Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)


1. Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak
aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan
kerugian cedera hingga kematian.1,2 Sebanyak 85% kecelakaan kerja
disebabkan oleh unsafe action atau tindakan tidak aman.1 Kecelakaan
yang diakibatkan tindakan tidak aman (Unsafe Action) dianggap
sebagai hasil dari perilaku manusia dan pihak manajemen perusahaan.10
2. Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat
menyebabkan kerugian / kecelakaan, antara lain:
a. Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya,
Memakai alat tidak layak pakai, tidak menggunakan APD dengan
semestinya, gagal mengikuti prosedur, mengoperasikan mesin yang
tidak sesuai dengan keahliannya.2
b. Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi,
menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang beroperasi,
beban kerja yang berlebihan.3
c. Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur,
posisi tidak aman, bercanda, main-main, bersenda guru berlebihan,
mabok alcohol dan obat obatan terlarang, mengangkut beban yang
berlebihan.27
3. Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Unsafe action atau tindakan tidak aman merupakan kesalahan
manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan.

1
http://repository.unimus.ac.id
Klasifikasi kesalahan manusia, antara lain :
a. Kesalahan dikarenakan lupa.4
Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi
sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat
mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa
melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah.
b. Kesalahan dikarenakan tidak tahu.12
Kesalahan yang terjadi dikarenakan tidak mengetahui cara
mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi
perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan
kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah
tidak diberitahukan.
c. Kesalahan dikarenakan tidak mampu.12
Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu
melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban
fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas
yang terlalu banyak.
d. Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi.28
Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi
dikarenakan, antara lain :
1) Dorongan pribadi
Terburu-buru karena ingin cepat selesai, melalui jalan pintas,
ingin merasa nyaman, malas untuk memakai APD, menarik
perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan.
2) Dorongan lingkungan
Lingkungan fisik, sistem manajemen, (contoh : dari pemimpin,
dll).
e. Kesalahan dikarenakan aturan: 12
Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan
yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai
dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnya

2
http://repository.unimus.ac.id
pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi
kerja yang telah dibuat.
4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
a. Akibat langsung (direct lost).5,6
Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak
aman (unsafe action) secara langsung antara lain kecelakaan kerja
yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan
kerugian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya
pengobatan dan perbaikan sarana produksi yang rusak yang
ditimbulkan kecelakaan kerja.
b. Akibat tidak langsung (indirect los).2,30
Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak
aman (unsafe action)secara tidak langsung biasanya akan dirasakan
dalam kurun waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat
kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan
lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang
mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang,
kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan
kepercayaan konsumen pun akan menurun.
5. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Tindakan tidak Aman
(Unsafe Action)
a. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi
perilaku. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat
diketahui melalui persepsi. Kemampuan individu merespon
stimulus yang menyebabkan persepsi antara individu berbeda.7
Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja merupakan unsur
penentu kemajuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.12
Kecocokan yang dapat ditemukan dalam perusahaan oleh
karyawan dari segi persepsi tempat kerja yang baik kondisi kerja

3
http://repository.unimus.ac.id
yang menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran
yang bagus, manajemen yang pengertian dan bertanggung jawab,
hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa apabila ditemukan
kecocokan tersebut oleh semua karyawan.8
Dari hasil penelitian di PT. Semen Tonasa menyatakan
dari 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang
(86,8%) yang memiliki perilaku aman dan 5 orang (13,2%) yang
memiliki perilaku tidak aman. Sedangkan dari 22 responden yang
memiliki persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%) yang
berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) yang berperilaku tidak
aman. Adanya hubungan antara faktor persepsi dengan perilaku
tidak aman.31
Berdasarkan penelitian di PT. EGS Indonesia dinyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dan perilaku
tidak aman pada pekerja.13
b. Pengalaman kecelakaan kerja
Pengalaman kecelakaan kerja merupakan suatu pelajaran
penting bagi pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja.
Kecenderungan perilaku lebih berhati-hati dan lebih taat terhadap
peraturan di tempat kerja dilakukan pada pekerja yang pernah
mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pekerja yang tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja cenderung untuk meremehkan
peraturan dan keselamatan kerja. Akan tetapi biasanya pekerja
yang pernah mengalami kecelakaan kerja tidak kapok untuk
melakukan kesalahan yang sama.14
Hasil penelitian di PT. Barata (PERSERO) Unit Usaha Mandiri
Tegal menunjukkan bahwa pengalaman kecelakaan berhubungan
dengan tindakan tidak aman. 14

