Anda di halaman 1dari 13

Psikologi Massa

“Persepsi Diri dan Persepsi Sosial dalam Psikologi Massa”

Dosen Pengampu: Dina Mardiana, S.PdI,M.PdI

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Rizqi Nur Islami (201610010311041)


Ahmad Habibie (201610010311043)
Aprin Alpajar (201610010311047)
Khalilah tullah N.B.R (201610010311091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk yang


individual. Sebagai makhluk sosial manusia melakukan interaksi antar lainnya dan
juga dengan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan manusia sebagai makhluk individual, antara manusia yang satu dengan
yang lainya pastilah memilki perbedaan.

Perbedaan tersebut bisa beragam, mulai dari perbedaan fisik, kepribadian,


tingkah laku, watak dan sebagainya. Setiap individu memiliki pendapat masing-
masing dan juga berbeda dalam menilai suatu obyek, tergantung individu tersebut
bagaimana menanggapi obyek tersebut dari sudut pandang persepsinya. Oleh
karena itu sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh
persepsinya.

Persepsi bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing-masing


individu, akan tetapi menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda. Karena
itulah persepsi menjadi begitu penting dalam penafsiran individu terhadap keadaan
atau kondisi disekelilingnya. Akan selalu terdapat perbedaan tentang cara seorang
individu dengan individu lain dalam mempersepsi. Seseorang individu tidak
bereaksi atau berperilaku dengan cara tertentu, karena situasi yang terdapat di
sekitarnya, melainkan karena apa yang terlihat olehnya, atau apa yang diyakini
olehnya tentang situasi tersebut. Persepsi diri adalah bagaimana orang itu
memutuskan sikap dan perasaan mereka sendiri dilihat dari ketika mereka
berperilaku dalam berbagai situasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Persepsi Diri dan Persepsi Sosial


1. Definisi Persepsi Diri
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan
menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi yang berguna untuk
memberikan gambaran dan pemahaman tentang sesuatu.
Teori persepsi diri (Self perception theory) dikemukan pertama kali
oleh Daryl Bem (1972), teori persepsi diri ini adalah turunan dari teori
konsep diri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Daryl Bem menyatakan
persepsi diri secara sederhana artinya seseorang membuat kesimpulan diri
sendiri sesuai dengan cara berfikir dan pengalaman pada saat mengamati
perilaku orang lain, sehingga teori persepsi diri merupakan teori yang
menguji hubungan antara tindakan serta pemahaman kita terhadap sikap dan
tujuan kita.1
Proses self-perception adalah dengan melibatkan pembelajaran
mengenai diri sendiri tentang sebuah fenomena dan menempatkan diri
dengan hal yang sama pada saat kita mencoba untuk memahami orang lain,
jika yang dipersepsi tersebut adalah dirinya sendiri maka hal itu yang
dijadikan sebagai objek. Persepsi diri adalah bagaimana orang itu
memutuskan sikap dan perasaan mereka sendiri dilihat dari ketika mereka
berperilaku dalam berbagai situasi (Bem, 1972).
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi diri
merupakan pandangan atau penilaian terhadap diri sendiri yang diperoleh
dari hasil belajar dan pengalamannya yang dapat memotivasi individu
tersebut agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga bisa
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan sadar, mengetahui niat dalam melakukan sesuatu, dan paham
dengan sikap terhadap sesuatu.

1
Tantri Puspita Yazid dan Ridwan, 2017, “Proses Persepsi Diri Mahasiswi Dalam Berbusana
Muslimah”, Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam, vol. 41 No. 2, hlm 193-201.
2. Definisi Persepsi Sosial
Menurut Starbuck & Mezias (dalam Hanurawan, 2012) Secara
umum, persepsi sosial atau persepsi interpersonal adalah suatu proses
pemahaman seseorang terhadap orang lain dan suatu pemahaman seseorang
terhadap suatu realitas sosial. Secara khusus menurut Baron & Byrne (dalam
dalam Hanurawan, 2012) menjelaskan bahwa persepsi social adalah usaha-
usaha yang dilakukan seseorang untuk memahami orang lain, dalam rangka
memperoleh informasi secara teratur.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi sosial adalah suatu proses
perolehan, penafsiran, dan pengaturan informasi yang didapatkan dengan
menggunakan alat indera (penglihatan) tentang orang lain sehingga kita
dapat mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses itu, kita
dapat membentuk kesan mengenai orang lain, proses persepsi sosial ini
dimulai dari pengenalan terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh orang
lain sehingga kita dapat memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai
bahan mengenali dan mengerti orang lain.

