Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SUPPORTIVE ENVIRONMENT

Di Susun Oleh :
NAMA MAHASISWA :
FAHRI PERMATA
NPM :
1780200026
Dosen :
Ns. Juliandri S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat
hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang ”Supportive
Environment” dalam keperawatan jiwa.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kamimenyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupuninspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang
salah, dosa,khilaf hanya milik kami.

Bengkulu, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 2

C. Tujuan Khusus ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 3

BAB III HASIL ANALISA JURNAL .......................................................... 5

A. Hasil Jurnal ......................................................................................... 5

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 7

A. Kesimpulan .......................................................................................... 7

B. Saran .................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu

manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental

dan mempunyai hubungan sosial yang optimal, mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitar, dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. Sehat adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis. Defenisi sehat tersebut di atas, maka manusia selalu

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) dari unsur badan, jiwa, sosial yang tidak

dititik beratkan pada penyakit tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari kesejahteraan

dan produktivitas sosial ekonomi. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita

gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien

gangguan jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah

dan di hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidakberbahaya,

dibiarkan berkeliaran di desa sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat.

Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan farmokologi tetapi

juga dengan psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala atau penyakit

pasien yang akan mendukung perawatan pajien jiwa. Pada terapi modalitas tersebut perlu

adanya dukungan keluarga dan dukungan sosial yang akan memberikan peningkatan

perawatan karena klien akan merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa

diasingkan dengan penyakit yang dialaminya.


B. Tujuan umum

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

karena dengan jiwa yang sehat, seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

mempunyai hubungan sosial yang optimal, mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitar, dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dan proses pemulihan orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ). Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Subyek

penelitian 34 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang, yang ditentukan dengan

teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap

ODGJ adalah baik (91,2%), proses pemulihan pasien adalah pulih=50% dan tidak

pulih=50%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan proses pemulihan ODGJ (p-value=1,000).

C. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui tinjauan teori dari jurnal Dukungan Keluarga dalam Proses

Pemulihan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

2) Untuk mengetahui hasil analisis jurnal tentang Dukungan Keluarga dalam

Proses Pemulihan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).


BAB II

TINJAUAN TEORI

Menurut Keliat, Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang mendapatkan dukungan

tepat, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif.

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada diri

sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh individu dengan

pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam

kehidupannya Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi,

okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan

memaksimalkan kemampuan diri. Keluarga, pemberi pelayanan kesehatan jiwa dan anggota

masyarakat perlu memperlakukan penderita gangguan jiwa dengan sikap yang bisa

menumbuhkan dan mendukung tumbuhnya harapan dan optimisme. Harapan dan optimisme

akan menjadi motor penggerak pemulihan dari gangguan jiwa. Dilain pihak, kata kata yang

menghina, memandang rendah dan menumbuhkan pesimisme akan bersifat melemahkan

proses pemulihan.

Hasil penelitian Mukhaemin(3) tentang hubungan dukungan keluarga dengan

pemulihan klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Sulsel bahwa ada hubungan dukungan

keluarga dengan proses pemulihan klien jiwa dengan nilai p-value = 0,001. Membantu

pemulihan gangguan jiwa bukan pekerjaan mudah yang bisa diselesaikan dalam waktu 1-2

bulan saja. Pemulihan gangguan jiwa merupakan proses panjang yang memerlukan kesabaran

dan ketekunan. Agar proses pemulihan bisa berjalan lebih mudah dan lancar, perlu adanya

pertolongan dari Allah. Untuk itu, keluarga dan teman perlu banyak berdoa, berdzikir, sholat

sunat (utamanya sholat tahajud) dan sedekah. Kegiatan kegiatan tersebut akan mendekatakan

keluarga kepada Allah dan mempermudah terkabulnya doa. Puskesmas sebagai pelayanan
primer yang ada di masyarakat pun belum melaksanakan program kesehatan jiwa

sebagaimana seharusnya. Program kesehatan jiwa yang ada dan terlaksana di puskesmas

adalah pendataan pasien. Program lainnya seperti layanan konseling, health promotion, dan

lain – lain tidak berjalan. Bahkan obat untuk penderita gangguan jiwa di Puskesmas sering

tidak ada. Di Puskesmas tidak ada psikiater, psikolog, atau perawat jiwa. Sehingga keluarga

kesulitan untuk mendapatkan obat dan ODGJ mengalami putus minum obat.

Recovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk sekadar pulih dari penyakit, tapi

untuk membuat kehidupan orang yang mengalami keterbatasan akibat penyakitnya menjadi

lebih berarti. Recovery menekankan bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala

penyakitnya tapi mereka bisa mengontrol kehidupan mereka. Yang dibutuhkan dalam proses

recovery adalah menemukan dan menghadapi setiap tantangan dari keterbatasan akibat

penyakit yang diderita dan membangun kembali integritas diri yang baru yang lebih berarti

agar individu bisa hidup, bekerja, dan berkontribusi di masyarakatnya. Karena itu selama

menjalani proses recovery, individu membutuhkan dukungan dari lingkungan. Mereka

membutuhkan supportive environment dari keluarga, tetangga, masyarakat, pemerintah, dan

swasta.
BAB III

HASIL ANALISA JURNAL

A. Hasil Jurnal

Perilaku kekerasan merupakan perilaku membahayakan baik pada diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Untuk itu dibutuhkan penanganan yang lebih optimal.

Salah satunya dengan terapi kelompok suportif asertif dengan pendekatan model

keperawatan Interaksi King yaitu mengajak pasien secara bersama-sama dengan

kelompoknya saling memberikan dukungan berperilaku asertif.

Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh terapi kelompok suportif asertif

terhadap perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia berdasarkan model keperawatan

interaksi King. Desain penelitian ini pre-post test control group desain. Populasi

penelitian adalah pasien dengan masalah perilaku kekerasan di ruang rawat inap RS

Jiwa Menur Surabaya. Besar sampel 20 responden diambil secara simple random.

Variabel bebas adalah terapi kelompok suportif asertif dan variabel tergantungnya

perilaku kekerasan. Data dikumpulkan dengan mengisi lembar observasi. Pengolahan

data menggunakan uji statistik Paired t Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, dan Mann

Whitney .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi kelompok

suportif asertif, rerata nilai perilaku kekerasan kelompok perlakuan adalah 96,1,

sedangkan pada kelompokkontrol adalah75,1. Setelah diberikan terapi kelompok

suportif asertif, rerata nilai perilaku kekerasan kelompok perlakuan adalah 58,4,

sedangkan kelompok kontrol 54,8. Hasil uji didapatkan pada kelompok perlakuan ada

perbedaan nilai perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi kelompok

suportif asertif (p= 0,005), dan pada kelompok kontrol ada perbedaan antara nilai
perilaku kekerasan sebelum dan sesudah diberikan terapi (p=0,000), serta ada

pengaruh pemberian terapi kelompok suportif asertif terhadap perilaku kekerasan (p=

0,045).

Terapi kelompok suportif asertif berdasarkan model keperawatan Interaksi

King dapat menurunkan perilaku kekerasan pasien dengan cara mengoptimalkan

system personal dan secara interpersonal saling memberikan dukungan dalam

kelompok. Untuk itu diperlukan penelitian kualitatif untuk melengkapai informasi

tentang sejauh man terapi kelompok supotif asertif berpengaruh menurunkan perilaku

kekerasan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan

individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara

fisik, mental dan mempunyai hubungan sosial yang optimal, mampu berinteraksi

dengan lingkungan sekitar, dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan

keluarga. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang mendapatkan dukungan tepat,

dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta

produktif. Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang

berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri serta adanya hubungan dukungan keluarga

dengan proses pemulihan klien jiwa dengan nilai p-value = 0,001. Membantu

pemulihan gangguan jiwa bukan pekerjaan mudah yang bisa diselesaikan dalam

waktu 1-2 bulan saja.

Pasien dengan perilaku kekerasan pada kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol mengalami perilaku kekerasan yang tidak terkendali sebelum diberikan terapi

kelompok suportif asertif dan kelompok perlakuan mengalami penurunan nilai

perilaku kekerasan lebih besar dari pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi

kelompok suportif asertif. Terapi kelompok suportif asertif berdasarkan model

keperawatan Interaksi King dapat menurunkan perilaku kekerasan pasien dengan cara

mengoptimalkan system personal dan secara interpersonal saling memberikan

dukungan dalam kelompok.


B. Saran

Diharapkan agar dukungan keluarga serta peran lingkungan terhadap orang

dengan gangguan jiwa ( ODGJ ) agar lebih baik lagi. Dan pelatihan terkait tentang

penangan dan pengobatan keperawatan jiwa agar dilaksanakan supaya perawat dan

puskesmas di daerah tersebut bisa melakukan tindakan sebagaimana mestinya.

Diharapkan adanya pemberian terapi aktivitas kelompok suportif asertif

sebagai upaya untuk membantu klien mengendalikan perilaku kekerasan. Dan perlu

penelitian tentang terapi kelompok suportif asertif dengan melibatkan keluarga,

sebagai persiapan perawatan pasien setelah keluar dari rumah sakit (di rumah). Serta

penelitian kualitatif untuk melengkapai informasi tentang sejauh mana terapi

kelompok supotif asertif berpengaruh menurunkan perilaku kekerasan,


DAFTAR PUSTAKA

Khamida,(2014).Terapi Kelompok Suportif Asertif Menurunkan Nilai Perilaku Kekerasan

Pasien Skizofrenia Berdasarkan Model Keperawatan Interaksi King (Unusa,FIK, Prodi SI

Keperawatan, Jl. Smea No 57 Surabaya).

Diakses di https://s.docworkspace.com/d/ABEI05PH-5sogpbUhdimFA.

Anda mungkin juga menyukai