Anda di halaman 1dari 3

Kisah Hidup Imam Syafii, Teladan Menuntut Ilmu

Imam Syafii adalah salah seorang dari Imam 4 mahzab. Mahzab Syafii merupakan
mahzab yang paling banyak dipakai di Indonesia. Banyak orang mengenal nama besar
beliau, tetapi sedikit sekali yang mengetahui jerih payah beliau dan ibu beliau dalam
menuntut ilmu. Simak sejarah singkat Imam Syafii dalam tulisan berikut ini.

Kelahiran dan Nasab


Imam Syafii lahir pada bulan Rajab tahun 150 Hijriah. Ayah beliau adalah Idris bin
Al Abbas, sedangkan ibu beliau adalah Fathimah Al-Azdiyyah. Beliau diberi nama
Muhammad, dan dipanggil Syafii seperti dengan nama salah seorang kakek beliau yaitu
Syafii bin Asy-Syaib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada Abdu
Manaf. Asy-Syafii menjadi yatim pada usia kurang dari 2 tahun.

Imam Syafii Menuntut Ilmu


Dikisahkan, asy-Syafi’i kecil, seorang yatim yang berada dalam kasih sayang ibu
dari semenjak kecil. Beliau dibawa oleh ibunya ke Madinah. Ketika itu, beliau berada di
majelis Imam Malik, saat itu tak ada uang untuk membeli pena atau alat tulis apapun
untuk belajar. Maka beliau meletakkan jarinya di mulut, dan menulis dengan telunjuk
kanannya di atas telapak tangan kirinya. hal tersebut dilakukannya berkali-kali saat
umur beliau masih 11 tahun. Imam Malik merasa terganggu dengan anak kecil yang
menaruh ludahnya di jari, kemudian menggerakkannya di telapak tangan. Dengan
pikirnya Imam asy-Syafi’i bermain-main. Setelah 2 sampai 3 pelajaran, Imam Malik
memanggilnya “kesini kamu.” Dihampirilah Imam Malik oleh asy-Syafi’i, “Janganlah
hadir lagi dalam pelajaran kami!” Seru Imam Malik. “Kenapa?” sambung asy-Syafi’i.
“Karena kamu bermain-main dan berbuat sia-sia di sini,” kata Imam Malik. “Demi
Allah, aku tidak bermain-main, memang karena apa saya disebut bermain-main?” tanya
asy-Syafi’i. “Karena kamu menaruh ludah di jarimu dan kau menggerakkannya. Ini sia-
sia,” kata Imam Malik. “Aku hanya menulis hadits,” ujar asy-Syafi’i. “Kalau begitu,
mana alat tulismu, mana penamu? mana kertas-kertasmu? mana tintamu? kau datang
tanpa tinta dan pena?” tanya Imam Malik. Asy-Syafi’i menjawab: “Aku hanya orang
miskin, tak mampu ku membeli alat tulis. Aku hanya menulis hadits seperti ini agar aku
bisa menghafal,” “Jika kau mau, aku akan sampaikan apa yang telah kamu sampaikan.”
“Lakukanlah!” kata Imam Malik. Asy-Syafi’i kecil melafalkan seluruh hadits kepada
Imam Malik mulai dari awal sampai akhir pelajarannya. Mulai setelah itu, Imam Malik
mendekati dan membantunya. Perjuangan sang Ibu membantu asy-Syafi’i. Ia
membawakan tulang unta dari tukang sembelih di pasar untuk dijadikan alas menulis
untuk belajar anaknya. Diceritakan, bahwa ibunya pergi ke kantor pemerintahan.
Mengambil kertas-kertas bekas yang sudah dibuang dan diberikan kepada anaknya
untuk menulis hadits. Jika kita melihat lembaran-lembaran Imam Syafi’i, kita akan
melihat di depannya tulisan hadits dan di belakangnya catatan-catatan pemerintahan saat
itu. Dengan berkaca kepada kisah Imam Syafi’i, betapa perjuangan menjadi hal
terpenting untuk mencapai keberhasilan. Dengan kebersihan niat, kelurusan tujuan dan
ketaatan kepada Allah. Keutamaan orang berilmu dibanding orang yang rajin beribadah
bagai keutamaan cahaya purnama dibanding seluruh cahaya bintang dalam gelapnya
malam.

Perjalanan Imam Syafii


Imam Syafii suka melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu dan memberikan
pelajaran. Ketika sedang belajar di Makkah, beliau sering pergi ke suku badui di
pedalaman untuk belajar bahasa kepada mereka. Ketika umur beliau memasuki usia 20
tahun, Imam Syafii melakukan perjalan ke Madinah untuk menuntut ilmu kepada Imam
Malik. Imam Syafii juga pernah melakukan perjalan ke Iraq. Beliau mendengar bahwa
Imam Abu Hanifah telah melahirkan banyak ulama, diantaranya Imam Abu Yusuf dan
Muhammad bin Hasan. Asy-Syafii bertekad untuk menemui keduanya dan ulama-ulama
lain di Iraq. Imam Syafii juga pernah melakukan perjalanan ke sekitar Persia, Yaman
dan Mesir. Banyaknya wawasan beliau mengenai kondisi umat islam dan
permasalahannya semakin meningkatkan keilmuan Imam Syafii.
Karya Imam Syafii
– Al Umm
– Ar Risalah
– Al Imlah As-Shagir
– Al Amali Al-Kubra
– Mukhtasar Ar-Rabi
– Mukhtasar Al-Muzani
– Mukhtasar Al Buwaithi
– Kitab Al Jizyah

Pujian Ulama kepada Imam Syafii


Ketika ditanya tentang Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hambal berkata :
“Sungguh Allah telah menganugerahkannya kepada kita, sebelum ini kita telah belajar
dari orang-orang yang berpendapat dengan akalnya, kita tulis kitab mereka, sehingga
Asy Syafii, berada di tengah-tengah kita dan mendengar ucapannya, kita akan segera
tahu bahwa dia adalah orang paling pandai, kami telah bergaul bersamanya selama
beberapa hari, kami tidak menyaksikan pada dirinya kecuali kebaikan”

Ahli Hadis Imam Abu Dawud berkata :


“Asy-Syafii merupakan sosok yang membawa obor bagi para pembawa dan periwayat
hadist, siapa pun yang berpegangn pada keterangan dan pejelasannya, maka ucapannya
akan menjadi referensi”

Imam Syafii Wafat


Imam Syafii wafat pada bulan Rajab tahun 204 Hijriah pada umur 54 tahun. Beliau
wafat ketika sedang berada di Mesir. Beliau dimandikan oleh wali Mesir, yaitu
Muhammad bin As-Suri bin Al-Hakam. Imam Syafii dimakamkan disebuah tempat
yang sekarang dikenal dengan nama Turbah (tanah) Asy-Syafii. Semoga Allah
memberikan balasan terbaik kepada beliau.

Anda mungkin juga menyukai