Teks
Teks
I. KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
B. Definisi
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan
koma. Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan
wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria (Saralangi,
2014).
Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita dengan gejala awal
pre-eklampsia, yang juga dapat disertai koma (Salmah, 2015).
C. Etiologi
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada
anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia (Saralangi, 2014).
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak
oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,.
dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan
atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan (Saralangi, 2014).
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta menimbulkan
bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso
konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin
dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem
pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan
sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan
hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh (Saralangi, 2014).
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif
dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua
elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron
rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari
atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang
utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada
membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih
tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak
terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun (Saralang, 2014).
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh
vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal
bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang
menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh
yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu
berupa “glumerulus endotheliosis“. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang
sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia (Saralangi, 2014).
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam arakidonik
secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta
menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak
jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan
pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7:1 dengan
prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan
pembuluh darah karena gangguan sirkulasi (Saralangi, 2014).
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu 2-2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan-kekurangan
kalsium saat hamil, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan sebagai berikut yaitu dengan dikeluarkannya kalsium dari otot
dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang
mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila
kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga
terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah (Saralangi, 2014).
E. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut adalah beberapa komplikasi
yang ditimbulkan pada eklampsia (Saralangi, 2014):
1. Solutio plasenta: biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogemia: kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis: penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma
darah yang tidak berwarna menjadi merah.
4. Perdarahan otak: komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
9. Kelainan mata: kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama
seminggu, dapat terjadi.
10. Edema paru pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
11. Nekrosis hati: nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan
akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan pada hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
12. Sindrome Hellp: haemolisis, elevatea liver anymesdan low platelet.
13. Kelainan ginjal: kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakan
sitoplasma selendotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktu rlain, kelainan lain
yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
14. Komplikasi lain
a. Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania.
b. Aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
c. Prematuritas
d. Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.
F. Patofisiologi
1. Narasi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan dengan
berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra mural pada
pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan miometrium yang
ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila memasuki
sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini mengakibatkan peningkatan
produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin menimbulkan
vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia uteroplasenta.
Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan udema generalisator
termasuk udema intima pada arterior (Saralangi, 2014).
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke
utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
19
2.
Faktor resiko:
1. Primigravida dan multigravida
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, abortus
4. Ibu hamil dengan usia <20 tahun atau >35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau riwayat kesehatan diabetes, penyakit
ginjal, migraine, dan hipertensi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas
Pathway
Kejang
MK: Resiko jatuh
MK: Gangguan perfusi jaringan perifer
Edema
Perfusi ke jaringan
Faktor imunologik
Kelemahan fisik
Pandangan kabur
Spasme arteriolar retina
Edema serebral
MK: Pola nafas tidak efektif
Dispnea
Edema paru
TIK
Peningkatan reabsorbsi Na
Retensi urin
Kemampuan filtrasi menurun
MK: Gangguan eliminasi urin
Kerusakan glomerulus
COP
Aliran darah berkurang
Ketidakseimbangan suplai O2
Peningkatan reabsorbsi Na
Kelemahan fisik
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2
dan tabung O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2. Non Medis
a. Prinsip penatalaksanaan preeklampsia:
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama
(Fedrina, 2014)
b. Penanganan konservatif
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang
tentang dan berkaitan dengan:
1) Diet makanan: makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan
rendah lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema. Makanan
berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah portein
dengan tambahan sau butir telur stiap hari
2) Cukup istirahat: stirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja
dan disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung
janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan
3) Pengawasan antenatal (hamil): bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin
dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan
4) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda
5) Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila ditemukan
6) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat dihilangkan
(Fedrina, 2014)
2. Pengkajian Sekunder
a. Data Subkejtif:
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida, < 20 tahun atau > 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5) Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
6) Psikososial dan spiritual: emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data Objektif
1) Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
3) Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks +)
5) Pemeriksaan penunjang:
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam.
b) Laboratorium: proteinuria dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml.
c) Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e) USG untuk mengetahui keadaan janin
f) NST untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh
3. Resiko cedera
4. Resiko tinggi fetal distress
C. Intervensi dan Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
R: Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam menetukan intervensi
yang akan diberikan
b. Monitor pola napas: bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas
cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxi
R: Mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas
klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
c. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dyspnea
R: Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan
2. Ketidakseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh
a. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Rasional: perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
b. Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).
Rasional: mengkaji retensi cairan
c. Kaji perubahan edema: ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema
sekitar mata.
Rasional: untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
3. Resiko cedera
a. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
R: Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh
b. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas
klien
R: Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh
4. Resiko tinggi fetal distress
a. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria
R: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
b. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
D. Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan
aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan:
kepatenan jalan napas.
b. Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1) gangguan eksterm
2) berat
3) sedang
4) ringan
5) tidak ada gangguan
c. Dapat bernafas dengan normal
d. Tidak ada hambatan saat bernafas
2. Ketidakseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh
a. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh Keseimbangan
elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi ginjal yang adekuat.
b. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1) gangguan eksterm
2) berat
3) sedang
4) ringan
5) tidak ada gangguan
d. kebutuhan volume cairan kembali normal
e. tidak terjadinya edema
3. Resiko cedera
a. Klien tidak mengalami cidera
b. Klien mampu menggunakan pasilitas kesehatan yang ada
4. Resiko tinggi fetal distress
a. Tidak terjadi kejang pada ibu
III. DAFTAR PUSTAKA
Ferdrina, Dea. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Gangguan
Preeklamsia Berat. Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia: Naskah Dipublikasikan
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Salmah, Adeyansyah Putra. (2015). Laporan Pendahuluan Eklamsia. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Naskah Dipublikasikan
Saralangi, Ratih. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ny. P Kehamilan Dengan PEB
(Preeklamsia Berat) Di Ruang Mawar I Rumah Sakit Dr. Moewardi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Naskah Dipublikasikan
Wiknjosastro, Diki. (2012). Laporan Pendahuluan Kegawatdaruratan Eklamsia Pada Ibu
Hamil. Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia: Naskah Dipublikasikan
19