Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan organisasi. Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (nursalam, 2011). Sedangkan manajemen asuhan keperawatan merupakan
suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep manajemen secara umum
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi. Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan
secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat
guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Model praktik keperawatan profesional (mpkp) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai- nilai profesiona) yang menfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (sitorus
r,2014).
Model praktik keperawatan profesional (mpkp) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek
struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi
hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu pp dan pa, sehingga peran dan
fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab
yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang
rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan
sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan

C. Pilar – Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya
adalah :
1. Pilar i : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai
pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar i yaitu pendekatan
manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang mpkp meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan (siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai
suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
 Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
 Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
 Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (marquis & houston, 1998). Kegiatan perencanaan yang
dipakai di ruang mpkp meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka
pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
1) Visi
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu
dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai
landasan perencanaan organisasi.
Contoh visi di ruang mpkp adalah“mengoptimalkan kemampuan hidup klien
gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”
2) Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai
visi yang telah ditetapkan.
Contoh misi di ruang mpkp di rsmm bogor adalah “memberikan pelayanan
prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan
pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
3) Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh
perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
“individu memiliki harkat dan martabat”
“individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang”
“setiap individu memiliki potensi berubah”
“setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi
terhadaplingkungan)”
4) Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan.
Contoh kebijakan di ruang mpkp :
“kepala ruangan mpkp dipilih melalui fit and proper test”
“staf mpkp bertugas berdasarkan sk”
5) Rencana jangka pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang mpkp terdiri dari rencana
harian, bulanan dan tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat
sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi
kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian
dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan
dan preconference.
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala
ruangan dan ketua tim
c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja mpkp baik
proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim.
 Penyegaran terkait materi mpkp khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai mpkp bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
 Pengembangan sdm dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang
karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu),
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan
dan tenaga perawat di ruang mpkp menggunakan pendekatan sistem penugasan
modifikasi keperawatan tim-primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang mpkp terdiri dari:
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan. Struktur organisasi
ruang mpkp menggunakan sistem penugasan tim-primer keperawatan. Ruang
mpkp dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi dua atau lebih ketua
tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat
pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang
mpkp terdiri dari beberapa hal, yaitu :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui suatu
uji.
b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
c) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.
d) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana
dari tim ke tim yang mengalami kekurangan anggota.
e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak
bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang paling
kompeten dari perawat yang ada.
f) Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua
tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat
pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
g) Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
h) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota
timnya.
i) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua
tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya
didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam tim.
j) Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.
k) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Daftar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim, dibuat dalam 1 minggu
sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu
yang selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai
anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas
(libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3) Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien
yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan
juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan
diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan
keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik.
Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga
untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar
pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum operan dengan dinas berikutnya
dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Alokasi pasien terhadap perawat
yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadual
dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
c. Pengarahan dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan
post conference, dan manajemen konflik.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada
”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (marquis &
houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya
(marquis & houston, 1998) sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Mengelola waktu secara efisien
3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6) Negosiasi
Di ruangan mpkp pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Menciptakan iklim motivasi
2) Komunikasi efektif pada operan antar-shift
3) Komunikasi efektif pada preconference
4) Komunikasi efektif pada postconference
5) Manajemen konflik
6) Supervisi
7) Pendelegasian
 Menciptakan iklim motivasi
1) Pengertian
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk
memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka
motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu
merupakan salah satu cara memotivasi (marquis & houston, 1998). Iklim
motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (marquis dan houston,
1998) :
a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut secara efektif
b) Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
c) Membuat keputusan yang bijaksana
d) Mengembangkan konsep kerja kelompok
e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan
tujuan organisasi
f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa
pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan
h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan
diri
i) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
j) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan
dan tindakan
k) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering
mungkin
l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
m) Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
n) Menjadi role model bagi staf
o) Memberikan reinforcement sesering mungkin
2) Penerapan penciptaan iklim motivasi di mpkp
Di ruang mpkp penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai
berikut:
a) Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang diberikan di mpkp adalah pemberian
pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan
pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan
c) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil
secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
d) Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan pengembangan
jenjang karir dan kompetensi
e) Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
3) Evaluasi aktivitas menciptakan iklim motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan
ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu
instrumen/kuisioner.
 Manajemen waktu
1) Pengertian
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai.
Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu :
a) Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b) Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan
tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c) Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
2) Penerapan manajemen waktu di mpkp
Dalam mpkp manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana
kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang
disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
3) Evaluasi aktivitas manajemen waktu
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner
 Pendelegasian
1) Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan
melalui proses :
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi
nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
f) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
g) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
2) Penerapan pendelegasian di mpkp
Delegasi dilaksanakan di mpkp dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala
ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan
wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang
secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan
di ruang mpkp. Bentuknya dapat berupa :
 Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
 Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift
 Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang mpkp
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini
yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan,
ketua tim atau penanggung jawab shift, tergantung pada personil yang
berhalangan.
3) Prinsip-prinsip pendelegasian tugas di mpkp
 Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
 Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
 Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara
terinci, baik lisan maupun tertulis
 Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan
tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
 Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.
4) Evaluasi penerapan pendelegasian tugas
Pendelegasian tugas di mpkp dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self
evaluasi
 Supervisi
1) Pengertian
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk
memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan
yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi,
supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan
terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan
keluaran (produk) seperti yang diinginkan. Supervisi tidak diartikan sebagai
pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan
partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau
hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan
bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan
pekerjaannya secara benar.
2) Penerapan supervisi di mpkp
Di mpkp kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin
kegiatan pelayanan di mpkp sesuai dengan standar mutu professional yang
telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki
kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta
menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di mpkp. Untuk itu
pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :
 Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan
terhadap kepala ruangan.
 Kepala ruangan keperawatan melakukan pengawasan terhadap ketua tim
dan perawat pelaksana.
 Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari
masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruangan materi
supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan
keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan
di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat
pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang
dilaksanakan. Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak
menjadi momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang
diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan
jadwal supervisi.
3) Evaluasi aktivitas supervisi
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara
self evaluasi
 Komunikasi efektif
1) Pengertian
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar
pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih
yang bekerjasama.
2) Penerapan komunikasi di mpkp
Beberapa bentuk komunikasi di ruang mpkp
a) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan
malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke
dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas
sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b) Pre conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin
oleh katim atau pj tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim
atau pj.
c) Post conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut.
Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk
operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau pj tim.
3) Evaluasi pelaksanaan aktivitas komunikasi di mpkp
Aktivitas komunikasi di mpkp dievaluasi oleh seluruh staf perawat mpkp.
Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.
 Manajemen konflik
1) Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang
yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian
juga di ruang mpkp konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi
terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi
konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang mpkp.
2) Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi :
a) Bersaing
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana
seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingannya
sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok
lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan
potensi konflik yang lebih besar terutama pada pihak yang merasa
dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode
penyelesaian konflik jenis ini.
b) Berkolaborasi
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua
belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk
kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan
persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan
adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara
penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
c) Menghindar
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak yang
sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan
orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-
akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam
upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan,
penyelasaian yang terjadi adalah penyelesaian semu. Untuk itu tidak
dianjurkan organisasi untuk menggunakan metode ini.
d) Mengakomodasi
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu
pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang
berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik
mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose – win solution.
Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak
digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan
bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
e) Berkompromi
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua pihak yang
berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya
keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak
ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose
solution di mana masing-masing pihak akan mengorbankan
kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
3) Penerapan manajemen konflik di mpkp
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di mpkp adalah upaya yang win-
win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi
antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan
ruangan mpkp. Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah
dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi :
 Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan
klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
 Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
 Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan.
 Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
 Menerapkan solusi pilihan
 Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi
dengan kepala seksi perawatan atau konsultan.
4) Evaluasi penerapan aktivitas penyelesaian konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan
mpkp. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
d. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat
segera direspon dengan cara duduk bersama. Pengendalian adalah upaya
mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan
dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan
pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan
dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah bor, alos, toi, audit
dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana
yang akan datang. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan mpkp. Data tentang
indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat
sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
 Audit struktur
Audit struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan,
termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, sop
dan rekam medik; pelanggan.
 Audit proses
Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat
bersifat retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit
dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review
adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
 Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi sdm, dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
 Audit dokumentasi asuhan keperawatan
 Survey masalah baru
 Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi sdm dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
 Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
 Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
 Prosentasi pemakaian tempat tidur (bor)
 Rata-rata lama rawat seorang pasien (alos)
 Tempat tidur tidak terisi (toi)
 Angka infeksi nasokomial (ni)
 Angka dekubitus dan sebagainya.
2. Pilar ii: sistem penghargaan (compensatory reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang mpkp dan setiap ada
penambahan perawatan baru. Compensatory reward (kompensasi penghargaan)
menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia
(sdm) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga
keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Perawat merupakan sdm kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak
melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Seorang
perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah
dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan. Manajemen sdm di ruang mpkp
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja,
dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
mpkp dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Pilar iii: hubungan profesional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan)
dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya
hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk
pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah
hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar iv: manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di mpkp tertentu. Manajemen asuhan
keperawat yang diterapkan di mpkp adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan.
D. Komponen-Komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan keperawatan
Menurut douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
loveridge & cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3
kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan ngt, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan. Terdapat beberapa formula dalam perhitungan
kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut :
a. Rumus gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr x rata-rata klien/hr x σ hr/tahun
σ hr/tahun – hr libur perawat x σ jam kerja/hari
= σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
σ jam kerja / tahun
Catatan :
1) Waktu perawatan menurut gillies (1989) :
a) Waktu perawatan langsung
 Self care = ½ x 4 jam = 2 jam
 Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
 Total care = 1 – 1½ x 4 jam = 4-6 jam
 Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
 Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
2) Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
3) Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
b. Rumus douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 derajat ketergantungan klien


Minimal care Partial care Total care
Σ
Mala Mala Sor Mala
klien Pagi Sore Pagi Sore Pagi
m m e m
0,3
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,20
0
0,6
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,40
0
c. Rumus depkes 2003
Berdasarkan :
1) Tingkat ketergantungan klien
2) Rata-rata klien/hari
3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
5) Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
1) Hitung jumlah perawat yang tersedia
 σ jam perawat
= A
jam kerja efektif per shift
2) Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas non
keperawatan
 σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
jumlah hari kerja efektif
 Tugas non keperawatan
= jumlah tenaga keperawatan + b x 25% = c
3) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : a + b + c
4) Berdasarkan hasil workshop depkes di ciloto di tetapkan bahwa :
a) Libur minggu : 52 hari
b) Cuti tahunan : 12 hari
c) Libur nasional : 10 hari
d) Sakit/ijin : 7-12 hari
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan :
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 3 pola yang sering
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan fungsional,
penugasan tim , penugasan primer.
a. Penugasan keperawatan fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi
tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala ruangan. Tidak ada perawat
pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang
pasien.
Keuntungan :
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.
Kerugian :
1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
4) Pelayanan tidak professional.
5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
b. Penugasan keperawatan tim :
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,
dimana kepala ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok
atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda
ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab
kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota
tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-
sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama
dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang
dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keuntungan :
1) Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
2) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
3) Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
4) Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
1) Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
2) Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
3) Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan
dengan anggota tim.
c. Penugasan keperawatan primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak
pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas
utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawatan primer ini
akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian
dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab
perawat primer, dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana
asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.
Keuntungan :
1) Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat.
2) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
3) Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
4) Terciptanya kolaborasi yang baik.
5) Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
6) Metoda ini mendukung pelayanan professional.
7) Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
1) Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
2) Biaya yang diperlukan banyak.
3. Proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang
fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah
c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu :
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan
c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah
d. Implementasi rencana, dan
e. Evaluasi hasil tindakan.
4. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan.
Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan. Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan
tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien. Berdasarkan mpkp yang
sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, hoffart & woods (1996) menyimpulkan
bahwa mpkp tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan
inti mpkp, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta
sistem kompensasi dan penghargaan. Lima subsistem dalam pengembangan mpkp
adalah sebagai berikut :
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini pp dan pa membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi
renpra. Pp mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan oleh pa. Hal ini berarti pp mempunyai tanggung jawab membina
performa pa agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional. Nilai-
nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
1) Hubungan perawat – klien
2) Hubungan perawat dan praktek
3) Hubungan perawat dan masyarakat
4) Hubungan perawat dan teman sejawat
5) Hubungan perawat dan profesi
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh pp. Pp yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer ehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh pp, pp akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen sdm, yaitu ada garis koordinasi yang
jelas antara pp dan pa. Performa pa dalam satu tim menjadi tanggung jawab pp.
Dengan demikian, pp adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, pp harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga pp dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan.
Pp dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek
keperawatan profesional (mpkp), yang pada awalnya dikembangkan oleh sudarsono
(2000) di rumah sakit ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain.
Menurut sudarsono (2000), mpkp dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi
sumber daya manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek keperawatan profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang
sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di
ruangan tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian
klinis.
b. Model praktek keperawatan profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini
digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
c. Model praktek keperawatan profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada
model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang
disebut tim primer.
d. Model praktek keperawatan profesional pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.

Anda mungkin juga menyukai