Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS DI RUANG NILAM


RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN

Dosen Pembimbing :
H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun Oleh :
Noorbaiti
P07120116068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Noorbaiti

NIM : P07120117068

Judul : Laporan Pendahuluan Sepsis di Ruang Nilam RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.

Banjarmasin, 14 Desember 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Mahrita, S.Kep., Ners. H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep.


LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogenik atau toksinnya di dalam darah atau
jaringan lainnya (Dorland, 2011 dalam Nurarif & Kusuma. 2016). Sepsis adalah SIRS
ditambah tempat infeksi yang diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadap
organisme dari tempat tersebut) yang memiliki kriteria dua atau lebih yaitu: (Sudoyo Aru
dalam Nurarif & Kusuma. 2016).
Kriteria untuk SIRS, Sepsis, Sepsis Berat, Syok septik berdasarkan Konsesus Konfrensi
ACCP/SCCM :
Istilah Kriteria
2 dari 4 kriteria :
Temperature > 380C atau 360C
SIRS Denyut jantung >90x/menit
Respirasi >20x/menit atau PaCO2 <32 mmHg
Sel darah putih (leukosit) > 12.000 sel/uL atau < 4.000 sel/uL
Sepsis SIRS dengan adanya infeksi (diduga atau sudah terbukti)
Sepsis berat Sepsis dengan disfungsi organ
Syok septik Sepsis dengan hipotensi walaupun sudah diberikan resusitasi
yang adekuat

2. Etiologi
Penyebab dari sepsis adalah bakteri gram (-) dan focus primernya dapat berasal dari
saluran genitourinarium, saluran empedu dan saluran gastrointestinum yang kemudian
menyebar ke struktur yang berdekatan, seperti pada peritonitis setelah perforasi
apendikal, atau bisa berpindah dari perineum ke urethra atau kandung kemih. Sedangkan
gram (+) timbul dari infeksi kulit, saluran respirasi dan juga biasa berasal dari luka
terbuka, seperti luka bakar. (Sudoyo Aru dalam Nurarif & Kusuma. 2016)
3. Manifestasi Klinis
1. Sepsis non spesifik: demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise,
gelisah atau kebingungan.
2. Hipotensi, oliguria atau anuria, takipnea atau hipepnea, hipotermia tanpa sebab jelas,
perdarahan.
3. Tempat infeksi paling sering: paru, traktus digestifus, traktus urinaris, kulit, jaringan
lunak dan saraf pusat. Dan akan bertambah berat pada usia lanjut, penderita diabetes,
kanker, gagal organ utama, dan pasien dengan granulosiopenia
4. Syok sepsis
5. Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi: sindrom distress pernafasan pada
dewasa, koagulasi intravascular, gagal ginjal akut, perdarahan usus, gagal hati,
disfungsi system saraf pusat, gagal jantung (Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam Nurarif &
Kusuma. 2016).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. DPL dengan hitung jenis (naik atau turun leukosit)
b. Kimia serum, bilirubin, laktat serum (meningkat), pemeriksaan fungsi hari
(abnormal), dan protein C (menurun).
c. Resistensi insulin dengan peningkatan glukosa darah
d. AGD (hipoksemia, asidosis laktat)
e. Kultur urin, sputum, luka, darah
f. Waktu tromboplastin parsil tekaaktivasi (meningkat), rasio normalisasi internasional
(meningkat), dan D-dimer (meningkat)
5. Penatalaksanaan
a. Resusitasi cairan
b. Pemberian antibiotic
c. Pemberian vasopressor
d. Pengukuran saturasi oksigen vena sentral
e. Pemberian packed red cell (PRC)
f. Pemberian inotropic
g. Sasaran terapi ventilasi mekanik
6. Diagnosa yang sering muncul (Nanda 2015 dalam Nurarif & Kusuma. 2016)
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d apnea
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman
c. Resiko infeksi
7. Patofisiologi
Normalnya, pada keadaan infeksi terdapat aktivitas local bersamaan dari sistem imun dan
mekanisme down-regulasi untuk mengontrol reaksi. Efek yang menakutkan dari sindrom
sepsis tampaknya disebabkan oleh kombinasi dari generalisasi respons imun terhadap
tempat yang berjauhan dari tempat infeksi, kerusakan keseimbangan antara regulator pro-
inflamasi dan anti inflamasi selular, serta penyebarluasan mikroorganisme penyebab
infeksi.
8. Komplikasi
a. Meningitis
b. Hipoglikemi
c. Asidosis
d. Gagal ginjal
e. Disfungsi miokard
f. Pperdarahan intracranial
g. Icterus
h. Gagal hati
i. Disfungsi sistem saraf pusat
j. Kematian
k. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
9. Pathway

Bakteri dan virus Penyakit infeksi yang


diderita ibu

Masuk ke neonatus

Masa antenatal Masa intrantal Pascanatal

Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan Infeksi nosocomial dari
servik luar rahim

Melewati plasenta dan Naik mencapai kiroin dan Melalui alat-alat


umbilikus amnion pengisap lender, sedang
endotrakeal, inuse,
selang nasogastric, botol
Masuk kedalam tubuh Amnionitis dan korionitis minuman atau dot
bayi

Melalui sirkulasi darah Kuman melalui umbilicus


janin masuk ketubuh janin

Sepsis

Sistem percernaan, Sistem pernafasan, Ante, intra, postnatal


anoreksia, muntah, dispneu, takpneu, apneu, hipertermi, aktifitas
diare, menyusui buruk, tarikan otot pernafasan, lemah, tampak sakit,
hepatomegaly, sianosis menyusu buruk,
peningkatan residu peningkatan leukosit
setalah menyusui darah
Pola napas terganggu

Gg gastrointentestinal Resiko infeksi

Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan pola
nutrisi kurang dari
nafas
kebutuhan tubuh
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Airway
Yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal), jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi
dan bawa segera mungkin ke ICU.2.
b. Breathing
Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan,
kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis, berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi
dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada, periksa foto thorak.3.
c. Circulation
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan, monitoring
tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu pengisian kapiler, pasang infuse dengan
menggunakan canul yang besar, berikan cairan koloid gelofusin atau haemaccel,
pasang kateter, lakukan pemeriksaan darah lengkap, siapkan untuk pemeriksaan
kultur, catattemperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36 0 C, siapkan pemeriksaan urin dan sputum, berikan antibiotic spectrumluas sesuai
kebijakan setempat.4.
d. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya
tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkatkesadaran dengan menggunakan
AVPU.
e. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dantempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d apnea
Tujuan: mempertahankan pola nafas agar kembali efektif
Kriteria hasil:
 Kecepatan dan irama nafas dalam batas normal
 Fungsi paru dalam batas normal
 Tanda-tanda vital dalam batar normal
Intervensi (NIC):
1) Monitor jumlah pernafasan
Rasional: mengetahui dan memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang
adekuat
2) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: mengumpulkan dan menganalisa data pernafasan dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah komplikasi.
3) Anjurkan pasien untuk posisi fowler agar leher tidak tertekuk
Rasional: menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan
jalan nafas
4) Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar
Rasional: meningkatkan pengetahuan dan menstabilkan pola nafas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi
pada pasien terpenuhi.
Kriteria hasil:
 Adanya peningkatan berat badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
 Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi (NIC):
1) Kaji adanya alergi makanan
Rasional: mengetahui jenis makanan yang cocok untuk pasien
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Rasional: memberikan diit yang tepat
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Rasional: agar tubuh pasien tidak lemah
5) Berikan substansi gula
Rasional: sebagai pemenuhan energi tubuh
6) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rasional: memantau adekuatnya asupan nutrisi pada pasien
c. Resiko infeksi
Tujuan: tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
 Pasien memperlihatkan perilaku penjagaan daerah luka (jika ada luka).
 Tidak terdapat tanda infeksi selama fase perawatan.
Intervensi (NIC):
1) Kaji perilaku sehari-hari yang memungkinkan timbulnya infeksi mata.
Rasional: berbagai tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai hal yang dapat
menyebabkan infeksi, seperti menggosok atau memegang mata.
2) Terangkan berbagai perilaku yang dapat menyebabkan infeksi
Rasional: perilaku yang dapat menyebabkan infeksi dapat diidentifikasi dari perilaku
pasien yang telah klien lakukan atau belum dilakukan oleh klien.
3) Ajarkan perilaku yang baik untuk mengurangi resiko infeksi.
Rasional: menigkatkan pemahaman klien akan pentingnya perilaku mencegah infeksi.
4) Ajarkan berbagai tanda infeksi.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien tentang tanda infeksi mata yang mungkin
dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari penyakit sekarang.
5) Anjurkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin apabila mengenali tanda infeksi.
Rasional: menigkatkan rasa percaya dan kerjasama perawat-pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda NIC-NOC. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Irvan, Febian, Suparto. 2018. Jurnal Anestasiologi Indonesia. Sepsis dan tatalaksana
berdasar guideline terbaru. Volume X, Nomor 1. Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai