Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang sangat sederhana ini. Dalam
kesempatan ini penulis mengambil judul“KEBAKARAN HUTAN”.

Adapun tujuan Penulis menyusun karya tulis ini sebagai persyaratan mengikuti (UN) 2015 khususnya
pelajaran BAHASA Indonesia. Selama pembuatan karya tulis ini penulis telah mendapatkan bantuan
berupa bimbingan ataupun petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Atik Sugiartik, S.Pd, selaku guru Bahasa Indonesia yang telah
membing Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini.

Semoga isi karya tulis ini menambah pengetahuan atau pengalaman bagi para pembaca dan bagi penulis
khususnya, Amin.

Tangerang, April 2014

Irma Yanti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hutan sebagai paru-paru dunia juga penyumbang oksigen dan keanekaragaman hayati terbesar di muka
bumi.Terdapat berbagai jenis flora dan fauna didalamnya.Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar
di seluruh dunia yang dapat ditemukan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin.Sebagai
fungsi ekosistem, hutan berperan sebagai lumbung air, penyeimbang lingkungan, dan mencegah
timbulnya pemanasan global.

Hutan Indonesia merupakan hutan terluas ke-3 di dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan di Indonesia
diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau sekitar 63 persen luas daratan. Penyebaran hutan di
Indonesia hampir berada di seluruh wilayah nusantara, termasuk Provinsi Riau. Sebagian besar wilayah
hutan Provinsi Riau merupakan lahan gambut yang sangat berpotensi untuk pertumbuhan kelapa
sawit.Dari luasan total lahan gambut di dunia sebesar 423.825.000 ha, sebanyak 38.317.000 ha terdapat
di wilayah tropika. Sekitar 50% dari luasan lahan gambut tropika tersebut terdapat di Indonesia yang
tersebar di pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua, sehingga Indonesia menempati urutan ke-4
dalam hal luas total lahan gambut sedunia, setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.Indonesia
memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis lainnya, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar luas
terutama di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa,
2008). Lahan gambut Riau menempati urutan ke-2 terbanyak setelah provinsi Papua.
Oleh karena itu, banyak perusahaan-perusahaan baik swasta asing maupun dalam negeri yang berminat
dan tertarik terhadap lahan gambut di Provinsi Riau dan kemudian melakukan kerjasama untuk
membangun perkebunan kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak. Namun tidak semua
perusahaan yang menaati peraturan pemerintah terutama dalam hal pengelolaan lahan untuk
pembangunan sehingga timbulah tindakan illegal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut yang hanya
dapat memberikan keuntungan sepihak. Misalkan, pembukaan lahan yang dilakukan dengan
carapembakaran hutan.

Dengan semakin banyaknya lahan yang dibakar maka akan meningkatkan kadar asap dari kebakaran itu
sendiri. Apalagi asap yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut yang dinilai sangat sulit dalam
upaya penyelesaiannya. Dikarenakan, saat musim kemarau tiba permukaan tanah gambut cepat sekali
kering dan mudah terbakar, dan api di permukaan juga dapat merambat ke lapisan dalam yang relatif
lembab. Oleh karenanya, ketika terbakar, kobaran api tersebut akan bercampur dengan uap air di dalam
gambut dan menghasilkan asap yang sangat banyak.

Kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga
dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Kebakaran hutan sangat rawan
terjadi ketika musim kemarau.

Adapun beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan antara lain: Pembakaran lahan yang tidak
terkendali, kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan
lahan, aktivitas vulkanisme, dan kecerobohan manusia.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini dapt kita simpulkan dari latar belakang masalah
diantaranya adalah : 1. Apa sajakah penyebab terjadinya kebakaran hutan ? 2. Bagaimana dampak
kebakaran hutan terhadap lingkungan dan alam ? 3. Apa sajakah upaya untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran hutan ? 4. Bagaimana cara memadamkan kebakaran hutan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan disusunnya makalah ini antara lain:

Mengetahui penyebab terjadinya kebakaran hutan

Mengetahui dampak dari kebakaran hutan terhadap lingkungan dan alam

Mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan

Mampu mengendalikan kebakaran hutan

1.4 Metode Penelitian

Data penulisan makalah ini diperoleh dari buku tentang, Majalah Remaja Selain itu, tim penulis juga
memperoleh data dari internet.
1.5 Kegunaan Penelitian

Bagi Penulis :

Melatih kemampuan Penulis dalam mengembangkan informasi yang didapat dari berbagai sumber
terpercaya.

