik,
biofeadback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,terap
i bermain)
2. Kontrol lingkungan 2. Menjaga dan
yang memperberat merawat keadaan
rasa nyeri lingkungan pasien
(mis. Suhu
ruangan, cahaya,
kebisingan)
3. Berikan fasilitasi 3. Memberikan
istirahat tidur kenyamanan
terhadap pasien
c. Edukasi b. Edukasi
1. Jelaskan strategi 1. Memberikan
meredakan nyeri tindakan dalam
2. Anjurkan teknik meredakan nyeri
nonfarmakologis 2. Membantu pasien
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri (teknik nyeri
napas dalam)
d. Kolaborasi c. Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Melakuakan
pemberian kolaborasi dengan
analgetik, jika apoteker dalam
perlu pemberian obat
B. Intervensi analgetik
Pendukung B. Intervensi
Pendukung
a. Observasi a. Observasi
1. Identifikasi faktor 1. Untuk mengetahui
pencetus dan apa faktor pencetus dan
pereda nyeri pereda nyeri pasien

3 Resiko syok
berhubungan
dengan
kekurangan
volume cairan

IV. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
V. Evaluasi
a. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses
harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri
atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara,
observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan
perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa pusing.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
BAB III

PEMBAHASAN

A. KASUS FIKTIF
Seorang anak berusia 12 tahun menjalani MRS diagnosa DHF dengan keluhan demam,
nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing. TD 100/80 mmHg, rentang
suhu 38o-39oC sudah terjadi hampir 3 hari SMRS dan saat ini 38,7oC. Uji torniket positif,
petekie (+), mual (+), muntah (+), BAB terakhir encer. Pasien saat ini merasa lemas dan
tidak mampu melakukan aktivitas fisik.
B. PEMBAHASAN KASUS FIKTIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D

DENGAN DHF

DI RUANG BELIBIS RSUD WANGAYA

TANGGAL 1-2 Januari 2020

I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : An.D
2. Anak yang ke :1
3. Tanggal lahir/umur : 11 Januari 2009/ 10 tahun
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama :Tn.A (kandung/tiri)
b. Umur : 35
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Dauh Puri Kaja,Denpasar Utara
2. Ibu
a. Nama : Ny.D (kandung/tiri)
b. Umur : 33 tahun
c. Pekerjaan : Guru
d. Pendidikan : S1
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Dauh Puri Kaja,Denpasar Utara

II. ALASAN DIRAWAT


a) Keluhan Utama :
Badan panas
b) Riwayat Penyakit :
Panas badan pasien tinggi sejak 3 hari sebelum MRS. Panas mendadak tinggi,
panas bisa turun dengan obat penurun,lalu panas kemudian naik lagi. Pasien
mual, muntah-muntah setiap minum obat. Pasien juga mengeluh sakit kepala
sejak 3 hari. Sakit kepalanya tidak begitu berat. Pasien mengeluh nyeri sendi
dan gusi berdarah. Pasien juga mengalami diare. Keluarga langsung mengajak
pasien ke IGD RSUD Wangaya pada tanggal 1 januari 2020 pukul 08.00
Wita,telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 38,7°C,
nadi 120x/menit, tekanan darah 110/60 mmHg, pernafasan 30x/menit.

III. RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN)


1. Prenatal
Riwayat penyakit yang dialami sebelum masa kehamilan seringnya demam,
batuk-batuk dan pusing. Tindakan yang sering dilakukan untuk mengobati
penyakit dengan membeli obat-obat dari warung dan dibawa ke mantri terdekat.
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali,
imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
2. Intranatal
Orang tua klien mengatakan, selama masa kehamilan mengalami mual dan
muntah. Saat lahir An.D ditolong bidan kemudian lahir secara spontan langsung
menangis, badan lahir 3100 gram, panjang badan 45 cm, umur kehamilan 9
bulan.
3. Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, kemudian setelah 1
bulan diberikan PASI laktogen (susu formula).
4. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada keluhan
yang berarti selama kehamilannya. Bayi lahir cukup bulan, spontan, langsung
menangis, berat badan lahir 3100 gram
5. Riwayat Makanan
Umur : 0 – 1 bulan : ASI eksklusif
4- 5 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah
5– 8 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
6. Riwayat Pernah dirawat di rumah sakit
Sebelumnya klien pernah masuk rumah sakit dengan tifus dan dirawat di RSUP
Sanglah
7. Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.D pernah mendapatkan IV FD, RL 20
tetes/menit,Paracetamol 3 x 500 mg, ROB 1x1

8. Tindakan operasi
An.D belum pernah dilakukan tindakan operasi.

9. Alergi
An.D tidak mempunyai riwayat alergi

10. Kecelakaan
An.D tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS

KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI
1. Pola napas
Sebelum sakit : Pasien bernapas dengan normal
Saat dikaji : Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas
2. Pola nutrisi
Sebelum dikaji : Pasien sering mengonsumsi makanan dan minuman,
dengan lauk daging,telur, serta sayuran, kadang minum susu.

Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak nafsu mkan karena sulit untuk
menelan

3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, dan BAK 5-6
x/hari dengan konsisitensi encer, berwarna kuning
Saat dikaji : Pasien BAB 3-5 x/hari dengan konsisitensi cair dan BAK
3x/hari
4. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien beraktifitas seperti bermain

Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur,dan semua aktifitas


dibantu oleh keluarganya seperti makan mandi.

5. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien hanya bermain berkumpul dengan teman dan
keluarganya.

Saat dikaji : Pasien hanya bisa bermain ditempat tidur

6. Pola istirahat
Sebelum sakit : Pasien istirahat biasanya kalau siang hari dari jam 1-2,dan pada
malam hari dari jam 8

Saat dikaji : Pasien hanya berbaring karena lemas dan tidurnya kurang
teratur hanya sekitar 1 sampai 2 jam kalau siang, sedangkan malam sekitar 5-7 jam

7. Pola personal hygiene


Sebelumt dikaji : Pasien dapat melakukan kebersihan dirinya secara mandiri,
walaupun masih dibantu dengan keluarganya

Saat dikaji : Pemenuhannya kebersihanya dengan bantuan


keluarga karena klien lemas dan hanya istirahat aktivitas terbatas diranjang

8. Temperature suhu
Sebelum sakit : Suhu pasien normal
Saat dikaji : Suhu pasien 38,9 C
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa nyaman dan lebih senang saat berada dirumah,
bermain, dan kumpul dengan keluarganya

Saat dikaji : Pasien telihat tidak nyaman dengan keadaan penyakitnya dan
keadaan RS mengeluh minta cepat pulang

10. Kebutuhan belajar


Sebelum sakit : Pasien belajar dirumah dan keluarga

Saat dikaji : Pasien tidak belajar.

11. Melaksanakan ibadah


Sebelum sakit : Pasien dirumah sangat rajin sembahyang dengan keluarga

Saat dikaji : Pasien hanya biasa berbaring lemas di tempat tidur

IV. PENGAWASAN KESEHATAN


Saat dirumah anak selalu diawasi oleh anggota keluarganya dengan sangat baik. Namun
ketika di rumah sakit anak pun selalu di awasi juga oleh keluarganya. Bila ada keluhan
maka keluarga meminta bantuan kepada tenaga medis yang merawatnya
Imunisasi

I II III

BCG 1BLN - -

DPT 1BLN - -

POLIO 1BLN

CAMPAK 9BLN

HEPATITIS 0BLN - 6BLN


B
V. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
No Jenis Akut/Kronis Umur Lamanya Pertolongan
Penyakit /Menular/tidak saat
Sakit

1 Tifus Menular 7 tahun 7 hari Di RS

VI. KESEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan rumah :
- Luas rumah 9 x 12 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga berdekatan
- Lingkungan tempat tinggal cukup padat

1. Kemandirian dan bergaul :


Sebelum sakit, An.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan sendiri,
pasang baju sendiri. An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit,
An.D sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki
keterbatasan dalam bermain dengan teman-temannya.
2. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, An.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bias duduk,
umur 8,5 bln berdiri dan umur 11 bulan sudah bisa berjalan.
3. Motorik halus :
Umur 5 tahun, An.D sudah bisa menulis bernyanyi dan menulis coretan.
4. Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun, An.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An.D mengerti
apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa
bicara umur 12 bulan.
5. Psikososial :
Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di
beri mainan terlebih dahulu.
6. Lain-lain :
Emosi An.D saat ini labil
VII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Samnolen
2. TB/BB (cm) : 133 cm/ 29 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 53 cm.
b. Rambut :
 Kebersihan : Bersih.
 Warna : Hitam.
 Tekstur : Kasar.
 Distribusi rambut : Merata.
 Kuat/mudah tercabut : Kuat.
4. Mata
a. Sklera : Normal/non ikterik
b. Konjungtiva : Anemis
c. Pupil : Ukuran = 2mm, Bentuk = isokor, Reaksi cahaya
= +/normal.
5. Telinga
a. Simetris : Ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Tidak
c. Polip : Tidak
7. Mulut
a. Kebersihan : Kurang.
b. Warna : Merah
c. Kelembaban : Kering
d. Gusi : Baik
e. Lidah : Bersih
f. Gigi : Caries pada gigi atasnya
8. Leher
a. Terdapat bull neck
b. Kelenjer getah bening : Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm
dan diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
c. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi : Normal
10. Jantung
a. Inspeksi : Iktus cordis di RIC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-
11. Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris
b. Palpasi : Fremitus kiri = kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : Vesikuler
12. Abdomen
b. Inspeksi : Ada purpura
c. Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
d. Perkusi : Timpanid
e. Auskultasi : Bising usus normal (4x/menit)
13. Punggung
a. Bentuk : Normal
14. Ekstremitas
Kekuatan dan tonus otot baik
15. Genitalia :-
16. Kulit
a. Warna : Sawo matang dan terdapat kemerahan
b. Turgor : Kembali dalam waktu 1 detik
c. Integritas : Ada purpura di abdomen
d. Elastisitas : Elastis
17. Pemeriksaan Neurologis
An.D dalam kondisi sadar/compos mentis.
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 1 Januari 2020:

