Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat dan karunia Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam makalah ini kami sudah berupaya
semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun
bahasanya, kami mengharapkan ada nya masukan maupun saran perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini tentang “askep gerontik tentang insomnia pada langsia“.dan dalam Makalah ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik moral maupun material dan dukungan dari berbagai
pihak, maka dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu
dalam pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua Amin.
Shelviana
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisar
bersifat sementara atau persisten (Siregar, 2011:73).Insomnia merupakan suatu keadaan
seseorang yang mengalami sulit untuk tidur atau sering terbangun di malam hari atau
bangun terlalu pagi (Hariana, 2004:46).Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa insomnia merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari atas
sering bangun terlalu pagi yang dapat bersifat sementara atau persisten.Insomnia
merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di semua lingkungan, baik di negara
maju maupun negara berkembang (Susilo dan Wulandari, 2011:24).
Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan pola tidur.Jangka
panjangdapat menyebabkan gejala somatik dan perkembangan penyakit (Siregar,
2011:73). Sekarang ini insomnia tidak hanya menjadi masalah pada anak-anak dan
remaja, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa bahkan cenderung terjadi pada usia
lanjut. Dari semua kelompok usia yang ada, masalah insomnia sering terjadi pada usia
lanjut. Makin lanjut usia seseorang, makin banyak terjadi insomnia. Pada usia lebih dari
50 tahun, angka kejadian insomnia sekitar 30% (Siregar, 2011:75).
Sebagian besar lansia mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat
berbagai faktor. Orang lanjut usia yang sehat sering mengalami perubahan pada pola
tidurnya yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur. Proses patologis terkait
usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Menurut teori penuaan biologi, lansia
mengalami penurunan fungsi dan struktur atau mengalami proses degeneratif. Hal ini
mengakibatkan perubahan sistem saraf pusat, antara lain sistem gelombang otak dan
siklus sirkadian. Perubahan tersebut menyebabkan terganggunya pusat pengaturan tidur
yang ditandai dengan menurunnya aktivitas gelombang alfa sehingga mempengaruhi
proses tidur (Kurnia, 2009:84).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18%
penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap tahunnya
dengan keluhan yang sedemikian hebat sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi
penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami insomnia.Nilai ini
cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar, 2011:74).Prevalensi
insomnia di Indonesia sekitar 10%.Artinya kurang lebih 28 juta dari total 238 juta
penduduk Indonesia menderita insomnia.Jumlah ini hanya mereka yang terdata dalam
data statistik.Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia yang belum terdeteksi
(Siregar, 2011:12).
Lanjut Usia adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan definisi World Health
Organization (WHO) yang terdiri dari: 1. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun 2. Usia tua
(old) 75-90 tahun 3. Usia sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun (WHO,2009). Di
Indonesia pada tahun 1999, proporsi penduduk berusia 60-64 tahun besarnya 2,9%,
kelompok berusia 65-69 tahun sebesar 2,3%, kelompok berusia 70-74 tahun 1,4%, dan
penduduk berusia 75 tahun lebih besar 1,4%. Umur harapan hidup penduduk Indonesia
pada tahun 2000 adalah 68,23 tahun, yang diatas 70 tahun adalah Jakarta, Jawa tengah 72
tahun, Sumatera selatan 71 tahun, Sumatera utara 70 tahun (Prayitno, 2002). Lebih dari
80% penduduk lansia menderita penyakit fisik yang mengganggu fungsi
mandirinya.Sejumlah 30% penderita yang menderita penyakit fisik tersebut menderita
kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan cemas. Sebagian besar lanjut usia yang
menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur atau
insomnia (Prayitno, 2002). Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era
penduduk berstruktur lansia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik penduduk Jawa
Tengah menyebutkan bahwa jumlah penduduk lansia diatas 65 tahun di Jawa Tengah
pada tahun 2002 sebesar 2.016.003 jiwa, tahun 2004 sebesar 2.118.338 jiwa, dan tahun
2006 mencapai 2.281.200 jiwa. Sedangkan, di Kota Surakarta dengan usia 65 tahun ke
atas berjumlah 27.594 jiwa dari total penduduk Kota Surakarta 512.898 jiwa (Biro Pusat
Statistik Jawa Tengah, 2006). Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan
lain yang mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang
terjadi dalam hidup manusia. Insomnia yang ringan tidak perlu diberi obat, tetapi cukup
dengan penjaminan kembali. Insomnia yang berat biasanya merupakan gejala gangguan
yang lain atau dapat merupakan faktor penyebab (misalnya kelemahan badan, tremor,
berkurangnya kosentrasi) atau faktor pencetus karena stres yang ditimbulkannya (seperti
gejala-gejala skizofrenia) mungkin timbul lagi atau kecemasan. Insomnia pada pagi-pagi
sekali (penderita tertidur biasa, tetapi terbangun pukul 02 atau 03 lalu tidak dapat tidur
lagi.Biasanya merupakan gejala depresi endogenik.Kesukaran untuk memulai tidur
biasanya terdapat pada nerosa (depresi atau cemas).Terdapat juga pasien yang takut
tertidur karena takut mimpi buruk (Maramis, 2005).