Melatih Penulis agar bertanggungjawab menyelesaikan tugas yang telah ditugaskan kepada Penulis.

Melatih ketelitian Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

Dan juga melatih kesabaran Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah.

Bagi Pembaca :

Menambah pengetahuan dan keterampilan. Dan juga sebagai sumber referensi tentang kebakaran hutan
yang Penulis tuangkan dalam karya ilmiah ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam karya tulis ilmiah ini disusun sistematika sebagai berikut :

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Kegunaan Penelitian

Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

2.2 Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar

2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan


2.4 Cara Memedamkan Kebakaran Hutan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan (kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak), adalah sebuah kebakaran yang terjadi
di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab
umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.

Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api
Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritime.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Namun, sebab utama dari kebakaran hutan adalah pembukaan lahan yang meliputi:

Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain

Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila
pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit
terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor
dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.

Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH (Hak
Penguasaan Hutan) dan di daerah yang beralang-alang.

Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan
lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.

Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan.

Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih jalan alternatif yang
mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan.

Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.

Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan tanpa mematikan
apinya terlebih dahulu.

2.2 Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar


Akibat yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer yang mengakibatkan gangguan di berbagai segi
kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Hal ini mengganggu kegiatan
keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana
perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup
pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi
penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak
pandang.

Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya
habitat. 3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat
musim kemarau.

Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan
menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.

Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan
terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.

Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan
perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi
penganggur/kehilangan pekerjaan.

Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru.
Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa
menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.

2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan

Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yang kemudian diikuti
rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya, sebenarnya telah dilaksanakan beberapa langkah,
baik bersifat antisipatif (pencegahan) maupun penanggulangannya.

Upaya Pencegahan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain (Soemarsono, 1997):

(a) Memantapkan kelembagaan dengan membentuk dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran
Hutan dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-
brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;

(b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hutan;

(c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran hutan;
(d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan
perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;

(e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran hutan;

(f) Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut,
dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup;

(g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu
disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

Upaya Penanggulangan

Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan penanggulangan melalui berbagai


kegiatan antara lain (Soemarsono, 1997):

(a) Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan pembinaan
mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II.

(b) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di jajaran
Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan.

(c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui PUSDALKARHUTNAS dan di
tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan SATLAK kebakaran hutan dan lahan.

(d) Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan BOMBA dari
Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan
Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung; Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari
negara-negara Asean, Korea Selatan, Cina dan lain-lain.

Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata belum memberikan
hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada setiap musim kemarau. Kondisi ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

(a) Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.

(b) Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah.

(c) Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi, memberikan penyuluhan untuk
kesadaran masyarakat, dan melakukan upaya pemadaman kebakaran semak belukar dan hutan masih
rendah.

(d) Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan kebakaran hutan belum
memadai.
Hasil identifikasi dari serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran
hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu meluasnya areal kebakaran adalah kegiatan
perladangan, pembukaan HTI dan perkebunan serta konflik hukum adat dengan hukum negara, maka
untuk meningkatkan efektivitas dan optimasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan perlu upaya penyelesaian masalah yang terkait dengan faktor-faktor tersebut.

Di sisi lain belum efektifnya penanggulangan kebakaran disebabkan oleh faktor kemiskinan dan
ketidak adilan, rendahnya kesadaran masyarakat, terbatasnya kemampuan aparat, dan minimnya fasilitas
untuk penanggulangan kebakaran, maka untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hutan di masa depan antara lain:

Melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau
dalam kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya
kebakaran hutan dan semak belukar.

Memberikan penghargaan terhadap hukum adat sama seperti hukum negara, atau merevisi hukum
negara dengan mengadopsi hukum adat.

Peningkatan kemampuan sumberdaya aparat pemerintah melalui pelatihan maupun pendidikan formal.
Pembukaan program studi penanggulangan kebakaran hutan merupakan alternatif yang bisa ditawarkan.

Melengkapi fasilitas untuk menanggulagi kebakaran hutan, baik perangkat lunak maupun perangkat
kerasnya.

Penerapan sangsi hukum pada pelaku pelanggaran dibidang lingkungan khususnya yang memicu atau
penyebab langsung terjadinya kebakaran.