4
http://repository.unimus.ac.id
c. Stress Kerja
Tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat yang tidak
sesuai dengan kemampuan seseorang dapat mengakibatkan stress
kerja.16 Stres kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada
pekerja. Baik secara fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres yang
dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali dapat
menyebabkan terjadinya burnout yaitu kombinasi kelelahan secara
fisik, psikis dan emosi.16
Salah satu faktor penyebab utama seseorang melakukan
perilaku tidak aman yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan
kerja adalah stres dan kelelahan.15
Hasil penelitian di PT. Sango Ceramics Indonesia,
Semarang menunjukkan bahwa pada kelompok yang sangat
kelelahan yang berperilaku tidak aman lebih besar 66,67% daripada
perilaku aman 33,33%. Sedangkan untuk kelompok yang lelah
yang berperilaku aman lebih besar 80,00% daripada perilaku tidak
aman 20,00%. Penyebab seseorang mengalami kelelahan karena
kebutuhan stress akibat kerja sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja.17
Hasil penelitian di Hotel kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara stres
kerja dengan perilaku berbahaya pada pekerja shift malam yang
signifikan. Nilai korelasi adalah r = 0,475 (p < 0,01) yaitu semakin
tinggi stres kerja pekerja shift malam, semakin tinggi juga perilaku
berbahaya.16
d. Reward and Punishment
Reward dapat mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan
setiap individu dengan perasaan senang, bahagia yang biasanya
akan berdampak individu tersebut melakukan perbuatan baik secara
berulang-ulang.18

5
http://repository.unimus.ac.id
Punishment diberikan kepada pekerja yang melanggar
peraturan dan prosedur keselamatan kerja. Dengan adanya sanksi
diharapkan pekerja dapat lebih mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan. Hukuman menekan atau melemahkan perilaku atau
tindakan tidak aman dan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja
sehingga pekerja terlindungi dari insiden. Para pekerja dan pegawai
mestinya diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga
tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.9
Reward and punishment merupakan salah satu kebijakan
manajemen yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
yang diakibatkan oleh unsafe action. Faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah pengharapan yang dibebani konsekuensi, yaitu
dimana dalam konsekuensi tersebut telah tercakup reward and
punishment didalamnya.
Dari sebuah di PT. Indofood Sukses Makmur, Jakarta
menyatakan adanya reward and punishment berpengaruh terhadap
unsafe action sebesar 28,6% sedangkan tidak adanya reward and
punishment menyebabkan unsafe action 66,7%.19
e. ShiftKerja
Shift kerja merupakan salah satu penyebab utama
kecelakkan kerja yang disebabkan manusia adalah dikarenakan
kelelahan yang berkontribusi 50 % terhadap terjadinya kecelakaan
kerja. Dan kelelahan salah satunya disebabkan oleh gangguan tidur
yang antara lain dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan
gangguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja.20
Pekerja sift malam 28 % memiliki resiko lebih tinggi
mengalami tindakan tidak aman yang menyebabkan cidera atau
kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan, gangguan tidur dan
kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari unsafe
action atau tindakan tidak aman dan sebagai tingkat kesalahan
manusia.10

6
http://repository.unimus.ac.id
Hasil penelitian pada bagian Threading Unit Produksi I
PT. X di Surabaya menunjukkan bahwa kejadian unsafe action
yang menyatakan rendah memiliki frekuensi terbesar pada shift
pagi yaitu 96,7%, namun unsafe action yang menyatakan rendah
mengalami penurunan pada shift kerja sore menjadi 90% dan
mengalami penurunan kembali pada shift malam menjadi 60%.
Perbedaan dapat disebabkan oleh kurangnya pengawasan tentang
keselamatan yang dilakukan pada shift sore dan malam hari serta
terganggunya circadian rhytm pada tubuh.21
Hasil penelitian PT. Newmont Nusa Tenggara di
Kabupaten Sumbawa Barat menunjukkan shift kerja malam lebih
beresiko untuk terjadinya stress sedang dibandingkan shift kerja
pagi. Pekerja yang bekerja pada shift pagi mengalami stres ringan
lebih tinggi karena memiliki waktu istirahat yang lebih banyak dan
penerangan saat bekerja yang cukup sehingga beban kerja tidak
terlalu berat. Shift malam mengalami stres yang lebih tinggi karena
pekerjaan pada shift malam banyak terdapat kegiatan kerja lembur
sehingga waktu istirahat sedikit.22
f. Pengawasan
Pengawas dapat mempengaruhi terjadinya tindakan tidak
aman yang menyebabkan kecelakaan kerja.23 Pengawas memiliki
peran dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap ketrampilan, dan
kebiasaan, akan keselamatan setiap pekerja dalam suatu area
tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baik
tentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan
dan ketrampilan dalam bekerja.12
Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak
diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis
yang dilakukan oleh pekerja.12

7
http://repository.unimus.ac.id
Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka
penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat
mengganggu kegiatan perusahaan.
Menurut penelitianPT. Sim Plant Tambun II. Jakarta
menyatakan ada hubungan pengawasan dengan tindakan aman.12
B. Persepsi
1. Pengertian
Persepsi adalah suatu perasaan setuju atau tidak setuju berdasar dari
dorongan diri sendiri atau dorongan keikutsertaan orang lain.11
2. Persepsi di pengaruhi oleh hal berikut, antara lain :
a. Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan
diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.
b. Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan
tidak terlepas dari dari keadaan lingkungan.35
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
a. Karakter dalam diri si pengarti:
Sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, harapan.
b. Karakter dalam diri target:
Sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang,
kedekatan, kemiripan.
c. Konteks situasi :
Waktu, keadaan kerja, keadaan sosial.32
4. Pekerja atau karyawan cenderung melakukan tindakan tidak aman
(unsafe action) karena beberapa hal, antara lain :
a. Tingkat persepsi oleh pekerja terhadap adanya bahaya / resiko di
tempat kerja.
b. Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang dianggap remeh.
c. Menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi
kecelakaan kerja.12

8
http://repository.unimus.ac.id
5. Cara Pengukuran Persepsi
Pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar
mempengaruhi kesan yang yang akan timbul antara positif atau negatif.
Untuk mengetahui obyektifitas pendapat, penilaian dan keyakinan
responden terhadap suatu obyek. Pengukuran persepsi dilakukan
dengan memberikan pernyataan yang menggambarkan pendapat,
penilaian dan penafsiran responden tentang suatu obyek, kemudian
responden diberikan alternatif pilihan jawaban tersebut. Kesan positif
atau negatif dapat dilihat dari hasil kumulatif dari penilaian.12
Pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan
Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut12:
Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif
a. Sangat Setuju : SS
b. Setuju :S
c. Tidak Setuju : TS
d. Sangat Tidak Setuju : STS
Variabel persepsi diukur dengan pertanyaan, yang terdiri
pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pada aspek positif diberikan
bobot nilai 3 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 1
untuk jawaban tidak setuju, dan 0 untuk jawaban sangat tidak setuju,
sedangkan penilaian untuk pernyataan aspek persepsi negatif diberikan
bobot nilai 0 untuk jawaban sangat setuju, 1 untuk jawaban setuju, 2
untuk jawaban tidak setuju, dan 3 untuk jawaban sangat tidak setuju.
Kemudian hasil skor persepsi dikategorikan menjadi sebagai berikut 13:
a. Unfavorable (negatif) apabila nilainya < nilai median
b. Favorable (positif) apabila nilainya ≥ nilai median

9
http://repository.unimus.ac.id
6. Kesalahan Persepsi
Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam
mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu.14
Kesalahan persepsi tersebut antara lain :
a. Stereotyping
Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar
satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali
didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama,
kebangsaan, kedudukan atau jabatan.
b. Hallo effect
Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah
satu sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap
lebih mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak
diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan
dengan suatu penyakit.
c. Projection
Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas
dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi
sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang
sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar.
C. Stress Kerja
1. Pengertian
Stress kerja merupakan suatu hasil interaksi antara individu
dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan tekanan secara
fisiologis maupun psikologis.15
2. Macam-macam stress 16, antara lain :
a. Stress Emosional
Terjadinya perubahan kehidupan yang dijalani dikarenakan konflik
dalam hidup.

10
http://repository.unimus.ac.id
b. Stress Fisik
Kondisi perubahan pada tubuh yang menyebabkan stress, misalnya
flu, patah tulang, infeksi kulit, nyeri punggung. Stress fisik ini
disebabkan karena terlalu memaksakan akan segala hal.
c. Stress Lingkungan
Stress yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, misalkan
lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin, berada dalam
lingkungan baru, berada dalam ketinggian, dan lingkungan yang
penuh polusi.
d. Stress Asap Rokok
Asap rokok yang beracun yang dapat membuat kerusakan sel dan
organ tubuh.
e. Perubahan Stress Hormonal
Masa pubertas, pramenstrual, kondisi setelah melahirkan,
menopause.
f. Stress Tanggung Jawab
Tanggung jawab yang dirasa berat dan pelimpahan tanggung jawab
atas orang lain.
g. Stress Alergi
Reaksi dan usaha tubuh dalam mengamankan diri bila
dikonfrontasi dengan zat asing yang ditunjukkan oleh alergi.40
3. Gejala stres kerja39, antara lain :
a. Gejala Fisik
Nafas cepat, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab,
rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
b. Gejala Perilaku
Bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya,
gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit
konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan,
hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan

11
http://repository.unimus.ac.id
hilangnya minat terhadap orang lain, perubahan produktivitas,
absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan
dalam kebiasaan makan, meningktanya merokok, dan konsumsi
alkohol, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.
c. Watak dan Kepribadian
Sikap hati - hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi
lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel
menjadi meledak - ledak.
4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja
Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil
manfaat dari situasi yang dihadapi.40
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stress kerja 2 hal
diantaranya adalah gaya manajemen diri yang buruk dan juga adanya
faktor psikososial.17
a. Gaya manajemen diri yang buruk, diantaranya :
1) Kurangnya partisipasi pekerja dalam pengambilan keputusan.
2) Komunikasi yang buruk antar pekerja maupun atasan di tempat
kerja.
3) Tidak ada atau kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
4) Hubungan interpersonal atau lingkungan sosial yang buruk.
5) Jenjang karir yang tidak jelas.
6) Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah
ergonomi.
7) Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.41
b. Faktor psikososial, diantaranya :
1) Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional
(UPR) atau upah Minimum Provinsi (UMP)
2) Beban kerja yang tidak teratur.
3) Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
4) Tidak prospek dalam jenjang karir.

12
http://repository.unimus.ac.id
5) Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
6) Kurangnya penghargaan dalam pekerjaan.41
5. Cara Pengukuran Stress Kerja
Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan
kriteria Hamilton Anxiety Scale (Ham-A). Unsur yang dinilai antara
lain: perasaan ansietas / perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,
gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, tonus otot,
gejala somatik fisik, gejala respirasi, gejala gejala kardiovaskuler,
gejala gastrointestinal, gejala urinaria, gejala otonom, gejala tingkah
laku.18
Format original dari kuesioner Ham-A berbahasa inggris yang
diperkenalkan oleh Hamilton 1959, bentuk terjemahan dalam Bahasa
Indonesia diambil dari buku Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Karya Nursalam (2008). Pada penelitian
ini, dilakukan beberapa penyesuaian dari masing - masing gejala pada
14 pertanyaan tanpa mengurangi skor total kuesioner. Penyesuaian ini
dilakukan dengan menghapus tanda dan gejala yang dianggap tidak
relevan dengan penelitian pada beberapa item pertanyaan.
Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan
ketentuan penilaian sebagai berikut:
a. Nilai 0 : tidak ada gejala atau keluhan.
b. Nilai 1 : gejala ringan
c. Nilai 2 : gejala sedang.
d. Nilai 3 : gejala berat.
e. Nilai 4 : gejala berat sekali.
Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur
atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian dertajat
stres,19,20dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Skor ≤ 6 tidak ada stres
b. Skor 7-14 stres ringan
c. Skor 15-24 stres sedang

13
http://repository.unimus.ac.id
d. Skor 25-30 stres berat
e. Skor >30 stres berat sekali
D. Reward and Punishment
1. Pengertian Reward
Reward merupakan ganjaran, hadiah, penghargaan atau
imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya
untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas para karyawan
guna mencapai keunggulan yang kompetitif.18
Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat
untuk meningkatkan motivasi kinerja para pegawai. Metode ini bisa
mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan
bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu
perbuatan baik secara berulang – ulang. Reward juga bertujuan agar
seseorang menjadi semakin giat dalam usaha memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dicapainya.21
Manusia selalu mempunyai cita–cita, harapan dan keinginan.
Inilahyang dimanfaatkan olehmetode reward. Dengan metode ini,
seseorang mengerjakan perbuatan baikatau mencapai suatu prestasi
tertentu akan diberikan reward yang menarik sebagai imbalan. Dengan
demikian, pegawai akan melakukan perbuatan atau tindakan yang baik
dalam bekerja untuk mencapai suatu prestasi agar memperoleh reward
tersebut.45
2. Jenis - jenis Reward
Reward dibagi menjadi dua jenis,yaitu :
a. Penghargaan ekstrinsik (ekstrinsic rewards) adalah segala sesuatu
yang akan diterima oleh seseorang dari lingkungan tempat dia
bekerja, dimana sesuatu yang akan diperolehnya tersebut sesuai
dengan harapannya. Penghargaan ekstrinsik ini diberikan untuk
memuaskan kebutuhan dasar (basic needs), keamanan, kebutuhan
sosial dan kebutuhan untuk mendapat pengakuan.22

14
http://repository.unimus.ac.id
1) Penghargaan finansial:
a) Gaji dan upah23
Gaji adalah bayaran tetap yang diterima seseorang dari
sebuah perusahaan sebagai konsekuensi dari kedudukanya
sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan
tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan.
Upah adalah imbalan yang dibayarkan berdasarkan jam
kerja, jumlah barangyang dihasilkan atau banyaknya
pelayanan yang diberikan.
b) Tunjangan karyawan seperti dana pensiun, perawatan di
rumah sakit dan liburan. Pada umumnya didasarkan pada
senioritas atau catatan kehadiran dan yang tidak
berhubungan dengan kinerja karyawan. 47
c) Bonus/insentif adalah tambahan imbalan di luar gaji/upah
yang diberikan organisasi.24
2) Penghargaan non finansial 47
a) Penghargaan interpersonal (penghargaan antar pribadi)
Manajer memiliki sejumlah kekuasaan untuk
mendistribusikan penghargaan interpersonal, seperti status
dan pengakuan.
b) Promosi:
Manajer menjadikan penghargaan promosi sebagai usaha
untuk menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang
tepat.
b. Penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) adalah adalah sesuatu
yang dirasakan langsung oleh seseorang ketika dirinya melakukan
sesuatu.Sesuatu yang dirasakan ini dapat berupa kepuasan dalam
melakukan sesuatu, perasaan lega karena telah menuntaskan
sesuatu serta adanya peningkatan kepercayaan diri dan
sebagainya.46

15
http://repository.unimus.ac.id
1) Penyelesaian (completion)
Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan
merupakan hal yang sangat penting bagi sebagian orang.
Orang- orang seperti ini menilai apa yang mereka sebut
sebagai penyelesaian tugas. Hal ini merupakan suatu bentuk
penghargaan pada dirinya sendiri.
2) Pencapaian (achievement)
Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri
sendiri, yang diperoleh ketika seseorang meraih suatu tujuan
yang menantang.
3) Otonomi (autonomy) 47
Sebagian orang menginginkan pekerjaan yang memberikan
hak untuk mengambil keputusan dan bekerja tanpa diawasi
dengan ketat. Perasaan otonomi dapat dihasilkan dari
kebebasan melakukan apa yang terbaik oleh karyawan dalam
situasi tertentu.
3. Pengertian Punishment
Punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku, bisa berupa teguran, penundaan kenaikan gaji,
dan penurunan jabatan.23 Pada dasarnya tujuan pemberian punishment
adalah supaya pegawai yang melanggar merasa jera dan tidakakan
mengulangi lagi.45
Jika reward merupakan bentuk yang positif, maka punishment
adalah sebagai bentuk yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat perangsang pegawai untuk meningkatkan
kinerjanya. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak
senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang
jahat, jadi hukuman yang dilakukan adalah untuk memperbaiki dan
mendidik ke arah yang lebih baik.45

16
http://repository.unimus.ac.id
4. Jenis-jenis punishment
a. Hukuman ringan, dengan jenis25 :
1) Teguran lisan
2) Teguran tertulis
3) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis
b. Hukuman sedang, dengan jenis49 :
1) Penundaan kenaikan gaji
2) Penurunan gaji yang besaranya disesuai dengan peraturan
perusahaan
3) Penundaan kenaikan pangkat atau promosi
c. Hukuman berat, dengan jenis26:
1) Penurunan pangkat atau demosi
2) Pembebasan dari jabatan
3) Pemberhentian kerja atas permintaan karyawan yang
bersangkutan
4) Pemutusan hubungan kerja
5. Cara Pengukuran Reward and Punishment
Pengukuran reward and punishment responden dapat
dilakukan dengan wawancara atau kuesioner menanyakan tentang isi
pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan penilaian / scoring
pada masing-masing pertanyaan.
Penilaian reward and punishment dibagi dalam 2 kategori,45yaitu:
a. Rendah : jika skor ≤ mean
b. Tinggi : jika skor > mean
E. Shift Kerja
1. Pengertian Shift Kerja
Shift kerja berbeda dari hari biasanya yang dilakukan secara
teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan shift
kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24
jam/hari.40

17
http://repository.unimus.ac.id
Pekerja shift adalah orang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam
seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi,
pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam – jam yang tidak umum, minggu
kerja yang tidak umum, dan hari kerja yang diperpanjang.40
2. Ketentuan Waktu Kerja
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.xxvii yaitu antara
lain :
a. 7 (Tujuh) jam 1(satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu : atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.xxviii
3. Ketentuan Waktu Istirahat
Selain itu pengusaha wajib memberi waktu dan cuti kerja pekerja / buruh. xxix
Waktu istirahat dan yang dimaksud antara lain :
a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.xxx
4. Cara pengukuran Shift Kerja
Pengukuran shift kerja dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, untuk mengetahui
apakah melakukan tindakan tidak aman pada shift kerja pagi, siang atau malam,
dilakukan penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Dan tiap jawaban yang
menjawab malam diberi nilai 2, siang diberikan nilai 1, pagi diberikan nilai 0.

F. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitu
memberikan tugas, menyediakan instruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga

18
http://repository.unimus.ac.id
termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan.xxxi
2. Tujuan Pengawasan
Tujuan dari pengawasan itu sendiri untuk memberikan motivasi pekerja untuk
bekerja secara benar dan memastikan para pekerja mengetahui cara melakukan
pekerjaannya secara benar.55
3. Hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan28,xxxii :
a. Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak aman, penataan
lokasi kerja yang tidak baik).
b. Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau rusak.
c. Letak peralatan pengaman.
d. Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah, penggunaan alat yang
tidak aman, kesalahan dalam menggunakan APD).
e. Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya.
f. Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman.
g. Penataan material ecara baik dan benar.
h. Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada.
i. Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat diketahui dan
segera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya atau tindakan tidak aman.
4. Tehnik Pengawasan
Tehnik pengawasan dibagi menjadi 2 tehnik, antara lain pengawasan
langsung yang dilakukan oleh pimpinan terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan
pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan memalui laporan yang disampaikan oleh
bawahan. Melakukan pengamatan secara langsung dan berkala yang kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung
guna mengatasinya.28
5. Cara Pengukuran Pengawasan
Pengukuran pengawasan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
menanyakan tentang isi pertanyaan yang diukur dari responden, dilakukan
penilaian/scoring pada masing-masing pertanyaan. Penilaian tingkat pengawasan
dibagi dalam 2 kategori, xxxiiiyaitu:

19
http://repository.unimus.ac.id
a. Rendah : jika skor ≤ mean
b. Tinggi : jika skor > mean
G. Potensi Bahaya di Percetakan Unit Offset PT. X
Dalam Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana
setiap tenaga kerja berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Bahaya dan risiko yang terdapat proses percetakan dapat terjadi dari proses kerja,
lingkungan kerja, cara kerja serta alat dan bahan yang digunakan.30 Potensi bahaya yang
ada di percetakan antara lain :
Tabel 2.1 Identifikasi Bahaya
No Aktivitas Potensi bahaya

1. Cetak - Terjepit yang dapat mengakibatkan patah tulang pada jari tangan saat
penggantian maupun pemeriksaan roll atau pada peralatan yang berputar.
- Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent atau
pelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan,
sampai keracunan.
- Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar (Toluene dan
Etil asetat)

2. Varnish - Terjepit pada roll


- Paparan sinar UV yang menyebabkan kebutaan
- Terpercik, terhirup, dan tertelan oleh cairan B3 khususnya solvent atau
pelarut dan tinta yang dapat menyebabkan iriasi, sesak pada pernafasan,
sampai keracunan.
- Kebakaran dikarenakan bahan kimia yang mudah terbakar (Toluene dan
Etil asetat)

No. Aktifitas Potensi Bahaya

3. Laminasi - Terjepit roll


- Terpercik, terhirup, tertelan bahan kimia
- Terpeleset bahan kimia

H. Faktor bahaya Percetakan Unit Offset PT. X


1. Faktor Fisika58
a. Kebisingan.
Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang ada pada
area produksi. Kebisingan tersebut timbul akibat penggunaan mesin - mesin yang
ada pada area produksi.
Tabel 2.2 Intensitas Kebisingan
20
http://repository.unimus.ac.id
No Lokasi Pengukuran Hasil (dBA) NAB (dB A)
1 Cetak I 76 85
2 Cetak II 79,4 85
3 Varnish 79,6 85
4 Laminasi 73,7 85
Sumber: Hasil pengukuran Dinsosnaker pada 13 Januari 2011
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja (Kepmenaker
No.Kep.51/Men/1999) adalah 85 dBA untukpemaparan 8 jam / hari dan
pemaparan semakin dipersingkat apabila intensitas semakin tinggi. xxxiv
b. Penerangan. Penerangan di setiap pekerjaan yang berbeda untuk menghindari
kecelakaan kerja.
c. Iklim kerja. Penggunaan peralatan kerja yang menggunakan panas, seperti pada
proses pencetakan dan proses laminasi menimbulkan suhu udara di sekitar mesin
menjadi panas. Udara yang panas ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
operator mesin maupun tenaga kerja yang berada diarea tersebut

2. Faktor Kimia58
a. Terpapar debu.
b. Penggunaan bahan - bahan kimia yang ada di perusahaan yang berupa solvent atau
pelarut, yaitu berupa cairan toluene dan etil asetat. Toluene dan Etil asetat
merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mempunyai bau yang sangat
menyengat. Sehingga tidak hanya berpotensi bahaya kebakaran, namun juga dapat
mengganggu pernafasan tenaga kerja yang berada di tempat kerja tersebut.
Penggunaan tinta sebagai bahan baku untuk proses cetak juga dapat menimbulkan
iritasi pada kulit apabila mengalami kontak langsung dengan kulit. Penggunaan
bahan kimia juga berpotensi keracunan saat tertelan.
3. Faktor Biologi58
Faktor biologi yang merupakan faktor bahaya yang ada di perusahaan meliputi :
bakteri,virus, microorganisme, serangga, tikus, dan binatang-binatang lain yang
dianggap mengganggu dan dapat menimbulkan suatu penyakit

21
http://repository.unimus.ac.id
4. Faktor Mental - Psikologis58
Hubungan kerja antara karyawan satu dengan karyawan lainnya maupun atasan dengan
bawahan merupakan faktor bahaya mental- psikologis yang perlu mendapat perhatian
khusus karena dapat berpengaruh pada tingkat produktivitas.

I. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian tentang tindakan tidak aman (unsafe action) maka dapat dirumuskan
kerangka teori sebagai berikut:

Pengalaman
Kecelakaan Kerja
Shift Kerja

Persepsi Stress Kerja


Reward and Punishment

Kelelahan

Pengawasan
Tindakan Tidak Aman
(Unsafe Action)

Kecelakaan
Kerja

Gambar 2.2 Kerangka Teori 11, 20, 15, 23, 35

J. Kerangka Konsep

22
http://repository.unimus.ac.id
Persepsi

Pengalaman kecelakaan
kerja

Tindakan Tidak Aman


Stress kerja
(Unsafe Action)

Reward and punishment

Shift kerja

Pengawasan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

K. Hipotesis
1. Ada hubungan persepsi dengan tindakan tidak aman (unsafe action)
2. Ada hubungan pengalaman kecelakaan kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe
action)
3. Ada hubungan stress kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action)
4. Ada hubungan reward and punishment dengan tindakan tidak aman (unsafe action)
5. Ada hubungan shift kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action)
6. Ada hubungan pengawasan dengan tindakan tidak aman (unsafe action)

23
http://repository.unimus.ac.id
1
Deviani D.A, Ardyanto D, Basuki H. Analysis Of Individual Factors With Unsafe Action Toward
The Production Workers Of A Chemical Industry In Gresik Indonesia. International Journal of
Technology Enhancements and Emerging Engineering Research, Vol 3. Surabaya : Unair
2
Hutaganol, Felix. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. 2012.
3
Anizar. Teknik Keselamatan dan kesehatan kerja di industry. Graha Ilmu :Yogyakarta. 2009.
4
Helliyanti P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman di Dept. Utility and
Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun. Universitas
Indonesia. 2009
5
Pratiwi A.D. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Tidak Aman (Unsafe
Act) Pada Pekerja Di Pt X Tahun 2011. Jakarta. UI. 2012
6
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Prespektif K3. Jakarta: Dian
Rakyat. 2010
7
Shiddiq S , Wahyu A , Muis M. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman.
Jurnal Indonesia. 2013

24
http://repository.unimus.ac.id
8
P. Robbins, Stephen. Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku Organisasi Edisi ke
Sepuluh), Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang. 2008
9
Andi. Model Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja di
Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No 3. 2007
10
Sharpe, J. Shift Work and Long Hour : Risk Business, Rock Product. 2007
11
Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007
12
Azwar, Saifudin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. 2010
13
Utari, G.C. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan Keterampilan Mengendara Mahasiswa
Terhadap Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Di Universitas Gunadarma Bekasi.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.2010
14
Azzahy, GH. Tentang Persepsi. 2008 http://Syakira-blog.Blogspot.com.
15
Sutarto. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Kencana. 2010
16
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya
17
Jeyaratman J, Koh D. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja . Jakarta : EGC. 2009. H 20
18
Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
19
Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta.
Salemba medika. 2008
20
Reinhold,JenniferA.,danGraceEarl.CilinicalTherapeuticsPrimer: Linktothe Evidancefor The
AmbulatoryCarePharmacist.Burnington: AscendLearningCompany. 2014
21
Purnama A.V. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kereta Api
Indonesia Persero Daop 8. Surabaya : Universitas Wijaya Putra Surabaya. 2015
22
Sule. E T, Saefullah. K, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009,
hal. 248-249.
23
Ivancevich, Konopaske, Matteson. Perilaku Manajemen Dan Organisasi. Alih Bahasa Gina
Gania. Jakarta : Erlangga. 2007
24
Mangkunegara, A P. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2013, hal. 89.
25
Veithzal, R.ManajemenSumberDaya ManusiaUntukPerusahaan.Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. 2009

25
http://repository.unimus.ac.id
26
Koencoro, Galih D. Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja. Skripsi.
Universitas Brawijaya. 2013
xxvii
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 1
xxviii
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 77 ayat 2
xxix
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 1
xxx
Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 79 ayat 2
xxxi
Utommi, S. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja dalam Mengikuti Prosedur Operasi pada
Pekerja Operator Dump Truck di PT Kaltim Primacoal . Depok : Skripsi UI. 2007
xxxii
Delfianda. Survey Faktor Tindakan Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya Proyek
World Class University di UI Depok . Jakarta. UI. 2012
xxxiii
Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung. 2009
xxxiv
Sulistiyani, E. Magang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di P.T. Pura Barutama
Kudus. UNS. 2011

26
http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai