Anda di halaman 1dari 12

Teknika : Engineering and Sains Journal ISSN 2579-5422 online

Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, 55-66 ISSN 2580-4146 print

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA


TAHAN KARAT MARTENSITIK AISI 431 TERHADAP
LAJU KOROSI DAN STRUKTUR MIKRO
Eddy Gunawan1

1TeknikMesin, Fakultas Teknik


Universitas Maarif Hasyim Latif, Sidoarjo, Indonesia
e-mail : gunawaneddy56@yahoo.com

Diterima: 29 Maret 2017. Disetujui : 22 Mei 2017. Dipublikasikan : 1 Juni 2017


©2017 –TESJ Fakultas Teknik Universitas Maarif Hasyim Latif. Ini adalah artikel dengan
akses terbuka di bawah lisensi CC BY 4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

ABSTRAK

Suatu permukaan logam yang berinteraksi langsung dengan lingkungan korosif dengan adanya keadaan
ketidakseragaman akan terjadi perbedaan potensial efektif lokal, sehubunan dengan itu makan akan
terjadi korosi pada daerah yang lebih anodic daripada permukaan lain disebabkan oleh perlakuan yang
dilakukan pada material tersebut, misalnya adalah proses heat treatment.
Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah baja tahan karat martensitic stainless steel AISI dengan
kadar krom 17%, kadar karbon 0,20%, kadar nikel 1,6%. Pada penelitian kali ini akan dilakukan suatu
penelitian terhadap pengaruh variasi temperatur pemanasan pada proses heat treatment terhadap laju
korosi. Proses heat treatment disini adalah menggunakan temperatur pemanasan : 750ºC, 850ºC, 950ºC,
ditahan 30 menit dan di quenching dengan media pendingin air. Dari proses heat treatment tersebut akan
dilakukan pengujian kekerasan strukturmikro dan uji laju korosi, dimana metode yang digunakan adalah
metode immerse (media korosif HCL).
Dari hasil pengujian tersebut di atas didapatkan hasil sebagai berikut : baja tanpa laku panas mengalami
laju korosi sebesar 51,8 mpy, untuk baja mengalami laku panas 750ºC dengan holding time 30 menit. Laju
korosi specimen 1 adalah 50 mpy, specimen 2 adalah 30 mpy, specimen 3 adalah 76 mpy, specimen 4
adalah 68 mpy, specimen 5 adalah 67 mpy. Untuk laku panas 850ºC, laju korosi specimen 1 adalah 43 mpy,
specimen 2 adalah 61 mpy, specimen 3 adalah 46 mpy, specimen 4 adalah 29 mpy, specimen 5 adalah 27
mpy. Untuk laku panas 950ºC, laju korosi specimen 1 adalah 82 mpy, specimen 2 adalah 84 mpy, specimen
3 adalah 78 mpy, specimen 4 adalah 75 mpy, specimen 5 adalah 77 mpy.

Kata Kunci : temperatur, laju korosi, laju pendinginan

PENDAHULUAN ngan laju korosi, diharapkan nantinya didapatkan


suatu metode baru untuk mempertinggi corrosion
Di dalam perkembangan industri, terutama resistance suatu material dengan memperbaiki
dalam bidang permesinan metalurgi memegang bentuk, ukuran, jenis, dan struktur mikronya.
peranan penting dalam pemilihan logam yang METODE PENELITIAN
memiliki sifat-sifat mekanik maupun fisik yang
sesuai dengan tuntutan produksi. Maka sikap Metode yang dilaksanakan dalam penelitian
perancang desaign dan ahli metalurgi harus ini adalah :
mampu untuk menentukan pilihannya terhadap 1. Bahan yang akan diuji adalah baja tahan karat
logam yang memperbaiki sifat-sifat logam AISI 431 dengan spesifikasi yang tercantum
diantaranya adalah sifat tahan korosi yang baik. dalam katalog.
Adapun interaksi antara material dan 2. Laku panas pada baja tahan karat AISI 431 ini
lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas adalah baja yang dipanaskan dengan variasi
dan keterbatasan umur pemakaian adalah korosi. temperatur 750°C, 850°C, 950°C dengan holding
Korosi merupakan salah satu factor yang time 30 menit.
berbahaya bagi material, khususnya logam. 3. Setelah dilakukan laku panas, baja tahan karat
Contohnya kebocoran pipa akibat serangan korosi. AISI 431 dilakukan Uji Jominy Hardenability
Untuk menanggulangi serangan korosi Test sesuai standar ASTM A 276 dengan dimensi
tersebut maka dilakukan penelitian untuk sebagai berikut dengan Ø 25 mm dengan
menyelidiki hubungan antara struktur mikro de- panjang 100 mm, media pendingin air.

55
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

4. Specimen diukur berat awal, luas 4. Masukkan benda kerja.


penampang,density 5. Atur holding time dengan menurut tombol cycle
5. Kemudian specimen jominy ini dipotong secara sesuai batas yang ditentukan.
melintang dengan ukuran ¼ inchi, pada bagian 6. Keluarkan benda kerja
ujung, tengah, dan bagian yang dekat dengan 7. Kembalikan tombol cycle ke posisi off
quench sesuai dengan SNI General Corrosion 8. Lepaskan stop kontak
Test.
6. Untuk pengujian laju korosi ini media korosif Peralatan grinding dan polishing
menggunakan asam pekat dalam hal ini HCL. Peralatan ini bertujuan untuk membuat
Pengujian korosi dilakukan diremdam permukaan specimen rata, sehingga dapat diamati
menggunakan HCL minimal selama 24 jam. struktur mikro nya maupun struktur makro untuk
7. Setelah direndam minimal 24 jam, kemudian pengamatan. Proses ini berlangsung secara
ditimbang ulang, kemudian dibandingkan bertahap dengan tingkat kekerasan yang tinggi
dengan berat sebelum pengujian (weight loss), sampai rendah, proses grinding dengan
8. Kemudian dilakukan uji metallografi untuk menggunakan kertas gosok dengan tingkat grid
mengetahui jenis korosi yang timbul pada baja tertentu dengan dialiri air sampai specimen
tahan karat AISI 431. tersebut halus. Sedangkan proses polishing dengan
9. Hasil dari analisis data dirangkum. menggunakan kain wol dan pasta HCL sampai
specimen menjadi lebih halus.

Peralatan pengamatan struktur mikro


Peralatan struktur mikro ini dilakukan di
laboratorium metallograpy, dimana peralatan yang
digunakan antara lain :
1. Mikroskop dan kamera digital
2. Satu unit komputer
Gambar yang diperoleh dari mikroskop dikirim ke
digital still recorder melalui kamera dan gambar
yang sudah direkam kemudian disimpan oleh
komputer dalam bentuk file. Dengan peralatan ini
dapat dilakukan pengamatan dengan pembesaran
Gambar 1. Dapur pemanasan 100x.

Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan percobaan yang dilakukan
dalam penelitian ini dari awal mulai persiapan
specimen uji, sampai pengambilan data yang
dibutuhkan meliputi beberapa langkah. Adapun
langkah yang ditempuh tersebut adalah :
1. Mempersiapkan specimen sesuai standart
jominy test.
2. Melakukan uji jominy test.
3. Melakukan proses grinding atau menggosok
sebagian permukaan yang akan diuji
kekerasannya.
Gambar 2. Mikroskop dan kamera digital 4. Melakukan pertimbangan sebelum dan sesudah
uji korosi supaya mendapat data weight loss.
Dapur pemanasan 5. Melakukan pengambilan data laju korosi.
Peralatan ini digunakan untuk perlakuan 6. Machining.
panas dan holding time pada temperatur serta 7. Melakukan proses polishing.
waktu penahanan yang ditentukan, pada penelitian 8. Pengambilan data gambar struktur mikro.
ini temperatur yang digunakan adalah 750°C, Untuk langkah-langkah percobaan, yaitu :
850°C, 950°C, dan waktu penahanan 30 menit. 1. Dapur pemanas dipanaskan awal hingga
Pengoperasian Dapur/furnace : mencapai temperatur 750°C.
1. Tancapkan stop kontak ke PLN 2. Setelah mencapai temperatur 750°C, benda uji
2. Tekan tombol power on/off baja tahan karat AISI 431 dimasukkan ke dalam
3. Putar tombol cycle, atur temperatur sampai dapur pemanas. Kemudian dilakukan
batas yang ditentukan.

