Anda di halaman 1dari 29

UJI LAPANGAN

Tugas Mekanika
Lapangan
JTS 709 (1,1 SKS)
22 September 2014

Amelia Fitri
1104101010031

TEKNIK SIPIL
2014
Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 1

UJI LAPANGAN

1. PENYELIDIKAN AIR TANAH

a) Pengukuran Tekanan dan Elevasi Muka Air Tanah

Identifikasi kondisi elevasi muka air tanah harus sesuai dengan kondisi elevasi muka air
tanah yang diperoleh dari deskripsi tanah dan contoh. Pengukuran aliran air yang masuk
selama pengeboran dan pengukuran elevasi muka air tanah minimal dilakukan sekali setelah
pengeboran.
Informasi terperinci yang berkaitan dengan observasi elevasi muka air tanah dapat
mengacu pada ASTM D 4750, “Standard Test Method for Determining Subsurface Liquid
Levels in a Borehole or Monitoring Well” dan ASTM D 5092 “Design and Installation of
Groundwater Wells in Aquifers”.
Muka air tanah dalam sumur utama harus diukur pada setiap kali penghentian pekerjaan
dan minimal 12 jam (dapat 24 jam) setelah pengeboran selesai. Pengukuran elevasi muka air
tambahan harus dilakukan pada waktu penyelidikan lapangan selesai dan pada waktu yang
ditentukan oleh tenaga ahli. Kemudian data dan waktu pengamatan harus dicatat.
Jika lubang bor mengalami keruntuhan, maka kedalaman daerah runtuh harus dicatat
dan dilaporkan sebagai data pengeboran akibat kondisi elevasi muka air tanah.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 2

b) Uji kelulusan Air di Lapangan


Uji kelulusan air di laboratorium dilakukan pada benda uji tanah asli atau batuan yang
tidak terganggu, atau pada benda uji tanah yang dicetak ulang (remolded), yang akan
digunakan sebagai bahan urugan pada bendungan atau tanggul urugan tanah. Uji kelulusan
air di lapangan dilakukan pada tanah asli (dan batuan) dengan beberapa metode, termasuk
tinggi tekan turun sederhana, packer (uji bertekanan), pemompaan (kondisi surut), uji slug
(impul dinamik) dan uji disipasi.
(1) Uji Kelulusan Air
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji kelulusan air dalam lubang antara lain
ialah sebagai berikut :
(a) Metode tinggi tekan naik atau tinggi tekan turun digunakan pada tanah dengan
kelulusan air cukup rendah untuk mendeteksi perubahan elevasi muka air secara akurat.
Dalam uji tinggi tekan turun, rembesan air mengalir dari lubang bor ke tanah
sekelilingnya dan membahayakan terjadinya penyumbatan pori tanah oleh sedimen.
Bahaya ini tidak terjadi dalam uji tinggi tekan naik yang airnya mengalir dari tanah
sekeliling masuk ke lubang bor. Pada metode tinggi tekan naik, kemungkinan ada bahaya
tanah dasar di ujung lubang bor menjadi lepas jika gradien hidrauliknya terlalu tinggi;
(b) Jika digunakan uji tinggi tekan naik, maka pengujian harus diikuti dengan pendugaan
dasar lubang dengan batang-batang bor untuk menentukan kemungkinan terjadinya
penyembulan dasar. Jika kelulusan air cukup tinggi dan tidak mungkin dilakukan
pengukuran elevasi muka air naik atau turun dengan akurat, maka digunakan uji tinggi
tekan tetap.
(c) Lubang bor untuk uji kelulusan air harus dibor dengan menggunakan hanya air jernih
sebagai pembilas. Hal ini dapat mengakibatkan formasi lumpur pada dinding lubang atau
penyumbatan pori tanah oleh lumpur bor. Jika lubang bor mencapai tingkat uji yang
diinginkan, maka lubang dibersihkan dengan pengurasan menggunakan air jernih yang
dipompa melalui alat bor dengan pancaran yang terlindung atau yang dibelokkan ke atas.
Pengurasan diteruskan sampai diperoleh permukaan material tidak terganggu yang bersih
di dasar lubang. Kemudian diuji kelulusan airnya dengan salah satu prosedur di bawah
ini.
(d) Data yang dicatat dari setiap uji tanpa mempertimbangkan jenis uji yang dilakukan
terdiri atas:
i) kedalaman permukaan tanah sampai muka air tanah baik sebelum

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 3

maupun sesudah pengujian,


ii) diameter dalam pipa lindung,
iii) tinggi pipa lindung di atas muka tanah,
iv) panjang pipa lindung pada penampang uji,
v) diameter lubang bor di bawah pipa lindung,
vi) kedalaman sampai dasar pengeboran dari puncak pipa lindung,
vii) kedalaman sampai muka air tanah konstan dari puncak pipa lindung,
viii) deskripsi material uji.

i) Metode Uji Muka Air Turun


Dalam uji ini, pipa lindung diisi dengan air yang dapat merembes ke dalam tanah.
Kecepatan turunnya muka air dalam pipa lindung diamati dengan mengukur kedalaman
muka air di bawah puncak pipa lindung pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit setelah
pengujian mulai dilakukan dan pada interval waktu 5 menit berikutnya. Pengamatan
dilakukan sampai kecepatan turunnya muka air dapat diabaikan atau hasil pembacaan
sudah cukup untuk menentukan kelulusan air tanah.

ii) Metode Uji Muka Air Naik


Metode ini mengacu pada metode time-lag (US Army Corps of Engineers, 1951) yang
terdiri atas menimba air keluar dari pipa lindung dan melakukan pengamatan secara
kontinu terhadap kecepatan naiknya muka air dalam pipa lindung pada interval-interval
waktu sampai kenaikan muka air dapat diabaikan. Kecepatan diamati dengan mengukur
waktu yang terlewati dan kedalaman muka air di bawah puncak pipa lindung. Interval-
interval waktu yang diperlukan dalam pembacaan bervariasi sesuai dengan kelulusan air
tanah. Pembacaan data agar sering dilakukan untuk menentukan diagram persamaan.
Untuk semua keadaan dan pengujian dilakukan lebih dari 5 menit. Uji muka air naik agar
diikuti dengan pendugaan dasar lubang bor untuk menentukan apakah uji ini
menyebabkan terjadinya keruntuhan di ujung lubang bor.

iii) Metode Uji Muka Air Tetap


Dalam metode ini, air diisikan ke dalam pipa lindung hingga mencapai elevasi puncak
atau dekat puncak. Dalam pengujian, elevasi air dijaga tetap konstan dengan kecepatan
pengisian konstan dalam waktu pengujian minimal 10 menit. Pengisian air dapat

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 4

dilakukan dengan menggunakan wadah yang dikalibrasi atau pemompaan melalui alat
ukur air. Pencatatan harus dilakukan dengan mencatat jumlah air yang diisikan ke dalam
pipa lindung pada interval waktu 5 menit setelah uji mulai dilakukan dan interval waktu
5 menit berikutnya sampai jumlah air yang diisikan menjadi tetap.

(2) Uji Kelulusan Air Bertekanan (Packer Test)


Pengujian dilakukan dengan menyuntikkan air bertekanan ke dalam batuan melalui
dinding lubang bor dengan menggunakan alat packer. Hasil pengujian berupa koefisien
kelulusan air batuan yang digunakan sebagai parameter untuk analisis rembesan air dan
perkiraan pemilihan tipe injeksi untuk menurunkan koefisien kelulusan air batuan atau untuk
meningkatkan kuat geser batuan. Panjang packer minimal harus lima kali diameter lubang
dan berupa jenis alat yang berkembang secara pneumatik, hidraulik atau mekanik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan ialah seperti berikut :
(a) Jika digunakan packer pneumatik atau hidraulik, maka peralatan harus dilengkapi
dengan sumber tekanan udara atau air yang dihubungkan melalui alat ukur tekanan ke
packer melalui pompa bertekanan tinggi;
(b) Sistem pipa pada packer dirancang agar pengujian dapat dilakukan baik di ruang
antara dua packer (atas dan bawah) maupun ruang di bawah packer bagian bawah;
(c) Packer agar dipasang secara terpisah antara 0,6;1,5 atau 3 m untuk memberikan
fleksibilitas uji dan mempunyai rangkaian dengan adanya perbedaan jarak packer,
sehingga berlaku uji dengan perbedaan panjang lubang. Jarak yang lebih besar
digunakan untuk batuan yang lebih homogen, dan jarak yang lebih pendek digunakan
untuk uji masing-masing patahan yang dapat menyebabkan kehilangan air yang tinggi
kecuali pada lapisan yang rapat;
(d) Metode berikut ini agar dilakukan pada batuan yang tidak berpotensi mengalami
pelekukan (cave-in). Setelah lubang bor selesai dibuat, lalu dibilas dan dicuci dengan
air jernih. Kemudian, alat uji dimasukkan ke dalam lubang sampai puncak packer
berada pada puncak batuan yang akan diuji. Lalu kedua packer dikembangkan dan air
bertekanan disuntikkan ke dinding batuan antara packer dan di bawah packer bagian
bawah;
(e) Pengamatan terhadap hubungan antara waktu dengan volume air pompa pada tekanan
yang berbeda harus dicatat. Untuk penyelesaian uji, alat diturunkan pada jarak sama
dengan jarak antara packer dan uji yang diulangi. Prosedur ini dilanjutkan sampai

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 5

seluruh panjang lubang telah diuji atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam
lubang di bawah packer bawah;
(f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan dilakukan
setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama dengan panjang batuan
maksimum tidak terlindung (unsupported) yang diijinkan atau jarak antara packer
dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal ini, pengujian hanya berlaku pada zona antara
packer;
(g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar dijaga tidak
melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan overburden pada packer
bagian atas. Batasan ini untuk menjaga kemungkinan penyembulan dan kerusakan
pada fondasi. Setiap tekanan harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai
kecepatan aliran seragam (diambil yang lebih lama);
(h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan, maka
batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik. Kuantitas aliran untuk
setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit dan untuk setiap
interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan
300 kPa harus dikurangi pada 200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran
dan waktu kejadian harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama;
(i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka hal ini
menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex) menunjukkan
adanya bukaan tersumbat;
(j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan (hal ini
penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat menunjukkan bocoran
sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling packer bawah akan diperlihatkan oleh
air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 6

ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah,


x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah,
xi) deskripsi material uji.

(3) Uji Pemompaan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji pemompaan ialah sebagai berikut :
(a) Sepanjang masing-masing garis radial minimum harus ada empat buah sumur, yang
paling dalam harus berjarak 7,5 m dari sumuran uji. Sumur observasi yang terluar
harus ditempatkan pada batas yang masih terpengaruh kondisi surut, dan sumur
observasi bagian tengah harus ditempatkan agar kurva kondisi surut dapat
digambarkan dengan baik sesuai dengan perkiraan;
(b) Pompa uji ini harus mempunyai kapasitas 1,5 - 2 kali aliran maksimum yang
mungkin terjadi dan harus dapat menghasilkan garis aliran yang cukup panjang untuk
mencegah kemungkinan aliran air kembali ke lapisan yang sedang diuji. Garis udara,
lengkap dengan alat uji pressuremeter, pompa tangan dan katup pemeriksa harus
dikencangkan sekali pada waktu pemompaan air, jika tidak, maka harus kurang dari
0,6 m di luar ujung garis hisapan. Alat ukur aliran harus berupa jenis visual seperti
sebuah lengkung (orifice);
(c) Data dasar sumuran uji yang harus dicatat ialah sebagai berikut :
i) lokasi, elevasi puncak dan kedalaman sumur;
ii) ukuran dan panjang semua pipa lindung kosong dalam sumur;
iii) diameter, panjang, dan lokasi semua saringan pipa lindung yang digunakan, serta
jenis dan ukuran lubang saringan dan material/bahan saringan;
iv) jenis filter yang digunakan, jika ada;
v) elevasi air dalam sumur sebelum pengujian;
vi) lokasi dasar garis udara.
(d) Informasi yang diperlukan untuk setiap sumur observasi adalah
i) lokasi, elevasi puncak, dan kedalaman sumur;
ii) ukuran dan elevasi dasar pipa lindung (setelah pemasangan sumur);
iii) lokasi semua bagian pipa lindung kosong;
iv) pabrik pembuat, tipe, ukuran pipa, dan lain-lain;
v) kedalaman dan elevasi sumur;
vi) muka air dalam sumur sebelum pengujian.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 7