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas
maupun kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat
memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering
terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali
(Potter, 2005).Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali
penyebabnya.Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya
maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005).
Insomnia juga dikenal sebagai sulit tidur, adalah gangguan tidur di mana orang
sulit tidur Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, atau tetap tertidur selama yang
diinginkan Insomnia biasanya diikuti oleh kantuk di siang hari, energi rendah, lekas
marah, dan suasana hati yang depresi. Ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko
tabrakan kendaraan bermotor, serta masalah fokus dalam belajar Insomnia bisa
bersifat jangka pendek, berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, atau
jangka panjang, berlangsung lebih dari sebulan. Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun.
Insimnia dapat terjadi tanpa ada keterlibatan dari masalah lain. Keadaan yang
dapat mengakibatkan insimnia termasuk stress psikologis, nyeri kronik, gagal jantug,
hipertiroidisme, mulas, sindrim kaki gelisah, menopause. Obat-obatan tertensi dan
obat-obatan seperti kafein, nikotin, dan alcohol. Factor resiko lain termasuk shift
malam dan apnea tidur.
B. ETIOLOGI
Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang
mengalami insomnia yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering
terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Insomnia juga bisa
dialami dengan berbagai cara:
1. Sulit untuk tidur tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk
tetap tidur (sering bangun)
2. Bangun terlalu awal Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia.
Gejala yang dialami waktu siang hari adalah:
Resah
Mengantuk
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengingat
Gampang tersinggung
C. PATOFISIOLOGI
Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :
D. MANIFESTASI KLINIK
Perasaan susah tidu, bangun terlalu awal
Wajah kelihatan kusam
Mata merah, hingga timbul bayangan merah di bawah mata
Lemas mudah mengantuk
Resah dan mudah cemas
Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung
E. KOMPLIKASI
Efek fisiologis karena kebanyakan insomnia di akibatkan oleh stress, terdapat
peningkatan nornadrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga
penurunan produksi melatonin.
Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsenterasi
irritable, kehilangan motifasi, depresi dan sebagainya
Efek fisik/ somatic dapat berupa kelelahan nyeri otot, hipertensi dan
sebagainya.
Efek social dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bias menikmati
hubungan social dan keluarga.
Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin di sebabkan karena penyakit yang mengiduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu orang yang menderita
insomniamemiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalulintas jika di bandingkan dengan orang normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hari/tgl : Rabu, 11 Desember 2019
Jam : 16 : 30
Nama MHS : Shelviana
1. Identitas
a. Nama : Ny. S
b. Tempat/tgl lahir : Soppeng,28-12-1940
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : luwu/ bugis
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :
Tidak ada keluhan
2. Gejala yang di rasakan :
Pusing saat klien berdiri atau bagun dari tempat tidurnya
3. Factor pencetus :
Tidak ada
4. Timbulnya keluhan :
( √ ) Mendadak ( ) Bertahap
5. Upaya mengatasi :
Susah tidur
6. Pergi ke RS/klinik pengobata/ dokter peraktek / bidan/ perawat?
Klien mengatakan tidak pernah pergi RS/klinik
7. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri? Obat teradisional ?
Klien mengatakn tidak mengkomsumsi obat-obat dokter tapi memakai obat
teradisional
b. Riwayat kesehatan masalalu
1. Penyakit yang pernah di derita :
Fertigo
2. Riwayat elergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ):
Tidak ada
3. Riwayat kecelakaan :
Tidak pernah
4. Riwayat pernah di rawat di RS :
Tidak penah
5. Riwayat pemakaian obat :
Tidak pernah kecuali obat teradisional
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan yang mempengaruhi kesehatan missal merokok, minuman
keras,ketergantungan terhadap obat (jenis/ frekuens/ jumlah/ lama pakai : tidak
pernah merokok atau pun atau pun menggunakan obat-obat atau minum minuman
alcohol
b. Nutrisi metabolic
Frekuensi makanan : 3x sehari secara teratur
Nafsu makan : baik
Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna
Makanan yang di sukai : tidak ada
Alergi terhadap makanan : tidak ada
Pantangan makanan : tdak ada
Keluhan yang berhubungan dengan makanan : tidak ada
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi & waktu : 4-5 sehari semalam
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada
BAB : frekuensi dan wktu : 1x sehari
Konsistensi : Keras
Pengalaman memakai pencahar : belum pernah
h. Pola peran-hubungan
Peran ikatan : istri
Pekerjaan/ social/hubungan perkawinan : tidak ada, sudah kawin
i. Sexualitas
Riwayat reproduksi : memiliki 4 orang anak perempun dan 3
anak laki-laki
Kepuasan sexual, masalah : tidak ada masalah
k. Nilai-pola keyakinan
Susuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality : menganut suatu agama,
bagaimanna manusia dengan penciptanya), keyakinan kesehatan, keyakinan
angama ?
