Anda di halaman 1dari 7

Periodic , Vol ..No .. (20...

) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197


http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

STRUKTUR ASOSIASI DAN KELARUTAN


METHYL YELLOW DAN CARBON BLACK
DALAM SISTEM SURFAKTAN
(TWEEN-20 DAN TWEEN-60),
AIR, DAN SIKLOHEKSANA
Robby Harfianto1), Ali Amran2), Deski Beri3)
Jurusan Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas NegeriPadang ,Jl. Prof. Dr. Hamka Padang 25131, Indonesia
1
gheboy777@gmail.com

Abstract- Association structure of amphiphile have an important role in various industries such as pharmaceutical, detergency, oil
and mining. This study aimed to determine the association structure of amphiphile, solubility, homogeneity and electrochemical
properties of methyl yellow and carbon black in system water, surfactant (Tween-20 and Tween-60) and cyclohexane.
Determination of association structure was done by visual observation and observation using parafilm at some point in the phase
diagram. This study has been successfully created 4 phase diagrams, that is system Tween-20/water/cyclohexane at pH 1 and
5; and systems Tween-60 water/cyclohexane at pH 1 and 5. In this phase diagram can be distinguished between phase emulsion,
microemulsion w/o, microemulsion o/w, lamellar and hexagonal liquid crystals. In phase microemulsion and lamellar liquid
crystal, solubility tests of methyl yellow and carbon black were conducted. Methyl yellow has the greatest solubility in the
microemulsion w/o sample in system Tween-20, which is 0.16% w/w while carbon black has very low solubility that is
<0.02% w / w. From the results of refractive index measurement the particles of methyl yellow and carbon black is known partly
homogeneously dissolved in the sample. Data voltammograms showed change in oxidation current (I ox) and reduction currents
(I red) between before and after the addition of methyl yellow in the sample.

Keywords: carbon black, methyl yellow, phase diagram, solubility, Tween 20, Tween 60.

I. PENDAHULUAN

Surfaktan merupakan produk industri kimia yang mampu melarutkan cairan yang tidak saling larut sehingga
memiliki banyak kegunaan, seperti dalam bidang farmasi, dapat digunakan untuk melarutan zat warna[5]. Selain itu
deterjensi, tekstil, perminyakan dan pertambangan[1]. kristal cair lamelar juga memiliki viskositas yang cukup
Surfaktan nonionik banyak digunakan sebagai deterjen, agen untuk melarutkan zat warna, seperti kurkumin[6], antrasen[7],
pembasah dan emulgator. Beberapa jenis memiliki toksisitas kromofor floresens DiOC18[8].
yang rendah sehingga banyak digunakan dalam bidang Fasa yang terbentuk dari campuran tiga komponen
farmasi, kosmetik, dan produk pangan[2]. dapat diamati dari diagram fasa tiga komponen. Pelelitian ini
Tween merupakan surfaktan nonionik dengan struktur bertujuan untuk menentukan diagram fasa untuk sistam
polioksietilensorbitan monoester asam lemak. Dua surfaktan (Tween-20 dan Tween-60), air, dan sikloheksana.
diantaranya adalah Tween-20 dan Tween-60. Di dalam air Pada wilayah fasa mikroemulsi dan kristal cair lamelar
dan minyak molekul surfaktan secara spontan membentuk ditentukan kelarutan methyl yellow dan carbon black dan
sturktur supramolekul. Struktur yang paling sederhana adalah homogenitasnya di dalam sampel.
misel, yang terbentuk dari sekitar 100 molekul surfaktan [3].
Dalam sistem air dan minyak, surfaktan dapat membentuk II. METODE PENELITIAN
struktur asosiasi seperti misel, mikroemulsi, dan kristal
cair[4]. A. Alat dan Bahan
Mikroemulsi memiliki sifat khas, yaitu tegangan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
permukaan yang kecil, stabil secara termodinamik dan peralatan gelas, pipet tetes, tabung reaksi dengan screw cap,

