Anda di halaman 1dari 38

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Struktur gedung terbagi menjadi dua yaitu struktur baja dan struktur beton

bertulang. Dalam (SNI, 2012) disebutkan bahwa, struktur bangunan gedung terdiri

dari struktur atas dan struktur bawah. Struktur atas merupakan bagian dari struktur

bangunan gedung yang berada di atas muka tanah, sedangkan struktur bawah

merupakan bagian dari struktur banguan gedung yang terletak dibawah muka

tanah, Yang terdiri dari struktur besmen atau struktur pondasi

Gempa bumi terjadi karena fenomena getaran dengan kejutan pada kerak

bumi faktor utama yaitu benturan pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi

permukaan bumi. Gempa bumi ini menjalar dalam bentuk gelombang ini

mempunyai suatu energi yang dapat menyebabkan permukaan bumi dan

bangunan diatasnya menjadi getaran. Getaraan ini naantinya akan menimbulkan

gaya pada struktur, karena struktur cendrung mempunyai gaya untuk

mempertahankan dirinya dari getaran (Schodek, dalam ADITYA JAYA M. 2011).

Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus diperhatikan kekakuan,

kesetabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan pada

struktur. Struktur tersebut akan mengalami perubahan bentuk (Deformasi) yang

lebih kecil dibandingkan struktur yang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena

5
6

pada struktur yang stabil memiiliki kekuatan dan kesetabilan dalam

menahan beban.

Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam perancanaan

strukur gedung komponenya harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan

vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekuatan dan

kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam

batasan-batasan kebutuhan depormasi dan kekuatan yang disyaratkan. Misalnya

sistem pemikul rangka momen kusus (SPRMK) yaitu dinding geser dan bresing

(Schodek, dalam ADITYA JAYA M. 2011).

2.2. Struktur Beton Bertulang

Struktur beton bertulang merupakan beton yang ditulangi dengan baja, dan

jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan.

Perencanaan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja

sama dalam menahan gaya yang bekerja.

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu

pecah, atau agregat agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta

yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan.

Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan

beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan, waktu

pengerasan. Sedangkan definisi beton dari segi teori yaitu campuran antara semen

potrland atau semen hidrolik lain, agregat halus, agregar kasar, dan air yang

ditambahkan atau tanpa tambahan pembentuk massa padat.


7

Modulus elastisitas beton (E) merupakan perbandingan antara tegangan dan

regangan. Nilai modulus elastisitas beton dapat ditentukan secara empiris yaitu

dari nilai kuat tekan beton. Semakin besar kuat tekan beton, semakin besar pula

nilai modulus elastisitas beton. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan

struktur beton bertulang (Almufid, 2016).

A. Kelebihan Beton Bertulang Antara Lain:

1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan kebanyakan bahan lain.

2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan

air.

3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.

4. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang

sangat panjang.

5. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk

pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan dan bangunan-

bangunan semacam itu.

6. Disebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang

murah (pasir, kerikil dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen

dan tulangan baja.

7. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton

bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain.


8

B. Kelemahan Beton Bertulang Antara Lain:

1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah sehingga memerlukan

penggunaan tulangan tarik.

2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap

pada tempatnya sampai beton tersebut mengeras.

3. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton

bertulang menjadi berat.

4. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasi proporsi campuran

dan pengadukannya.

2.3. Struktur Baja

Baja merupakan material struktur bangunan sipil (gedung, jembatan,

dermaga dan lain-lain) sehingga berdasarkan sifat pengunaannya memerlukan

faktor keamanan dan keselamatan. (SNI07-7178-2006).

Keuntungan pemakaian material besi baja dalam pembangunan

dibandingkan material beton dan kayu sebagai berikut :

a) Baja mempunyai kekuatan dan keliatan yang tinggi,

b) Ada jenis baja yang tahan terhadap cuaca, bahkan tidak perlu di cat.

c) Dari segi kekuatannya, bahan baja lebih murah dari beton ataupun

kayu, sebab dengankekuatannya memerlukan volume bahan lebih sedikit.

d) Rendahnya biaya pemasangan.

e) Jadwal konstruksi yang lebih cepat.

f) Tingkat keselamatan kerja tinggi.


9

g) Mudah dalam pemasangan.

h) Elemen struktur dapat dibuat di pabrik, dan dapat dilakukan secara

besar-besaran.

i) Dapat dilakukan bongkar pasang dengan cepat, tanpa ada bahan

terbuang.

j) Membutuhkan ruang kerja yang lebih sempit.

k) Dapat mengikuti bentuk-bentuk arsitektur.

l) Ramah lingkungan, dapat menggantikan posisi kayu sebagai bahan

konstruksi.

2.3.1. Sifat Mekanis Baja

Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus

memenuhi persyaratan minimum. Sifat mekanis struktur bisa dilihat pada tabel 2.1

sebagai berikut:

Tabel 2.1. sifat mikanis struktural. (Sumber : RSNI T–03–2005 halaman 8).

Tegangann putus Tegangann leleh Prategang


Jenis baja
minimum fu (mpa) minimum fy (mpa) minimum %

BJ 34 340 210 22
BJ 37 470 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
10

2.3.2. Faktor Beban Dan Kekuatan

Faktor beban dan kekuatan meliputi faktor reduksi kekuatan, φ diambil dari

nilai-nilai yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah :

Tabel 2.2. Faktor Reduksi Kekuatan Untuk Keadaan Batas Ultimit. (Sumber :
RSNI T–03–2005 halaman 10)
Situasi Rencana Faktur Reduksi Kekuatan. Q
1. Lentur 0.90
2. Geser 0.90
3. Aksial tekan 0.85
4. Aksial tekan
Aksial tarik
 Akibat kuat tarik leleh 0.90
 Terhadap kuat tarik fraktur 0.75
5. Penghubung geser 0.75

2.4. Sruktur Atas

Pemilihan bahan struktur yang akan digunakan untuk bangunan tertentu

dipengaruhi oleh tinggi dan bentang struktur, ketersedian bahan di pasaran.

Kondisi pondasi peraturan bangunan setempat dan pertimbangan anstruktural,

setelah bangunan rangka terdiri dari unsur-unsur Horizontal (balok), Vertikal

(kolom) dan pelat lantai. Rangka bangunan tinggi dapat dipandang secara

geometris sebagai penjumlahan dari rangka-rangka portal.

Balok dan kolom disambung secara kakusatuan sama lain sehingga

membentuk rangka sehingga mampu melawan momen, bentuk rakitan tersebut

yang ada dilapangan dan disambung dengan tumpuan (sendi) balok bisa

disambung secara sendi kolom yang menerus sehinggga berlaku sebagai

penghubung terhadap distribusi gaya lateral pada kolom-kolom tetap.


11

2.4.1. Balok

Balok mempunyai karakteristik utama yaitu lentur. Dengan sipat tersebut,

balok merupakan elemin bangunan yang dapat diandalkan untuk menangani gaya

geser dan momen lentur. balok merupakan suatu komponen dibuat secara terpisah,

tetapi saling dihubungkan sedemikian sehingga semua bagian beraksi terhadap

beban kerja, momen lentur, lendutan izin, gaya geser dan gaya torsi sebagai suatu

kesatuan. Menurut (Ismail, 2014), berdasarkan tumpuannya ada beberapa macam

bentuk balok beton bertulang, antara lain :

1. Balok Induk

Balok induk adalah balok yang bertumpu pada kolom dan balok

yang menghubungkan tarik kolom dengan kolom lainnya. Balok ini

berguna untuk memperkecil tebal pelat dan mengurangi besarnya

lendutan yang terjadi. Balok induk direncanakan berdasarkan gaya

maksimum yang bekerja pada balok yang berdimensi sama. Untuk

merencanakan Balok induk, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

diantaranya:

• Menentukan mutu beton yang akan digunakan

• Menghitung pembebanan yang terjadi (Beban Mati, Beban Hidup,

Beban Sendiri balok)

2. Balok Anak

Balok anak adalah balok yang betumpu pada balok induk atau

tidak betumpu langsung pada kolom. Balok anak ini berguna untuk

memperkecil tebal pelat dan mengurangi besarnya lendutan yang terjadi.


12

3. Balok Bagi

Balok bagi adalah balok yang menghubungkan balok dengan balok

anak lainnya atau balok anak dengan balok induk.

2.4.2. Kolom

Kolom merupakan batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul

beban dari balok. Kolom disebut juga suatu elemen dari struktur tekan yang

memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga suatu keruntuhan pada

suatu kolom merupakan suatu kritis yang dapat meyebabkan runtuhnya lantai

yang bersangkutan yang juga runtuh total seluruh struktur. Kolom juga berfungsi

sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.

2.4.3. Pelat Lantai

Struktur plat lantai membentuk bidang kaku horizontal, bidang ini

memeperkokoh dan terhubung dalam suatu bangunan vertikal sehingga

memungkinkan bangunan untuk bertindak terhadap gaya sebagai unit tertutup.

Rangka plat lantai meneruskan gaya gravitasi dan lateral ke kolom dan dinding.

Tata letak plat lantai tergantung pada bentuk dan sistem struktur bangunan. Beban

gravitasi diteruskan oleh plat lantai secara langsung atau melalui rangka lantai ke

kolom dan dinding.

Menurut (Ismail, 2014), Sistem lantai suatu konstruksi mempunyai bentuk

yang bermacam-macam, seperti pelat padat dicor setempat, pelat berusuk atau

satuan-satuan pracetak. Tumpuan pelat pada umumnya dapat berupa balok


13

beton bertulang, struktur baja, kolomkolom dan bisa juga bertumpu langsung

pada permukaan tanah. Secara umum pelat di bagi menjadi 2 arah yaitu pelat

lantai 1 arah dan pelat lantai 2 arah.

2.5. Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

Imran (2010) menjelaskan prilaku Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

dalam memikul beban lateral akibat gempa pada dasarnya berbeda dengan

perilakunya dalam menahan beban gravitasi. Sistem rangka pemikul momen

merupakan salah satu sistem struktur yang dirancang untuk menahan beban

gempa rencana. Pada struktur baja sistem rangka pemikul momen terbagi atas 3

tipe, yaitu :

1. Sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB)

2. Sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM),

3. Sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK)

Perbedaan dari ketiga sistem struktur diatas ada pada kemampuannya

dalam mengalami deformasi inelastis dan tingkat daktilitas. Menurut (SNI,

2012) pada SRPMK dan SRPMM dari hasil pengujian kualifikasi menunjukan

rotasi inelastis sekurang kurangnya 0,3 dan 0,2 radian pada semua sambungan

balok ke kolom yang di desain untuk memikul beban gempa, sedangkan

pada SRPMB diharapkan mengalami rotasi inelastis sekurangkurangnya 0,1

radian. Selain faktor deformasi inelastis dari ketiga sistem rangka pemikul

momen ini juga dapat dibedakan dari perilaku kinerja struktur gedung dalam

mengalami daktilitas yang berbeda-beda. Pada SRPMK tingkat daktilitasnya


14

adalah daktail penuh, sedangkan pada SRPMM dan SPRMB tingkat

daktilitasnya adalah daktail parsial.

2.6. Sistem Rangka Pemikul Momen Kusus (SRMK)

Menurut (SNI, 2012) SRPMK didesain mampu mengalami deformasi

inelastik yang cukup besar akibat gempa rencana, melalui kelelehan balok

pada rangka dan kelelehan pada ujung kolom dasar. Pada sistem ini kolom

didesain lebih kuat dari pada balok yang kita kenal dengan “strong colum weak

beam” yang mencapai strain-hardening.

Sistem Rangka Pemikul Momen Kusus (SRMK) digunakan untuk

perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah

dengan tingkat kegempaan tinggi. Wilayah Gempa Indonesia dengan

Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan Periode Ulang 500 tahun pada

(SNI, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2002), wilayah kota

pagar Alam yang termasuk pada zona gempa 5 sehingga analisis strukturnya

dapat direncanakan dengan menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul

Momen Khusus (SRPMK).

Tabel 2.3. Faktor R ,Cd , dan ῼ0 : untuk sistem penahan gaya gempa SRPMK.
(SNI, 2012)
Faktor Batasan sistem struktur dan
Faktor pembe batasan
Koefisien
Sistem penahan kuatlebih sa tinggistruktur, hn (m)c
modifikasi
gayaseismik sistem ran Kategori desain seismik
respons Ra
ῼ0 g
deflek
si Cdb B C Dd Ed Fe
Rangka baja
8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul momen
15

khusus
Rangka batang
baja pemikul 7 3 5½ TB TB 48 30 TI
momen khusus
Rangka beton
bertulang
8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul momen
Khusus
Rangka baja
canai dingin
pemikul momen 3½ 3o 3½ 10 10 10 10 10
khusus dengan
pembautan
Catatan :
TB = Tidak Dibatasi
TI = Tidak Diijinka

2.7. Struktur Sistem Ganda

Shaf (2008) menyatakan bahwa salah satu sistem struktur yang kuat

terhadap beban gempa adalah struktur gedung sistem ganda (Dual System

Structure). Struktur sistem ganda berupa gabungan rangka dengan dinding geser

yang dapat bekerja sama dalam menahan beban gempa.

Menurut (SNI, 2012) Sistem Ganda merupakan struktur dengan rangka

ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, sedangkan beban lateral yang

diakibatkan oleh gempa dipikul oleh sistem rangka pemikul momen dan dinding

geser ataupun oleh rangka pemikul momen dan rangka bresing.

Menurut Giriwana (2012) menjelaskan Shear Wall Dan Space Frame

dalam Dual System merupakan satu kesatuan struktur maka diharapkan

keduanya dapat mengalami Defleksi Lateral yang sama, atau setidaknya Space

Frame mampu mengikuti Defleksi Lateral yang terjadi.


16

Tabel 2.4. Faktor R ,Cd , dan ῼ0 : untuk sistem penahan gaya gempa, sistem
ganda paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan. (SNI, 2012)
Koefisie Faktor Faktor Batasan sistem struktur dan
n kuatlebih pembesa ba tasan
Sistempenaha modifika sistem ran tinggistruktur, hn (m)c
ngayaseismik si ῼ0g defleksi Kategori desain seismik
respons Cdb
Ra B C Dd Ed Fe

Rangka baja
dengan
bresing 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
konsentris
Khusus
Dinding
geser beton 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
bertulang
khusus
Dinding
geser beton 6 2½ 5 TB TB TI TI TI
bertulang
biasa
Dinding
geser pelat 8 3½ 6½ TB TB TB TB TB
baja khusus
Catatan :
TB = Tidak Dibatasi
TI = Tidak Diijinkan.

2.8. Dending Geser (Sear Wall)

Shear wall atau dinding geser merupakan dinding yang dirancang

untuk menahan gaya lateral akibat gempa bumi dan angin. Shear wall

sangat penting bagi bangunan bertingkat tinggi karena selain untuk

mencegah kegagalan dinding eksterior, dinding geser juga mendukung

beberapa lantai gedung dan memastikan bahwa struktur tidak runtuh akibat

gerakan lateral saat gempa bumi.


17

Dalam merencanakan dinding geser, perlu diperhatikan bahwa dinding geser

yang berfungsi untuk menahan gaya lateral yang besar akibat beban gempa tidak

boleh runtuh akibat gaya lateral, karena apabila dinding geser runtuh karena gaya

lateral maka keseluruhan struktur bangunan akan runtuh karena tidak ada elemen

struktur yang mampu menahan gaya lateral. Oleh karena itu, dinding geser harus

didesain untuk mampu menahan gaya lateral yang mungkin terjadi akibat beban

gempa, dimana berdasarkan (SNI 03-2847-2013), tebal minimum dinding

geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm.

Sistem dinding geser pada dasarnya dapat dibagi menjadi sistem terbuka

dan sistem tertutup. Sistem terbuka terdiri dari unsur linear tunggal atau gabungan

unsur yang tidak lengkap melingkupi ruang geometris. Dan sebaliknya,

sistem tertutup melingkupi ruang geometris, bentuk-bentuk yang sering

dijumpai adalah bujur sangkar, segitiga, persegi panjang, dan bulat.

(Schueller, Wolfgang, 2001)

Bentuk dan penempatan dinding geser pada suatu bangunan mempunyai

akibat yang besar terhadap perilaku struktural apabila dibebanisecara lateral.

Apabila susunan dinding geser simetris, maka resultan gaya lateral akan

melalui titik berat dari kekakuan relatif bangunan. Selain itu dinding geser

sangat efisien dalam menahan beban vertikal maupun lateral dan tidak

mengganggu persyaratan arsitektur jika posisi dinding geser simetris.

Sedangkan untuk susunan dinding geser yang tidak simetris atau asimetris,

maka resultan gaya lateral tidak melalui titik berat kekakuan bangunan.Pada
18

gambar dibawah ini terlihat portal berada di kiri dan kanan dinding serta hanya

ada pada satu sisi saja. (Sumber: Schueller, Wolfgang, 2001).

(Schueller, dalam Braien Octavianus Majore,2015) menjelaskan dinding

geser atau shearwall dapat dibangun pada sisi luar bangunan maupun sisi

dalam bangunan, tanpa adanya batasan geometris dari dinding geser itu

sendiri. Sistem dinding geser dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem terbuka dan

sistem tertutup. Dinding geser ini, di sisi luar bangunan ataupun dalam

bangunan, dapat diposisikan secara simetris maupun tak simetris

Dalam perencanaan struktur tahan gempa dengan dinding geser (shear

wall), tiap elemen struktur didesain dengan berbagai ketentuan, sehingga

diharapkan dinding geser tidak runtuh akibat gaya geser. Berdasarkan letak

dan fungsinya, dinding geser dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :

1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian

besar beban gravitasi . Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding

partisi antar apartemen yang berdekatan.

2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana

beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini

dibangun diantara baris kolom.

3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti

pusat dalam gedung yang biasanya diisi tangga atau poros lift.
19

(a). Bearing walls (b). Frame walls (c). Core walls


Sumber : (Schueller, dalam Braien Octavianus Majore,2015)

Gambar: 2.3. jenis dinding geser berdasarkan letak dan fungsinya

Berdasarkan geometrinya, dinding geser dapat dikategorikan sebagai berikut:

(1) flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki

rasio ℎw/𝑙w≥ 2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku lentur;

(2) squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki

rasio ℎw/𝑙w≤ 2 dan desainnya dikontrol oleh perilaku geser;

(3) coupled shear wall (dinding berangkai), merupakan sepasang

dinding menahan momen guling yang terjadi akibat beban gempa, yang

dihubungkan oleh balok-balok perangkai,sebagai gaya-gaya tarik dan

tekan yang bekerja pada masing-masing dasar pasangan dinding

tersebut.

Dalam merencanakan dinding geser, perlu diperhatikan bahwa dinding

geser yang berfungsi untuk menahan gaya lateral yang besar akibat beban

gempa tidak boleh runtuh akibat gaya lateral, karena apabila dinding geser

runtuh karena gaya lateral maka keseluruhan struktur bangunan akan runtuh

karena tidak ada elemen struktur yang mampu menahan gaya lateral. Oleh karena
20

itu, dinding geser harus didesain untuk mampu menahan gaya lateral yang

mungkin terjadi akibat beban gempa. Jenis dinding geser berdasarkan

geometrinya dapat dilihat pada bawah ini.

(a) Flexural Shear Wall (b) Squat Shear Wall (c) Counpled Shear Wall
Gambar: 2.4. Jenis Shear Wall berdasarkan geometrinya

2.9. Bresing (Bracing)

Bracing atau bresing merupakan elemen struktur penahan gaya lateral.

Elemen ini berupa batang yang dipasang pada portal struktur. Karakteristik

dari elemen ini merupakan dominasi aksial yang terjadi ketika gaya lateral

terjadi. Di mana pada saat gempa terjadi, gaya lateral yang diterima oleh

struktur akan diteruskan pada elemen bracing ini sebagai gaya aksial.

2.9.1. Sistem Rangka Bresing Konsentrik

Gaya tarik yang ditimbulkan pada sistem bresing vertikal konstris akan

melawan gaya desak sehingga secara umum struktur akan mengalami tekuk

akibat desakan gaya lateral tersebut. Sistem ini mempunyai 5 tipe bentuk bresing
21

yaitu bentuk x , v , interval v , Ʌ , K , dan z atau diagonal (brockenbrough dan

martin, 1994).

(a). Diagonal Braced CBF (b). Interved V-Braced CBR

(c). V-Braced CBF (d). X-Breced CBF (e). K-Breced CBF


Gambar: 2.5. Struktur bresing Vertikal Konsentrik

Sistem bresing konsentrik merupakan sistem bresing dimana sumbu

utamanya bertemu atau saling memotong dalam satu titik. kekakuan sistem ini

terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi sebagai penahan gaya

lateral yang terjadi pada struktur. Penyerapan energi pada sistem ini

dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada pelat buhul. Sistem

ini daktilitasnya kurang begitu baik` sehingga kegagalannya ditentukan oleh tekuk

bracing. Sistem berbresing konstrik terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Sistem Rangka Bresing Khusus Konsentrik (SRBKK)


22

Sistem rangka bresing khusus diharapakan dapat mengalami

depormasi inelastis yang cukup besar akibat gaya gempa rencana. SRBKK

memiliki tingkat daktilitas yang lebih tinggi dari pada tingat daktilitas

sistem rangka bresing konsentrik biasa mengingat penurunan kekuatannya

yang lebih kecil pada saat terjadinya tekuk pada bresing tekan.

2. Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB)

Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB) diharapkan dapat

mengalami deformasi inelastis secara terbatas apabila dibebani oleh gaya-

gaya yang berasal dari beban rencana.

2.9.2. Sistem Rangka Bracing Eksentrik

Pada sistem rangka bresing eksentrik, disingkat EBF, ada suatu

bagian dari balok yang disebut link dan direncanakan secara khusus. EBF

diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang cukup besar pada link

saat memikul gaya-gaya akibat beban gempa rencana karena element link

tersebut beungsi sebagai pendisipasi energi ketika struktur menerima beban

gempa. Pendisipasian energi ini diwujudkan dalam bentuk plastifikasi pada

elemen link tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan sistem SRBE

mempunyai nilai daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan SRBK

yang lebih mengutamakan pada kekuatan strukturnya.


23

(a). Diagonal Braced SBF (b). Split-Braced EBF (c). V-Braced EBF
Gambar: 2.6. Rangka Bracing eksentrik

Pemilihan profil bresing tergantung dari besarnya gaya aksial yang bekerja,

panjang bracing,kekakuan bracing, estetika dan ruang bebas yang diinginkan.

Profil bracing bisa berupa profil siku ganda, profil kanal, profil T, profil WF

dan profil tampang berongga (bulat atau kotak). Pemilihan profil bracing juga

mempertimbangkan sambungan yang akan dipakai.

2.10. Sistem Bresing Vertikal “X”

Sistem bresing vertikal “X” batang diagonalnya cendrung lebih langsing.

Oleh karena itu, kapasitas tegangan tariknya lebih besar dari kapasitas tegangan

tekan sehingga di asumsikan hanya tegangan tarik diagonal yang aktif. Jika batang

diagonal dipasang ketika prestress awal untuk mengurangi kelonggaran, maka

hanya batang diagonal tekan akan aktif bekerja hanya sampai proses pretress akhir

sehingga dimungkinkan batang bresing diagonal lebih kecil (asce, 1971).

2.11. Pembebanan

Menurut (Effendi, Wesli, Chandra, & Akbar, 2017) Beban merupakan gaya

atau aksi lainnya yang diperoleh dari berat seluruh bangunan, penghuni, barang-
24

barang yang ada di dalam bangunan gedung, efek lingkungan, selisih

perpindahan dan gaya kekangan akibat perubahan dimensi. Perencanaan

pembebanan pada struktur gedung terdiri atas beban gravitasi (vertikal) dan beban

lateral (horizontal).

2.12. Beban Gravitasi (Vertikal)

2.12.1. Beban Mati

Beban mati yaitu berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,

termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta

peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Beban mati

dibagi terdiri dari dua yaitu berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung.

berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung bisa dilahat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.5.berat sendiri bahan bangunan. (Sumber. Peraturan pembebanan


indonesia untuk bangunan gedung (PPIUG, dalam Anindityo P 2011)
No Bahan bangunan Beban Satuan
1 Baja 7850 Kg/m3
7 Beton ( 1 ) 2200 Kg/m3
8 Beton bertulang ( 2 ) 2400 Kg/m3
Kerikil , koral(kering udara sampai lembab. Tanpa di
10 1650 Kg/m3
ayak)
11 Pasangan bata merah 1700 Kg/m3
15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 Kg/m3
16 Pasir (jenuh air) 1800 Kg/m3
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850 Kg/m3

Tabel 2.6. kompunen gedung. Sumber. (PPIUG, dalam Anindityo P 2011)


No Kompnen gedung Beban Satuan
Adukan per cm. Tebal
1  Dari semen 21 Kg/m3
 Dari kapur, semin merah atau tras 17 Kg/m3
25

Dinding pasangan bata merah Satu satu


2 450 Kg/m3
 Setengah bata
250 Kg/m3
Dinding pasangan batako
 Berlubang
 Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 Kg/m3
3  Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 Kg/m3
 Tanpa lubang
 Tebal dinding 15 cm 300 Kg/m3
 Tebal dinding 10 cm 200 Kg/m3
Langit - langit dan dinding (termasuk rusuk-
rusuknya, tanpa penggantung atau pengaku),
4 terpadu dari
 Semen asbes dengan tebal maximum 4 mm 11 Kg/m3
 kaca dengan tebal maximum 3-4 mm 10 Kg/m3
Penggantung langit-langit dari kayu dengan
6 bentang maksimum 5 m dengan jarak s.k.s 40 Kg/m3
minimum0,80 m.
Penutup genting dengan reng dan usuk /kaso
7 50 Kg/m3
per m2 bidang atap.
Penutup sirap dengan reng dan usuk /kaso per
8 40 Kg/m3
m2 bidang atap.
Penutup ubin dari semen portland, teraso dan
10 beton, 24 Kg/m3
tanpa adukan, per cm tebal
11 Semen asbes gelombang dengan tebal 5 mm. 11 Kg/m3

2.12.2. Beban Hidup

Menurut (Wolfgang, dalam Muhammad Ismail 2014) beban hidup

merupakan semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu

gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang

dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,

sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut.

Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air

hujan.
26

Peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian

dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut

adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem

pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu

koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang

ditinjau.

Tabel 2.7. beban hidup pada lantai gedung. (PPIUG, dalam Anindityo P 2011)
No Lantai gedung Beban Satuan
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut
1 200 Kg/m2
no 2

Lantai rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang


2 tidak penting yang bukan untuk took, pabrik atau 125 Kg/m2
bengkel.

Lantai sekolah, ruang kulia, kantor, took, toserba,


3 250 Kg/m2
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.

8 Tangga, tangga bordes dan gang dari yang disebut no 3 300 Kg/m2

2.13. Baban Lateral (Horizontal)

2.13.1. Beban Angin

Beban amgin merupakan beban horizontal yang harus dipertimbangkan

dalam mendaesain struktur. Pada daerah tertentu tekanan angin yang besar dapat

menyebabkan runtuhnya bangunan. Besarnya tekanan yang diakibatkan angin

pada suatu titik akan tergantung kecepatan angin, rapat masa udara lokasi yang

ditinjau pada struktur, Prilaku permukaan struktur, bentuk geometris struktur,

denensi struktur (Schodek, dalam ADITYA JAYA M. 2011)


27

2.13.2. Beban gempa

Beban gempa merupakan semua beban statik ekuivalen yang bekerja dalam

gedung ataau bagian yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa

itu, maka yang diartikan dengan gempa disini ialah gaya-gaya didalam struktur

tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa. Semua bagian banguan

harus dirancang dan dibangun sehingga berlaku sebagai suatu kesatuan untuk

menahan gaya horizontal struktur yang dirancang untuk memiliki kelenturan atau

kemampuan untuk menjalani perubahan akan mempunyai rsistensi gempa yang

meningkat, karena gerak gempa menyebabkan pembalikan tegangan yang cepat

pada unsur-unsur struktur, maka struktur juga harus dapat menahan akibat

kelelahan.

2.14. Analisis Gempa


2.14.1. Faktor Keutamaan Gempa

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung

sesuai (SNI, 2012) pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor

keutamaan Ie. Khusus untuk struktur bangunan dengan kategori risiko IV, bila

dibutuhkan pintu masuk untuk operasional dari struktur bangunan yang

bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain

sesuai dengan kategori risiko IV.

Tabel. 2.8. paktor keutamaaan gempa. Sumber: (SNI, 2012)

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa,Ie


I Atau II 1,0
III 1,25
28

IV 1,50

2.14.2. Gempa Rencana

Dalan (SNI, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk gedung, 2002),

gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui

besarnya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 10 persen atau

gempa dengan periode ulang 500 tahun. Respons spekrum ditentukan berdasarkan

peta resikogempa yang terbagi kedalam 6 (zona).

Sedangkan (SNI, 2012), gempa rencana ditetapkan sebagi gempa dengan

kemungkinan terlewati besaranya selama umur struktur bangunan 50 tahun 2

(dua) persen atau gempa dengan periode ulang 2500 tahun yang merupakan

gempa maksimumyang dipertimbangkan resiko tertarget (Mcer – Maximum

Considered Earthquake Targeted Risl) dengan memperhitungkan:

1. Gempa hazar (bahaya kerusakan-MCE).

2. MCER probabilistic.

3. MCER deterministic (adanya patahan/fault).

4. koefisien risiko (Cr) atau collapse fragility (vulnerability) : probabikitas

keruntuhan struktur dengan resiko gempa 2% umur bangunan 50 tahun.

Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau

dalam perencanaandan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta

berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan

sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur

bangunan 50 tahun adalah sebesar 2 persen.


29

2.14.3. Gaya Lateral

Menurut (SNI, 2012) Setiap struktur harus dianalisis untuk pengaruh gaya

lateral statik yang diaplikasikan secara independen di kedua arah ortogonal. Pada

setiap arah yang ditinjau, gaya lateral statik harus diaplikasikan secara simultan di

tiap lantai. Untuk tujuan analisis, gaya lateral di tiap lantai dihitung sebagai

berikut :

Fx = 0,01Wx

Keterangan:

Fx =gaya lateral rencana yang diaplikasikan pada lantai x

Wx =bagian beban mati total struktur, D , yang bekerja pada lantai x

2.15. Wilayah Gempa Dan Spektrum Respons

2.15.1. Parameter Percepatan Terpetakan

Dalam (SNI, 2012) menyebutkan Parameter ss (percepatan batuan dasar

pada perioda pendek) dan S1 (percepatan batuandasar pada perioda 1 detik) harus

ditetapkan masing-masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik

dalam peta gerak tanah seismik pada pasal 14 dengan kemungkinan 2 persen

terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam 50 tahun), dan dinyatakan

dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi. Bila s1 ≤ 0.04 g dan Ss

≤0,15 g, maka struktur bangunan boleh dimasukkan ke dalam kategori desain

seismik A,dan cukup memenuhi persyaratan untuk menahan gaya lateral.


30

Sumber: (SNI, 2012)


Gambar 2.1. S1 Gempa maksimum yang diperhitungkan resiko tertarget, kelas
situs batuan

(Sumber, windu ari wibowo,2012)


Gambar.2.2. Peta kota Pagar Alam
31

2.15.2. Kelas situs

(SNI, 2012) Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus

diklasifikasi sebagai kelas situs SA, SB, SC, SD,SE, atau SF. Bila sifat-sifat tanah

tidak teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bisa ditentukan kelas situs-nya,

maka kelas situs Sedapat digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang

berwenang memiliki data geoteknik yangdapat menentukan kelas situs SF.

Tabel 2.9. Klasifikasi situs. Sumber: (SNI, 2012)


Kelas situs
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan lunak)
175 sampai 350 15sampai 50 50 sampai100
SD (tanah sedang)
Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
< 175 <15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih
dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut :
SE (tanah lunak
1. Indeks plastisitas, PI > ,20
2. Kadar air, w ≥ 40%,
3. Kuat geser niralir su> 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
satu atau lebih dari karakteristik berikut:
1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
SF (tanah khusus,yang
beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
membutuhkan
sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
investigasi geoteknik
2. Lempung sangat organik dan/atau gambut
spesifik dan analisis
(ketebalan H > 3 m)
respons spesifik-situs
3. Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan
yang mengikuti 6.10.1)
H > 7,5 m dengan Indeks Plasitisitas PI >7,5 )
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan
ketebalan 35 > H m dengan su > 50 kPa
Catatan: N/A = tidak dapat dipakai
32

2.16. kriteria Struktur Tahan Gempa

Menurut (HUTAHAEAN & ASWANDY, 2016) Perencanaan bangunan

bertingkat tinggi harus memperhitungkan beban-beban yang bekerja pada

struktur tersebut, seperti beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi

adalah beban mati dan beban hidup pada struktur, sedangkan beban lateral adalah

beban angin dan beban gempa. Macam-macam kategori level kinerja struktur

antara lain:

(1) Operasional

Bila terjadi gempa, tidak ada kerusakan berarti pada struktur dan

non struktur (bangunan tetap berfungsi);

(2) Immediate Occupancy (IO)

Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa tersebut,

struktur tidak mengalami kerusakan struktural dan tidak mengalami

kerusakan non struktural. Sehingga dapat langsung dipakai;

(3) Life Safety (LS)

Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa, dengan

sedikit kerusakan struktural, manusia yang tinggal atau berada pada

bangunan tersebut terjaga keselamatannya dari gempa bumi;

(4) Collapse Pervention (CP)

Bila gempa terjadi, struktur mengalami kerusakan struktural yang

sangat berat, tetapi belum runtuh.

Untuk mendapatkan level kinerja suatu struktur, dilakukan

perhitungan maksimum drift dan maksimum inelastic drift (simpangan


33

antar lanati). Rumus yang digunakan untuk menghitung maksimum drift

dan maksimum inelastic drift ditunjukan pada sebagai berikut :


𝐷𝑡
Maksimum drif t = ℎ

𝐷t−𝐷1
Maksimum ilastis drif t = ℎ

Dimana:

𝐷𝑡 = displacement saat terjadinya peformance point [m],

𝐷1= displacement saat terjadinya leleh pertama kalinya [m],

𝐻 = tinggi total bangunan [m].

Dari Persamaan 1 dan Persamaan 2 dilakukan perbandingan batasan

ratio drift menurut ATC-40 yang ditunjukkan pada Tabel kajian dinding geser

dan bresuing sebagai berikut berikut ini:

Tabel. 2.10 Batasan Rasio Drift Atap Menurut ATC-40 (sumber : ATC-40,
1996)
Peformance Level
Struktural
Parameter IO Damage Kontrol LS
Stability
𝑣𝑖
Maksimum Total Drift 0,01 0,01 S.D 0,02 0,02 0,33𝑝𝑖

Maksimum Inelastik Drift 0,005 0,005 S.D 0,015 No Limit

2.17. Kombinasi Beban

Bangunan tinggi akan menghadapi berbagai beban sepanjang usia bangunan

tersebut, dan banyak diantaranya yang bekerja bersamaan. Efik beban harus

digabung apabila bekerja pada garis kerja yang sama dan harus dijumlahkan
34

keadaan ini membuat kita harus merancang struktural yang mempertimbangkan

semua kemungkinan kombinasi pembebanan, kemungkinan terjadinya beban

kombinasi harus di evaluasi secara sastik dan diramalkan akibatnya. Apabila

penentuan aksi beban dilakukan ebih tepat, maka faktor keamanan yang dibuat

untuk mencegah hal-hal yang tidak diketahui dapat dikurangi.

Untuk perhitungan beban gempa digunakan Pedoman Perencanaan

Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, tetapi kombinasi pembebanan

menggunakan spesitikasi AISC-LRFD.

a. I.4D

b. 1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr atau S atau R)

c. 1.2D + 1.6(Lr atau S atau R) + (0.5 L atau 0.8W)

d. 1.2D + 1.3W + 0.5L + 0.5 (Lr atau S atau R)

e. 0.9D - (1.3W atau 1.5E)

Dimana:

D : beban mati

L : beban hidup

W : beban angin

E : beban gempa

Lr : beban hidup atap

R : beban air hujan atau beban es


35

2.18. Peneliti terdahulu

1. Dari peneitian yang dilakukan oleh Hamdeni Medriosa dengan judul

“Perbandingan Analisis Respon Struktur Antara Portal Open Frame,

Dengan Shear Wall Dan Bracing Diagonal Terhadap Beban Gempa

Statik Ekivalen Pada Bangunan Gedung Beton Bertulang”. Bertujuan

untuk (1). Dapat merencanakan struktur Portal Open Frame,

menngunakan Shear Wall dan menggunakan bracing yang berpedoman

kepada peraturan- peraturan SNI terbaru. (2). Dapat mengetahui

displacement struktur beton bertulang Open Frame, Shear Wall dan

Bracing. Dengan data, jumlah lantai 4, tinggi gedung 16 M, matreal

Portal beton bertulang dengan pungsi gedung perhotelan. Data tersebut

dianalisa menggunakan program bantu ETABS 2013. Dari analisa

tersebut maka dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:

a. Displacement yang terjadi pada struktur portal open

frame lebih besar (0,77%).dibandingkan dengan dua model

lainya karena dengan penambahan Shear Wall (0,61%) dan

bracing membantu (0,65%) struktur terhadap gaya horizonal

(gempa bumi) yang terjadi.

b. Nilai momen Ultimit yang terjadi pada balok (11,706%)

dan gaya aksial yang terjadi pada kolom lebih besar

(65,18%) pada model dengan penambahan shear wall, hal ini

dikarenakan berat dari dari shear wall itu sendiri yang


36

mempengaruhi nilai momen ultimit yang terjadi pada balok

dan nilai gaya Aksial yang terjadi pada kolom.

c. Nilai geser yang terjadi pada balok dan kolom lebih

besar terjadi pada model struktur beton bertulang normal

dibandingkan dengan kedua model lainya, hal ini dikarenakan

fungsi dari Shear Wall dan Bracing membantu struktur

terhadap gaya horizontal (gempa bumi) yang terjadi.

Displacement struktur beton bertulang menggunakan Shear

Wall jauh lebih kecil dibandingkan dengan beton bertulang Open

Frame dan beton bertulang menggunakan Bracing.

2. Dari peneitian yang dilakukan oleh Santi Gloria Hutahaean, Aswandy,

dengan judul penelitian “Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada

Gedung Bertingkat”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

perilaku kinerja struktur yang terdiri dari pola keruntuhan, Roof

Displacement, Base Shear dan level kinerja pada kedua model struktur.

Kemudian Hasil analisis pushover pada kedua model kemudian

dibandingkan sehingga didapat perbedaan kinerja pada kedua model.

Dengan menggunakan analisa pepormance level. Perbandingan bersing

gdan dinding geser bisa dilihat dari hasil analisa pepormance arah X dan

arah Y seperti tabel dibawah ini :


37

Tabel 2.11. Peformance Level Model 1 dan Model 2


Model 1 (Dengan Shear
Model 2 (Dengan Bracing)
Wall)
Arah
Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah
X X Y Y X X Y Y
0,22 0,28 0,22 0,23 0,34 0,34 0,31 0,35
𝑫t [m]
5 7 5 4 4 9 7 7
0,14 0,00 0,01 0,15 0,26 0,00 0,22 0,26
𝑫1 [m]
8 4 1 1 5 7 8 3
H [m] 60 60 60 60 60 60 60 60
Maksimum 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Drift 4 5 4 4 6 6 5 6
Keterangan IO IO IO IO IO IO IO IO
Maksimum
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Inelastic
1 5 4 1 1 6 1 2
Drift
Keterangan IO IO IO IO IO IO IO IO

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. dimensi bracing yang menghasilkan drift yang sama adalah

WF27x281 untuk lantai 1-lantai 5, WF14x132 untuk lantai 6-lantai

10 dan WF12x87 untuk lantai 11-lantai 15, dan dimensi kolom

penopang bracing adalah 600x1800 untuk lantai 1-lantai 3,

500x1600 untuk lantai 4-lantai 6, 400x1200 untuk lantai 7-lantai

9, 300x900 untuk lantai 10-lantai 12 dan 300x800 untuk lantai 13-

lantai 15;

2. struktur gedung dengan shear wall memiliki kekuatan dan

kekakuan yang lebih besar dari pada struktur gedung dengan

bracing;

3. kedua struktur memiliki level kinerja yang sama, yaitu Immediate

Occupancy (IO).
38

3. Dari peneitian yang dilakukan oleh Sri Haryono, Dian Arumningsih Diah

Purnamawanti dengan judul “Penggunaan Struktur Bresing Konsentrik

Tipe X Untuk Perbaikan Kinerja Struktur Gedung Bertingkat Terhadap

Beban Lateral Akibat Gempa” Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk melakukan evaluasi struktur gedung pada kondisi terjadinya

gempa sebelum dan setelah penambahan bresing X. Dengan menganalisa

batas layan dan batas ultimit, Peraturan yang digunakan sni 2002,

dengan bantuan program komputer sap 2000. Dari analisa perhitungan

tersebut menunjukan, gedung bertingkat tidak aman tanpa menggunakan

bresing setelah di analisa menggunkan bresing X struktur tersebut sudah

memenuhi kretiria bahwa struktur gedung tersebut aman.

4. Dari peneitian yang dilakukan oleh Dayu Felli Rahmawati1, Utari

Khatulistian2. Dengan judul penelitian “Analisa Drift Gedung Struktur

Baja Tahan Gempamenggunakan Kombinasi Two Story-X Bracing Dan X

Bracing Di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui sampai berapa kekuatan struktur yang dapat menahan

beban gempa jika ditambahkan dua pengaku (Bracing) sekaligus.

2. Sebagai rekomendasi untuk perencanaan gedung struktur baja

tahan gempa menggunakan kombinasi Two Story-X Bracing dan X

Bracing di Kota Surabaya.

Peraturan yang digunakan Sni gempa 2012, Dari Preliminary

Design diperoleh dimensi balok anak atap WF 200.100.5,5.8, balok

anak lantai WF 250.175.7.11, balok induk atap WF 250.175.7.11,


39

balok induk lantai WF 300.200.9.14, kolom WF 400.400.30.50, bresing

WF 400.400.30.50. Data tersebut di olah dengan program komputer sap

2000. berdasarkan dari hasil perencanaan struktur gedung yang

menggunakan struktur baja, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jika dilihat dari penempatan bresing:

 Model kombinasi 1 dengan Two Story-X Bracing pada

lantai 1-4 dan X Bracing pada lantai 5-8, didapatkan

total nilai simpangan Horisontal sebesar 0,102 m.

 Model kombinasi 2 dengan Two Story-X Bracing pada

lantai 5-8 dan X Bracing pada lantai 1-4, didapatkan total

nilai simpangan horisontal sebesar 0,107 m.

 Model kombinasi 3 dengan Two Story-X Bracing pada

lantai 3-6 dan X Bracing pada lantai 1-2 dan 7-8,

didapatkan total nilai simpangan horisontal sebesar 0,106 m.

2. Jika dilihat dari total nilai simpangan horisontal 3 model

kombinasi tersebut maka nilai simpangan horisontal 0,102 meter

pada model kombinasi 1 adalah nilai simpangan horizontal paling

kecil.

5. Dari peneitian yang dilakukan oleh Braien Octavianus Majore Steenie E.

Wallah, Servie O. Dapas dengan judul penelitian “Studi Perbandingan

Respons Dinamik Bangunan Bertingkat Banyak Dengan Variasi Tata

Letak Dinding Geser”. Adapun tujun dari penelian yaitu untuk

membandingkan simpangan horisontal yang terjadi akibat beban gempa


40

pada struktur yang menggunakan shearwall pada sisi bagian luar

bangunan dan Shear Wall pada inti bangunan. Peturan dari penelitian ini

menggunakan SNI 2012 struktur gedung dan non gedung tahan gempa,

analisa dibantu dengan bantuan program komputer etabs. Dari hasil

perhitungan tersebut didapat nilai maksimum model F dan model G

seperti tabel beriikut:

Tabel 2.12. Nilai Simpangan Maksimum Model F


dan Model G
Beban Gempa Model F Model G
Arah X 298.1 121.6
ELFX
Arah Y 8.2 5.5
Arah X 8 5.6
ELFY
Arah Y 124 295.3
Arah X 135.6 60.9
RSPX
Arah Y 26.5 28.2
Arah X 28 26.2
RSPY
Arah Y 60.6 134.8

Berdasarkan hasil analisa pemodelan dengan variasi tata letak

dinding geser dan pemodelan dengan variasi ketebalan dinding geser,

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Dinding geser memberikan kontribusi besar terhadap struktur

bangunan bertingkat banyak, dalam menahan gaya lateral

seperti beban gempa. Terdapat perbedaan nilai respons

dinamik, yaitu nilai simpangan horisontal yang terjadi akibat

beban gempa, antara bangunan bertingkat banyak yang

menggunakan rangka kaku (Rigid Frame), dan bangunan yang

menggunakan kombinasi antara dinding geser (Shear Wall)


41

dan rangka kaku (Rigid Frame). Model I yang dengan rangka

kaku menghasilkan nilai simpangan sebesar 1168,6 mm untuk

beban gempa statis (ELF), dan 735,6 mm untuk beban gempa

dinamis (RSP). Model A yang dengankombinasi rigid frame

dan shearwall, menghasilkan 122,4 mm untuk beban ELF, dan

62,4 untuk beban RSP.

b. Respons dinamik suatu bangunan bertingkat banyak, dalam

hal ini simpangan Horisontal, dipengaruhi oleh berbagai

faktor, salah satunya adalah tata letak dinding geser. Dinding

geser yang diposisikan mendekati pusat massa suatu

bangunan, baik sumbu x maupun sumbu y dalam arah

ortogonal, menghasilkan nilai simpangan horisontal yang lebih

kecil dibandingkan dinding geser yang diposisikan menjauhi

pusat massa bangunan tersebut. Model A, dengan shearwall

yang diletakkan pada pusat massa bangunan memiliki nilai

simpangan paling kecil diantara model-model lainnya, dan

menghasilkan persentasi selisih rata-rata dengan Model B

sebesar 124.72 % untuk beban ELF, dan 106.21% untuk

beban RSP. Model B dengan shearwall yang diletakkan pada

sisi bagian luar bangunan, menghasilkan nilai simpangan

sebesar 268,9 mm untuk beban ELF, dan 120,9 mm untuk

beban RSP.
42

2.19. Program Etabs

Program “Extended Three-dimensional Analysis Building System”

(ETABS) merupakan program analisis struktur yang dikembangkan oleh

perusahaan software Computers and Structures, Incorporated (CSI) yang

berlokasi di Barkeley, California, Amerika Serikat. Berawal dari penelitian dan

pengembangan riset oleh Dr. Edward L. Wilson pada tahun 1970 di University of

California, Barkeley, Amerika Serikat, maka pada tahun 1975 didirikan

perusahaan CSI oleh Ashraf Habibullah (Medriosa, 2018).

Etabs merupakan salah satu program analisa struktur yang cukup populer

didunia dan banyak dipakai oleh konsultan-konsultan struktur kelas dunia. Etabs

mengunakan teknologi yang paling mutahir dala metode finite-element, dengan

metode input yang sangat interaktif dan mudah. Oleh karena itu. Program ini

layak dipelajari dan dipahami oleh para praktisi perencana struktur. Kelebihan

dari Etabs dibandingkan program yang sejenis merupakan kemudahan dalam

penggunaannya. Program Etabs digunakan secara spesialis untuk analisis struktur

high rise building seperti bangunan perkantoran, apartemen, rumah sakit, dll.

Program Etabs secara khusus difungsikan untuk menganalisis lima

perencanaan struktur, yaitu analisis frame baja, analisis frame beton, analisis

balok komposit, analisis baja rangka batang, analisis dinding geser. Penggunaan

program ini untuk menganalisis struktur, terutama untuk bangunan tinggi sangat

tepat bagi perencana struktur karena ketepatan dari output yang dihasilkan dan

efektif waktu dalam menganalisisnya.

Anda mungkin juga menyukai