2.4 Cara Memedamkan Kebakaran Hutan

perlatan yang diperlukan:

Mesin Pompa bertekanan tinggi untuk pencucian kendaraan/mobil merek Yuen Liang buatan Taiwan
atau merek lain berikut dengan mesin penggerak.

Drum penampungan air, dapat diisi dengan air pompa Hitachi atau Ember.

Selang bertekanan yang dapat disambung secara praktis. Panjang selang 100 meter.

Tongkat penyemprot/Stik Semprot.

Masker Penahan Debu dan Asap.

Sepatu Both.

Cara kerja pemadaman api pada hutan, lahan dan kebun:


Tentukan titik sasaran, dimana kebakaran terjadi. Selidiki, apakah lokasi tersebut sedang terjadi
kebakaran atau telah lama terjadi kebakaran. Bila sedang terjadi kebakaran, ditemukan adanya api yang
menyala-nyala. Dan bila bekas terjadinya kebakaran ditemukan kawah-kawah api yang dapat
menenggelamkan kaki kita bila terinjak. Dampaknya kaki akan melepuh.

Persiapkan pompa bertekanan berikut drum air secara berdekatan. Isilah drum dengan air yang cukup
dan berkelanjutan.

Pasanglah selang bertekanan sesuai keperluan. Bila lokasi kebakaran jauh, selang dapat disambung,
hingga 5 (lima) sambungan atau sepanjang 500 meter. Keistimewaan selang ini adalah tidak mudah
terlipat, tidak menyangkut apabila ditarik, tenaga yang diperlukan untuk menarik sangat ringan.

Pasanglah Tongkat Semprot/Stik Semprot. Apabila sedang terjadi kebakaran, aturlah stik semprot dengan
cara mengabut. Kabut yang dibuat akan memadamkan api secara luas dan mengurangi panas yang
menyengat. Bila memadamkan bekas kebakaran, aturlah stik dengan bentuk menembak. Air akan masuk
ke dalam kawah hingga ke lapisan bawah, api akan padam segera.

Gunakan Sepatu Both dalam tiap-tiap kegiatan pemadaman. Sepatu Both mampu menahan panas pada
kaki dan menghindari kaki mengalami pelepuhan oleh panas.

Untuk mengatasi gangguan pernapasan, gunakan Masker Standar. Asap dan debu dapat disaring,
sehingga petugas pemadam dapat bertahan lama menghadapi api.

Saat melakukan pemadaman, di garis depan harus dilakukan secara bergantian. Aturlah waktu yang
tepat, sehingga petugas di garis depan dapat bekerja dengan baik.

Fungsikan petugas pemantau dan penghubung yang menginformasikan kepada petugas pemadam,
kapan maju atau mundur melakukan pemadaman.

Persiapkan air minum yang segar bagi petugas yang memerlukannya.

Persiapkan petugas gawat darurat jika diperlukan.

Kebakaran yang baru terjadi akan segera padam apabila dilakukan dengan pengabutan. Panas yang
ditimbulkan berkurang karena butir-butir uap air yang ditembakan menyerap panas. Petugas yang
bekerja pada lini depan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Efektifitas pemadaman akan
berlangsung baik.

Pemadaman kawah api pada lahan gambut bekas terjadinya kebakaran dilakukan dengan mengatur stik
semprot seperti laju peluru. Air yang ditembakkan akan masuk pada kawah-kawah yang dalam dan akan
memadamkan api secara baik.

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya terkandung
keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan
perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah.

Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini
makin sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat
luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan
selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara
menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan
hutan.

3.2 Saran

Melihat dari akibat kebakaran hutan diatas, maka dari itu kita sebagai manusia hendaknya bisa
menjaga hutan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://niasrait.blogspot.com/2014/02/karya-tulis-pelestarian-hutan-untuk.html

http://www.slideshare.net/IqbalM99/karya-ilmiah-kebakaran-hutan

https://erlinustantina.wordpress.com/2012/10/16/karya-tulis-ilmiah/

http://roockiez.blogspot.com/2012/11/contoh-karya-ilmiah.html

Waliadi, Suhada, dan Dedi. 2005. Mengelola Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan. Palangkaraya: CARE
International Indonesia

Anda mungkin juga menyukai