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 1


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

neraca analitik ACCULAB sartorius d=0,001 g, magnetic F. Pengukuran indeks bias


stirrer, pH meter, centrifuge, parafilm, ABBE refraktometer, Pengukuran indeks bias dilakukan dengan
dan potensiostat EDAQ. Bahan-bahan yang digunakan adalah menggunakan refraktometer. Diteteskan 3 tetes sampel ke
Tween-20 (Merck), Tween-60 (Merck), sikloheksana (Merck, atas prisma pengukur lalu tempatkan penutup prisma sambil
99,5%), asam nitrat (Merck, 99%), methyl yellow (Merck), dikunci. Kemudian dilakukan pengukuran indeks bias setiap
carbon black (Merck).. sampel.
Pengukuran indeks bias dilakukan pada suhu ruang dan
B. Preparasi air pH 1 dan pH 5 kemudian dikonversi kedalam suhu 20˚C dengan
Asam nitrat pekat diteteskan sedikit demi sedikit menggunakan rumus:
kedalam 250 ml aquabides di dalam gelas piala. Diaduk 𝑛𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑛 𝑇 + (𝑇 − 20)x 0.0005
dengan magnetic stirrer dan diamati perubahan pH dengan
pH meter. Ditambah asam nitrat hingga dicapai pH yang Dimana nT : indeks bias pada suhu ruangan
diinginkan. T : suhu ruangan saat pengukuran

C. Penentuan komposisi surfaktan, air dan sikloheksana G. Karakterisasi dengan Metoda Voltametri Siklik
Diambil titik pada koordinat tertentu pada diagram fasa. Masukkan sampel ke dalam botol vial yang disediakan.
Kemudian dilakukan perhitungan komposisi untuk Kemudian persiapkan elektroda yang akan digunakan. Untuk
presentase air, surfaktan dan sikloheksana dalam elektroda kerja digunakan elektroda karbon. Untuk elektroda
perbandingan massa, sehingga massa total ketiga komponen pembantu digunakan elektroda Ag-AgCl. Dan untuk
menjadi 0.5 gram. elektroda pembanding digunakan elektroda platina.
Kemudian masukkan ketiga elektroda ke dalam botol
D. Penentuan struktur asosiasi Tween-20 dan Tween-60 sampel. Pada metoda cyclic voltammetry. Atur upper limit
dalam sistem air (pH 1 dan 5) dan sikloheksana. menjadi 170 mV dan iChannel menjadi 500 nA. Kemudian
Dimasukkan Tween-20, air, dan sikloheksana sesuai pilih start dan tunggu hingga pembacaan selesai.
dengan komposisi yang telah ditentukan ke dalam tabung
reaksi dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mixer. Struktur asosiasi surfaktan yang terbentuk diamati
secara visual dan dengan menggunakan parafilm untuk A. Pembuatan Diagram Fasa dan Penentuan Sturktur
membedakan antara fasa mikroemulsi, emulsi dan kristal Asosiasi
cair. Pada daerah kristal cair dilakukan pengamatan secara Pada penelitian ini dilakukan pembuatan 4 diagram
visual berdasarkan ciri kristal cair lamelar dan heksagonal. fasa, yaitu pada sistem Tween-20/air/sikloheksana pada pH
Penentuan struktur asosiasi dilakukan di berbagai titik pada 1 dan pH 5, dan sistem Tween60/air/sikloheksana pada pH
diagram terner hingga dapat dibedakan daerah mikroemulsi, 1 dan pH 5. Pada setiap sistem diperoleh struktur asosiasi
emulsi, dan kristal cair. Kemudian prosedur yang sama mikroemulsi, emulsi, dan kristal cair. Diagram yang
diulangi untuk pH 5 dilanjutkan dengan Tween-60 diperoleh ditunjukkan pada Gambar 1-4. Daerah fasa yang
menggunakan prosedur yang sama dengan prosedur pada diperoleh memiliki luas yang berbeda untuk sistem yang
Tween-20. berbeda[9].
Gugus hidrofob Tween-20 berupa gugus laurat
E. Uji kelarutan methyl yellow dan carbon black sedangankan gugus hidrofob Tween-60 berupa gugus
Uji kelarutan methyl yellow dan carbon black dilakukan stearat dengan rantai karbon yang lebih panjang. Rantai
dengan memasukkan sejumlah kecil methyl yellow atau karbon yang lebih panjang ini menyebabkan Tween-60
carbon black ke dalam mikroemulsi dan kristal cair dari dapat melarutkan senyawa nonpolar lebih banyak daripada
sistem Tween-20/air/sikloheksana dan Tween-60/air/ Tween-20, sehingga sikloheksana lebih banyak dapat larut
sikloheksana sedikit demi sedikit sambil ditimbang. dalam Tween-60. Sebaliknya, dengan rantai karbon yang
Penambahan dihentikan ketika terbentuk endapan, massa lebih pendek gugus hidrofil Tween-20 lebih kuat
methyl yellow optimum sampai terjadinya larutan jenuh dibandingkan Tween-60, sehingga dapat melarutkan air
merupakan optimum kelarutan dari methyl yellow. Prosedur lebih banyak.
yang sama digunakan untuk penentuan kelarutan carbon
black.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 2


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

Gambar 1. Diagram fasa sistem Tween-20/air/sikloheksana Gambar 2. Diagram fasa sistem Tween-20/air/sikloheksana
pada pH 1 pada pH 5

Gambar 3. Diagram fasa sistem Tween-60/air/sikloheksana Gambar 4. Diagram fasa sistem Tween-60/air/sikloheksana
pada pH 1 pada pH 5

Penentukan fasa dilakukan dengan pengamatan fisik tidak adaya cahaya yang dapat diteruskan karena arah grid
secara visual dan dengan menggunakan parafilm. Secara analisator tegak lurus dengan grid polarisator sehingga
fisik, tampilan mikroemulsi bening dengan viskositas seluruh cahaya terabsorbsi. Sedangkan pada sampel kristal
rendah sedangkan emulsi memiliki tampilan yang keruh. cair arah berkas cahaya dibelokkan sehingga cahaya dapat
Untuk membedakan kristal cair dengan mikroemulsi dan melewati analisator dan sampel terlihat terang. Ilustrasi
emusi digunakan parafilm. Sampel kristal cair yang diamati kerja polarisator ditunjukkan pada Gambar 6.
dengan parafilm akan terlihat terang sedangkan sampel
mikroemulsi dan emulsi terlihat gelap seperti yang terlihat
pada Gambar 5.
Berkas cahaya yang melewati polarisator akan diubah
menjadi cahaya terpolarisasi karena cahaya yang dapat
diteruskan hanya cahaya dengan arah rambat yang sama
dengan arah grid polarisator, sedangkan arah cahaya yang a b c d
lain di absorbsi. Sampel mikroemulsi hanya dapat Gambar 5. Foto sampel a) mikroemulsi, b) emulsi,
meneruskan cahaya, sehingga cahaya yang melewati sampel c) mikroemulsi yangdiamati dalam parafilm,
mikroemulsi tidak berubah dan setelah melewati analisator d) kristal cair yang diamati dengan parafilm

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 3


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

Gambar 6. Ilustrasi kerja parafilm

B. Kelarutan methyl yellow dan carbon black Dengan struktur misel campuran air dan minyak
Rata-rata kelarutan methyl yellow dan carbon black menjadi stabil. Begitu pula dengan kristal cair lamelar, fasa
dalam sampel mikroemulsi dan kristal cair lamelar dapat air dan minyak menjadi stabil dengan adanya surfaktan
dilihat pada tabel 1-4. Berdasarkan Lembaran Data membentuk struktur berlapis. Methyl yellow dapat larut
Keselamatan Bahan[10] kelarutan methyl yellow dalam air dalam fasa mikroemulsi dan kristal cair dengan cara
sebesar 0.00023 g/L atau 0.023 % w/w dan carbon black menggantikan molekul surfaktan pada struktur mikroemulsi
tidak dapat larut di dalam air. Pada Tween-20, sampel dan kristal cair. Ilustrasi kelarutan methyl yellow dapat dlihat
mikroemulsi dapat melarutkan methyl yellow lebih banyak pada Gambar 9.
dibandingan dalam air, terutama pada mikroemulsi W/O.
Tampilan methyl yellow dan carbon black dalam sampel
mikroemulsi dan kristal cair ditunjukkan pada 7.

Gambar 7. Foto sampel setelah penambahan methyl


yellow dan carbonblack

Dalam larutan asam, methyl yellow dapat menjadi


senyawa polar karena terdapat gugus amina yang dapat
berikatan dengan H+ membentuk ion positif, seperti
digambarkan pada Gambar 8. Reaksi ini berdasarkan pada
sifat amina sebagai basa lemah yang dapat bereaksi dengan
asam[11].

kepala polar
(gugus amina) ekor non polar

Gambar 8. struktur methyl yellow dalam larutan asam (atas) Gambar 9. Ilustrasi kelarutan methyl yellow
dan struktur skematik (bawah)
Pada mikroemulsi W/O, air teletak dibagian dalam
mikroemulsi. Methyl yellow yang bermuatan postif dapat

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 4


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

dengan mudah berikatan dengan air yang bersifat polar, surfaktan didalam struktur lamelar. Namun, struktur kristal
menggantikan molekul surfaktan. Sedangkan pada cair lebih rapat dibandingkan struktur mikroemulsi sehingga
mikroemulsi O/W fasa minyak berada dibagian dalam kelarutan methyl yellow dalam kristal cair lamelar lebih
mikroemulsi. Untuk dapat larut methyl yellow harus rendah dibandingkan dalam mikroemulsi W/O.
menggantikan posisi surfaktan pada bagian ekor yang
bersifat non polar untuk berikatan dengan minyak. Hal ini C. Indeks bias
menyebabkan methyl yellow lebih sulit larut pada Hasil pengukuran indeks bias rata-rata pada setiap
mikroemulsi O/W dibandingkan pada mikroemulsi W/O, sampel mikroemulsi dan kristal cair lamelar digambarkan
sehingga kelarutan methyl yellow dalam mikroemulsi O/W dalam Gambar 10-13.
lebih rendah dibandingkan kelarutan methyl yellow dalam Indeks bias air sebesar 1,333, sikloheksana 1,418, dan
mikroemulsi W/O. Tween-20 1,462. Fasa mikroemulsi W/O memiliki indeks
Hal yang sama juga berlaku pada kristal cair lamelar. bias yang tinggi karena fasa ini terbentuk pada daerah kaya
Untuk dapat larut methyl yellow harus menggantikan molekul Tween-20 sedangkan fasa O/W terbentuk pada wilayah kaya

Gambar 10. Grafik indeks bias rata-rata pada sampel sistem Gambar 11. Grafik indeks bias rata-rata pada sampel sistem
Tween-20/air/sikloheksana pada pH 1 Tween-20/air/sikloheksana pada pH 5

Gambar 12. Grafik indeks bias rata-rata pada sampel sistem Gambar 13. Grafik indeks bias rata-rata pada sampel sistem
Tween-60/air/sikloheksana pada pH 1 Tween-60/air/sikloheksana pada pH 5

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 5


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

air sehingga memiliki indeks bias yang rendah mendekati D. Karakterisasi Dengan Metoda Voltametri Siklik
indeks bias air. Penambahan zat warna tidak mempengaruhi Data voltamogram dari pengukuran menggunakan
indeks bias sampel air, surfaktan dan siklohekasana. potensiostat dengan metoda voltametri siklik digunakan
Indeks bias akan berubah jika ke dalam sampel di untuk mengetahui hubungan kuat arus dengan potensial dari
larutkan zat yang dapat larut dan homogen secara reaksi elektolisis pada sampel. Voltamogram sampel
mikroskopis. Mikroemulsi merupakan suatu fasa yang ditunjukkan pada Gambar 14-17. Dari data yang diperoleh
homogen secara makroskopis namun heterogen secara diketahui sampel dapat menghantarkan arus listrik sehingga
mikroskopis. Saat ditambahkan zat warna, zat warna dapat menimbulkan beda potensial dalam reaksi redoks. Setiap
larut dan pengamatan secara visual hanya dapat melihat sampel memiliki karakteristik tersendiri sesuai perbedaan
kelarutan zat warna secara makroskopis. Untuk mengetahui komposisi sampel yang ditunjukkan dengan voltamogram
homogenitas zat warna secara mikroskopis dapat digunakan yang berbeda pada setiap sampel.
data indeks bias. Dari Gambar 28 dapat dilihat kuat arus oksidasi (Ioks)
Pada Gambar 10 sampel mikroemulsi O/W dan kristal sebelum penambahan methyl yellow sebesar 11,6 μA dan
cair lamelar mengalami perubahan indeks bias setelah kuat arus reduksi (Ired) sebesar 12,1 μA.Setelelah
penambahan zat warna. Dari data ini dapat diasumsikan penambahan methyl yellow kuat arus oksidasi (Ioks) menjadi
untuk sistem ini terdapat zat warna di dalam nikroemulsi 4,7 μA dan kuat arus reduksi (Ired) menjadi 4,5 μA. Dari
O/W dan kristal cair lamelar yang larut homogen secara data ini terlihat sampel sebelumpenambahan methyl yellow
mikroskopis sedangkan pada mikroemulsi W/O zat warna cenderung untuk tereduksi dan sampel setelah
hanya terlarut homogen secara makroskopis. penambahanmethyl yellow cenderung untuk teroksidasi.

Gambar 14. Voltamogram sampel mikroemulsi w/o sistem Tween-20/air/sikloheksana pada pH 1 sebelum
dan sesudah penambahan methyl yellow

Gambar 15. Voltamogram sampel mikroemulsi o/w sistem Tween-20/air/sikloheksana pada pH 1 sebelum
dan sesudah penambahan methyl yellow.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 6


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol ..No .. (20...) Chemistry Journal of State University of Padang ISSN :2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

Gambar 16. Voltamogram sampel mikroemulsi w/o sistem Gambar 17. Voltamogram sampel mikroemulsi o/w sistem
Tween-20/air/sikloheksana pada pH 5 sebelum Tween-20/air/sikloheksana pada pH 5 sebelum
dan sesudah penambahan methyl yellow. dan sesudah penambahan methyl yellow.