Data laboratorium : pemeriksaan darah

WBC : 2,6

Ne : 2.0

Ly : 0,4

Mo : 0,2

Ba : 0,0

KBC : 1,25

AEB : 0,8

IX. HASIL OBSERVASI


1. Interaksi anak dengan orang tua
Anak sering berinteraksi dengan kedua orang tuanya seperti meminta sesuatu
kepada orang tua, berkomunikasi dengan orang tua
2. Bentuk/arah komunikasi
Komunikasi Interpersonal: komunikasi yang terjadi antar ibu dengan anak secara
langsung dengan cara berhadapan muka atau tidak. Ambivalensi/kontradiksi
Prilaku

X. Analisa Data
Nama klien : An.D
No. register : 641827
No Data Fokus Etiologi Masalah

1 Data Subjektif : Proses penyakit Hipertermi


Ibu klien mengatakan anaknya
panas sejak 3 hari
Data Objektif :
-Klien tampak lemah, kesadaran
composmentis, mukosa mulut
kering,kulit terdapat bintik merah
-Tanda-tanda vital :
a. TD : 100/60 mmHg
b. Suhu : 38,7oC
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 36x/menit

2 Data Subjektif : Agen pencedera Nyeri akut


-Ibu pasien mengatakan pasien fisiologis
nyeri punggung
Data Objektif :
-klien tampak meringis kesakitan
-Tanda-tanda vital :
a. TD : 100/60 mmHg
b. Suhu : 38,7oC
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 36x/menit
3 DS : Kekurangan Risiko syok
Pasien mengeluh mual muntah dan volume cairan
diare
DO :
-Klien hanya menghabiskan ¼ porsi
makannya
- Klien tampak lemas
-Tanda-tanda vital :
a. TD : 100/60 mmHg
b. Suhu : 38,7oC
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 36x/menit
XI. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu 38,7oC kulit bintik kemerahan
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d pasien tampak meringis, gelisah
3. Risiko syok b/d kekurangan volume cairan d/d pasien tampak lemas
XII. INTERVENSI
Hari, DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
tanggal, KEPERAWA
jam TAN
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : manajemen Intervensi utama :
berhubungan keperawatan selama....x..... hipertermia. manajemen hipertermia.
dengan proses jam, diharapkan suhu pasien 1. Observasi 1 Observasi
penyakit kembali normal dengan - Identifikasi penyebab hipertermia. - Mengetahui pemicu
kriteria hasil : terjadinya hipertermia.
a. menggigil menurun - Monitor suhu tubuh - Untuk menjaga suhu tubuh
b. kulit merah menurun agar tetap dalam keadaan
c. pucat menurun normal.
d. suhu tubuh membaik 2. Terapeutik 2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin -Untuk memberikan
kenyamanan.
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh. -Untuk mempercepat
penurunan panas
- Berikan cairan oral. Untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Untuk mempercepat
Kompres dingin pada dahi). penurununan panas

33
4. Kolaborasi 4 kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan Untuk Untuk mempercepat
elektrolit intravena, jika perlu. penyembuhan
Intervensi Pendukung : Intervensi Pendukung
- Berikan kesempatan pasien dan :Memberikan kesempatan
keluarga bertanya pada klien untuk menanyakan
hal yang belum dipahami
- jelaskan tanda dan gejala dehidrasi - Memberitahu tanda dan
gejala dari dehidrasi sehingga
dehidrasi dapat dicegah
- Anjurkan memperbanyak minum - Untuk mencegah terjadinya
kekurangan cairan setelah
melakukan olahraga ataupun
aktivitas berat
2. Nyeri akut Setelah dilakukan C. Intervensi Utama (manajemen C. Intervensi Utama
berhubungan intervensi keperawatan nyeri) (manajemen nyeri)
dengan agen selama ...x... jam maka e. Observasi Observasi
pencedera tingkat nyeri menurun Identifikasi lokasi, karakteristik, Untuk mengetahui lokasi,
fisiologis dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : nyeri intensitas nyeri
8. Keluhan nyeri menurun