Klien mengatakan di usianya yang sekarang klien hanya bisa berpasrah
kepada TUHAN yang MAHA ESA
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. TTV : 120/90 mmHg
c. BB/TB : 43kg, 153cm
d. Kepala
Rambuh : hitam dan beruban
Mata : simetris,keruh dan kecoklatan
Telinga : bersih dan simetris
Mulut, gigi, bibir : mulut bersih, bibir lembab, dan gigi sudah
beberapa ompong.
Dada : simetris
Abdomen :tidak kembung dan tidak ada pembesaran hepar
Kulit : hitam
Ekstremitas atas : lemas
Ekstremitas bawah :lemas
Analisa hasil
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : fungsi intelektual berat
d. AFGAR Keluarga
No Fungsi Uraian skore
1. adaptasi Saya puas bahwa saya dapat pada 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubunga Saya puas dengan cara keluarga (teman- 2
n teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Pertumb Saya puas bahwa keluarga saya 2
uhan menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru
4. efeksi Saya puas dengan cara keluargasaya 2
mengespresikan efek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih /mencitai
5. pemecha Saya puas dengan cara keluarga saya 1
n yang telah meluangkan waktu bersama-
sama
Total 9
Analisa hasil:
Skor 8-10 : fungsi social normal
Skor 5-7 : fungsi social cukup
Skor 0-4 : fungsi social kurang/ suka menyendiri
e. Skala Depresi
f. Screening faal
No. Langkah
1. Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan di rentangkan
kedepan
2. Beri tanda letak tanga I
3. Minta pasien condong kedepan tampa melangkah selama 1-2 menit,
dengan tangan di rentangkan ke depan
4. Beri tanda letak tangan ke ll pada posisi condong
5. Ukur jarak antara tanda tangan I dan ke II
Interpretasi :
Usia lebih 70 tahun : kurang 6 inchi : resiko roboh
No. Langkah
1. Posisi pasien duduk di kursi
2. Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3meter) kembali
kekursi ukur waktu dan detik
Interpretasi :
Skore:
≤10 detik : low risk of falling
11- 19 detik : low to moderate risk for falling
20-29 : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of falling
g. Skala Norton
Cukup baik 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kondisi mental Waspada 4
Apatis 3
Bingung 2
Stupor/Pingsan/Tidak Sadar 1
Kegiatan Dapat berpindah 4
Berjalan dengan bantuan 3
Terbatas dikursi 2
Terbatas ditempat tidur 1
Mobilitas Penuh 4
Agak terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tidak atau sulit bergerak 1
Inkontinensia Tidak ngompol 4
Kadang-kadang 3
Biasanya urine 2
Kencing dan kotoran 1
Total
Interpretasi
Nilai maksimum 20
Nilai minimum
Pasien beresiko dekubitus jika nilai < 14
B. ANALISA DATA
Hari/ tanggl Data Diagnose keperawatan
Rabu, DS : Insomnia b.d
11/12/19 Ny.S mengatakan sering terbangun di ketidaknyamanan fisik
malam hari kadang tidak bisa tidur lagi dan kendala
klien juga mengatakan jika ingin tidur di lingkungan
malam hari dia baca doa tapi tetap saja
tidak bisa tidur
DO :
- Pasien mengantuk pada saat di
lakukan pengkajian
- Terdapat kantung mata hitam di
bawah mata klien
Kamis, DS : pasien mengatakan bahwa iyah Gangguan kualitas
12/12/19 merasakan pusing dan mual tidur
DO:
- TD : 110/80 mmHg
- Pasen terlihat lemas pada saat di
lakukan pengkajian
- Terlihat lingkaran hitam di
semitaran mata kunjungtiva.
Jumat, DS:
13,12,19 DO :
C. PRIORITAS MASALAH
1. Insomnia b.d ketidak nyamanan fisik dan kendala lingkungan
2. Gangguan pola tidur: kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri perut yang terus
menerus.
3. Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan b.d keterbatasan kognitif, interpretasi
yang salah tentang informasi
D. INTERVENSI
Gangguan pola
tidur: kurang dari
kebutuhan tubuh
b/d nyeri perut
yang terus
menerus.
E. EVALUASI
Rabu, 11 desember 2019
No. Diagnose Evaluasi
keperawatan
1. Insomnia b.d S:
ketidaknyamanan - Klien mengatakan tadi malam tidur jam 20.00
fisik dan kendala dan bangun 01.30 WIB
lingkungan - PM mengatakan tidak bisa tidur lagi sampai pagi
O: PM terlihat kooperatif saat memberikan jawaban
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi dengan
- Memantau pola dan jam tidur klien
- Memantau konsumsi air minum sebelum tidur
Melakukan pijat punggung sebelum tidur
2.
3.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA