Tugas Mekanika
Lapangan
JTS 709 (1,1 SKS)
22 September 2014
Amelia Fitri
1104101010031
TEKNIK SIPIL
2014
Teknik Sipil Unsyiah
Tugas Mekanika Lapangan 1
UJI LAPANGAN
Identifikasi kondisi elevasi muka air tanah harus sesuai dengan kondisi elevasi muka air
tanah yang diperoleh dari deskripsi tanah dan contoh. Pengukuran aliran air yang masuk
selama pengeboran dan pengukuran elevasi muka air tanah minimal dilakukan sekali setelah
pengeboran.
Informasi terperinci yang berkaitan dengan observasi elevasi muka air tanah dapat
mengacu pada ASTM D 4750, “Standard Test Method for Determining Subsurface Liquid
Levels in a Borehole or Monitoring Well” dan ASTM D 5092 “Design and Installation of
Groundwater Wells in Aquifers”.
Muka air tanah dalam sumur utama harus diukur pada setiap kali penghentian pekerjaan
dan minimal 12 jam (dapat 24 jam) setelah pengeboran selesai. Pengukuran elevasi muka air
tambahan harus dilakukan pada waktu penyelidikan lapangan selesai dan pada waktu yang
ditentukan oleh tenaga ahli. Kemudian data dan waktu pengamatan harus dicatat.
Jika lubang bor mengalami keruntuhan, maka kedalaman daerah runtuh harus dicatat
dan dilaporkan sebagai data pengeboran akibat kondisi elevasi muka air tanah.
dilakukan dengan menggunakan wadah yang dikalibrasi atau pemompaan melalui alat
ukur air. Pencatatan harus dilakukan dengan mencatat jumlah air yang diisikan ke dalam
pipa lindung pada interval waktu 5 menit setelah uji mulai dilakukan dan interval waktu
5 menit berikutnya sampai jumlah air yang diisikan menjadi tetap.
seluruh panjang lubang telah diuji atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam
lubang di bawah packer bawah;
(f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan dilakukan
setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama dengan panjang batuan
maksimum tidak terlindung (unsupported) yang diijinkan atau jarak antara packer
dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal ini, pengujian hanya berlaku pada zona antara
packer;
(g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar dijaga tidak
melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan overburden pada packer
bagian atas. Batasan ini untuk menjaga kemungkinan penyembulan dan kerusakan
pada fondasi. Setiap tekanan harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai
kecepatan aliran seragam (diambil yang lebih lama);
(h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan, maka
batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik. Kuantitas aliran untuk
setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2 dan 5 menit dan untuk setiap
interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan
300 kPa harus dikurangi pada 200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran
dan waktu kejadian harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama;
(i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka hal ini
menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex) menunjukkan
adanya bukaan tersumbat;
(j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan (hal ini
penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat menunjukkan bocoran
sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling packer bawah akan diperlihatkan oleh
air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,
(e) Data uji kondisi surut yang dicatat untuk setiap kecepatan aliran terdiri atas debit
aliran dan kondisi surut dari sumur uji dan masing-masing sumur observasi pada
interval waktu.
(f) Pembacaan dilanjutkan sampai muka air kembali ke muka air pemompaan awal atau
sampai diperoleh data yang cocok. Kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu
menggambarkan garis lurus setelah beberapa menit pemompaan pertama. Jika
kondisi keseimbangan sebenarnya dapat ditentukan, kurva hubungan antara kondisi
surut dan waktu akan menjadi horisontal.
2. TES PITs
Percobaan ini adalah untuk mengetahui susunan lapis tanah dan juga jenis tanah sampai
kedalaman tertentu. Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti.
Lagi pula, bila perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada
lapisan-lapisan yang dikehendaki.
3. SONDIR
Tes sondir tanah dilaksanakan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan
hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan luas
Hasil tes sondir tanah adalah pengelompokan jenis lapisan tanah pada kedalaman tertentu
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan bangunan seperti penentuan
kedalaman pondasi tiang pancang diusahakan berada pada tanah keras.
4. PERMEABILITas
Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk menentukan koefisien
permeabilitas (k) di lapangan. Dalam cara ini, sebuah sumur digali dan airnya di pompa
dengan debit air tertentu secara kontinu. Permukaan penurunan yang telah stabil yaitu garis
penurunan muka air tanah yang terendah.
Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari pengaruh kerucut penurunan
(radius of influence of the depression cone). Aliran air ke dalam sumur merupakan aliran
gravitasi, dimana muka air tanah mengalami tekanan atmosfer. Debit pemompaan pada
kondisi aliran yang telah stabil dinyatakan oleh persamaan Darcy :
Dengan :
v = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas aliran (m2)
Pengujian lapangan yang lain adalah pengujian dengan menggunakan lubang bor
(USBR, 1961). Cara pertama, air diizinkan mengalir dengan tinggi energi yang tetap, ke
dalam atau ke luar dari lapisan yang diuji, lewat ujung dari lubang pipa bor.
Ujung terbawah lubang bor harus lebih dari 5d, diukur dari lapisan atas dan bawah,
dengan d adalah diameter lubang pipa. Ketinggian air di dalam lubang bor dipelihara konstan,
pebedaan tinggi air dalam lubang dan muka air tanah = h. Debit q yang konstan, untuk
memelihara ketinggian air supaya konstan, diukur.
Uji permeabilitas Menggunakan Lubang Bor dengan Cara Tinggi Energi Berubah-
ubah (Variable-head)
Dalam pengujian dengan tinggi energi berubah-ubah (variable-head), debit yang mengalir
dari lapisan ke dalam lubang bor diukur dengan mencatat waktu (t) pada ketinggian air
relative di dalam lubang yang diukur terhadap ketinggian muka air tanah, pada perubahan
tinggi pada h1 ke h2.
Cara pertama, pipa bor dengan diameter dalam d, ditekan pada jarak yang pendek D (tak
lebih dari 1,5 m) di bawah muka air pada lapisan yang dianggap mempunyai tebal tak
terhingga. Aliran yang terjadi, lewat lubang di ujing pipa bor.
Cara kedua, sebuah lubang bor dengan pipa (casing) yang dilubangi pada bagian
bawahnya, dengan panjang L (biasa dengan pipa atau tanpa pipa), diman L > 4a, di dalam
lapisan yang dianggap berkedalaman yang tak terhingga.
Permeabilitas tanah berbutir kasar, dapat diperoleh dari pengujian kecepatan rembesan di
lapangan. Cara ini meliputi penggalian lubang tanpa pipa (trial-pit) pada titik A dan B,
dimana aliran rembesan berjalan dari A ke B.
Gradien hidrolik (i), ditentukan dari perbedaan muka air yang tetap pada lubang bor A
dan B, dibagi dengan jaraknya AB. Pada lubang A dimasukan bahan warna. Waktu
perjalanan bahan warna dari A ke B dicatat. Kecepatan rembean dihitung dari panjang AB
dibagi dengan waktunya. Selanjutnya porositas tanah dapat ditentukan dalam percobaan
laboratorium.
Menurut Hagen dan Poiseuille, banyaknya aliran air dalam satuan waktu (q) yang lewat
pipa dengan jari-jari R, dapat dinyatakan dengan persamaan :
wS 2
q= R a
8
Dengan :
w = Berat volume air
= Koefisien kekentalan absolute
a = Luas penampang pipa
S = gradient hidrolik
Luas R 2 R
RH =
keliling basah 2R 2
5. CBR LAPANGAN
CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu
lapisan tanah atau perkerasan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Pelaksanaan pengujian CBR Lapangan diatur dalam SNI 1738-2011
(Cara Uji CBR Lapangan).
1. Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton, dilengkapi dengan “swivel head”.
2. Cincin penguji (proving ring) dengan kapasitas : 1,5 ton (3000 lbs), 3 ton (6000 lbs), 5
ton (10.000 lbs), atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Torak (Piston) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
4. Arloji penunjuk (dial penetrasi) untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm
(0,001”) dilengkapi dengan balok penyokong dari besi propil sepanjang lebih kurang 2,5
meter.
5. Keping beban (plat besi) yang bergaris tengah 25 cm (10”) berlubang di tengah dengan
berat +/- 5 Kg (10 Pound) dan beban-beban tambahan seberat 2,5 Kg (5 Pound) yang
dapat ditambahkan bilamana perlu.
6. Sebuah truck yang dibebani sesuai dengan kebutuhan atau alat-alat berat lainnya (vibro,
Excavator, buldozer, dll) dan dibawahnya dapat dipasang sebuah dongkrak CBR
mekanis.
7. Dua dongkrak truck, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata, waterpas dan
lain-lain.
Pemasangan Alat :
1. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi penempatan dongkrak
CBR mekanis harus tepat diatas lubang pemeriksaan.
2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.
3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per kendaraan
(jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena terpengaruh pengenduran
gaya per kendaraan)
4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi berada 1
atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.
5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan vertikal.
6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan tidak
melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan
7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak penetrasi
sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban tersebut.
8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian rupa sehingga
jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat baja.
1. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-kira 60 cm
x 60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek dengan waterpass).
2. Dipastikan bahwa permukaan : rata dan padat
3. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub base, base course, dsb)
tidak ada butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang lepas/berserakan)
4. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan, cukup dibersihkan akar
rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai kedalaman 50 cm).
5. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang sudah dibersihkan
harus dijaga supaya tidak kelembabannya tidak berubah dari kondisi awal, jika perlu
ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas
6. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.
7. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.
4. Pembacaan beban dicatat pada penetrasi (angka di belakang = angka tabel SNI yang
direvisi):
Jika tegangan maksimum yang terjadi menghasilkan penetrasi di bawah 0,2 inchi, maka
tegangan dasar dapat diinterpolasi.
Jika CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar pada CBR pada penetrasi 0,1 inchi maka
pengujian harus dilakukan minimal 3 kali pada lokasi yang berdekatan. Jika dari 3 hasil
pengujian menunjukkan CBR pada penetrasi 0,2 inchi lebih besar dari CBR pada penetrasi
0,1 inchi maka ditetapkan nilai CBR adalah CBR pada penetrasi 0,2 inchi.
6. BOR
Hand Boring
Tujuan dilakukan hand boring adalah untuk pengambilan contoh tanah asli untuk
pemeriksaan labulaturium untuk mengetahui nilai sifat-sifat teknis dari tanah.
Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample) dilaksanakan pada setiap interval
0.50 m atau pada setiap perubahan tanah. Pengambilan contoh tanah ini dimaksudkan untuk
penentuan jenis dari tanah dan hasilnya akan di sajikan didalam boring log, setelah boring log
selesai selanjutnya dilakukan pengamatan muka air tanah didalam lubang bor setelah
dilakukan pemboran selesai. Kapasitas hand boring ini maksimal sampai 6 m.
Pemboran ini dilaksanakan dengan sistem Rotari Drilling. Tabung inti (Cor Barrel) yang
digunakan adalah Single Core Barrel Æ 73 mm, panjang 1.50 m.
Bit yang dipergunakan adalah Tungsten Carbide Bit untuk mengangkut serbuk bor
(sirkulsai) selama pemboran.
Di dalam pekerjaan bor ini dilaksanakan pula pekerjaan Standar Penetration Test (SPT)
didalam pengeboran dilakukan juga pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)
maupun contoh tanah terganggu (disturbed sample). Pengambilan contoh tanah asli adalah
untuk menjalani pemeriksaan dilabolaturium, untuk mendapatkan sifat-sifat fisik dan teknis
dari tanah.
Standar Penetration Test (SPT) dilaksanakan setiap interfal 2.00 m. Pengujian penetrasi
standar ini dilaksanakan pada tanah dalam keadaan asli dengan mempergunakan Open
Standar Split Barel Sampler. Hamer yang digunakan mempunyai berat 63.50 kg dengan
tinggi jatuh 75 cm. pengujian dilaksanakan dengan Automatic Drop Hammer Device
sehingga hamer dapat jatuh bebas tanpa gesekan. Sampler dipukul hingga masuk (menembus)
tanah sedalam 45 cm dimana jumlah pukulan sepanjang 15 cm pertama tidak diperhitungkan.
Nilai SPT = N Adalah Sama dengan jumlah pukulan untuk penetrasi 30 cm berikutnya dan
hasilnya disajikan dalam bentuk diagram bor (bor log).
Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan
tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas untuk
tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan ialah berat
kering persatuan isi.
1. Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4 liter.
2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.
3. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang bergaris tengah
16,51 cm.
Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung bahan pengikat dan
bergradasi lewat saringan no.10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm)
9. Tutup kran bersihkan kelebihan pasir di atas kran dan timbanglah (w3gram)
10. Menentukan berat pasir dalam corong :
11. Isi botol pelan pelan dengan pasir dengan pasir secukupnya dan timbang () gram.
12. Letakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong , pada dasar yang rata dan
bersih.
13. Bukalah kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir .
14. Tutup kran dan timbanglah alat berisi sisa pasir () gram.
15. Hitunglah berat pasir dalam corong (). gram.
16. Menentukan berat isi tanah :
17. Isi botol dengan pasir secukupnya
18. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat corong pada permukaan
yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan paku pada keempat sisinya.
19. Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal hamparan padat)
20. Seluruh tanah hasil galian di masukkan ke dalam kaleng yang tertutup dan telah
diketahui beratnya () lalu timbang kaleng beserta tanah ().
21. Timbang alat dengan pasir di dalamnya ().
22. Letakkan alat pada tempat ke ii , corong ke bawah di atas plat corong dan buka kran
pelan-pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang.
23. Setelah pasir berhenti mengalir kran ditutup kembali dan timbang alat dengan sisa pasir
( gram).
24. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan kadar air w %
8. GEOLISTRIK
Menurut Bisri (1991) Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan
tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan ½
Wenner, aturan ½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran
untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman
yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping) (Derana, 1981). Metode
resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi
antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar elektrode arus berubah secara
bertahap (Sheriff, 2002). Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau Vertical Electrical
Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan
perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990).
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka
akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman
(jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva
lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi
geolistrik ditunjukkan pada gambar berikut.
Dengan memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga
tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari
hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas ‘log–log’
yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi
jenis batuan dan kedalamannya.
Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah jarak
elektrode secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektrode kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak antar elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Makin besar jarak elektrode maka makin dalam lapisan batuan yang dapat
diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi terdiri dari
lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan tertentu dan mempunyai sifat kelistrikan homogen
isotrop, dimana batas antar lapisan dianggap horisontal. Survei resistivitas akan memberikan
gambaran tentang distribusi resistivitas bawah permukaan.