56
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

penahanan pada temperatur tersebut selama 30 mengetahui berat sebelum dan sesudah general
menit untuk mendapatkan benda uji pertama. corrosion test sehingga mendapatkan weight
3. Kemudian benda uji pertama yang telah loss dari specimen tersebut.
mendapatkan holding time 30 menit 20. Setelah pengujian dilakukan, kemudian
dikeluarkan dari dapur pemanas untuk dianalisis data nya.
dilakukan jominy tes dengan media air selama
14 menit. Baja Tahan Karat
4. Benda uji yang telah dimasukkan, maka Baja tahan karat termasuk dalam grup besi
temperatur dinaikkan hingga temperatur 850°C paduan tingkat resistensi tinggi terhadap serangan
secara bertahap. kimia atau sifat tahan karat. Banyak diantara baja
5. Setelah mencapai temperatur 850°C dilakukan ini yang digolongkan secara metalurgi menjadi baja
penahanan pada temperatur tersebut selama 30 tahan karat austenite baja tahan karat ferrit, baja
menit, untuk mendapatkan benda uji kedua. tahan karat martensit dan baja tahan karat tipe
6. Kemudian benda uji kedua yang telah presipitasi.
mendapatkan holding time 30 menit Sifat tahan karat ini biasanya didapat dengan
dikeluarkan dari dapur untuk dilakukan jominy cara dipadukan atau dicampur dengan minimal 11
test dengan media air selama 14 menit. % kromium. Semakin tinggi paduan kromium dan
7. Untuk benda uji ketiga, benda uji yang telah penambahan nikel, dan beberapa elemen lain akan
dimasukkan maka temperatur dinaikkan lagi membuat sifat tahan karat dari stainless steel
hingga temperatur mencapai 950°C secara semakin baik.
bertahap, dilakukan seperti langkah di atas. Dengan penambahan kromium ini akan
8. Setelah mencapai temperatur 950°C dilakukan menyebabkan baja bersifat tahan karat, karena
penahanan pada temperatur tersebut selama 30 lapisan chrom menyebabkan permukaan pasif atau
menit, untuk mendapatkan benda uji ketiga. stabil, keadaan ini didapat karena chrom lebih
9. Kemudian benda uji ketiga yang telah mudah teroksidasi. Besar kecilnya kandungan
mendapatkan holding time 30 menit chrom sangat berpengaruh sekali terhadap
dikeluarkan dari dapur untuk dilakukan jominy ketahanan korosi pada baja. Oleh karena itu, baja
test dengan media air selama 14 menit. tahan karat harus mengandung unsur chromium
10. Setelah semua benda uji mengalami jominy test, tidak kurang dari 10% serta kadar karbon yang
maka benda uji yang telah mencapai suhu sesuai agar sifat mekanik cukup baik.
kamar, akan dilakukan uji kekerasan metode Adapun dengan penambahan unsur nikel
rockwell C pada bagian permukaan dengan juga akan menyebabkan baja bersifat tahan karat
jarak tertentu untuk mengetahui kekerasan karena unsur nikel akan mengurangi berat yang
setelah laku panas. hilang akibat korosi dalam asam dan memperbaiki
11. Specimen dipotong sesuai ukuran general ketahanan korosi. Jadi baja tahan karat adalah baja
corrosion test, dibersihkan untuk dilakukan paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur Cr
pengujian berikutnya. dan Ni, baja tahan karat sebenarnya adalah baja
12. Uji metallography dilakukan untuk mengetahui paduan dengan kadar paduan tinggi (high alloy
struktur mikro martensitik steel yang telah steel) dengan sifat istemewa yaitu tahan terhadap
dilakukan laku panas sebelum pengujian korosi. korosi dan temperatur tinggi. Sifat tahan korosinya
13. Kemudian dilakukanpenimbangan awal untuk di dapat dari lapisan oksida (terutama krom) yang
mengetahui berat awal sebelum dilakukan sangat stabil yang melekat pada permukaan dan
pengujian korosi. melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif.
14. Kemudian dilakukan pengujian korosi dengan Dalam deret elektrokimia chromium
menggunakan media korosif yaitu HCL. merupakan logam yang kurang mulia, jika
15. Specimen korosi direndam dalam larutan HCL dibandingkan dengan besi (Fe). Oleh karena itu
dengan waktu selama 24 jam. baja yang mengandung unsur paduan chromium
16. Setelah direndam ke dalam larutan HCL selama akan teroiksidasi (dikenal dengan peristiwa
24 jam, specimen dibilas dengan air. korosi), sehingga secara teoritis akan mengalami
17. Kemudian specimen dibersihkan dari karat kerusakan dengan cepat. Tetapi tidak demikian
yang timbul di permukaan specimen korosi, dengan kenyataannya, pada mulanya baja itu
menggunakan kertas gosok dengan campuran mengalami reaksi oksidasi chromium pada
pasta sebagai pembersih lalu dibilas dengan air. permukaan baja. Lapisan ini sangat kuat sehingga
18. Pembilasan telah dilakukan kemudian specimen udara sekitar tidak mampu menembus lapisan
dilakukan uji metallography untuk mengetahui yang mengakibatkan kontak langsung antara
perbandingan gambar struktur mikro sebelum oksigen dan chromium tidak terjadi lagi. Dengan
dan sesudah dilakukan general corrosion test. sendirinya reaksi dengan oksigen akan terhenti.
19. Setelah dilakukan pengujian metallography, Lapisan oksida chrom ini yang melindungi baja di
kemudian specimen ditimbang kembali untuk bawahnya terhadap serangan korosi.

57
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

Mengenai kodefikasi baja tahan karat sesuai butir Kristal austenite, maka letak kurva
standart AISI, maka baja tahan karat menggunakan transformasi dalam suatu diagram transformasi
tiga angka. Angka pertama menunjukkan group, akan makin ke kanan.
sedangkan angka yang kedua dan ketiga tidak
banyak artinya (hanya menunjukkan modefikasi
paduannya). Seperti baja tahan karat AISI 431 yang
akan dibahas. Seri 431 termasuk group yang
berarti chromium, hardenable, magnetic, dapat
dikeraskan, dapat cold-work dengan mudah serta
machinability cukup baik.
Bila kadar karbon ditambah, maka terjadi
ferit delta dan austenite, sehingga bila di uench
akan terbentuk martensit meskipun belum
seluruhnya martensit, karena struktur yang
dihasilkan terdiri dari ferit dan produk
transformasi austenite.
Bila kadar karbon dinaikkan lebih tinggi,
diperoleh austenite dan karbida, setelah di quench
Gambar 3. Diagram baja martensit AISI 431
akan menghasilkan kekerasan penuh dengan
struktur terdiri dari martensit, transformasi
Dengan demikian CCR makin lambat, makin
austenite dan partikel karbida yang tak terlarut
mudah melakukan pendinginan untuk membentuk
pada saat pemanasan sehingga tidak
martensit sehingga baja mudah untuk diperoleh
bertransformasi (tetap berupa karbida).
sifat yang keras.
Dengan penambahan nickel (austenite
Dari perubahan di atas menurut struktur mikro
stabilizer) yang banyak maka daerah austenite
nya, maka baja tahan karat dapat dibagi menjadi
akan turun dan dapat mencapai temperatur kamar,
tiga kelompok, yaitu :
sehingga struktur yang dihasilkan terdiri dari
1) Ferritik Stainless Steel
austenite (tidak dapat dikeraskan) meskipun
Ferritic stainless steel tersusun atas struktur
diquenching.
mikro ferrit alfa, dengan lattice BCC. Kandungan
Stainless steel merupakan baja paduan,
chromium berkisar antara 14,5%-27%. Pada
dimana terdapat unsur-unsur paduan didalamnya
gambar 2.3 dapat dilihat bahwa kandunan
yang mempunyai keunggulan masing-masing,
chromium kira-kira 12% hanya fase ferrit yang
diantaranya sebagai berikut :
terjadi hingga temperatur kamar Kestabilan
1. Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk
ferrit hingga temperatur kamar tersebut
memperbaiki ketahanan korosi.
mengakibatkan feeritic stainless steel tidak
2. Penambahan unsur penstabil karbida (titanium
dapat dikeraskan dengan proses perlakuan
dan niobium) bertujuan menekan korosi batas
panas. Satu-satunya proses laku panas yang
butir pada material yang mengalami proses
dapat dilakukan adalah annealing, yang biasanya
sensitasi.
dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan
3. Penambahan kromium (Cr) bertujuan
akibat pengelasan. Chromium merupakan
meningkatkan ketahanan korosi dengan
elemen pembentuk ferrit. Semakin banyak
membentuk lapisan oksida dan ketahanan
kandungan chromium dalam paduan, maka fase
terhadap oksidasi temperatur tinggi.
ferrit akan makin stabil dan selain itu chromium
4. Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk
dapat mempersempit daerah austenite.
meningkatkan ketahanan korosi dalam media
pengkorosi netral atau lemah.