34
9. Meringis menurun Indentifikasi skala nyeri Mengetahui rentang skala
10. Sikap protektif menurun nyeri pasien
11. Gelisah menurun Identifikasi faktor yang Mengetahui faktor
12. Kesulitan tidur menurun memperberat dan memperingan penyebab nyeri
13. Frekuensi nadi membaik nyeri
Menarik diri menurun Monitor keberhasilan terapi Memberikan tindakan
komplementer yang sudah diberikan pendukung dalam meredakan
nyeri
Berikan teknik non farmakologis Memberikan tindakan
untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. pendukung dalam meredakan
TENS, hipnosis, akupresure, Terapi nyeri
musik, biofeadback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang Menjaga dan merawat keadaan
memperberat rasa nyeri lingkungan pasien
(mis. Suhu ruangan, cahaya,
kebisingan)
Berikan fasilitasi istirahat tidur Memberikan kenyamanan
terhadap pasien

35
f. Edukasi d. Edukasi
3. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Memberikan tindakan
dalam meredakan nyeri
4. Anjurkan teknik nonfarmakologis 4. Membantu pasien
untuk mengurangi rasa nyeri (teknik mengurangi rasa nyeri
napas dalam)
g. Kolaborasi e. Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian analgetik, 2. Melakuakan kolaborasi
jika perlu dengan apoteker dalam
pemberian obat analgetik
D. Intervensi Pendukung D. Intervensi Pendukung
Observasi b. Observasi
Identifikasi faktor pencetus dan Untuk mengetahui apa faktor
pereda nyeri pencetus dan pereda nyeri
pasien

3. Risiko syok
berhubungan
dengan
kekurangan
volume cairan.

36
XIII. IMPLEMENTASI

No No.Masalah Tindakan Evaluasi Tanda


Hari/Tgl/Jam
Keperawatan tangan
1 Rabu, 1 januari Hipertermia -mengidentifikasi penyebab hipertermia. DS :
2020 DO :
08.00
-memonitor suhu tubuh DS :
DO :

-menyediakan lingkungan yang dingin DS :


DO :

-membasahi dan mengkipasi permukaan DS :


tubuh DO :

37
-memberikan cairan oral. DS :
DO :

-melakukan pendinginan DS :
eksternal(kompres hangat) DO :

-mengkolaborasi pemberian cairan dan DS :


elektrolit intravena, jika perlu. DO :

-memberikan kesempatan pasien dan DS :


keluarga bertanya DO :

- menjelaskan tanda dan gejala dehidrasi DS :


DO :

- menganjurkan memperbanyak minum DS :


DO :

38
XIV. EVALUASI
No Dx Hari/ Evaluasi Tanda
Tgl/Jam Tangan
1

39
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dengue haemorrhagic fever adalah penyakit infeksi tropis yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti betina. Asuhan keperawatan pada An.D
dengan Dengue Haemorragic Fever (DHF) di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya,
penulis melakukan tindakan selama 3 hari dan
penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada An. D yaitu :
4. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu 38,7oC kulit bintik kemerahan
5. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d pasien tampak meringis, gelisah
6. Risiko syok b/d kekurangan volume cairan d/d pasien tampak lemas
B. SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada An. D dengan Dengue
Haemorragic Fever (DHF) di ruang Cendrawasih RSUD Wangaya, maka saran yang dapat
diberikan untuk dijadikan pengalaman ke arah yang penulis tunjukan
kepada:
1. Pasien dan keluarga
Demi kesembuhan pasien penulis mengharapkan keluarga perlu memperhatikan keadaan
pasien dan membantu memenuhi kebutuhan pasien selama sakit untuk mempercepat
proses penyembuhan pasien. Keluarga diharapkan mampu merawat pasien setelah
perawatan di rumah
2. Mahasiswa
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah agar dapat memahami konsep-konsep serta dasar-
dasar teori sesuai dengan kasus yang diambil.
3. Pembaca
Disarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan DengueHaemorrhagic Fever
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk mencegah maupun
menangani penyakit ini.

48
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. NIC (Nursing Intervention Classification). Singapura:
MocoMedia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Moorhead, Sue. 2016. NOC (Nursing Outcomes Classification). Singapura: MocoMedia.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta: Salemba Medika

Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto

49

Anda mungkin juga menyukai