(e) Data uji kondisi surut yang dicatat untuk setiap kecepatan aliran terdiri atas debit
aliran dan kondisi surut dari sumur uji dan masing-masing sumur observasi pada
interval waktu.
(f) Pembacaan dilanjutkan sampai muka air kembali ke muka air pemompaan awal atau
sampai diperoleh data yang cocok. Kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu
menggambarkan garis lurus setelah beberapa menit pemompaan pertama. Jika
kondisi keseimbangan sebenarnya dapat ditentukan, kurva hubungan antara kondisi
surut dan waktu akan menjadi horisontal.

2. TES PITs

Percobaan ini adalah untuk mengetahui susunan lapis tanah dan juga jenis tanah sampai
kedalaman tertentu. Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti.
Lagi pula, bila perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada
lapisan-lapisan yang dikehendaki.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 8

3. SONDIR
Tes sondir tanah dilaksanakan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan
hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan luas

PERALATAN TES SONDIR


1. Mesin sondir ringan ( 2 ton ) atau mesin sondir berat ( 10 ton).
2. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam, sesuai kebutuhan dengan
panjang masing masing 1 meter.
3. Manometer masing masing 2 buah dengan kapasitas : Untuk Sondir ringan
menggunakan 0 s/d 50 kg/cm2 dan 0 s/d 250 kg/cm2. Untuk Sondir berat menggunakan 0
s/d 50 kg/cm2 dan 0 s/d 600 kg/cm2.
4. Konus dan bikonus
5. Empat buah angker dengan perlengkapan ( angker daun dan spiral).
6. Kunci- kunci pipa, alat-alat pembersih, oli dan minyak hidrolik.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 9

CARA TES SONDIR


1. Pasang dan aturlah agar mesin sondir vertical di tempat yang akan diperiksa dengan
menggunakan angker yang dimasukkan secara kuat ke dalam tanah.
2. Pengisian minyak hidrolik harus bebas dari gelembung udara.
3. Pasang konus dan bikonus sesuai kebutuhan pada ujung pipa pertama.
4. Pasang rangkaian pipa pertama beserta konus tersebut ( b) pada mesin sondir.
5. Tekanlah pipa untuk memasukkan konus dan bikonus sampai kedalaman tertentu,
uumnya sampai 20 cm.
6. Tekanlah batang.
7. Apabila dipergunakan bikonus maka penetrasi, pertama-tama akan menggerakan konus
ke bawah sedalam 4 cm. Bacalah manometer sebagai perlawanan penetrasi konus (pk).
8. Penekanan selanjutnya akan menggerakan konus beserta selubung ke bawah sedalam 8
cm, bacalah manometer sebagai hasil jumlah perlawanan ( jp), yaitu perlawanan
penetrasi konus dan hambatan lekat (HL).
9. Apabila dipergunakan konus maka pembacaan manometer hanya dilakukan pada
penekanan pertama (PK).
10. Tekanlah pipa bersama batang sampai pada kedalaman berikutnya yang akan diukur,
pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.