IV.KESIMPULAN UCAPANTERIMA KASIH

A. Kesimpulan Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat pembimbing dan dosen penguji atas bimbingan dan
masukannya. Serta semua pihak yang telah membantu dalam
disimpulkan bahwa: menyelesaikan penelitian ini.
1. Pada sistem Tween-20/air/sikloheksana terbentuk 3
struktur asosiasi, yaitu mikroemulsi, emulsi, dan kristal
cair lamelar. Sedangkan pada sistem Tween-60/air/
sikloheksana terbentuk 4 struktur asosiasi, yaitu,
mikroemulsi, emulsi, kristal cair lamelar, dan kristal REFERENSI
cair heksagonal. [1]Rosen, Milton J. 2004. Surfactans and Interfacial Phenomena, 3rd ed.
New Jersey: John Willey & Sons, Inc
2. Kelarutan methyl yellow paling tinggi yaitu di dalam [2]Salager, J. Louis. 2002. Surfactants Types and Uses. Venezuela: FiRP
sampel mikroemulsi w/o pada sistem Tween [3]Goyal, P.S dan V.K Aswal. 2001. Micellar structure and inter-micelle
20/air/sikloheksana, yaitu sebanyak 0,0008 g per 0,5 g interactions in micellar solutions: Results of small angle neutron
sampel. Kelarutan carbon black sangat rendah di dalam scattering studies. Current Science Vol. 80 NO. 8
sistem Tween(20dan60)/air/sikloheksana pada pH 1 dan [4]Amran, Ali. 2013. Mikroemulsi, Kristal Cair dan Aplikasinya. Pidato
5, yaitu <0,0001 g per 0,5 g sampel. pengukuhan guru besar tetap dalam bidang kimia fisika. Padang:
3. Homogenitas methyl yellow dan carbon black secara Universitas Negeri Padang
mikroskopis dapat di lihat dari data perubahan indeks [5]Paul, Bidyut K. and Satya P. Moulik. 2001. Uses and Applications of
bias sampel sebelum ditambah zat warna dengan setelah Microemulsions. Current Science, Vol 80, No 8
ditambah zat warna. Pada setiap sistem homogenitas [6]Suhaimi, Hamdan, Faujan B.H. Ahmad, Mohd Zaizi Desa, and Lalli Che
methyl yellow dan carbon black dalam sampel berbeda- Rose. 1997. A Natural Dye in a Mesophase Region of
beda dan dapat dibuktikan dari dari perubahan indeks Cetyltrimethylammonium Bromide/Octan-l-ol/Water System. Pertanika
J. Sci. & Technol. 5(1): 85-94
bias. [7]Nordin, Bengt, Goran Lindblom, and Ivan Jonas. 1997. Linear Dichroism
4. Sampel yang diuji dapat menghantarkan arus listrik Spectroscopy as a Tool for Studying Molecular Orientation in Model
yang terlihat dari terbentuknya voltamogram dari Membrane Systems. The Journal of Physlcal Chemistry, Voi. 8 1, No.
pembacaan menggunakan potensiostat dengan metoda 22
voltametri siklik. Dari data voltamogram terlihat terjadi [8]Liu, Qingkun, Corinne Beier, Julian Evans, Taewoo Lee, Sailing He, and
perubahan kecenderungan reaksi oksidasi dan reduksi Ivan I. Smalyukh. 2011. Langmuir, 27, 7446–7452
sampel antara sebelum dan setelah penambahan methyl [9]Basheer, Hussam S, Mohamed Ibrahim Noordin, and Mowafaq M
yellow. Ghareeb. 2013. Characterization of Microemulsions Prepared using
Isopropyl Palmitate with various Surfactants and Cosurfactants. Tropical
B. Saran Journal of Pharmaceutical Research; 12 (3): 305-310
[10]Merck, 2011. Lembaran Data Keselamatan Bahan No. 103055. Merck
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Indonesia
disarankan untuk melakukan penelitianlanjutan terhadap [11]Fessenden, Ralph J &Joan S. Fessenden. 1986. Organic Chemistry, third
hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini. edition. California, USA: Wadsworth,inc.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 7


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131

Anda mungkin juga menyukai