B. Proses pembentukan kesan


Proses Pembentukan Kesan Pembentukan sebuah kesan ada 3 tahapan,
yaitu :
1) Stereotyping
Stereotyping ini menjelaskan tentang terjadinya primacy effect dan
halo effect. Primacy effect menjelaskan secara sederhana menunjukkan
bahwa kesan pertama sangat menentukan, karena kesan itulah yang
menentukan kategori. Begitu pula dengan halo effect. Sebagai contoh
ketika kita berjumpa dengan orang asing yang bernama Albert, maka secara
tidak langsung memori kita akan mengkategorikan Albert adalah orang
barat. Hal ini akan berkelanjutan pada pembentukan kesan terhadap Albert
bahwa Albert adalah orang yang tepat waktu, berbicara terus terang dan
menganut free sex. Menurut psikologi kognitif pengalaman-pengalaman
baru akan dimasukkan ke beberapa kategori yang telah ada di memori kita
berdasarkan kesamaan di masa lalu (Jalaludin, 2005:92).
2) Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Setiap orang
memiliki konsep tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan
sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang
ketika membentuk kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah
dinyatakan, karena itu disebut implicit Personality Theory (Jalaludin,
2005:93).
3) Atribusi
Menurut Baron dan Byrne, 1979 (dalam Jalaludin, 2005) Atribusi
adalah proses menyimpulkan motif, maksud dan karakteristik orang lain
dengan melihat kaca perilakunya yang tampak. Atribusi merupakan
masalah yang cukup popular dikalangan psikologi sosial dan agak
menggeser fokus pembentukan perubahan sikap. Secara garis besar ada 2
macam atribusi. Pertama, atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Menurut Kelley (dalam Jalaludin, 2005) ada 3 hal untuk
menyimpulkan kausalaitas internal atau eksternal diantaranya : Konsensus.
Artinya apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap. Konsisten.
Artinya apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain. Dan yang
ketiga Kekhasan. Artinya apakah orang itu bertindak sama pada situasi lain
atau hanya pada situasi ini saja. Bila ketiga hal itu tinggi, orang akan
melakukan atribusi kausal eksternal. Menurut Jones dan Nisbett (dalam
Jalaludin, 2005) kita dapat memahami motif persona stimuli dengan
memperhatikan dua hal. 6 Pertama, kita memfokuskan perhatian pada
perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua,
kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola
perilaku yang biasa. Di sisi lain ada beberapa peneliti yang
menghubungkan proses atribusi dengan status persona stimuli (Jalaludin,
2005:93).
Secara singkat kemudian proses pembentukan kesan terdiri dari 3 tahap
setelah seseorang melakukan pengindraan mengenai sesuatu yang pertama
yaitu menentukan kategori, kemudian membuat konsep dan yang terakhir
menyimpulkan. Barulah kemudian dari terbentuknya kesan bisa meneruskan
untuk langkah selanjutnya membentuk persepsi. Kesan merupakan langkah
awal sebelum terciptanya persepsi. Kesan yang positif akan menghasilkan
persepsi yang positif sebaliknya kesan yang negatif juga akan menghasilkan
persepsi yang negatif (Jalaludin, 2005).

C. Konsep Komunikasi (verbal dan nonverbal)


Dalam memahami apa arti dari komunikasi lisan maupun tertulis, kata
komunikasi itu sendiri tentunya sudah sangat tidak asing atau akrab bagi siapa
pun. Komunikasi memang sangat sering sekali digunakan dalam suatu interaksi
bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.Secara etimologi komunikasi berasa
dari bahasa latin yaitu “cum” atau kata depan yang berarti “dengan” atau
bersama dengan dan kata “umus” atau sebuah kata bilangan yang berarti “satu”.
Dua kata tersebut membentuk kata benda yakni “Communio”, Communio ini
dalam bahasa Inggris disebut sebagai Comnion yang memiliki arti yaitu
kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. 2
Manakala dari segi istilah komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan. Maka disini akan
dijelaskan apa maksud dari komunikasi verbal dan non verbal.
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah merupakan komunikasi yang
menggunakan kata-kata, sama ada lisan maupun tulisan atau bentuk
komunikasi yang menggunakan kata-kata baik dalam bentuk percakapan
maupun tulisan atau bisa juga disebut dengan speak language. Komunikasi
verbal juga bisa diartikan sebagai bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan
(oral). Simbol atau pesan verbal merupakan semua jenis simbol yang
memakai satu katau atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem
kode verbal.
a. Unsur dalam komunikasi verbal
1) Bahasa

2
Tri Indah Kusumawati. 2016. Komunikasi verbal & non verbal. Jurnal Al-Irsyad. Vol VI No 2
Jika definisi bahasa ditinjau dari segi fungsinya bahasa bisa
diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan. Disini kalimat “ dimiliki bersama” ditekankan karena bahasa
hanya dapat dipahami bila terdapat kesepakatan di antara anggota-
anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal,
bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai
peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
supaya memberi arti.
2) Kata
Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata
adalah lambing yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal,
entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan
orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada
pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal.
Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.
b. Jenis Komunikasi verbal
1) Berbicara dan menulis
Berbicara merupakan komunikasi verbal-vokal. Manakala
menulis adalah komunikasi verbal-nonvokal. Contoh komunikasi
verbal-vokal adalah presentasi dalam rapat dan contoh komunikasi
verbal-nonvocal adalah surat-menyurat bisnis.
2) Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan itu kata yang mempunyai
makna berbeda, Mendengar berarti semata-mata memungut getaran
bunyi sedangkan mendengarkan adalah mengambil makna dari apa
yang didengarmendengarkan melibatkan 4 unsur, yaitu mendengar,
memperhatikan, memahami, dan mengingat. Membaca adalah suatu
cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk tanpa kata-kata. Nonverbal juga bisa diartikan sebagai
tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan dan
diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya
umpan balik (feed back) dari penerimanya. Dalam kata lain, setiap bentuk
komunikasi tanpa menggunakan lambang-lambang verbal seperti kata-kata,
baik dalam bentuk percakapan maupun tulisan. Komunikasi non verbal
dapat berupa lambang-lambang seperti gesture, warna, mimik wajah dll.
a. Bentuk komunikasi verbal
1) Sentuhan
Misalnya: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
2) Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat,
dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk
menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk
mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu;
menunjukkan perasaan.
3) Vokalik
Unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.
Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya
suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
4) Kronemi
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi
nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas,
banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka
waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
b. Klasifikasi pesan non verbal
1) Pesan kinesik.Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh
yaitu terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural,
dan pesan postural.
2) Pesan fasial. Menggunakan mimik muka untuk menyampaikan
makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah
dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna:
kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers
(1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai
berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi
senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator
memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah
mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain
atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas
keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan
tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan
wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang
pengertian.
3) Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan
seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
4) Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna
yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan
kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur
yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan
penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada
diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang
tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c.
Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada
lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah,
anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
5) Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban
kita dengan orang lain.
6) Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian,
dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering
berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan
tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan
kosmetik.
7) Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan
dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal
yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan
secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai
parabahasa.
8) Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit,
yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan
orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan
tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan
(wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk
menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka,
mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik
lawan jenis.
c. Fungsi Pesan Nonverbal
1) Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam
komunikasi interpersonal. Ketika kita berbicara atau berkomunikasi
secara langsung, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita
lewat pesan-pesan nonverbal. Begitu juga dengan orang lain juga
lebih banyak ’membaca’ pikiran kita melalui petunjuk petunjuk
nonverbal.
2) Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal
ketimbang pesan verbal.
3) Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang
dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
4) Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan
yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita
paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,
kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
5) Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal
sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat
redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih
banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
6) Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada
situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan
gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
BAB III
PENUTUP
Persepsi merupakan pandangan atau penilaian terhadap diri sendiri
yang diperoleh dari hasil belajar dan pengalamannya yang dapat memotivasi
individu tersebut agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Hal ini
dilakukan dengan sadar, mengetahui niat dalam melakukan sesuatu, dan
paham dengan sikap terhadap sesuatu.
Sedangkan persepsi sosial merupakan suatu proses perolehan,
penafsiran, dan pengaturan informasi yang didapatkan dengan
menggunakan alat indera (penglihatan) tentang orang lain sehingga kita
dapat mengetahui dan mengevaluasi orang lain.
Saat individu sedang malakukan interaksi, disana terjadi proses
pemberian nilai dan saling memahami karena adanya obyek yang
dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan
dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris)
tapi berfungsi sebagai reseptor.
DAFTAR PUSTAKA

Bem, D.J. 1972. “Self-Perception Theory (reprinted from Advances in


Experimental Social Psychology”. Vol 6. Academic Press. Inc. New York
and London.
Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi sosial: Suatu Pegantar. . Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Tantri Puspita Yazid dan Ridwan. 2017. Proses Persepsi Diri Mahasiswi Dalam
Berbusana Muslimah. Jurnal An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam. Vol. 41 (2).
hlm 193-201.
Tri Indah Kusumawati. 2016. Komunikasi verbal & non verbal. Jurnal Al-Irsyad.
Vol. VI (2).

Anda mungkin juga menyukai