RUMUS PERHITUNGAN SONDIR TANAH


Pekerjaan sondir dihentikan pada keadaan sebagai berikut :
 Untuk sondir ringan pada waktu tekanan manometer tiga kali berturut-turut melebihi 150
kg/cm2 atau kedalaman maksimal 30 meter.
 Untuk sondir berat pada waktu tekanan manometer tiga kali berturut-turut melebihi 500
kg/cm2 atau kedalaman maksimal 50 meter.
 Hambatan Lekat dihitung dengan rumus :
HL = ( JP – JK ) x ( A/B)
A = tahap pembacaan = 20 cm.
B = faktor alat atau luas konus/luas torak = 10
Jumlah hambatan lekat tanah:
JHL . i = HL
i = kedalaman yang dapat dicapai konus.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 10

Hasil tes sondir tanah adalah pengelompokan jenis lapisan tanah pada kedalaman tertentu
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan bangunan seperti penentuan
kedalaman pondasi tiang pancang diusahakan berada pada tanah keras.

4. PERMEABILITas

Uji Permeabilitas Dengan Menggunakan Sumur Uji

Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk menentukan koefisien
permeabilitas (k) di lapangan. Dalam cara ini, sebuah sumur digali dan airnya di pompa
dengan debit air tertentu secara kontinu. Permukaan penurunan yang telah stabil yaitu garis
penurunan muka air tanah yang terendah.
Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari pengaruh kerucut penurunan
(radius of influence of the depression cone). Aliran air ke dalam sumur merupakan aliran
gravitasi, dimana muka air tanah mengalami tekanan atmosfer. Debit pemompaan pada
kondisi aliran yang telah stabil dinyatakan oleh persamaan Darcy :

q = vA = kiA = k (dy/dx) A (m 3 /det)

Dengan :
v = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas aliran (m2)

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 11

i = dy/dx = gradient hidrolik


dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan

Uji Permeabilitas Pada Sumur Artesis

Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.


Debit arah Radial :
dy
q = kA
dx
Dengan :
q = Debit arah radial (m 3 /det)
A = 2π  T  Luas tegak lurus arah aliran (m 2 )
T = Tebal lapisan lolos air (m)
dy/dx = i = Gradien Hidrolik

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 12

Uji Permeabilitas dengan menggunakan Lubang Bor

Pengujian lapangan yang lain adalah pengujian dengan menggunakan lubang bor
(USBR, 1961). Cara pertama, air diizinkan mengalir dengan tinggi energi yang tetap, ke
dalam atau ke luar dari lapisan yang diuji, lewat ujung dari lubang pipa bor.
Ujung terbawah lubang bor harus lebih dari 5d, diukur dari lapisan atas dan bawah,
dengan d adalah diameter lubang pipa. Ketinggian air di dalam lubang bor dipelihara konstan,
pebedaan tinggi air dalam lubang dan muka air tanah = h. Debit q yang konstan, untuk
memelihara ketinggian air supaya konstan, diukur.

Uji permeabilitas Menggunakan Lubang Bor dengan Cara Tinggi Energi Berubah-
ubah (Variable-head)

Dalam pengujian dengan tinggi energi berubah-ubah (variable-head), debit yang mengalir
dari lapisan ke dalam lubang bor diukur dengan mencatat waktu (t) pada ketinggian air
relative di dalam lubang yang diukur terhadap ketinggian muka air tanah, pada perubahan
tinggi pada h1 ke h2.
Cara pertama, pipa bor dengan diameter dalam d, ditekan pada jarak yang pendek D (tak
lebih dari 1,5 m) di bawah muka air pada lapisan yang dianggap mempunyai tebal tak
terhingga. Aliran yang terjadi, lewat lubang di ujing pipa bor.
Cara kedua, sebuah lubang bor dengan pipa (casing) yang dilubangi pada bagian
bawahnya, dengan panjang L (biasa dengan pipa atau tanpa pipa), diman L > 4a, di dalam
lapisan yang dianggap berkedalaman yang tak terhingga.

Uji Permeabilitas dengan Pengukuran Kecepatan Rembesan

Permeabilitas tanah berbutir kasar, dapat diperoleh dari pengujian kecepatan rembesan di
lapangan. Cara ini meliputi penggalian lubang tanpa pipa (trial-pit) pada titik A dan B,
dimana aliran rembesan berjalan dari A ke B.
Gradien hidrolik (i), ditentukan dari perbedaan muka air yang tetap pada lubang bor A
dan B, dibagi dengan jaraknya AB. Pada lubang A dimasukan bahan warna. Waktu
perjalanan bahan warna dari A ke B dicatat. Kecepatan rembean dihitung dari panjang AB

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 13

dibagi dengan waktunya. Selanjutnya porositas tanah dapat ditentukan dalam percobaan
laboratorium.

Hitungan Koefisien Permeabilitas Secara Teoritis

Menurut Hagen dan Poiseuille, banyaknya aliran air dalam satuan waktu (q) yang lewat
pipa dengan jari-jari R, dapat dinyatakan dengan persamaan :

 wS 2
q= R a
8
Dengan :
 w = Berat volume air
 = Koefisien kekentalan absolute
a = Luas penampang pipa
S = gradient hidrolik

Jari-jari hidrolik R H dari pipa kapiler dinyatakan dalam persamaan :

Luas R 2 R
RH =  
keliling basah 2R 2

5. CBR LAPANGAN

CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu
lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Pelaksanaan pengujian CBR Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011
(Cara Uji CBR Lapangan).

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 14

Peralatan Pengujian CBR Lapangan :

1. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan “swivel head”.
2. Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton (6000 lbs), 5
ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
4. Arloji penunjuk (dial penetrasi) untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm
(0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5
meter.
5. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di tengah dengan
berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang
dapat ditambahkan bilamana perlu.
6. Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat berat lainnya (vibro,
Excavator, buldozer, dll) dan dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR
mekanis.
7. Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata, waterpas dan
lain-lain.

Pemasangan Alat :

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 15

1. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi penempatan dongkrak
CBR mekanis harus tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per kendaraan
(jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran
gaya per kendaraan)
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi berada 1
atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.
5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan vertikal.
6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan tidak
melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan
7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak penetrasi
sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban tersebut.
8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian rupa sehingga
jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat baja.

Persiapan Lokasi Pengujian :

1. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-kira 60 cm
x 60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek dengan waterpass).
2. Dipastikan bahwa permukaan : rata dan padat
3. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub base, base course, dsb)
tidak ada butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang lepas/berserakan)
4. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan, cukup dibersihkan akar
rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai kedalaman 50 cm).
5. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang sudah dibersihkan
harus dijaga supaya tidak kelembabannya tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu
ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas
6. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.
7. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 16

Pembacaan Waktu dan Penetrasi

1. Torak penetrasi diturunkan sehingga piston penetrasi memberikan beban permulaan


sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-beban tambahan.
2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial penetrasi) diatur
sehingga menunjuk pada angka nol.
3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan penetrasinya mendekati kecepatan
tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan pembebanan ini yang sering terlupa atau
tidak terlaksana dengan baik konsistensi kecepatan penetrasi per menitnya

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 17

4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka tabel SNI yang
direvisi):

 0,3128 mm (0,0125”) 0,32 mm [15 detik]


 0,6200 mm (0,0250”) 0,64 mm [30 detik]
 1,2500 mm (0,0500”) 1,27 mm [60 detik / 1 menit]
 1,8700 mm (0,0750”) 1,91 mm [1 menit 30 detik]
 2,5400 mm (0,1000”) 2,54 mm [2 menit]
 3,7500 mm (0,1500”) 3,81 mm [3 menit]
 5,0800 mm (0,2000”) 5,08 mm [4 menit]
 7,5000 mm (0,3000”) 7,62 mm [6 menit]
 10,1600 mm (0,4000”) 10,16 mm [8 menit]
 12,5000 mm (0,5000”) 12,70 mm [10 menit]

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 18

Perhitungan Nilai CBR Lapangan :


1. Tentukan beban yang bekerja pada torak
2. Hitung tegangan di tiap kenaikan penetrasi
3. Plotkan hasilnya pada grafik dan buat kurvanya
4. Cek kurva apakah perlu koreksi atau tidak (lihat contoh di samping) – pada keadaan
tertentu, kurva penetrasi dapat berbentuk lengkung ke atas sehingga perlu dikoreksi dan
titik inisial bergeser dari titik nol
5. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa hitungan berikutnya
6. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan 0,2 inchi/5,08 mm
7. Hitung CBR dengan pembagian terhadap tegangan standar :
0,71 kg/mm2 (1000 Psi) (untuk penetrasi 0,1 inch atau 2,54 mm )
1,06 kg/mm2 (1500 Psi) (untuk penetrasi 0,2 inch atau 5,08 mm)

Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi di bawah 0,2 inchi, maka
tegangan dasar dapat diinterpolasi.

Umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 0,1 inchi

Jika CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka
pengujian harus dilakukan minimal 3 kali pada lokasi yang berdekatan. Jika dari 3 hasil
pengujian menunjukkan CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari CBR pada penetrasi
0,1 inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR pada penetrasi 0,2 inchi.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 19

6. BOR

Hand Boring
Tujuan dilakukan hand boring adalah untuk pengambilan contoh tanah asli untuk
pemeriksaan labulaturium untuk mengetahui nilai sifat-sifat teknis dari tanah.
Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample) dilaksanakan pada setiap interval
0.50 m atau pada setiap perubahan tanah. Pengambilan contoh tanah ini dimaksudkan untuk
penentuan jenis dari tanah dan hasilnya akan di sajikan didalam boring log, setelah boring log
selesai selanjutnya dilakukan pengamatan muka air tanah didalam lubang bor setelah
dilakukan pemboran selesai. Kapasitas hand boring ini maksimal sampai 6 m.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 20

Bor Dalam (SPT)

Pemboran ini dilaksanakan dengan sistem Rotari Drilling. Tabung inti (Cor Barrel) yang
digunakan adalah Single Core Barrel Æ 73 mm, panjang 1.50 m.
Bit yang dipergunakan adalah Tungsten Carbide Bit untuk mengangkut serbuk bor
(sirkulsai) selama pemboran.
Di dalam pekerjaan bor ini dilaksanakan pula pekerjaan Standar Penetration Test (SPT)
didalam pengeboran dilakukan juga pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)
maupun contoh tanah terganggu (disturbed sample). Pengambilan contoh tanah asli adalah
untuk menjalani pemeriksaan dilabolaturium, untuk mendapatkan sifat-sifat fisik dan teknis
dari tanah.
Standar Penetration Test (SPT) dilaksanakan setiap interfal 2.00 m. Pengujian penetrasi
standar ini dilaksanakan pada tanah dalam keadaan asli dengan mempergunakan Open
Standar Split Barel Sampler. Hamer yang digunakan mempunyai berat 63.50 kg dengan
tinggi jatuh 75 cm. pengujian dilaksanakan dengan Automatic Drop Hammer Device
sehingga hamer dapat jatuh bebas tanpa gesekan. Sampler dipukul hingga masuk (menembus)
tanah sedalam 45 cm dimana jumlah pukulan sepanjang 15 cm pertama tidak diperhitungkan.
Nilai SPT = N Adalah Sama dengan jumlah pukulan untuk penetrasi 30 cm berikutnya dan
hasilnya disajikan dalam bentuk diagram bor (bor log).

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 21

7. Sand cone test

Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan
tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas untuk
tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan ialah berat
kering persatuan isi.

Peralatan Yang Digunakan Untuk Tes Sand Cone

1. Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.
3. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah
16,51 cm.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 22

4. Peralatan kecil yaitu :


5. Palu, sendok, kuas, pahat,,dan peralatan untuk mencari kadar air.
6. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai 1,0 gram.
7. Satu buah timbangan kapasitas 500 gram ketelitian sampai 0,1 gram.
8. Pasir :

Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung bahan pengikat dan
bergradasi lewat saringan no.10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm)

