Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PERSEMAIAN PADI DENGAN CARA SEMAI KERING DAN SEMAI


BASAH

A. Tujuan
1. Mempelajari cara pembuatan persemaian padi cara basah dan kering.
2. Mengetahui pengaruh persemaian padi basah dan kering.

B. Tinjauan Pustaka
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting
yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Padi
di Indonesia merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan
masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar
menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhanpangan penduduk. Oleh
karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam
pembangunan pertanian. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan
mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian (Anggraini dan Suryanto,
2013).
Menurut Baraya (2012) Padi (Oryza sativa L) dalam sistematika
tumbuhan diklasifikasikan kedalam:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim
dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami.
Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama
dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai.
Akarnya serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri
dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi
terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar),
palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan
bulu (awu) pada ujung lemma. Padi dapat dibedakan menjadi padi sawah dan
padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang
memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam di dataran tinggi
pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara
padi sawah dan padi gogo, yang membedakan hanyalah tempat tumbuhnya.
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari
dalam tanah terdiri dari akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat
benih berkecambah, akar serabut yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang
setelah tanaman berumur 5 – 6 hari. Ciri khas daun tanaman padi yaitu
adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi
dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian daun padi yaitu
helaian daun terletak pada batang padi dengan bentuk memanjang seperti pita,
pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada
ruas bagian jaringan serta lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian
daun dan leher daun.
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per
bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki setiap tahun sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi adalah 23 °C dan tinggi tempat yang cocok untuk
tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir,
debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Pratiwi,
2006).
Pertumbuhan tanaman padi di bagi kedalam tiga fase yaitu
pertama, fase vegetatif (awal pertumbuhan sampai bakal malai atau
primodia); kedua, fase reproduktif (primodia sampai pembungaan); ketiga,
fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif
merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti pertumbuhan
jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Fase
reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang
tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif),
munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Inisiasi primodia
malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktunya hampir
bersamaan dengan pemanjangan ruas-ruas batang yang terus berlanjut sampai
berbunga (IRRI, 2007).
Padi juga memiliki karakteristik bentuk dan warna yang beragam,
baik tanaman maupun berasnya, tergantung dari varietasnya. Padi Ciherang
memiliki karakteristik umur tanamannya cukup singkat yaitu 116 hingga 125
hari, bentuk tanaman tegak, tingginya mencapai 107 hingga 115 cm,
menghasilkan anakan produktif 14 hingga 17 batang, warna kaki hijau, warna
batang hijau, warna daun hijau, posisi daun tegak, bentuk gabah panjang
ramping, warna gabah kuning bersih, kerontokan sedang, kerebahan sedang,
bobot 1000 butir 27 hingga 28 gram, rata-rata produksi 5 hingga 8.5 ton/ha.
Cara meningkatkan produksi dan produktivitas padi unggul varietas
Ciherang maka penerapan teknologi pemeliharaan harus dilaksanakan
terutama pemupukan yang tepat, karena tanaman padi khususnya varietas
unggul Ciherang yang produktivitasnya tinggi banyak menyerap unsur hara
tanah (Jaelani et al 2014).
Padi varietas Ciherang memiliki keistimewaan antara lain
kandungan glikemik rendah yaitu 54. Beras dengan indeks glikemik
rendah umumnya beramilosa tinggi, tetapi untuk varietas Ciherang
beramilosa sedang yaitu 23% sehingga nasinya pulen dan cocok dikonsumsi
oleh penderita diabetes dan banyak diminati oleh konsumen. Selain itu, padi
Ciherang ini tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV,
tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 (Suprihatno et al 2010).
Varietas padi IR64 merupakan varietas padi yang memiliki panjang
batang kurang lebih 85 cm. Padi IR64 memiliki anakan produktif sebanyak
11-20 per indukan dengan rata-rata 14,83. Varietas padi IR64 sangan
digemari petani karena berumur genjah, yaitu 110-125 hari an berpotensi
hasil tinggi, yaitu 5 ton/ha
Varietas IR64 merupakan salah satu padi sawah yang hemat dalam
mengkonsumsi air.konsumsi air bervariasi antar tanman yaitu, 15,93-24,13/
tanaman. Perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan morfologi maupun
karakter fisiologi antar genotipe. Bentuk gabah padi varietas IR64 ramping
dan panjang dengan warna kuning bersih dan nasinya berteksur pulen. Gabah
IR64 tahan terhadap kerontokan dan hama wereng coklat tipe 1 dan 2 serta
agak tahan penyakit hawar daun, bakteri strain IV dan virus kerdil rumput.
Pembudidayaan padi memerlukan beberapa tahapan yang harus di
lakukan dengan baik untuk mendapatakan hasil yang sempurna. Tahapan
budidaya tersebut diantarnya adalah pembibitan, pengolahan lahan,
penanaman, perwatan, dan pemanenan. Pembibitan merupakan tahap awal
dalam budidaya tanaman padi. Waktu pembibitan harus di pertimbangkan
kesiapan areal yang akan ditanami, dengan cara menghitung mundur dari
tanggal tanam dikurangi umur bibit siap di pindah tanam. Bibit padi yang
terlalu muda akan berisiko terghadap banyaknya kematian bibit setelah
pindah tanam, apalagi jika wilayah penanaman merupakan wilayah potensial
gangguan hama dan OPT lainnya. Kesalahan dalam penggunaan bibit akan
membawa implikasi terhadap ketidakseragaman pertumbuhan tanaman, yang
akhirnya akan berdampak terhadap penurunan kualitas dan hasil panen yang
diperoleh (Misran, 2014).
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan
benih atau bagian vegetatif dari jenis tanaman tertentu sehingga
dapatmenghasikan bibit yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan
pertumbuhan yang cukup baik untuk ditanam di lapangan. Menurut Fandeli
(2008) dalam memilih lokasi persemaian harus memperhatikan persyaratan
sebagai berikut :
1. Lokasi persemaian sedekat mungkin dengan lokasi penanaman atau jalan
angkutan (aksesibilitas)
2. Lapangan harus datar,
3. Cukup tersedia air,
4. Mudah mendapatkan media,
5. Keadaan lingkungan baik, sirkulasi udara lancar dan sinar matahari dapat
masuk kepermukaan tanah untuk mengurangi kerusakan bibit dari insecta
dan jamur,
6. Dekat dengan tenaga kerja.
Persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Persemaian benih
perlu dilakukan karena tanaman padi dapat terpelihara dengan baik di
bandingkan dengan yang langsung tanam. Pesemaian juga menunjang untuk
mendapatkan bibit unggul sehingga dapat menekan kegagalan dalam panen.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya
karena benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah.
Terdapat dua macam persemaian dalam persemaian padi, yaitu semai basah
dan kering (Icechan, 2012).
Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan
genangan air. Fungsi genangan air akan melunakan tanah, air dapat
mematikan tanaman pengganggu (rumput), air dapat dipergunakan untuk
memberantas serangga perusak bibit tanah yang telah cukup memperoleh
genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan
bajak dan garu masing-masing dua kali. Namun, sebelum pengolahan tanah
harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah
dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal
pertanaman yang akan ditanami. Perbedaan antara persemaian kering dan
basah terletak pada penggunaan air.
Persemaian basah memiliki kelebihan yaitu dapat menampung benih
dalam jumlah besar. Namun, persemaian basah memiliki beberapa
kekurangan yaitu:
1. Memerlukan tempat yang luas sehingga waktu yang dibutuhkan dan
tenaga kerja yang lebihan banyak dalam menyiapkan media;
2. Pengontrolan bibit padi yang kurang terpantau;
3. Mencabut dan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan sawah
memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak (Icechan, 2012).
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak
terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus
dilakukan dengan baik. Tanah dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa jerami
yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit. Tanah
dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada
persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam,
sehingga dapat menyerap hara lebih banyak. Selanjutnya, areal persemaian
yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur. Ukuran bedengan
persemaian 500-600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang. Lebar bedengan
100-150 cm. Tinggi bedengan 20-30 cm. Diantara kedua bedengan yang
berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini
dimaksud untuk mempermudah penaburan benih dan pencabutan bibit,
pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi penyiangan, pengairan, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit.
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan
ditanami,penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari
persemaian basah. Persemaian kering memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mudah menyiapkan media semai;
2. Mudah dalam perawatannya;
3. Mudah dalam pencabutan bibit dan tidak memerlukan waktu yang lama;
4. Mudah dibawa ke sawah saat pindah tanam;
5. Tenaga kerja yang diperlukan sedikit.
Kelemahannya kurang dapat menampung benih dalam jumlah besar. Tetapi
jika mau meluangkan tambahan sedikit tenaga kerja, maka semaian kering
tidak hanya bisa untuk metode SRI yang membutuhkan bibit yang sedikit,
tetapi juga dapat digunakan untuk tanam 2 -3 bibit per lubang tanam.(Hendra,
2010).
Pemilihan benih padi yang akan di bibitkan merupakan suatu hal yang
sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses budidaya. Benih padi yang
akan di gunakan untuk pembibitan adalah benih yang sudah bersertifikat. Uji
kebernasan benih juga sangat perlu dilakukan untuk menyeleksi benih yang
harus di semai. Bibit yang sudah siap untuk di tanam umumnya yang sudah
berumur 11–15 hst. Penanaman padi pada padi sawah, kondisi tanahnya harus
lembab dengan kadar air 30%, sedangkan untuk padi ladang tidak
membutuhkan air atau dalam kondisi kering. Tahap persemaian benih
merupakan tahap yang menentukan untuk kelangsungan hidup tanaman padi
karena pada masa inilah terjadi masa–masa kritis dalam bercocok tanam padi
(Handayani, 2013).
Pemilahan benih padi sebelum ditebar dapat dilakukan dengan
perendaman benih kedalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan
ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik.
Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama
24 jam. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal
perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko
kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih (Ishaq, 2009).
Salah satu hal benih bisa dibilang sehat adalah benih yang terbebas dari
patogen. Kerugian yang diakibatkan oleh patogen yang terbawa oleh benih
adalah perubahan pada tanaman yang kurang baik dan adanya ketersediaan
patogen pada tanaman yang tumbuh di lapangan. Selainitu, juga dapat
menurunkan kualitas benih, seperti daya perkecambahan benih, kerusakan
fisik pada benih dan warna benih berubah bahkan ada beberapa patogen yang
terbawa oleh benih yang menyebabkan benih menjadi racun (Radha and
Chattannavar, 2017).

C. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Nampan plastik
b. Gembor
c. Ember
d. Cetok
2. Bahan:
a. Benih padi IR-64
b. Pupuk kompos

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Mencampur media persemaian berupa tanah dan pupuk kompos dengan
perbandingan 1:1.
3. Membagi media persemaian yang telah dibuat ke dalam dua nampan
plastik sebagai media persemaian basah dan kering.
4. Menyiramkan air pada kedua persemaian sampai menggenang untuk
persemaian basah dan sampai tanah menjadi cukup lembab pada media
persemaian kering.
5. Menaburkan benih padi IR-64 pada masing masing nampan. Namun, pada
persemaian kering juga ditaburi tanah tipis-tipis diatas benih dan ditutup
dengan daun kering untuk mengurangi penguapan.
6. Menyimpan nampan ditempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung.
7. Melakukan pemeliharaan tanaman.
8. Mengamati pertumbuhan pada tanaman sampel meliputi tinggi bibit,
jumlah daun, panjang daun, jumlah akar, bobot basah, dan bobot kering
bibit.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Persemaian Basah Padi IR64 B2
Sampel Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Basah
(cm) (helai) (mg)
1 24,5 3
2 20 3
3 21,5 3
4 15,5 4
5 15 3
6 14,5 3 200
7 23 3
8 22 3
9 21 3
10 21,5 3
Total 198,5 31
Rata-rata 19,85 3,1
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Pangan 2019

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Persemaian Kering Padi IR64 B2


Sampel Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Basah
(cm) (helai) (mg)
1 8,5 3
2 9 3
3 17,5 3
4 17,5 3
5 12 3
6 11,5 3 100
7 10,5 3
8 12,5 3
9 9 3
10 8 3
Total 116 30
Rata-rata 11,6 3
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Pangan 2019

Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Persemaian Basah Padi Ciherang B5


Sampel Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Basah
(cm) (helai) (mg)
1 18 3
2 26 4
3 23 4
4 24 5
5 23 4
6 24 3 200
7 20 3
8 24 4
9 19 3
10 22 4
Total 223 37
Rata-rata 22,3 3,7
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Pangan 2019

Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Persemaian Kering Padi Ciherang B5


Sampel Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Basah
(cm) (helai) (mg)
1 19 2
2 24 3
3 16 2
4 19,5 2
5 20 3
6 18 2 200
7 14 2
8 17,5 2
9 22 3
10 18 2
Total 188 23
Rata-rata 18,8 2,3
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Pangan 2019

F. Pembahasan
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting
yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih
atau bagian vegetatif dari jenis tanaman tertentu sehingga dapatmenghasikan
bibit yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup
baik untuk ditanam di lapangan. Terdapat dua macam persemian dalam
persemaian tanaman padi, yaitu semai basah dan kering. Praktikum
persemaian padi dilakukan dengan metode semai basah dan kering
menggunakan varietas padi IR64 dan Ciherang. Parameter yang diamati pada
praktikum adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot basah tanaman.
Bobot basah diamati untuk mengetahui kandungan ai dan asimilat yang
terdapat pada tanaman padi.
Praktikum persemaian dilakukan dengan cara mencampur media tanam
berupa tanah dan pupuk kompos 1:1, lalu dimasukkan ke dalam 2 nampan
yang akan dijadikan sebagai tempat persemaian cara basah dan kering. Setelah
itu, pada semai basah, media tanam dalan nampan diberi air sampai jenuh dan
dibuat guludandi tengah. Pada tengan guludan benih padi ditaburkan
sedangkan bagian samping guludan digenangi. Pada semai kering media
tanam dalam nampan diratakan dan di beri air sampai kondisi jenuh.
Kemudian, benih padi ditaburkan dan ditutup tipis-tipis dengan tanah. Pada
semai kering nampan ditutup dengan seresah untuk mengurangi penguapan
karena lahan persemaian tidak digenangi. Kedua nampan persemaian
selanjutnya dileakkan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung
dan dirawat dengan cara disiram setiap hari 2 kali sehari, pagi dan sore.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa bobot basah
tanaman padi IR64 dengan metode semai basah adalah 200 mg dengan rata-
rata tinggi tanaman 19,5 cm dan rata-rata jumlah daun 3 helai. Pada varietas
padi Ciherang diperoleh bobot basah seberat 200 mg dengan rata-rata tinggi
tanaman 22,3 dan jumlah daun 4 helai. Pada metode semai kering padi
varietas IR64 diperoleh bobot basah tanaman padi seberat 100 mg dengan
rata-rata tinggi tanaman 11,6 cm dan jumlah daun 3 helai. Bobot basah padi
varietas Ciherang pada semai kering diperoleh seberat 200 mg dengan rata-
rata tinggi tanaman 18,8 cm dan 2 helai daun.
Hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa tanaman padi yang
ditanam dengan metode semai basah lebih unggul daripada tanaman padi yang
ditanam dengan metode semai kering. Hal tersebut disebabkan karena padi
ditanam saat musim kemarau sehingga membutuhkan air dengan jumlah yang
lebih banyak sehingga padi lebih cocok ditanam dengan semai basah yang
ketersediaan airnya selalu terpenuhi. Bibit padi dengan semai kering
cenderung kurus, pendek dan berdaun sedikit sebab padi kekurangan air
karena lahan persemaian tidak digenangi dan tanah hanya dibiarkan lembab.
Selain itu, bisa disebabkan karena kesalahan dalam perawatan, yaitu tidak
disiran atau persemaian tidak diberi seresah untuk mengurangi penguapan air
sehingga tanaman kekurangan air.
Hasil praktikum persemaian padi dengan cara semai kering dan basah
lebih unggul padi varietas Ciherang daripada varietas IR64. Hal itu
disebabkan karena secara genetik padi varietas Ciherang lebih tinggi
ukurannya dari padi IR64. Hal itu menyebabkan bobot basah padi Ciherang
lebih besar dari padi IR64.

G. Kesimpulan
Persemaian benih padi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu semai
basah dan kering. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
bibit padi lebih unggul disemai dengan semai basah. Selain itu, padi Ciherang
lebih unggul dari padi IR64.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini F, A. Suryanto, N. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada


Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal
Produksi Tanaman. 1(2): 52 – 60.

Handayani, F., T. Maideliza dan Mansyurdin. 2013. Studi Perkembangan


Aerenkim Akar Padi Sawah dan Padi Ladang pada Tahap Persemaian
dengan Perlakuan Perendaman. Jurnal Biologi UA.2(2):145-152.

Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Lembang: BPTP Jawa
Barat.

Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian. 14(1): 39-43.
Radha, P. L and S. N. Chattannavar. 2017. Evaluation of Seed Health Testing
Methods for Alternaria sesami Causing Leaf Spot of sesame.
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci. 6(10): 2405-2410.

Tsedaley, B. 2015. Review on Seed Health Tests and Detection Methods of


Seedborne Diseases. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare.
5(5): 176-184.

Anda mungkin juga menyukai