Anda di halaman 1dari 15

MENCIPTAKAN ISLAM AGAMA PERDAMAIAN

DENGAN TOLERAN DAN KASIH SAYANG

NOFI SURYANINGSIH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
Nofisuryaningsih18@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai jenis budaya dan
agama didalamnya. oleh karena itu sikap toleransi harus dimiliki oleh masyarakat
untuk menghindari timbulnya potensi konflik. Karena salah satu konflik yang
akhir-akhir ini sedang terjadi di Indonesia adalah konflik agama. Islam merupakan
agama yang rahmatan lil ‘alamiin yang seharusnya menjunjung tinggi adanya
sikap toleran dan kasih sayang sesama manusia yaitu dengan menciptakan
perdamaian antar umat beragama agar terhindar dari hal-hal yang negatif dan
tidak diinginkan. Perdamaian itu sendiri tidak akan bisa dicapai secara langsung
atau instan. Tanpa adanya perdamaian, kesejahteraan masyarakat baik dalam
bidang ekonomi maupun politik tidak akan tercapai. Hal ini dikarenakan tidak
adanya sikap toleransi yang menjadikan keharmonisan dan kerjasama sosial antar
masyarakat. Toleransi sendiri adalah menghargai perbedaan dan kemampuan
untuk hidup serta membiarkan orang lain hidup dengan hidupnya sendiri.
Toleransi lebih mengarahkan pada manusia untuk menunjukkan rasa hormat pada
perbedaan tiap-tiap manusia.

Kata kunci: Islam, Perdamaian, Toleransi

1
A. PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi
dengan individu atau manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengannya salah
satunya adalah perbedaan kepercayaan atau agama. Dalam menjalani
kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan
dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama
atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat
maka diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati, sehingga tidak
terjadi gesekan-gesekan yanag dapat menimbulkan pertikaian.
Dalam pembukaan UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2 telah disebutkan
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya” Sehingga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya
saling menghormati antara hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi
menjaga keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar
umat beragama.1

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan penulis adalah metode penelitian
literatur. Penelitian literatur disebut dengan penelitian pustaka (library
research). Adapun dalam mengumpulkan sumber data yang diperlukan
dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan berbagai
literasi yang bersumber dari buku, jurnal, maupun artikel sebagai referensi
yang berkaitan dengan menciptakan Islam agama perdamaian dengan toleran
dan kasih sayang.

1
Irfa’il Mar’i, Yakin Mahasiswa? Dari Kampus, Membangun Indonesia Bebas
Intoleransi, (Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2018), hlm.145-146.

2
C. PEMBAHASAN
1. Islam sebagai Agama Rahmat
Kata Islam berasal dari kata “salam” yang berarti selamat, aman
sentosa, sejahtera, yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan
manusia di dunia dan di akhirat. Kata Islam berasal dari bahasa Arab
yang mempunyai arti agama Allah yang disyariatkanNya, sejak Nabi
Adam as hingga Nabi Muhammad Saw kepada umat manusia. dasar-
dasar agama Islam pada setia zaman tidak berubah, yaitu tetap
mengajarkan agar umat manusia mengimani Allah Yang Maha Esa, para
rasul-Nya dan sebagainya. Yang berubah hanyalah syariatnya semata-
mata. Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad akan kekal sampai hari
Kiamat, karena telah sesuai dengan perkembangan waktu dan
perkembangan tempat.2
Islam adalah agama yang menyeru kebaikan dan menebar kasih
sayang pada seluruh umat manusia sebagaimana firman Allah:

َ‫َاك ِإ اَّل َر ْح َمةً ِل ْل َعالَ ِم ْين‬


َ ‫س ْلن‬
َ ‫َو َما أَ ْر‬
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’ [21] : 107).
Menurut Quraish Shihab menjelaskan bahwa pembentukan
kepribadian beliau yang telah merupakan kehendak Allah telah
menjadikan sikap, ucapan, perbuatan bahkan seluruh totalitas beliau
dengan ajaran yang beliau pun adalah rahmat menyeluruh dan dengan
demikian, menyatu ajaran dan penyampai ajaran, menyatu risalah dan
rasul dan karena itu pula Rasulullah adalah penjelmaan konkrit dari
akhlak al-Qur’an. (Shihab, XIII: 519-520).
Menurut Fakhr al-Razi menjelaskan tentang kehadiran Islam yang
diklaim sebagai rahmat bagi seluruh makhluk dengan tiga fakta empiris,