Dalam suatu proses laku panas, setelah


pemanasan mencapai temperatur yang telah
ditentukan dan diberi holding time secukupnya
maka dilakukan pendinginan dengan laju tertentu,
seperti Gambar 3. Struktur mikro yang terjadi
setelah pendinginan akan tergantung pada laju
pendinginan.
Letak kurva transformasi dalam suatu I-T
diagram dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu
komposisi kimia dari baja dan ukuran butir Kristal
austeni. Pada umumnya makin tinggi kadar karbon
dan kadar unsur paduan maka makin besar ukuran Gambar 4. Diagram keseimbangan besi-kromium

58
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

2) Baja tahan karat martensitik akibat proses pendinginan dari temperatur


Martensit bukanlah suatu struktur yang stabil, tinggi.
tapi merupakan suatu struktur transisi antara
austenite yang tidak stabil pada temperatur Presipitasi karbida
kamar dengan campuran feerit dan cementit Dalam baja, karbon merupakan elemen yang
yang stabil. Baja tahan karat martensitik harus diperhitungkan. Semakin tinggi temperatur,
mengandung unsur chromium antara 15%-18% daya kelarutan karbon semakin meningkat
dan merupakan hasil dari suatu proses sehingga jika karbon berkaitan dengan logam,
transformasi pendinginan cepat dari austenitic maka akan terbentuk karbida. Kekerasan dan
pada temperatur tinggi. Baja tahan karat kekuatan martensit meningkat dengan
martensitik ini dikembangkan untuk bertambahnya kandungan karbon. Peningkatan
mendapatkan paduan yang mempunyai sifat kekuatan karbon karena terjadinya presipitasi
tahan korosi dan dapat dikeraskan dengan karbida.
proses laku panas dengan menambahkan
elemen karbon pada system biner Fe-Cr yang Heat Treatment
akan menghasilkan paduan yang dapat di Dalam penelitian ini menggunakan variasi
quench. temperatur 750ºC, 850ºC, 950ºC, dan dengan
holding time 30 menit. Pendinginan menggunakan
media air.

Jominy hardenabilitytest
Dalam pengujian ini, benda uji yang
digunakan adalah batang silindris diameter 25 mm
panjang 100 mm (lebih lengkapnya pada gambar
2.9. Setelah benda uji dipanaskan dalam dapur
pemanas, maka benda uji dikeluarkan dan
ditempatkan ke suatu pemegang (frame).
Kemudian ujung benda uji disemprot dengan
pancaran air (sebagai media pendinginnya) dari
Gambar 5. Diagram perlakuan panas pada baja AISI 431
sebuah nozzle berdiameter 12,5 mm. Sedangkan
jarak antara ujung benda uji dengan nozzle 12,5
mm, tinggi pancaran air 65 mm.

Gambar 7. Spesimen uji jominy test

Gambar 6. Grafik Heat Treatment Martensitic Steel AISI


431
Baja tahan karat martensitik AISI 431 adalah
jenis baja paduan rendah yang mempunyai
struktur hampir sama dengan ferritic steel.
Apabila ditambahkan unsur karbon dapat
menjadi keras dan kekuatannya bertambah
apabila mengalami heat treatment. Gambar 8. Jominy hardenabilitytest
3) Austenitic Stainless Steel
Austenitic Stainless Steel pada umumnya adalah Setelah mengalami pengujian Jominy
paduan Fe-Cr-Ni dan cukup dikenal dengan 300 Hardenability Test, maka benda uji dibiarkan
series, bersifat non magnetic, pada temperatur dingin dan kemudian dilakukan pengujian
kamar mempunyai fase austenitic yang dominan, berikutnya yaitu uji kekerasan metode Rockwell C.
dimana unsur Ni sebesar 3,5%-37% . Bertujuan Kekerasan yang diambil pada sepanjang sisi
untuk menstabiolkan fase austenite khusus permukaan batang silindris.

