Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
digunakan pada praktikum ini adalah S1D80. Primer ini sebagai situs untuk melihat
panjang ny situs tersebut pada DNA mukosa yang kita isolasi. Lokus D1S80
merupakan suatu lokus Variable Number of Tandem Repeats (VNTR) yang terletak
pada kromosom 1 dan terdiri atas urutanurutan DNA dengan ulangan (repeat) dan
panjang yang bervariasi untuk setiap orang.
Pada praktikum kali ini DNA fingerprint yang diisolasi berasal dari sel epitel
mukosa setiap perwakilan kelompok. Sel epitel mukosa termasuk dari DNA
autosom. DNA autosom yaitu dimana terjadinya pewarisan sifat dari kedua orang
tua, ayah dan ibu ke anak turunannya adalah akibat terjadinya peleburan kromosom
dari sel sperma dan sel telur. Masing- masing sel kelamin memiliki 22 autosom dan
satu gonosom yaitu X atau Y. Peleburan dua set sel kelamin sekaligus menyatukan
kromosom pada sel sperma dan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi, bakal calon
anak atau zigot, mengandung dua set gen dalam kromosom dengan demikian untuk
setiap pasangan kromosom yang bersesuaian, kita mewarisi satu kromosom dari
ayah dan satu kromosom dari ibu.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan isolasi DNA manusia yang
diambil dari sel epetil mukosa dan melakukan analisis sidik jari DNA berbasis
penanda molekuler locus D1S80 dengan menggunakan PCR.
METODE
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung mikro steril 1.5
mL, pipet mikro (100 µL, 200 µL, dan 1000 µL), MaxiMix®II vortex mixer
(Thermo Scientific, Jerman), microlitre centrifuges Z 216 MK (HERMLE
Labortechnik GmbH, Jerman), perangkat elektroforesis Mupid®exU (Eurogentec,
Belgia), spin down, inkubator, Gel-doc system, cawan petri, spektrofotometer,
incubator shaker, heat block, dan AB 2720 Thermal Cycler (Applied Biosystems,
USA) dan PCR (Polymerase Chain Reaction).
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk adalah air mineral, kantung plastik klip,
buffer lisis, buffer KAC, Isopropanol, Etanol 70%, ddH2O steril, master mix PCR,
primer D1S80-F dan D1S80-R, serbuk agarosa, λ DNA konsentrasi 100 ng µL-1,
Marker 100 bp, loading dye, 1× buffer TAE, Ethidium Bromida (EtBr).
3
Prosedur
Pada praktikum isolasi DNA mukosa, yang diisolasi adalah sel epitel.
Pemecahan sel (lisis) merupakan tahapan dari awal isolasi DNA yang bertujuan
untuk mengeluarkan isi sel. Isolasi DNA tanaman ini digunakan daun yang masih
muda hal ini dikarenakan dipucuk daun dapat menekan senyawa polifenol dan
polisakarida sehingga dapat memperbesar kemungkinan keberhasilan untuk
melakukan isolasi DNA yang diinginkan. Tulang daun tidak ikut ditumbuk karena
DNA tanaman tidak ada pada tulang daun, melainkan pada jaringan klorofil daun.
Tahap penghancuran sel atau jaringan memiliki beberapa cara yakni dengan cara
fisik seperti menggerus sampel dengan menggunakan mortar dan pestle dalam
nitrogen cair atau dengan menggunakan metode freezing-thawing dan iradiasi.
Tahap ekstrasi bertujuan untuk memisahkan asam nukleat dari komponen penyusun
sel lainnya.
Pada praktikum ini dilakukan isolasi DNA genom pada mukosa mulut,
prinsipnya adalah jaringan mukosa dihancurkan sehingga membentuk sel, dan sel
dipecah sehingga dibebaskan DNAnya.Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari
empat lapisan berturut-turut dari yang palingdalam ke permukaan yaitu lapisan
germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisangranulosum dan lapisan corneum.
Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk kubusyang berbatasan
dengan lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang secara
kontinyubermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih superfisial.
Stratum spinosumterdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval dan
mempunyai karakteristik sel yangmulai matang. Stratum granulosum terdiri dari
beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebihmatang dari stratum spinosum dan
mengandung banyak granula keratohyalin yangmerupakan bakal sel keratin.
5
Isolasi DNA dilakukan dengan cara mengambil DNA dari kromosom sel
tubuh (autosom) yang mengandung area STR (short tandem repeats), suatu area ini
tidak memberi kode untuk melakukan sesuatu. STR inilah yang bersifat unik karena
berbeda pada setiap orang. Perbedaannya terletak pada urutan pasang basa yang
dihasilkan dan urutan pengulangan STR. Pola STR ini diwariskan dari orang tua
Pemecahan sel atau lisis sel menggunakan buffer lilis. Buffer lisis adalah
solusi buffer yang digunakan untuk tujuan memecahkan sel terbuka untuk
digunakan dalam eksperimen biologi molekuler yang menganalisis makromolekul
labil sel (misalnya western blot untuk protein, atau untuk ekstraksi DNA).
Kebanyakan buffer lisis mengandung garam penyangga (misalnya Tris-HCl) dan
garam ionik (misalnya NaCl) untuk mengatur pH dan osmolaritas lisat. Buffer lisis
biasanya ditambahkan dengan detergen yang berguna untuk memecah struktur
membrane. Jenis detergen yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sodium
dodecyl sulphate (SDS). SDS ini berperan dalam melisiskan membran sel dan juga
dapat berperan dalam mengurangi aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim
pendegradasi (Surzycki, 2000).
Penambahan bahan selanjutnya yaitu buffer KAC yang berfungsi sebagai
presipitasi protein Setelah proses ekstraksi, DNA yang didapat dapat dipekatkan
melalui presipitasi. Pada umumnya digunakan etanol atau isopropanol dalam
tahapan presipitasi. Pada praktikum kali ini menggunakan isopropanol, senyawa ini
akan mempresipitasi DNA pada fase aquoeus sehingga DNA menggumpal
membentuk struktur fiber dan terbentuk pellet setelah dilakukan sentrifugasi.
Presipitasi juga berfungsi untuk menghilangkan residu-residu kloroform yang
berasal dari tahapan ekstraksi.
Prinsip-prinsip presipitasi antara lain yaitu yang pertama, menurunkan
kelarutan asam nukleat dalam air. Hal ini dikarenakan molekul air yang polar
mengelilingi molekul DNA di larutan aquoeus. Muatan dipole positif dari air
berinteraksi dengan muatan negatif pada gugus fosfodiester DNA. Interaksi ini
meningkatkan kelarutan DNA dalam air. Isopropanol dapat bercampur dengan air,
namun kurang polar dibandingkan air. Kedua, molekul isopropanol tidak dapat
berinteraksi dengan gugus polar dari asam nukleat sehingga isopropanol adalah
pelarut yang lemah bagi asam nukleat, penambahan isopropanol akan
menghilangkan molekul air dalam larutan DNA sehingga DNA akan terpresipitasi
dan ketiga yaitu penggunaan isopropanol dingin akan menurunkan aktivitas
molekul air sehingga memudahkan presipitasi DNA (Surzycki, 2000).
Pada perlakuan sentrifugasi, hasil menunjukkan dua macam fraksi yang
terpisah, yaitusupernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Campbell
dkk. 2002). Presipitasi merupakan langkah yang dilakukan untuk mengendapkan
suatukomponen dari campuran. Tahap akhir dari isolasi DNA adalah pemurnian
DNA, pada praktikum kali ini larutan yang digunakan untuk pemurnian adalah
ETOH 70%. Garam-garam yang terlibat dalam proses ekstraksi bersifat kurang
larut dalam isopropanol sehingga dapat terpresipitasi bersama DNA, oleh sebab itu
dibutuhkan presipitasi kembali dengan etanol setelah presipitasi dengan
isopropanol untuk menghilangkan residu garam. ETOH 70% untuk membersihkan
sisa-sisa larutan yang digunakan untuk mengendapkan DNA sebelumnya sehingga
dapat diperoleh DNA yang murni dengan cara mengeluarkan endapan garam karena
Na+ bermuatan positif dan DNA bermuatan negatif (Lewiston, 2002). Penambahan
6
ddH2O yang ditambahkan berfungsi agar endapan DNA yang dihasilkan didapat
dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Pada praktikum ini uji kualitatif dianalisis dengan metode elektroforesis.
Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan molekul DNA berdasarkan ukuran
dan konformasinya dengan bantuan arus listrik. Prinsip kerja dari elektroforesis
adalah molekul DNA pada pH netral akan bermuatan negatif sehingga jika
diletakkan pada medan listrik akan bergerak ke kutub positif. Molekul DNA yang
dipisahkan diletakkan pada suatu matriks berpori yang menyebabkan migrasi DNA
akan ditentukan oleh ukuran dan topografi DNA. Matriks yang digunakan pada
praktikum ini adalah gel agarose. Marker merupakan segmen DNA spesifik yang
telah diketahui ukurannya yang berfungsi untuk mengetahui ukuran DNA hasil
amplifikasi. Marker yang digunakan praktikum ini adalah marker lambda 1 ng/ µL
dan 3 ng/ µL. Penggunaan ETBR pada praktikum ini sebagai pewarna yang
menyisip pada pasang basa yang akan menunjukkan fragmen- fragmen dengan
ukuran berbeda. Loading dye sebagai penanda jalannya elektroforesis, dan buffer
TAX sebagai penyeimbang pH.
M1 M2 1 2 3 4 5 6 7 8
DNA fingerprint yang diisolasi dari sel epitel mukosa pada praktikum
analisis kualitas DNA genom tanaman dianalisis secara kualitatif dengan metode
elektroforesis, setelah itu divisualisasikan dengan geldoc. Berdasarkan hasil
elektroforesis DNA genom tanaman, pada kelompok 3 yaitu dilihat pada (Gambar
1), terlihat adanya pita DNA walaupun tidak terlalu jelas karena disbebakan masih
adanya pengotor. Pengotor ini dapat disebabkan kemungkinan pada saat pemurnian
DNA yang dilakukang kurang murni . Marker yang digunakan praktikum ini adalah
marker lambda 1 ng/ µL dan 3 ng/ µL.
7
700 700
Konsentrasi DNA : ×50 × λ 260 = ×50 × 0.043
3 3
= 702.33 ng/ µL
sampel biologis hanya membutuhkan sedikit sampel dan dapat diperoleh dari
sampel yang halus seperti rambut. Kemampuan PCR untuk mengamplifikasi
sejumlah kecil DNA memungkinkan untuk menganalisa sampel yang sudah
terdegradasi sekalipun. Namun, tetap saja harus dicegah kontaminasi dengan materi
biologis yang lain selama melakukan identifikasi, koleksi dan menyiapkan
sampelnya.
Tes DNA dilakukan dengan cara mengambil DNA dari kromosom sel tubuh
(autosom) yang mengandung area STR (short tandem repeats), suatu area ini tidak
memberi kode untuk melakukan sesuatu. STR inilah yang bersifat unik karena
berbeda pada setiap orang. Perbedaannya terletak pada urutan pasang basa yang
dihasilkan dan urutan pengulangan STR. Pola STR ini diwariskan dari orang tua
Primer yang digunakan pada praktikum adalah D1S80. Secara global, lokus
D1S80 sudah digunakan secara luas untuk studi populasi di seluruh dunia. Lokus
ini juga dilaporkan mempunyai polimorfisme yang tinggi dan jumlah alel yang
ditemukan di berbagai populasi cukup besar. Berdasarkan analisis terhadap sampel
dari 33 populasi yang berasal dari berbagai regio dunia yang berbeda, disimpulkan
bahwa hanya dengan menggunakan lokus D1S80, dapat dibedakan beberapa grup
etnis dan grup populasi geografis yang berbeda.
M 1 2 3 4 5 6 7 8
KESIMPULAN
Pada praktikum ini hasil yang didapatkan adalah isolasi DNA mukosa berhasil
dilakukan dan dilhat dari hasil ampifikasi PCR setiap kelompok memiliki DNA
mukosa yang berbeda beda. Namun pada DNA yang diisolasi masih memiliki
pengotor.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R,
Safitri, A. Simarmata, L. Hardani, H.W. Erlangga. JakartaDonata. 2007.
Komunikasi pribadi. Ciri-ciri DNA murni dan penyebab keberhasilan serta
kegagalan dalam PCR dan elektroforesis. Erlangga. Jakarta.
Dea, D. E., D. Tuntas and Saebani. 2017. Perbedaan kuantitas DNA yang
diekstraksi dari buccal swab dengan jumlah usapan yang berbeda. Jurnal
Kedokteran Dipenogoro, 6 (2)
Fatchiyah, Estri L. Arumingtyas, Sri Widyarti, & Sri Rahayu. (2011). Biologi
Molekuler: Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Erlangga.
Roslan HA, Azizan NH, Saat R. 2009. DNA polymorphism of D1S80 locus in
modern malay sample population of Sarawak. Sains Malaysiana 38:143–147.
Watson, James D., Baker, Tania A., Bell, Stephen P., Gann, Alexander., Levine,
Michael., Losick, Richard. 2004. Molecular Biology of the Gene Fifth
Edition. USA: Pearson Education Benjamin Cummings. Weaver, Robert
F. 2001. Molecular Biology Fifth Edition. USA: The McGrawHill.
10
Weaver, Robert F. 2001. Molecular Biology Fifth Edition. USA: The McGrawHill.
Zayats T, Young TL, Mackey DA, Malecaze F, Calvas P, et al. (2009) Quality of
DNA extracted from mouthwashes. PLoS ONE 4(7): e6165. doi:10.1371/
journal.pone.0006165.