2
Muhammaddin, “Kebutuhan Manusia Terhadap Agama”, Jurnal IA, No. 1, 2013,
hlm.104-105.

3
meskipun terkadang Islam menyerukan agamanya dengan mengangkat
pedang. (Razi, 1420 H: XXII, 192).
Pertama, peprangan yang dilakukan oleh kaum muslimin hanya
ditujukan kepada kelompok orang-orang yang memiliki sifat arogan dan
memusuhi Islam, meskipun Allah bersikap rahman dan rahim, namun
Allah hanya menyiksa golongan yang durhaka.
Kedua, pada masa sebelum dan setelah disyariatkannya agama
Islam, pada umumnya pendustaan umat kepada Nabinya akan berakibat
diturunkannya azab secara langsung dan Allah akan mengakhirkan azab
kepada orang-orang yang durhaka hingga ajal menjuemput atau bahkan
sampai hari kiamat tiba.
Ketiga, sisi rahmatan lil al-alamin agama Islam dapat dilihat dari
karakter yang membawa risalah yang merupakan sosok yang memiliki
budi luhur.3
2. Toleransi dalam Ajaran Islam
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “Tolerare” yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi
secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak
menyimpang dari aturang, dimana seseorang menghormati atau
menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, toleransi berarti bersikap hormat, membiarkan
berbagai pendapat atau pandangan berbeda dengan sikapnya sendiri.
Akan tetapi, kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan
istilah dengan istilah tasamuh.
Dalam Islam terdapat ajaran yang jelas dan tegas tentang toleransi
yang bersumber utama dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dalam Al-Qur’an
surah Al-Baqarah Ayat 256 yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang salah. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada

3
Abdullah, “Wajah Toleransi dan Perdamaian Dalam Kontestasi Historisitas Islam”,
Studi Agama-agama dan Lintas Budaya, Vol. 2 No. 2, 2018, hlm. 108-109.

4
taghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain daripada Allah), dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
tali yang sangat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”.
Demikian juga dalam Al-Qur’an surah Al-Kafirun Ayat 1-5 yang
artinya, “Katakanlah Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah
agamaku”.4
Islam mengajarkan bahwa perbedaan dari sisi etnis maupun
perbedaan keyakinan dalam beragama merupakan fitrah dan sudah
menjadi ketetapan Tuhan yang bertujuan supaya diantara mereka saling
mengenal dan berinteraksi. Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbedaan
dan pluralitas ini tentu harus diterima oleh seluruh umat manusia di
dunia. Mereka yang tidak dapat bisa menerima pluralitas berarti telah
mengingkari ketetapan Tuhan. Berdasarkan hal ini pula, maka toleeransi
menjadi suatu ajaran penting yang dibawa dalam setiap risalah
keagamaan, tidak terkecuali dalam sistem teologi Islam. Konsepsi
tasamuh atau toleransi dalam kehidupan keberagamaan pada dasarnya
merupakan salah satu landasan sikap dan perilaku penerimaan terhadap
ketetapan Tuhan. Toleransi beragama disini tidak lantas dimaknai
sebagai adanya kebebasan menganut agama tertentu pada hari ini dan
menganut agama lain pada keesokan harinya. Toleransi beragama juga
bukan berarti bebas melakukan segala macam praktik dan ritual
keagamaan yang ada tanpa peraturan yang harus ditaati. Toleransi
beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan adanya agama-
agama lain selain agama yang dianut olehnya dengan segala bentuk

4
Katimin, “Toleransi Dan Pembangunan Masyarakat Menurut Islam”, Analytica
Islamica, Vol. 3 No. 2, 2014, hlm. 222.

5
sistem dan tata cara peribadatannya, serta memberi kebebasan untuk
melakukan dan menjalankan keyakinan agamanya masing-masing, tanpa
harus bertabrakan dalam kehidupan sosial karena adanya perbedaan
keyakinan tersebut.5
Di Banjarnegara, masyarakat dihimbau untuk mewaspadai terhadap
munculnya suatu ajaran yang menyebarkan kesesatan dan kebencian.
Ajaran tersebut dinilai dapat mengancam persatuan dan kedamaian di
tengah masyarakat Banjarnegara. Demikian disampaikan Bupati
Banjarnegara, Budhi Sarwono saat memberikan sambutan di acara
silaturahmi dan halal bihalal Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama
Kabupaten Banjarnegara. Menurutnya, ajaran Islam sangat mendukung
toleransi dan kedamaian. “Karena itu pemerintah melarang keras ajaran
yang menyebarkan kebencian dan kesesatan” katanya. Bupati mengaku
bersyukur karena masyarakat Banjarnegara, khususnya umat Islam,
dapat menjaga ukhuwah dengan baik. Meski demikian, beliau
menghimbau agar masyarakat mewaspadai munculnya paham yang sesat
yang dapat mengancam persatuan. “Pernah ada ajaran yang keliru dan
sempat berkembang di Banjarnegara, namun hal tersebut sudah bisa kita
atasi bersama” katanya. Senada dengan Bupati, Ketua PCNU Kabupaten
Banjarnegara KH Zahid Hasani juga menghimbau warga Nahdliyin
untuk istiqomah dalam meneguhkan karakter Islam yang penuh damai.
Walisongo dan para ulama telah mengajarkan agama Islam yang penuh
kedamaian dan kerukunan di Nusantara ini. “Jadi, mari kita teguhkan
ajaran Islam yang penuh kedamaian dan kerukunan ini” tuturnya.
Sekretaris Lembaga Ma’arif NU Jawa Tengah, KH. Syahidin., M.Si.
dalam ceramahnya mengajak umat Islam untuk giat bersedekah dalam
membantu mereka yang lemah. Jika sedekah menjadi gerakan
masyarakat, niscaya umat dan negara ini akan kuat dan maju.

5
Adeng Muchtar Ghazali, “Toleransi Beragama dan Kerukunan Dalam Perspektif
Islam”, Agama dan Lintas Budaya, Vol. 1 No. 1, September 2016, hlm. 29.

6
“Jika punya harta, jangan ragu untuk bersedekah membantu orang
yang kekurangan atau membutuhkan” ujarnya.6
Munculnya kesadaran antar umat beragama yang diwujudkan
dalam sikap toleransi bisa meminimalisasi bentrokan di antara mereka.
Toleransi beragama yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan
melahirkan sikap yang inklusif dalam umat beragama. Sikap ini
menganggap agama yang dianut oleh dirinya sendiri benar akan tetapi
masih memberikan ruang untuk membenarkan agama lain yang diyakini
benar oleh umatnya. Toleransi itu cukup dengan sikap membiarkan dan
tidak menyakiti orang atau kelompok lain yang berbeda agama atau
kepercayaan dengan kita maupun yang seagama atau seiman dengan
kita.7
3. Prinsip Dasar Perdamaian dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan
bahwa al-Qur’an sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian. Sebab,
pada dasarnya al-Qur’an diturunkan sebagai rahmat lil ‘alamin yang
tidak hanya untuk orang-orang muslim saja. Kehadiran al-Qur’an
ditengah-tengah masyarakat yang multikultural, multietnis, dan sifat-
sifat keberagaman lain yang sebenarnya membawa misi perdamaian.
Dalam al-Qur’an surah Ali Imron Ayat 110 yang artinya “Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka
adalah orang-orang yang fasik”.8
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 128, yang artinya “Ya
Tuhan Kami, jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk

6
Berita Banyumas, “Islam Ajarkan Toleransi dan Perdamaian”, Rabu 04 Juli 2018.
7
Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”, Ilmiah
Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1 No. 2, Juli 2016, hlm. 191.
8
Abdul Halim, “Budaya Perdamaian Dalam Al-Qur’an”, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan
Hadis, Vol. 15 No. 1, 2014, hlm. 27-28.

7
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”. Ayat ini menjelaskan tentang doa Nabi Ibrahim saat selesai
membangun Baitullah yang menjadi artifak tettua di dunia Islam. Nabi
Ibrahim berdoa agar dirinya dan Nabi Ismail beserta cucu-cucunya
menjadi seorang yang muslim. Nabi menyatakan bahwa ibarat bangunan,
Islam itu telah hamoir selesai dibanun oleh para Nabi dan hanya kurang
satu bata yang belum terpasang di salah satu sudutnya.9
Salah satu alasan mengapa agama pada masa sekarang tampak
tidak relevan karena banyak diantara kita yang sudah tidak lagi memiliki
rasa bahwa kita dikelilingi oleh yang ghaib. Kultur ilmiah kita untuk
memusatkan perhatian kita hanya kepada dunia dan material yang ada
dihadapan kita.10
Pada zaman terdahulu, seperti halnya orang China, dan Babilonia
mereka juga meyakini bahwa dunia itu dihuni oleh banyak roh dari
berbadai jenis dan memandang setiap gerakan di alam sebagai tindakan
roh. Meskipun sifat mereka tidak bisa ditebak, roh-roh ini dapat
dikendalikan hingga batas-batas tertentu. Sejumlah roh yang lebih kuat
akan diminta dan dibujuk untuk mengusir roh yang lebih lemah dari
mereka.11
4. Bukti Sejarah Islam Agama Yang Membawa Kedamaian
Ketika di kota Madinah Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya
hidup damai bersama orang-orang Yahudi di kota tersebut. Rasulullah
Saw tidak memaksa orang-orang Yahudi di kota Madinah untuk
memeluk agama Islam dan Rasulullah juga tidak mengganggu aktivitas
ibadah orang-orang Yahudi. Rasulullah telah mengajarkan kepada para
sahabatnya untuk menjunjung tinggi toleransi dalam berinteraksi atau

9
Abdul Halim, “Budaya Perdamaian Dalam Al-Qur’an”........, hlm. 30-32.
10
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), hlm. 28.
11
Allan Menzies, Sejarah Agama-agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik
Agama-agama Besar di Dunia, hlm. 112.

8
berdialog dan bersosialisasi dengan orang-orang Yahudi agar tercipta
kedamaian. Dalam Hadis riwayat Imam Bukhori menjelaskan dari Jabir
bin Abdullah menceritakan: “Suatu hari kami bersama Rasulullah Saw.
sedang duduk-duduk, tiba-tiba lewat jenazah Yahudi dan Rasulullah
Saw. berdiri, kami berkata: Ya Rasulullah kenapa engkau berdiri?
Bukankah itu jenazah Yahudi! Rasulullah Saw. menjawab: Bukankah dia
juga manusia? Apabila kalian melihat jenazah maka berdirilah (untuk
menghormatinya)”.12
Ketika Nabi Muhammad datang ke kota Madinah, di sana sudah
ada orang-orang Yahudi dan penyembah berhala, akan tetapi beliau tidak
serta merta memiliki keinginan untuk menjatuhkan dan bermusuhan
dengan mereka, justru menerima dengan lapang dada keberadaan mereka
dan Nabi menawarkan perjanjian yang sebanding atau seimabng diantara
dua kubu, yaitu mereka tetap memeluk agamanya begitupun sebaliknya,
Nabi dan para sahabatnya tetap memeluk agamanya. Dalam perjanjian
tersebut disebutkan bahwa orang muslim dari kabilah Quraisy, Yasrib
dan lainnya berusaha bergabung dengan mereka dan membentuk
persatuan. Orang-orang mukmin jika diantara mereka ada yang
melakukan pemberontakan adalah murni kezhaliman, kejahatan,
permusuhan atau kerusakan yang dilakukan diantara orang Islam dan
harus di tindak tegas. Orang musyrik tidak boleh menganiaya kaum
Quraisy baik harta maupun jiwanya serta tidak boleh melakukan tipu
daya terhadap orang mukmin. Orang mukmin yang telah menyepakati
perjanjian tidak boleh menolong serta melindungi pendusta dan penjahat,
barangsiapa yang menolong dan melindunginya maka laknat Alloh akan
menimpa dirinya pada hari kiamat, dan tidak dipandang sebagai orang
yang bijaksana dan adil.13
Dalam sebuah peperangan, Nabi Muhammad marah kepada
sahabatnya karena Nabi mendapatkan mayat perempuan, dan Nabi juga

12
Abizal Muhammad Yati, “Islam dan Kedamaian Dunia”, Islam Futura, Vol. 6 No. 2,
2007, hlm. 21-22.
13
Abdullah, “Wajah Toleransi dan Perdamaian......”, hlm. 116.

9
sangat sedih ketika melihat bayi terbunuh dalam perang padahal Nabi
selalu mengingatkan para prajuritnya sebelum memulai peperangan,
Hadis riwayat Imam Muslim menjelaskan bahwa: “Apabila Rasulullah
mengutus prajurit perang maka Ia menasehatinya untuk bertaqwa
kepada Allah, dan Rasulullah berkata: berperanglah kalian dengan
nama Allah dijalanNya, perangilah musuh dan jangan mundur dari
peperangan, dan jangan bunuh anak-anak, orang tua, dan wanita”.
Seorang Yahudi miskin datang menjumpai Umar bin Khattab, kemudian
Umar memnuhi kebutuhannya. Suatu ketika Umar bin Khattab pergi ke
Syiria dan berjumpa dengan kaum Nasrani yang lemah, kemudian
memerintahkan petugas Bait al-Mal untuk memberikan bantuan kepada
mereka. Pada masa Khulafaurrasyidin (Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), terjadi perluasan
wilayah Islam melalui penaklukan-penaklukan, penaklukan tersebut
untuk pengakuan admisnistrasi. Ketika tentara Muslimin yang dipimpin
oleh Abu Ubaidah memasuki wilayah Yordania, penduduk kota tersebut
yang memeluk agama Masehi berkata: “Wahai orang-orang Islam,
kalian lebih kami sukai dari orang-orang bangsa Romawiwalaupun
mereka satu agama dengan kami, karena kedatangan kalian bukan
untuk menghancurkan kami tetapi memberi kedamaian kepada kami”.14
Nabi Muhammad sendiri pernah menikahi perempuan Nasrani
yang bernama Maria binti Syama’un al-Qibtiyah al-Mishriyah dan dari
pernikahan inilah beliau memiliki seorang anak laki-laki yang bernama
Ibrahim. Demikian pula halnya dengan para sahabat nabi sebagian ada
yang melakukan hubungan pernikahan dengan perempuan Nasrani dan
Yahudi seperti Usman bin Affan, Talhah dan Sa’ad. Selain itu,
pengakuan tentang kenabian Muhammad pertama kali datang dari
pendeta Yahudi bernama Bahira, dan seorang tokoh Kristen bernama
Waraqah Ibnu Naufal. Nabi muhammad pun tidak menganggap ajaran
agama sebelum Islam datang sebagai suatu ancaman. Ketika Nabi

14
Abizal Muhammad Yati, “Islam dan Kedamaian Dunia”........., hlm. 22.

10
Muhammad beserta pengikutnya mendapat intimidasi dari kaum
Musyrik kota Makkah, Muhammad dan para pengikutnya mengungsi ke
Abbisyinia dan diterima baik oleh rajanya yang beragama Kristen.
Demikian pula sebaliknya, ketika sejumlah tokoh Kristen yang
berjumlah 60 orang berkunjung ke kota Madinah yang di pimpin oleh
Abdul Masih, mereka diterima dengan sangat baik oleh Nabi dan para
sahabatnya. Ketika itu Nabi Muhammad dan para sahabatnya sedang
melaksanakan sholat di masjid. Rombongan tersebut memakai jubah
Serban, pakaian yang juga lazim digunakan Nabi Muhammad. Ketika
waktu kebaktian tiba, merekapun tidak mencari gereja. Nabi Muhammad
memperkenankan rombongan untuk melakukan kebaktian atau
sembahyang di dalam masjid. Praktik toleransi sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammmad kemudian diteuskan oleh para
sahabat nabi sebagaimana dilakukan oleh Umar bin Khattab ketika
melakukan ekspansi ke wilayah Bizantium Kristen.15

15
Katimin, “Toleransi dan Pembangunan Masyarakat......”, hlm 226-227.

11
D. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, penulis ingin mengungkapkan sebagai
suatu penegasan bahwa Islam adalah agama Rahmatan Lil’alamin.
Sesungguhnya kedamaian merupakan salah satu prinsip dalam Islam
yang ditanam secara mendalam dalam hati kaum muslimin sehingga
menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Sejak munculnya cahaya
Islam ke dunia, ia dengan tegas dan jelas mengajak kepada kedamaian
dan meletakkan jalan hidup yang bijak yang dapat dilalui setiap insan.
Sesungguhnya Islam menjunjung tinggi “hak hidup” dan mendorong
manusia untuk mencintainya, demikian juga membebaskan mereka dari
ancaman dan ketakutan, sehingga ditetapkanlah jalan yang mulia agar
manusia dapat berjalan menuju kedamaian, kemerdekaan, dan menuju
kebahagiaan.
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah
terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian,
saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa
menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus
mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan
mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas
tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa
cara untuk menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama antara lain: a). Menghilangkan perasaan curiga atau
permusuhan terhadap pemeluk agama lain, b). Jangan menyalahkan
agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya, c). Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan
mengganggu umat lain yang sedang beribadah, d). Hindari diskriminasi
terhadap agama lain.
Terkait dengan kemanusiaan, pemahaman boleh, bahkan mengajak
mereka untuk berdialog untuk mencari titik temu tentang mana yang
boleh kita lakukan dan tidak. Maka ketika ada orang lain yang mengajak

12
untuk mengikuti ibadahnya atau mereka mengikuti ibadah kita, kita juga
harus tegas menolak dan melarangnya. Jadi tidak ada istilah basa basi
atau sungkan yang kaitannya dengan aqidah. Tetapi dalam bahasa sosial,
kita harus bisa menjadi orang yang menghormati orang lain, melindungi
orang lain walaupun mereka berbeda keyakinan dengan kita. Karena
dengan sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallu’alaihi
Wasallam inilah yang menjadikan agama Islam tersebar luas keseluruh
penjuru dunia. Hal ini disebabkan karena sikap toleransi dan ketegasan
Rasulullah Shallallu’alaihi Wasallam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2018. Wajah Toleransi dan Perdamaian dalam Kontestasi Historitas


Islam. Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Vol. 2 No. 2.

Armstrong, Karen. 2002. Sejarah Tuhan. Bandung: Mizan Media Utama.

Berita Banyumas. 2018. Islam Ajarkan Toleransi dan Perdamaian.

Casram. 2016. Membangun Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural.


Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Vol. 1 No. 2.

Ghazali, Adeng Muchtar. 2016. Toleransi Beragama dan Kerukunan Dalam


Perspektif Islam. Agama dan Lintas Budaya. Vol. 1 No. 1.

Halim, Abdul. 2014. Budaya Perdamaian dalam Al-Qur’an. Studi Ilmu-ilmu Al-
Qur’an dan Hadis. Vol. 15. No. 1.

Katimin. 2014. Toleransi dan Pembangunan Masyarakat Menurut Islam.


Analytica Islamica. Vol. 3 No. 2.

Mar’i, Irfa’il. 2018. Yakin Mahasiswa? Dari Kampus, Membangun Indonesia


Bebas Intoleransi. Yogyakarta: Lontar Mediatama.

Menzies, Alan. Sejarah Agama-agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik


Agama-agama Besar di Dunia.

Muhammadin. 2013. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal IA. No. 1.

Yati, Abizal Muhammad. 2007. Islam dan Kedamaian Dunia. Islam Futura Vol.
VI No. 2.

14
PROFIL PENULIS

Nofi Suryaningsih mahasiswa IAIN


Purwokerto Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Menyukai dunia masak-
memasak dan travelling. Bertempat tinggal
di Desa Karangduwur, Kecamatan
Petanahan, Kabupaten Kebumen dan
sekarang berdomisili di Pondok Pesantren
Modern El-Fira Gg. Kebon Bayem,
Purwanegara, Purwokerto Utara. Bercita-
cita ingin menjadi seorang guru yang baik
bagi muridnya. Motto hidupnya “Jika tidak
bisa membuat orang lain bahagia, maka
paling tidak, tidak menyusahkannya”.

15

Anda mungkin juga menyukai