59
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

Benda uji mempunyai komposisi kimia a) Selaput pelindungnya tergores atau retak
tertentu akan mengalami laju pendinginan yang akibat perlakuan mekanik.
sama akan terbentuk struktur dan kekerasan b) Mempunyai tonjolan akibat dislokasi yang
tertentu. Maka dengan jominy hardenability test disebabkan oleh tegangan tarik yang dialami
ini, benda uji akan dapat ditentukan berapa 2. Korosi celah, korosi ini sering terjadi antara
kekerasan yang terjadi pada titik-titik tertentu. celah dengan daerah sekitarnya yang tertutup
Sehingga dari pengujian ini dapat diketahui pada permukaan logam. Korosi ini ditimbulkan
distribusi kekerasan pada benda uji. Kekerasan olehadanya larutan yang stagnant pada celah,
maksimum suatu logam pada dasarnya tergantung seperti celah antara bolt dan rivet.
pada kadar karbon, sedankan hardenability 3. Korosi fatique, korosi sifatnya hanya memper-
tergantung pada komposisi kimia (unsur paduan cepat laju korosi yang disebabkan adanya cycles
dan kadar karbon) serta batas butirnya. stress condition.
Untuk mengatasi korosi ada beberapa cara, yaitu :
Korosi 1. Dengan memperlambat laju elektron.
Pada peristiwa korosi, logam dikonversikan 2. Meminimalkan kontak oksigen.
menjadi compoundnya dan bila hal ini terjadi 3. Memilih bahan yang lebih tahan terhadap
logam akan mengalami : permukaan rusak, serangan korosi.
kehilangan streght, ductility dan sifat-sifatnya yang Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korosi:
lain menurun. Setiap tahunnya banyak biaya yang 1. Faktor dalam (logam yang bersangkutan) :
dikeluarkan akibat korosi ini. Kegagalan-kegagalan a. Kandungan unsur-unsur : Kandungan unsur-
yang mahal harganya seperti dengan rusaknya unsur Cr dan Ni dalam jumlah yang besar
sebagian kecil komponen akan mengakibatkan mempunyai daya tahan korosi tinggi.
capital installation yang besar dan tidak berguna. b. Sifat-sifat mekanik : Kekerasan dari logam
Logam mempunyai energy bebas yang sehingga mempengaruhi ketahanan terhadap korosi
logam ini cenderung melepaskan free energinya erosi.
untuk mencapai tingkat energy yang terendah. c. Struktur mikro logam : Struktur dari logam
Korosi dapat di definisikan sebagai satu mempengaruhi korosi yang terjadi
bentuk kerusakan pada sebuah logam, disebabkan d. Kondisi Permukaan : Semakin halus permu-
adanya interaksi dan lingkungannya. Bentuk kaan logam cenderung ketahanan korosi
kerusakan logam karena akibat langsung proses semakin tinggi.
mekanis ataupun fisis tidak dapat dikatakan 2. Faktor luar (Faktor lingkungan) :
sebagai bentuk kerusakan logam biasa. a. Keasaman larutan : Ion hidrogen memegang
Pada umumnya serangan korosi terjadi pada peranan dalam kebanyakan reaksi korosi
permukaan logam yang berinteraksi langsung secara elektrokimia, keasaman larutan yang
dengan lingkungan korosi sehingga secara visual dinyatakan dalam konsentrasi ion (PH) meru-
dapat dilihat dengan jelas perubahan-perubahan pakan faktor yang penting. Logam berada
baik warna maupun bentuk pada permukaan logam dalam lingkungan asam (PH rendah) akan
tersebut. Selain itu korosi dapat juga dikatakan lebih cepat terkorosi dan sebaliknya.
sebagai kebalikan dari proses extractive b. Oksigen : Pada logam-logam tertentu seperti
metallography artinya reaksi korosi yang terjadi baja karbon, bila berada dalam lingkungan
adalah menuju ke dalam bentuk keseimbangan atau media yang mengandung oksigen, maka
alamiah dari logam. Dari definisi tersebut maka laju korosi yang terjadi semakin tinggi. Tetapi
dapat disimpulkan bahwa korosi adalah reaksi sebaliknya pada logam baja tahan karat, ada-
kimia atau elektrokima antara logam dengan nya oksigen akan meningkatkan ketahanan
lingkungan yang mengakibatkan penurunan sifat korosinya karena terbentuknya lapisan oksida
logam. khrom sebagai pelapisan pelindung.
Korosi secara kimia adalah korosi yang c. Pengaruh tekanan mekanis : Adanya tekanan
terjadidengan reaksi kimia murni. Pada proses ini statik pada logam dalam lingkungan tertentu
terjadi tanpa ikut sertanya electron. Sedangkan akan memacu untuk terjadinya korosi ter-
korosi secara elektrokimia terjadi bila reaksinya ganggu yang mengakibatkan penurunan
berlangsung dalam suatu elektrolit, pada proses ini ketahanan pada logam tersebut, sedangkan
terjadi perpindahan electron dari anoda ke katoda. bila tegangan bersifat dinamik akan
Jenis-jenis korosi : cenderung terjadi korosi kelelahan.
1. Korosi lubang (Pitting Corrosion), merupakan d. Kecepatan aliran/tumbukan : Kecepatan
bentuk korosi local berbentuk titik-titik yang sa- aliran dari media akan menyebabkan laju
ngat membahayakan karena akan menyebabkan korosi, erosi naik, hal tersebut juga
lubang pada logam yang secara selektf dipengaruhi oleh jenis, komposisi fluida dan
menyerang bagian permukaan logam yang : adanya partikel-partikel padat dalam fluida
tersebut.

60
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

e. Temperatur : Adanya kenaikan temperatur d. Korosi erosi, erosi kavitasi dengan desain
akan memacu laju korosi dimana temperatur perpiaan dengan memberikan permukaan
naik, energi pun semakin naik, sehingga yang halus sehingga pengolahan fluida dapat
reaksi dihindari.
Untuk menghindari akibat serangan 2. Pelapisan (coating) : Korosi elektrokimia terjadi
berbagai jenis korosi yang sangat merugikan apabila terdapat empat komponen yaitu : anoda
tersebut diperlukan langkah-langkah pencegahan katoda elektrolit dan konduktor metalik. Dengan
yang cukup mahal biayanya. Namun jika dibanding menghilangkan salah satu komponen tersebut
dengan biaya dan pengorbanan lain jika serangan akan korosi terhambat.
korosi tidak dicegah atau dibatasi, maka kerugian 3. Perubahan kondisi lingkungan : Media korosi di
akibat biaya pencegahan tersebut di atas menjadi lingkungan logam media korosif dibagi menjadi
hampir tidak bearti. 3 bentuk yang mungkin, yaitu berupa gas
Ada beberapa prinsip pencegahan korosi (oksigen, H2S), cairan (air larutan asam, dll) atau
yang penggunaanya disesuaikan dengan jenis padatan (tanah, mineral,dll). Untuk lingkungan
peralatan, tepat, serta jenis lingkungan yang gas, pengendalian korosi dengan mengatur
korosif. Adapun prinsip-prinsip pencegahan korosi kelembapan relatif, menghilangkan pengotor.
tersebut adalah sebagai berikut : Untuk lingkungan cairan, menurunkan
1. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif. konsentrasi oksigen, mengatur suhu. Sedangkan
2. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa di lingkungan padat pengendalian bisa dilakukan
sehingga tidak berbahaya lagi. dengan pengendalian PH.
3. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara : 4. Perubahan potensial logam : Metode pengen-
a. Pelapisan dengan cat (organic coating). dalian korosi yang paling populer dari aplikatif
b. Pelapisan dengan metal coating, lining, di industri adalah dengan merubah potensial
overlay, dan cladding. logam dimana logam dikondisikan berada pada
c. Pelapisan anorganic. potensial aman.
d. Pembalutan (wrapper)
4. Prinsip penggunaan bahan yang tahan terhadap Pengujian korosi
jenis korosi tertentu. Model Pengkorosian yang direncanakan
5. Perlindungan katodic dan perlindungan anodic. dalam penelitian ini yaitu dengan mencelupkan
6. Penggunaan zat pelambat korosi (corrosion specimen yang telah dilakukan proses perlakuan
inhibitor). panas dengan 3 macam variasi temperatur ke
Pendayagunaan keenam prinsip ini harus dalam larutan HCL selama 24 jam. Tiga macam
tepat agar mendapatkan hasil yang optimum baik variasi temperatur yaitu : (1) 5 specimen dengan
ditinjau dari aspek ekonomi serta efeksitas per- temperatur 750°C, (2) 5 specimen dengan
lindungannya. Demikian pula cara pendayagunaan temperatur 850°C dan (3) 5 specimen dengan
prinsip perlindungan/pecegahan korosi harus temperatur 950°C.
benar-benar tepat sehingga dapat dihasilkan mutu Setelah selama 24 jam (1 hari) logam baja
perlindungan yang handal dan tahan lama. dalam hal ini specimen uji AISI 431 dicelupkan ke
Korosi tidak dapat dicegah namun bisa dalam larutan kimia (HCL) sebagai media korosi
dikendalikan. Pengendalian korosi didasarkan pada akan mengalami korosi yang mengakibatkan berat
beberapa metode yaitu : logam specimen uji tersebut akan berkurang dari
1. Desain dan pemilihan material : Metode ini awal berat awal setelah 24 jam specimen uji tersebut
proteksi korosi karena merangsang sedemikian dikeluarkan dari media korosi dan dilakukan
rupa sehingga laju korosi dapat dikendalikan pembersihan specimen serta dilakukan
dengan metode yang tepat : penimbangan.
a. Korosi merata, korosi ini dapat dihindari
dengan pemilihan logam yang tepat sesuai Metallography
dengan lingkungannya. Pengamatan metallography didasarkan pada
b. Korosi celah hindari dengan desain perbedaan intensitas sinar pantul permukaan
sambungan keling menggantikan sambungan logam yang masuk ke dalam mikroskop sehingga
las, hindari desain dengan sudut runing terjadi gambar berbeda (gelap, agak terang,
menghindari celah sempit dengan menutup terang). Apabila terhadap permukaan yang telah
dengan gasket yang solid. dihaluskan (polish) dicelupkan ke dalam suatu
c. Korosi galvanic, hindari desain pasangan media kimia (etsa), maka permukaan logam
logam yang berbeda jika tidak memungkinkan tersebut akan dilarutkan.
batasi keduanya dengan isolator atau pilih Struktur mikro yang berbeda akan
logam dengan harga potensial yang dilarutkan dengan kecepatan yang berbeda
berdekatan dan hindari pasangan logam sehingga meninggalkan bebas permukaan dengan
anoda kecil dan katoda yang luas. orientasi sudut yang berbeda pula. Dengan

61
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada bagian ujung laju korosinya lebih rendah dari pada
permukaan logam yang telah diuji maka sinar bagian yang lain. Selisih laju korosi dengan bagian
tersebut akan dipantulkan sesuai dengan orientasi pangkal besarnya 17 mpy.
sudut permukaan yang terkena. Berdasarkan grafik Gambar 10(b), grafik
tersebut menerangkan bahwa benda uji kedua
adalah baja tahan karat martensit AISI 431 yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dilaku panas pada temperatur 850ºC dengan
holding time 30 menit. Dari grafik menunjukkan
Sebelum dilakukan pengkorosian material bahwa laju korosi fluktuatif, bagian tengah laju
baja hasil proses heat treatment, baja dibersihkan korosi lebih tinggi daripada bagian yang lain tetapi
dengan kertas gosok lalu ditimbang berat awalnya perbedaannya pada benda uji 2 ini bagian pangkal
(W0), dan didapatkan nilainya sebagai berikut. laju korosi nya lebih rendah daripada bagian yang
Setelah dilakukan pengkorosian dengan cara lain. Selisih laju krosi dengan bagian ujung
mencelupkan material baja ke dalam larutan HCL. besarnya adalah 16 mpy.
Pencelupan tersebut dilakukan selama 1 hari. Pada grafik Gambar 10(c) menerangkan
Kemudian baja diambil lalu dibersihkan terlebih bahwa benda uji ketiga adalah baja tahan karat
dahulu dengan air biasa lalu ditimban berat martensit AISI 431 yang dilaku panas pada tem-
material baja tersebut (Wa), dan didapat grafik peratur 950ºC dengan holding time 30 menit. Dari
pengaruh variasi temperatur pada baja AISI 431 grafik menunjukkan bahwa daerah yang dekat
terhadap berat yang hilang. dengan quenching laju korosi lebih besar dari pada
Beradasrkan grafik, dari data hasil pengu- bagian pangkal atau pada specimen yang ke lima
kuran berat setelah dilakukan proses perlakuan atau terutama daerah uji ke empat.
panas dengan variasi temperatur akan didapat Grafik Gambar 10(d) merupakan grafik per-
selisih berat setelah uji korosi sebagai berikut : bandingan antara variasi temperatur terhadap laju
1. Pada temperatur 750ºC didapatkan ∆W sebesar korosi. Dari grafik perbandingan tersebut di atas
0,478 akan dapat terlihat bahwa laju korosi dapat me-
2. Pada temperatur 850ºC didapatkan ∆W sebesar ningkat seiring dengan temperatur yang diberikan
0,263 pada saat melakukan heat treatment pada baja
3. Pada temperatur 950ºC didapatkan ∆W sebesar tahan karat martensitik. Disebabkan kandungan
0,649 krom yang terdapat pada baja tahan karat
Setelah melakukan pengujian bahan uji martensitik tersebut banyak yang tersisip ke dalam
artensitik steel AISI 431 akan didapatkan hasil butir kristal sedangkan pada batas butir terjadi
sebagai berikut : kekosongan kadar krom sehingga daerah ini
Untuk data bahan uji tanpa laku panas : awalnya terjadinya korosi pada baja tahan karat
Massa awal = 19,824 g martensitik.
Massa akhir = 19,478 g Dari hasil ketiga proses laku panas dengan
Massa hilang = 0,35 g variasi temperatur yaitu 750ºC, 850ºC, 950ºC, dan
Luas permukaan = 1.954 in2 holding time 30 menit pada baja martensitik AISI
Massa jenis = 7,7 g/cm3 431 telah jelas bahwa pada temperatur 950C akan
Waktu pengkorosian = 24 jam mengalami laju korosi yang paling tinggi dari pada
temperatur yang lain.
22.272Wl (1)
MPY 
D. A.T
dengan :
Wl : Weight Loss (g)
D : Density material
A : Luas penampang korosif (in2)
T : Waktu pengkorosian min 24 jam (day)

Maka didapatkan hasil laju korosi sebesar 0,518


mpy.
Untuk mengetahui pengaruh variasi tempe-
rature terhadap laju korosi baja martensit AISI 431,
maka dibuat grafik pada Gambar 10(a). Grafik
tersebut menerangkan bahwa benda uji kesatu
(awal) adalah baja tahan karat martensit AISI 431
Gambar 9. Nilai Temperatur terhadap massa yang hilang
yang dilaku panas pada temperatur 750ºC dengan
holding time 30 menit. Dari grafik menunjukkan
Analisis Pembahasan Terjadinya Korosi pada
bahwa laju korosi flujktuatif, bagian tengah laju
Variasi Temperatur
korosi lebih tinggi dari pada bagian yang lain dan

62
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 10. Pengaruh temperatur terhadap laju korosi, (a) T=7500C, (b) T=8500C, (c) T=9500C
dan (d) perbandingan laju korosi

Kenaikan laju korosi tersebut dikarenakan sebelum dilakukan proses pengkorosian dengan
semakin naiknya temperatur dikarenakan semakin bahan uji asam klorida dengan kadar 55%
naiknya temperatur akan menyebabkan chromium dengan waktu pengujian 24 jam.
berpresipitasi dengan karbon di daerah batas butir 2. Jenis korosi yang menyerang baja tahan karat
sebab daerah batas butir adalah yang mempunyai martensitik AISI 431 adalah stress corrosion
energi yang paling tinggi. cracking yang pendinginan yang menggunakan
Akibat dari tertariknya chromium yang model jominy test disebabkan adanya internal
semula membentuk lapisan pasif dengan oksigen stress akibat perbedaan temperatur yang tinggi.
ke daerah batas butir akan menyebabkan daerah Adanya perbedaan energi antara anoda dan
sekitar bats butir kekurangan chromium. Hal inilah katoda anoda berada pada batas butir yang besar
yang menyebabkan baja dapat terkorosi. dan fluktuatif sehingga memudahkan bereaksi
Perbedaan kandungan chromium pada butir dengan lingkungan. Batas butir adalah tempat
dan batas butir dapat menimbulkan beda potensial berkumpulnya impurities dan bahan pembentuk
yaitu terbentuknya suatu cell dimana daerah lainnya sehingga akan bereaksi terhadap logam.
sekitar batas butir akan cenderung bersifat anoda. Kosentrasi media lingkungannya dalam hal
Sedangkan butir bersifat katoda dan memiliki ini adalah tingkat konsentrasi oksigen atau oxidizer
luasan yang besar seperti yang terlihat pada foto karena oksigen akan bersenyawa dengan logam
struktur mikro setelah uji korosi. menjadi ferro oksida.
Namun pada temperatur 900C yaitu tempe- Efek temperatur semakin besar temperatur
ratur di luar batas sensitisasi akan menyebabkan yang berada pada lingkungannya akan memper-
sejumlah besar karbon akan terlarut dan dengan cepat reaksi kimia dari tinjauan kimia listrik.
pemberian holding time yang cukup akan membe- (secara umum).
rikan kepada atom chrom yang mengendap pada Suatu material mempunyai sifat karak-
batas butir untuk larut kembali kedalam butir teristik yang berbeda-beda sehingga material
membentuk solution yang tahan korosi. dikatakan pasif apabila nilai potensial tinggi
sedangkan material yang bersifat aktif nilai
Jenis Korosi potensialnya lebih rendah dan memudahkan mate-
1. Jenis korosi yang menyerang baja tahan karat rial tersebut bereaksi dengan lingkungan sekitar.
martensitik ini adalah jenis intergranular Terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi
corrosion. Foto metallography benda uji antara material dan lingkungan jika ditinjau dari

63
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

diagram phase baja tahan karat martensitik dengan 1. Mengumpulnya prestisipasi karbida krom pada
kadar karbon 0,2% ketika baja tahan karat daerah batas butir saat laku panas holding time
martensitik AISI 431 ini dipanaskan mencapai dan laju pendinginan membuat batas butir
temperatur 750ºC pada temperatur sekitar 500ºC mengalami kekosongan unsur krom sehingga
dan 700ºC dan belum bertransformasi penuh daerah batas butir mudah untuk bereaksi
menjadi austenit sehingga transformasinya hanya dengan lingkungan sekitar.
berupa ferrit austenit dan prestisipat karbida krom 2. Pada saat pendinginanbenda uji mengalami
dan diberikan waktu penahanan terbentuknya internal stress kemudia terjadi retak pada batas
prestisipasi karbida korom meningkat seiring butir disebabkan perbedaan temperatur pada
dengan waktu penahanan yang diberikan. saat pendinginan.
Laju pendinginan setelah dilakukan variasi 3. Perendaan benda uji dengan menggunakan
temperatur baja tahan karat martensitik AISI 431 media korosif sifatnya hanya mempercepat laju
didinginkan dengan media air model pendinginan- korosinya.
nya menggunakan pendinginan jominy test pada
saat pendinginan ini baja melewati temperatur
sensitivitas kembali sehingga terjadi prestisipasi
karbida krom untuk kedua kalinya.
Laju pendinginan dengan model pendinginan
jominy dapat mengakibatkan :
1. Merusak lapisan pelindung yang berada pada
permukaan baja tahan karat.
2. Terjadinya retak pada batas butir akibat
perbedaan temoeratur yang menimbulkan Specimen 3
internal stress.
3. Media pendinginan yang berupa air yang dapat
menimbulkan korosi.

Specimen 4 Specimen 5
Gambar 13. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah
korosi (temperatur 9500C, holding time 30 menit &
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl
selama 24 jam
Specimen 1 Specimen 2
Gambar 11. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah
korosi (temperatur 9500C, holding time 30 menit & PENUTUP
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl
selama 24 jam Kesimpulan setelah melakukan analisis dan
pembahasan terhadap pengujian baja tahan karat
martensitik AISI 431 adalah 1) jenis korosi yang
terjadi pada baja tahan karat martensitik AISI 431
adalah korosi intergranular, 2) pemberian
temperatur yang tinggi dapat menyebabkan laju
korosi semakin meningkat pada baja tahan karat
martensitik AISI 431 dan 3) laju korosi yang
terbesar pada temperatur 950ºC dengan holding
time 30 menit dengan laju korosi 76 mpy.
Adanya penelitian lebih lanjut tentang sifat
mekanis pada baja tahan karat martensitik steel
Specimen 1 Specimen 2
dikarenakan dari data disebutkan bahwa baja baja
Gambar 12. Hasil struktur mikro pada benda uji sesudah
korosi (temperatur 7500C, holding time 30 menit & tahan karat martensitik steel dapat meningkat
perbesaran 500 kali) dan direndam menggunakan HCl kekuatannya.
selama 24 jam

Pengujian dengan media korosif guna perhitungan


laju korosi dengan HCl

64
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

DAFTAR PUSTAKA Suherman, W. (2003). Ilmu Logam. Jurusan Teknik


Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Fontana, M. G. (2005). Corrosion engineering. Tata Surabaya..
McGraw-Hill Education. Supomo, Heri. (2003). Korosi Teknik Perkapalan
Schweitzer, P. A. (1987). What every engineer Surabaya. Fakultas Teknologi Kapal ITS.
should know about corrosion. CRC Press. Williams Jr, D. C. (2000). Materials science and
Sendriks, A. J. (1979). Corrosion of Stainless Steels. engineering: an introduction. John Willey:
New York. John Willey and Sons. INC. USA, 17-235.

65
E Gunawan, dkk / Teknika, Vol. 1, No.1, Juni 2017, 55-66

Halaman ini sengaja dikosongkan

66

Anda mungkin juga menyukai