Cara Test Sand Cone

1. Menentukan isi botol


2. Timbanglah alat (botol + corong = gram)
3. Letakkan alat dengan botl di bawah , bukalah kran dan isi dengan air jernih sampai
penuh di atas kran. Tutuplah kran dan bersihkan kelebihan air.
4. Timbanglah yang terisi air ( gram). Berat air = isi botol pasir .
5. Lakukan langkah ii dan iii sebanyak tiga kali dan ambil harga rata-rata dari ketiga hasil.
Perbedaan masing-masing pengukuran tidak boleh lebih dari 3 cm3 .
6. Menentukan berat isi pasir
7. Letakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata tutup kran isi corong pelan-
pelan dengan pasir.
8. Bukalah kran isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian corong selalu
paling sedikit setengahnya.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 23

9. Tutup kran bersihkan kelebihan pasir di atas kran dan timbanglah (w3gram)
10. Menentukan berat pasir dalam corong :
11. Isi botol pelan pelan dengan pasir dengan pasir secukupnya dan timbang () gram.
12. Letakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong , pada dasar yang rata dan
bersih.
13. Bukalah kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir .
14. Tutup kran dan timbanglah alat berisi sisa pasir () gram.
15. Hitunglah berat pasir dalam corong (). gram.
16. Menentukan berat isi tanah :
17. Isi botol dengan pasir secukupnya
18. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat corong pada permukaan
yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku pada keempat sisinya.
19. Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal hamparan padat)
20. Seluruh tanah hasil galian di masukkan ke dalam kaleng yang tertutup dan telah
diketahui beratnya () lalu timbang kaleng beserta tanah ().
21. Timbang alat dengan pasir di dalamnya ().
22. Letakkan alat pada tempat ke ii , corong ke bawah di atas plat corong dan buka kran
pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang.
23. Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup kembali dan timbang alat dengan sisa pasir
( gram).
24. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w %

Perhitungan Tes Sand Cone

Isi botol = berat isi = ( W2 – W1 ) cm3

Berat isi pasir = (Wa-W1)/(W2-W1) gram

Berat pasir dalam corong = (w4-w5) gram.

Berat isi pasir dalam lubang = (w6-w7)-(w4-w5) gram.

Isi lubang = (w10 / p) x Ve cm3

Berat tanah = ( W8 – w9 ) gram

Berat isi tanah = (w8-w9)/we = gram/cm3.

Berat isi kering tanah=

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 24

Derajat kepadatan di lapangan =

8. GEOLISTRIK

Beberapa metode penyelidikan permukaan tanah yang dapat dilakukan, diantaranya


metode geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode seismik, dan metode geolistrik.
Dari metode-metode tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang banyak sekali
digunakan dan hasilnya cukup baik (Bisri,1991).
Pendugaan geolistrik ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan
tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu.
Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan
mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai
tahanan jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral.
Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis (resistivity) dengan
mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah melalui elektroda arus (current electrode),
kemudian arus diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda tersebut
diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan
jenis semua batuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Anonim, 1992 dan Todd,
1980):
𝑉
ρ = 2 .π . a .
𝐼
Keterangan:
ρ = tahanan jenis
2π = konstanta
V = beda potensial
I = kuat arus
a = jarak elektroda

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 25

Menurut Bisri (1991) Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan
tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½
Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran
untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman
yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping) (Derana, 1981). Metode
resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi
antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar elektrode arus berubah secara
bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical
Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan
perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990).
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka
akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman
(jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva
lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi
geolistrik ditunjukkan pada gambar berikut.

Dengan memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga
tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 26

hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’
yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi
jenis batuan dan kedalamannya.
Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah jarak
elektrode secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektrode kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak antar elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Makin besar jarak elektrode maka makin dalam lapisan batuan yang dapat
diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi terdiri dari
lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan tertentu dan mempunyai sifat kelistrikan homogen
isotrop, dimana batas antar lapisan dianggap horisontal. Survei resistivitas akan memberikan
gambaran tentang distribusi resistivitas bawah permukaan.

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 27

Gambar: Peta hidrologi lokasi pengujian geolistrik

Amelia Fitri ( 1104101010031)


Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 28

Amelia Fitri ( 1104101010031)

Anda mungkin juga menyukai