Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan berbagai organisasi pelayanan kesehatan
didalamnya. Organisasi pelayanan tersebut disediakan oleh pihak seperti
pemerintah, swasta, dan pelayanan kesehatan yang berasal dari pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. Organisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah
seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, dan balai-balai kesehatan
(Maharani, 2009).

Puskesmas menurut Dinkes (2014) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Peran dari puskesmas menyelenggarakan
upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Dalam penyelenggaraan fungsinya tersebut puskesmas membagi pelayanan


menjadi usaha kesehatan masyarakat dan usaha kesehatan perorangan. Usaha
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan (Kemenkes, 2014).

Yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Wajib adalah Promosi Kesehatan,


Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana,

1
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dan lain-lain. Sedangkan
Upaya Kesehatan Perorangan, antara lain: Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya
Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Mata,
Kesehatan Usia Lanjut, dan lain-lain (Kemenkes, 2014).

Di Kabupaten Jember terdapat kurang lebih 49 puskesmas dengan 17


puskesmas perawatan dan 32 puskesmas non perawatan, yang salah satunya
adalah Puskesmas Wuluhan (Kemenkes, 2012). Puskesmas Wuluhan adalah
salah satu organisasi pelayanan kesehatan tingkat pertama non-perawatan dan
dalam penyelenggaraan fungsinya adalah melaksanakan usaha kesehatan
wajib dan usaha kesehatan perorangan. Di dalam laporan ini kami akan
menjabarkan tentang pelaksanaan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas Wuluhan sesuai dengan pelaksanaan program praktikum yang
kami ikuti.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembinaan peran serta dan sistem pelayanan
kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan hidup sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat secara langsung pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat di Puskesmas Wuluhan untuk memenuhi tanggung jawab
atas pemeliharaan kesehatan masyarakat setempat.
b. Untuk mengetahui data-data hasil kegiatan yang dilakukan di
Puskesmas Wuluhan.
c. Untuk melakukan pelayanan keperawatan yang berlandaskan sistem
pelayanan keperawatan nasional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

2
wilayah tertentu (Kemenkes, 2012). Pusat Kesehatan Masyarakat adalah salah
satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia
yang memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu dan
bersinambungan kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam
bentuk usaha-usaha kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan
administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten (Entjang, 2000 dalam
Konli, 2014).

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai


pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu. Adapun pengertian puskesmas pembantu yaitu unit
pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung
lingkup wilayah yang lebih kecil (Depkes RI, 2004 dalam Nurhayati, 2016).
Menurut Satrianegara (2014) Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

B. Visi dan Misi Puskesmas Menurut Kemenkes RI


1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara

3
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Depkes RI, 2004).

2. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas
mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan (Depkes RI,
2004).

4
3. Tujuan Puskesmas Menurut RI
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat.

4. Fungsi dan Kedudukan Puskesmas Menurut RI


Adapun fungsi dari puskesmas ialah:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

5
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).
5. Kedudukan Puskesmas
a. Sistem Kesehatan Nasional. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan
UKM di wilayah kerjanya.
b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai UPT Dinas Kesehatan
yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c. Sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
d. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama. Sebagai mitra dan
sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya
masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.

6. Organisasi Puskesmas
Menurut Depkes RI (2004) mengatakan bahwa puskesmas adalah bagian
dari suatu wilayah kerja kepemerintahan yang berada dalam kawasan
kecamatan atau daerah, dimana masing-masih puskesmas berada dalam

6
kawasan dinas kesehatan di Kabupaten. Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, mendengar saran teknis di
Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi.

Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan, sedangkan
puskesmas di ibukota kecamatan merupakan puskesmas rujukan, yang
berfungsi sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan yang juga
mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang dilaksanakan oleh
sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.

Luas wilayah yang masih efektif untuk sebuah puskesmas di daerah


pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah
kerja yang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km.

7. Tata Kerja Puskesmas


Tata kerja pada puskesmas menurut (Satrianegara, 2014) meliputi:
a. Berkoordinasi dengan kantor Kecamatan.
b. Bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.
c. Bermitra dengan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
lainnya.
d. Menjalin kerja sama yang erat dengan fasilitas rujukan.
e. Berkoordinasi dengan lintas sektor.
f. Bermitra dengan organisasi yang menghimpun tokoh masyarakat yang
peduli kesehatan masyarakat.

8. Upaya Kesehatan Puskesmas


Upaya kesehatan puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak
berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12
usaha pokok kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang
meningkat menjadi 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilaksanakan
oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap
puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas, dan biaya atau anggaran yang
tersedia. Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada 20
usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas yaitu 7
upaya kesehatan pokok dan 13 upaya kesehatan pengembangan, itu pun
sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana, dan prasarana serta biaya

7
yang tersedia berikut kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas.
Dua puluh upaya kesehatan puskesmas adalah:
a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
komite nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang
ada diwilayah indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:


1) Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak
a) Pengertian
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu meneteki, bayi, anak balita, prasekolah serta
mencangkup pola kesehatan pada masyarakat pemuka
masyarakat, serta menambah ketrampilan para dukun bayi dan
menambah kegiatan anak di taman sekolah.
b) Tujuan
Tujuan umum: tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Tujuan khusus:
(1) Meningkatkan kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan
perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya
dengan menggunakan tehnologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga, penyuluhan keluarga,
penyelenggaraan posyandu dan sebagainya.
(2) Meningkatnya upaya pembinaaan kesehatan balita dan
anak pra sekolah secara mandiri dalam lingkungan
keluarga, paguyuban keluarga, posyandu dan karang balita
dan pra sekolah.
(3) Meningkatnya jangkauan bayi, anak balita, bumil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.

8
(4) Meningkatnya mutu pelayanan bayi, anak balita, bumil,
bufas, dan ibu meneteki.
(5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatan ibu, balita dan pra sekolah terutama melalui
peran ibu dalam keluarga.

c) Kegiatan pokok program KIA:


Kegiatan yang dilaksanakan oleh KIA Puskesmas untuk
mencapai tujuan adalah:
Kegiatan dalam gedung:
(1) Pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas dan ibu meneteki
(2) Pemeriksaan dan pengobatan bayi, balita
(3) Pemberian imunisasi pada bayi, ibu hamil dan pasangan
usia subur
(4) Pemeriksaan dekteksi dini tumbuh kembang balita
(5) Pertolongan persalinan
(6) Manajemen terpadu balita sakit
(7) Manajemen terpadu balita muda
(8) Konseling KB
(9) Pelayanan KB
(10) Pembinaan dukun bayi
(11) Pembinaan atau penyuluhan mengenai ibu hamil, ibu
nifas, ibu meneteki
(12) Mengadakan pencatatan dan pelaporan.

Kegiatan di luar gedung:


(1) Pembinaan kegiatan posyandu
(2) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan untuk memberikan pendidikan
kesehatan
(3) Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja
(4) Pengamatan Tumbang
(5) Kunjungan rumah untuk ibu hamil dan menyusui
(6) Kunjungan neonatal
(7) Kunjungan ibu nifas
(8) Penyuluhan kesehatan
(9) Melayani kunjungan partus
(10) Pembinaan kader, ibu guru TK, dukun bayi
(11) Pengobatan ringan pada bumil
(12) Melaksanakan imunisasi pada bumil.

d) Program kerja KIA

9
Program kerja KIA di Puskesmas adalah:
(1) Untuk memberikan pemeriksaan pada ibu hamil minimal 4
kali kunjungan
(2) Ibu hamil sebelum usia 8 bulan kehamilanya harus
mendapat imunisasi TT
(3) Untuk pemeriksaan pada bumil resiko tinggi 7 kali
kunjungan
(4) Untuk menilai atau menentukan kelainan-kelainan
akseptor KB sedini mungkin.
e) Sasaran KIA
(1) Populasi KIA
Meliputi bayi, balita, anak pra sekolah, ibu hamil, ibu
meneteki, dan ibu bersalin
(2) Target KIA ( Menurut Dinas Kesehatan Th. 2011 )
Meliputi bayi, balita, anak pra sekolah, ibu hamil, ibu
meneteki, dan ibu bersalin
f) Kegiatan KIA
(1) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan
menyusui serta bayi anak balita dan anak prasekolah
(2) Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah
gizi buruk
(3) Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara
stimulasinya.
(4) Imunisasi tetanus toksoid dua kali pada ibu hamil dan
BCG, DPT 3 kali, polio 3 kali dan campak 1 kali pada
bayi
(5) Penyuluhan kesehatan dalam mencapai program KIA
(6) Pelayanan keluarga berencana
(7) Pengobatan bagi ibu, bayi anak balita dan anak prasekolah
untuk macam-macam penyakit ringan
(8) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan, memberikan penerangan dan
pendidikan tentang kesehatan
(9) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak
dan para dukun bayi.

2) Upaya Peningkatan Gizi


a) Pengertian

10
Kegiatan masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dalam tiap
kelurga di Indonesia
b) Tujuan
(1) Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya
menyiapkan diri sehingga mempunyai kemampuan untuk
memperbaiki ataupun meningkatkan status gizi anggota
keluarganya
(2) Tujuan Khusus
(a) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perawatan
kegiatan
(b) Merubah perilaku yang mendukung perbaikan gizi,
meliputi semua anak diteteki sampai 2 tahun dan
mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan
kebutuhannya, setiap kali anak mencret harus segera
diberi oralit, untuk balita ( 1 – 4 tahun ) harus
mendapatkan vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan
sekali setelah umur 1 tahun, tiap PUS mengikuti KB,
tiap bulan bayi ditimbang, tiap ibu hamil, ibu meneteki
1 sampai 2 piring makanan tambahan yang bergizi dan
lebih baanyak dari biasanya dan setiap pekarangan
dimanfaatkan untuk meningkatkan gizi keluarga.
c) Dasar pemikiran
(1) Kurang gizi penyebab utama kematian bayi dan anak
(2) Kurang gizi dapat meningkatkan angka kematian
(3) Kurang gizi dapat menurunkan produktifitas dan
keselamatan kerja karena menurunka keadaan jasmani dan
rohani
(4) Kurang gizi dapat mempengaruhi daya tahan nasional
karena itu kekurangan gizi dapat melemahkan bangsa
(5) Kurang gizi dapat menurunkan
(6) kecerdasan anak terutamna anak sekolah
(7) Masalah gizi yang utama adalah kekurangan protein dan
kalori terutama pada balita, bumil, dan ibu meneteki,
kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, kurang
zat besi pada bumil dan anak, dan kurang garam yodium
pada anak-anak.

11
3) Kegiatan UPGK
Kegiatan UPGK yang dilakukan di puskesmas: Pencatatan
dan penghitungan status gizi untuk mengetahui status gizi
anak dilakukan penimbangan baik di desa maupun di
Puskesmas. Penanganan anak balita dengan gizi buruk
meliputi pemberian makanan anak waktu ditimbang.

Penyuluhan tentang gizi meliputi:


a) Cara memperoleh makanan, menghidangkan makanan
dan cara menyiapkan
b) Cara memberikan makanan yang telah diterima dengan
pemanfaatan Pekarangan
c) Memberikan UPGK yaitu diberi oleh petugas Puskesmas
adalah: posyandu, pembinaan kader, lokasi pelayanan
gizi
d) Di dalam gedung Puskesmas penimbangan dan pengisian
KMS, pemberian makanan tambahan, Pemberian tablet
tambah darah dan oralit, penyuluhan gizi.

Sasaran UPGK:
Bayi, anak, ibu hamil, ibu meneteki, ibu nifas, pembinaan
dukun bayi, pembinaan guru TK

Target UPGK:
(a) Jumlah balita 0 – 4 tahun yang ditimbang x perkiraan
jumlah usia balita 0–4 tahun.
(b) Perkiraan anak balita 1 – 4 tahun yang diberi kapsul
vitamin A dosis tinggi x perkiraan penduduk usia balita
1 – 4 tahun
(c) Jumlah bumil yang diberi tablet besi x di perkirakan
bumil yang ada di Puskesmas
(d) Penduduk yang mendapat garam beryodium 100 % x
penduduk sasaran
(e) Pria 100 % x 19,43 % x jumlah penduduk sasaran
(f) Wanita 100 % x 36,45 % x jumlah penduduk sasaran

12
4) Kegiatan Gizi
a) Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan
mengobati mereka
b) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan
mengembangkan program perbaikan gizi
c) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat terutama
dalam rangka program
d) Melaksanakan program-program :Program perbaikan gizi
keluarga melalui posyandu
e) Memberikan makanan tambahan yang mengandung
protein dan kalori kepada balita dan ibu menyusui
f) Memberikan vitamin A kepada balita umur dibawah 5
tahun

5) Upaya Kesehatan Lingkungan


a) Pengertian
Kesehatan lingkungan pemukiman adalah upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui
usaha sanitasi dasar, pengamatan mutu lingkungan dan
tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat
keterpaduan pengolahan lingkungan melalui analisis
dampak lingkungan.
b) Tujuan
(1) Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan
dalam terkendalinya dan hilangnya semua unsur fisik
lingkungan yang terdapat dalam masyarakat yang dapat
memberikan pengaruh jelek pada kesehatan mereka.
(2) Tujuan Khusus
(a) Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan
(b) Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan
masyarakat dan sektor lain yang berkaitan dan
bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup

13
(c) Terlaksananya perundangan dan peraturan tentang
kesehatan lingkungan dan pemukiman yang
berlaku
(d) Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna
menunjang kesehatan dalam rangka peningkatan
kesehatan lingkungan dan pemukiman.
(e) Terlaksananya pengamatan secara teratur pada
sarana sanitasi perumahan kelompok masyarakat,
tempat penjualan makanan, perusahaan dan tempat
umum
c) Pokok Kegiatan Kebersihan Lingkungan
(1) Penyediaan air bersih
(2) Penyehatan-penyehatan perumahan dan sanitasi
lingkungan
(3) Pengawasan kualitas lingkungan
(4) Pembudayaan kesehatan lingkungan

d) Sasaran Target
Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Seluruh
sarana fisik yang terkait dalam program kesehatan
lingkungan di wilayah Puskesmas. Target yang
dilaksanakan Puskesmas:
(1) Jangkauan/target air bersih
(2) Jangkauan pelayanan SPAL
(3) Pemakaian jamban keluarga
(4) Pengawasan terhadap TTV
(5) TTU yang memenuhi syarat
(6) TP2M yang memenuhi syarat
(7) Jumlah pengelola TP2M yang diberi kasus
(8) Jumlah kunjungan rumah yang diberi petunjuk.

e) Kegiatan–kegiatan utama kesehatan lingkungan yang


dilakukan staf puskesmas adalah:
(1) Penyehatan air bersih
(2) Penyehatan pembuangan kotoran
(3) Penyehatan lingkungan perumahan
(4) Penyehatan limbah
(5) Pengawasan sanitasi tempat umum
(6) Penyehatan makanan dan minuman
(7) Pelaksanaan peraturan perundang-undangan

14
6) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a) Pengertian
P2M adalah menghilangkan atau merubah cara
berpindahnya penyakit menular dan infeksi .pemindahan
penyakit atau penularan itu suatu cara bagaimana orang
yang rawan dapat memperoleh penyakit atau infeksi dari
orang lain atau hewan yang sakit. Cara-cara tersebut
adalah penularan langsung dari manusia atau hewan yang
sakit ke manusia, ini dapat terjadi karerna tetesa-tetesan
halus yang terhambur dari batuk, ludah atau bersin.
Penularan tidak langsung, sedangkan perantara benda /
barang yang kotor, dengan perantara serangga atau gigitan
serangga.

Istilah-istilah dalam pemberantasan penyakit dan kejadian-


kejadian yang luar biasa artinya sebagai berikut:
(1) Wabah
Adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau
kematian yang telah meluas secara cepat baik jumlah
kasus maupun luas daerah yang terjangkit.

(2) Kejadian luar biasa (KLB)


Adalah suatu timbulnya kejadian kesakitan / kematian
dan meningkatnya suatu kejadian kesakitan / kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB antara lain:


(a) Timbulnya suatu penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal suatu
daerah.

15
(b) Adanya peningkatan kesakitan dari kematian
yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya
(jam, hari, minggu) tergantung jenis penyakitnya
(c) Adanya peningkatan kesakitan terus-menerus
selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu)
berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
(d) Penyakit-penyakit menular yang didapatkan
adalah penyakit yang memerlukan kewaspadaan
ketat yaitu penyakit wabah atau yang berpotensi
wabah yang cepat menular dikelompokan sbb:
(e) Penyakit karantina / penyakit wabah seperti
kolera, Poliomyelitis, pes, difteri
(f) Penyakit potensial wabah / KLB yang menjalar
dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas
tinggi dan memerlukan tindakan segera : DHF,
campak, rabies, diare, pertusis
(g) Penyakit potensial wabah lainnya dan beberapa
penyakit penting : malaria, hepatitis, encepalitis,
meningitis, tetanus menahun, antrax, keracunan
(h) Penyakit menular yang berpotensi wabah tetapi
diprogramkan. Di tingkat kecamatan dilakukan
secara bulanan melalui rapat terpadu Puskesmas
ke kabupaten dan seterusnya
b) Tujuan
1) Mencegah terjadinya penularan penyakit
(a) Mengurangi kesakitan
(b) Mengurangi kematian

c) Langkah – langkah pemberantasan penyakit menular


Rencana efektif untuk mengurangi atau memberantas
penyakit menular harus diadakan ditingkat nasional
dengan mengikutsertakan tidak saja petugas Puskesmas

16
tetapi juga seluruh anggota masyarakat. Teknik dasarnya
dinamakan “ pengamatan dan pemberantasan “terdiri dari
langkah – langkah sebagai berikut :
1) Pengumpulan dan analisa data tentang pengamatan
atau surveilance berarti terus – menerus mencari dan
pengumpulan data tentang penyakit dan analisa data
itu dapat diambil tindakan agar dapat efektif maka data
itu harus lengkap dan sedapat – dapatnya up to date
( meliputi keadaan paling akhir) data itu diperoleh
petugas pelaksana dari sumber – sumber:
(a) Penderita yang datang ke Puskesmas
(b) Laporan kelahiran dan kematian dari kantor
kecamatan
(c) Laporan dari petugas lapangan Puskesmas/ lurah
desa tentang sekonyong –konyongnya penyakit
berwabah dalam suatu daerah
(d) Laporan dari petugas lapangan atau desa tentang
sekonyong – konyongnya bertambahnya kematian
atau kuburan dalam suatu desa atau daerah
(e) Laporan adanya kenaikan kematian binatang yang
ada hubunganya dengan bertambahnya penyakit dan
kematian antara manusia (seperti dalam wabah
sampar antrax)
(f) Melaporkan adanya penyakit menular
(g) Laporan dalam 24 jam
Kasus – kasus baru penyakit potensial wabah harus
segera dilaporkan dalam waktu 24 jam.
Menentukan apakah peristiwa suatu letusan atau
wabah atau bukan embandingkan informasi yang
tepat mengenai penderita tersebut dengan definisi
yang sudah ditentukan tentang letusan wabah
epidemi.

17
7) Imunisasi
a) Pengertian
Salah satu usaha untuk memberikan kekebalan penyakit
tertentu
b) Tujuan
(1) Tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
(2) Tujuan khusus
Untuk memenuhi kebutuhan dan penyaluran faksin
secara mandiri.
c) Sasaran
(1) Bayi usia 0-11 bulan yaitu BCG, DPT, Polio, Campak,
dan Hepatitis B
(2) Anak SD kelas I, imunisasi DT
(3) Anak SD kelas IV , imunisasi terutama wanita
(4) Ibu hamil, imunisasi TT 1 dan TT 2.

d) Program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan


Di dalam gedung Puskesmas adalah imunisasi Diluar
gedung Puskesmas yaitu melalui posyandu:
(1) Persiapan imunisasi
(2) Pengelolahan chold chain
(3) Pelaksanaan imunisasi
(4) Penyuluhan mengenai imunisasi.
e) Target
80% imunisasi bayi dari populasi.

8) Upaya pengobatan

18
a) Pengertian
Suatu bagian dari Puskesmas yang melayani masyarakat
yang memerlukan pengobatan baik secara prefentif
maupun kuratif
b) Tujuan
(1) Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat indonesia
(2) Tujuan khusus
Untuk membuat diagnosa dini, pengobatan secara
casual atau klinik, membatasi ketidak mampuan
petugas, mengadakan rehabilitasi, meringankan beban
pasien, mencegah dan memberantas penyakit menular,
dan mempertinggi taraf hidup masyarakat khususnya
dalam bidang kesehatan
c) Kegiatan pokok
(1) Kegiatan dalam gedung
Meliputi rawat jalan, menjalani pengobatan penderita
baru atau lama, mengadakan rujukan dari posyandu,
KIA, UKS, melayani pengobatan secara berkala pada
penderita yang berpenyakit kronis, mengadakan
pencatatan dan pelaporan hasil kunjungan rawat jalan,
memberikan HE kepada para pengunjung, dan rawat
inap
(2) Kegiatan diluar gedung
Meliputi posyandu, pelayanan post pengobatan,
puskesmas keliling, dan kunjungan rumah
d) Sasaran
Kepada semua masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
yang membutuhkan pelayanan kesehatan
e) Target (Menurut DINKES 2011)
(1) Jangkauan pengobatan jalan

19
(2) jumlah kasus baru x jumlah penduduk Puskesmas
(3) Kwalitas mutu pelayanan
(4) Pelayanan kesehatan mata dasar
(5) Jumlah kasus mata yang diobati x jumlah penduduk
(6) Pelayanan jangkauan retraksi x jumlah penduduk
(7) Jangkauan deteksi kasus katarak x jumlah penduduk

9) Upaya promosi kesehatan atau penyuluhan


a) Definisi
Penyuluhan adalah suatu proses belajar untuk
mengembangkan pengertian yang benar, singkat dan
positif pada individu dan keluarga terhadap kesehatan agar
yang bersangkutan dapat menaerapkan cara hidup sehat
sebagian dari cara hidupnya sehari-hari, kesadaran dan
kemauan diri.
b) Tujuan
(1) Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat (menolong
dirinya sendiri) dan bidang kesehatan dengan
melaksanakan hidup sehat dapat berperan dalam
pembangunan kesehatan.
(2) Tujuan khusus
Dapat mewujudkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat yang setinggi-tingginya, menyebar luaskan
informasi kesehatan dengan lebih memanfaatkan
medis penyuluhan, meningkatkan pengembangan dan
penyuluhan Puskesmas sebagai pola kehidupan sehari
– hari, kebersihan dan hidup sehat dapat diterima
sebagai pola kehidupan sehari – hari, meningkatkan
teknis – teknis penyuluhan bagi petugas Puskesmas,
memberi bekal ketrampilan dan pengetahuan kader

20
tentang kegiatan posyandu agar dapat membantu
secara aktif upaya kesehatan posyandu.
c) Sasaran
(1) Kelompok umum, baik pedesaan maupun perkotaan
(2) Kelompok khusus (masyarakat di daerah terpenuhi dan
terasing, masyarakat di daerah perekonomian dan
termasuk transmigrasi, masyarakat yang terkena
masalah kesehatan misalnya wabah diare, demam
berdarah, masyarakat yang mempunyai pengaruh
dalam menentukan pengambilan keputusan dan proses
pelayanan, misalnya pemuka masyarakat baik formal
maupun nonformal, masyarakat yang peka terhadap
masalah kesehatan, misalnya bumil, ibu meneteki, dan
manula, masyarakat yang berada di berbagai instansi
perumahan baik pemerintah, swasta misalnya RS,
puskermas, sekolah, posyandu, dan lain – lain,
kelompok yang hipotensi dalam kegiatan penyuluhan
seperti PKK, karang taruna, KPNI)
d) Target
Penyuluhan kelompok dan umum di dalam dan di luar
Puskesmas. Frekuensi penyuluhan kelompok 12 kali
setahun. Frekuensi penyuluhan melalui media tradisional
4 kali setahun. Frekuensi penyuluhan melalui media
keliling 12 kali setahun

e) Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat


(1) Memberi contoh yang positif tindakan dokter,
perawatan, dan tenaga kesehatan yang lain
(2) Puskesmas sebagai contoh penampilan yang rapi,
bersih, sehat gedungnya
(3) Gambar–gambar yang mudah dipahami, seperti poster

21
(4) Penyuluhan kesehatan mengenai imunisasi dan KB
(5) Penyuluhan individu saat pemeriksaan
(6) Penyuluhan kelompok di Puskesmas (KIA / KB)
(7) Kegiatan posyandu dan imunisasi
(8) Kunjungan rumah dan kasus
(9) Dilaksanakan di dalam desa binaan
(10) Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program
puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan
pada setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik,
rumah dan kelompok-kelompok masyarakat.
(11) Ditingkat puskesmas tidak ada penyuluhan
tersendiri, tetapi ditingkat kabupaten diadakan tenaga-
tenaga coordinator penyuluhan kesehatan. Coordinator
membantu para petugas puskesmas dalam
mengembangkan teknik dan materi penyuluhan di
Puaskesmas.
-
10) Upaya kesehatan pengembangan
a) Definisi
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya
yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang
telah ada, yakni:
(1) Upaya kesehatan sekolah
Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana
keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan
kebersihan lingkungan, meliputi membina kebersihan
perseorangan peserta didik, mengembangkan
kemampuasn peserta didik untuk berperan secara aktif

22
dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter
kecil, penjaringan kesehatan peserta didik kelas I,
pemeriksaan kesehatan periodic sekali setahun untuk
kelas II sampai IV dan guru berupa pemeriksaan
kesehatan sederhanan, immunisasi peserta didik kelas
I sampai VI, pengawasan terhadap keadaan air,
pengobatan ringan pertolongan pertama, rujukan
medic, penanganan kasus anemia gizi, dan pembinaan
teknis dan pengawasan di sekolah
(2) Upaya kesehatan olahraga
Meliputi pemeriksaan kesehatan berkala, penentuan
takaran latihan, pengobatan dengan teknik latihan dan
rehabilitasi, pengobatan akibat cidera latihan, dan
pengawasan selama pemusatan latihan.
(3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Meliputi asuhan perawatan kepada individu di
puskesmas maupun di rumah dengan berbagai tingkat
umur, kondisi kesehatan, tumbuh kembang dan jenis
kelamin, asuhan perawatan yang diarahkan kepada
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat
(keluarga binaan), pelayanan perawatan kepada
kelompok khusus diantaranya: ibu hamil, anak balita,
usia lanjut dan sebagainya, dan pelayanan
keperawatan pada tingkat masyarakat
(4) Upaya peningkatan kesehatan kerja
Identifikasi masalah, meliputi pemeriksaan kesehatan
dari awal dan berkala untuk para pekerja, pemeriksaan
kasus terhadap pekerja yang dating berobat ke
puskesmas, peninjauan tempat kerja untuk
menentukan bahaya akibat kerja, kegiatan peningkatan
kesehatan tenaga kerja melalui peningkatan gizi
pekerja, lingkungan kerja, dan kegiatan peningkatan

23
kesejahteraan, dan kegiatan pencegahan kecelakaan
akibat kerja.
(5) Upaya kesehatan gigi dan mulut
Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta
masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri dalam
wadah program UKGM
(6) Upaya kesehatan jiwa
Meliputi kegiatan kesehatan jiwa yang terpadu dengan
kegiatan pokok puskesmas, penanganan pasien dengan
gangguan jiwa, kegiatan dalam bentuk penyuluhan
serta pembinaan peran serta masyarakat,
pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas
melalui pengembangan peran serta masyarakat dan
pelayanan melalui kesehatan masyarakat, dan
pencatatan dan pelaporan.
(7) Upaya kesehatan mata
Yaitu upaya kesehatan mata, pencegaahan kesehatan
dasar yang terpadu dengan kegiatan pokok lainnya.
Anamnesa dan emeriksaan virus dan mata luar, tes
buta warna, tes tekan bola mata, tes saluran air mata,
tes lapangan pandang, funduskopi dan pemeriksaan
labolatorium. Pengobatan dan pemberiaan kacamata,
perasi katarak dan glukoma akut yang dilakukan oleh
tim rujukan rumah sakit, perawatan pos operasi
katarak dan glukoma akut, merujuk kasus yang tak
dapat diatasi, pemberian protesa mata, peningkatan
peran serta masyarakat dalam bentuk penyuluhan
kesehatan, serta menciptakan kemandirian masyarakat
dalam pemeliharaan kesehatan mata mereka,
pengembangan kesehatan mata masyarakat, dan
pencatatan dan pelaporan.

24
11) Upaya pembinaan peran serta masyarakat
a) Definisi
Upaya pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan
melalui:
(1) Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan,
pimpinan wilayah, lintas sektoral dan berbagai
organisasi kesehatan, yang dilakukan melalui dialog,
seminar dan lokakarya, dalam rangka komunikasi,
informasi dan motivasi dengan memanfaatkan media
masa dan system informasi kesehatan.
(2) Persiapan petugas penyelenggaraan melalui latihan,
orientasi dan sarasehan kepemimpinan dibidang
kesehatan.
(3) Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengenal dan memecahkan masalah kesehatan,
dengan mengenali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya, melalui rangkaian kegiatan:
pendekatan kepada tokoh masyarakat, survey mawas
diri masyarakat untuk mengenali masalah
kesehatannya, musyawarah masyarakat desa untuk
penentuan bersama rencana pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi, pelaksanaan kegiatan
kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kader
yang terlatih, dan pengembangan dan pelestarian
kegiatan oleh masyarakat.

9. Asas Penyelenggaraan Puskesmas


Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan
dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya

25
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud yaitu:
a. Asas pertanggung jawaban wilayah
Asas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
2) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya
3) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
4) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggung jawaban wilayah.
b. Asas pemberdayaan masyarakat
Asas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:

26
1) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga
Balita (BKB)
2) Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3) Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi)
4) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid
5) Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
6) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan
7) Kesehatan Lingkungan (DPKL)
8) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
9) Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
10) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
11) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA
c. Asas keterpaduan
Asas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan,
yakni:
1) Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
a) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan

27
b) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan
gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
c) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
d) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan
2) Keterpaduan lintas sector
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
a) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat,lurah/kepala desa, pendidikan, agama
b) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat,lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
c) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
d) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama,
koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
e) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, tenaga kerja,
koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
f) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
Camat, Lurah/Kepala Desa, tenaga kerja, dunia usaha
d. Asas rujukan
Asas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas

28
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai
permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalamarti
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh


puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam:
a) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada
tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas.

29
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut
telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas
tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan
atas tiga macam:
a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis
pakai dan bahan makanan.
b) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggung jawab penyelesaian
masalah kesehatan masyarakat dana tau penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan
Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa,
pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.

10. Kedudukan Puskesmas


Menurut Satrianegara (2014) kedudukan puskesmas adalah:

30
a. Sistem kesehatan nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan
(perorangan dan masyarakat) strata pertama.
b. Sistem kesehatan Kabupaten/Kota sebagai unit pelaksana teknis dinas
yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Sistem pemerintah daerah sebagai unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah
daerah kabupaten kota.

11. Wilayah Kerja Puskesmas


Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhat ikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).

12. Kegiatan Pokok Puskesmas


Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda,
maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas
akan berbeda-beda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas
yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Kesejahteraan Ibu dan Anak.Keluarga Berencana
b. Usaha Peningkatan Gizi
c. Kesehatan Lingkungan
d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
e. Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
f. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
g. Kesehatan Sekolah
h. Kesehatan Olahraga
i. Perawatan Kesehatan Masyarakat
j. Kesehatan Kerja

31
k. Kesehatan Gigi dan Mulut
l. Kesehatan Jiwa
m. Kesehatan Mata
n. Laboratorium Sederhana
o. Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan
p. Kesehatan Lanjut Usia

Kegiatan Pokok:
a. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.
b. Mengatur penyimpanan obat dan alat kesehatan di Puskesmas
c. Mengatur administrasi obat di Puskesmas
d. Meracik obat-obatan untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah
dokter
e. Membuat zat reagens untuk laboratorium
f. Mengatur distribusi obat sederhana untuk UKS dan KIA/KB
g. Menyediakan obat untuk Puskesmas Keliling dan Puskesmas
Pembantu.

Kegiatan lain:
a. Penyuluhan kesehatan terutama dalam bidang penggunaan obat keras
dan bahaya narkotika
b. Pencatatan dan pelaporan kegiatan yang dilakukan
c. Membantu melaksanakan fungsi manajemen
d. Pemegang inventaris peralatan medis Puskesmas
Fasilitas Pendukung:
a. Puskesmas Pembantu
Adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
b. Puskesmas Keliling
Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan,

32
peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari
Puskesmas. Fungsinya menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling
adalah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah
terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan Puskesmas atau
Puskesmas Pembantu, 4 hari dalam satu minggu
2) Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa
3) Dipergunakan sebagai alat transpor penderita dalam rangka rujukan
bagi kasus gawat darurat
4) Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio-
visual
c. Bidan Desa
d. Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di
tingkat desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu.
Semula Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum
komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang
memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan
masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memecahkan masalah melalui alih teknologi. Satu Posyandu
sebaiknya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga), atau
sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat.
13. Puskesmas dalam Pendekatan SDG’s dan BPJS
a. Puskesmas dalam pedekatan SDGs
Sejalan dengan visi Departemen Kesehatan saat ini yaitu mewujudkan
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, peran puskesmas
seharusnya menjadi sangat dominan. Tiga fungsi puskesmas yang ada
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

33
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, dan sebagai pusat pelayanan
kesehatan strata pertama, mengarah langsung pada pembentukan
masyarakat yang secara mandiri berupaya meningkatkan derajat
kesehatannya.

Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,


puskesmas ditugasi untuk menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha
di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang
berwawasan kesehatan. Termasuk dalam fungsi ini puskesmas harus
secara aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari setiap
program pembangunan, juga mengutamakan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan
pemulihan.

Fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat membawa


puskesmas berupaya agar masyarakat memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat. Puskesmas juga harus berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan, juga ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Dalam perannya menjalankan fungsi ketiga, yaitu sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama, puskesmas harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, yang terdiri atas
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud
pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private health) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap. Sedangkan pelayanan kesehatan
masyarakat adalah yaitu pelayanan yang bersifat public (public health)

34
dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat itu antara lain
berupa kesehatan ibu dan anak, promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, pengobatan,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Melihat dari fungsi dan cakupan kerjanya, puskesmas sebenarnya


memiliki peran yang jauh lebih strategis dari rumah sakit dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perannya bukan seperti
rumah sakit yang menunggu pasien yang datang berkunjung, tapi lebih
banyak pada peran menjemput bola. Puskesmas harus aktif
mendatangi masyarakat untuk menjalankan program-program
kesehatannya yang sebagian besar mengajak keterlibatan masyarakat
untuk turut serta. Jadi tidak heran jika sebagian besar waktu tenaga
kesehatan puskesmas seharusnya dihabiskan pada layananan
kesehatan di luar ruang berupa penyuluhan dan pengembangan
masyarakat yang sehat. Mengingat tugas para tenaga kesehatan di
puskesmas tidak berfokus pada aspek penanganan medis semata,
bahkan sebagian besarnya adalah upaya pengorganisasian masyarakat
untuk terlibat langsung dalam pengelolaan kesehatan secara mandiri,
maka tenaga kesehatan yang diterjunkan harus pula dibekali dengan
kemampuan untuk mengelola modal sosial yang ada di masyarakat.
Oleh karenanya, kemampuan komunikasi, manajerial, dan
pemahaman adat istiadat serta kebiasaan masyarakat menjadi hal yang
perlu dikuasai oleh para tenaga kesehatan di tingkat puskesmas.

Penyediaan tenaga kesehatan ini menjadi bagian yang tak terpisahkan


dari upaya revitalisasi puskesmas di samping kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung yang sesuai. Untuk puskesmas yang
masyarakatnya berada di daerah yang sulit dijangkau, tentu fasilitas

35
yang harus dipenuhi adalah alat transportasi yang mampu menjangkau
daerah tersebut. Pada gilirannya, program pemberdayaan puskesmas
ini akan bermuara pada satu hal yaitu pendanaan. Jika ditinjau dari
segi besarannya, tentu tidak sedikit. Namun jika ini dilihat bukan
sebagai ongkos yang harus dikeluarkan, tapi sebagai investasi masa
depan, maka jumlahnya tak kan sebanding dengan perbaikan di masa
datang yang tek ternilai dengan uang. Jika masyarakat sehat, tentu
beban negara untuk menyubsidi biaya pengobatan pun akan semakin
berkurang, selain itu munculnya generasi yang sehat dan cerdas
menjadi harapan baru masa depan yang lebih baik dan lebih produktif.
Untuk itu alokasi anggaran yang pada Undang-undang kesehatan
ditetapkan minimal 5 persen dari APBN dan 10 persen dari APBD,
akan lebih bijaksana jika diprioritaskan untuk melakukan revitalisasi
puskesmas. Sekali lagi ini bukanlah ongkos yang memberatkan, tapi
investasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

Meningkatkan derajat kesehatan salah satunya adalah mewujudkan


Visi Indonesia Sehat 2020 dan memenuhi target Millenium
Development Goals (SDG’s). Percepatan pemenuhan target SDG’s ini
bahkan dimasukkan dalam Program 100 Hari Menkes. Meski
keduanya (Visi Indonesia Sehat 2020 dan SDG’s) bukan merupakan
tujuan akhir dan hanya kriteria dasar yang harus dipenuhi untuk
membangun negeri yang sehat, namun terbukti hal ini bukan
pekerjaan mudah. Hingga kini Indonesia masih tertatih-tatih untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang menjadi salah satu
indikator tingkat kesehatan suatu bangsa.

Dengan demikian, sebenarnya puskesmas lah yang seharusnya bisa


menjadi ujung tombak dalam upaya-upaya pencapaian target SDG’s
maupun Visi Indonesia Sehat 2020. Dengan kata lain, puskesmas
memegang peranan kunci dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, revitalisasi peran puskesmas

36
mutlak harus dilakukan dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat
dan daerah.

b. Puskesmas dalam pedekatan BPJS


Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan suatu unit
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang
berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan
dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan
secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan.

Selain puskesmas sebagai penyelenggara kesehatan, program baru


pemerintah untuk pembangunan kesehatan adalah BPJS kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau BPJS kesehatan
merupakan badan usaha milik Negara yang ditugaskan kusus oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi seluruh rakyat Indonesia yang memberikan manfaat kesehatan
untuk seluruh masyarakan Indonesia dengan premi terjangkau agar
semua orang bisa mendapat fasilitas pengobatan yang layak.
Sebagaimana program baru, program ini harus tersosialisasikan
dengan baik kepada masyarakat luas khususnya masyarakat diwilayah
yang jauh akan fasilitas kesehatan yang kurang dalam masalah
informasi kesehatan. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan utama
di wilayah kecematan memiliki peranan penting untuk menjadi
educator dan penyampaian informasi tentang fasilitas kesehatan ini.

37
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Profil Puskesmas
1. Visi, Misi, Tata Nilai, dan Budaya Kerja Puskesmas Wuluhan
a. Visi
Memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan jangka panjang,
yaitu: (1) perikmanusiaan, (2) pemberdayaan dan kemandirian, (3)
adil dan merata, (4) pengutamaan dan manfaat serta memperhatikan

38
tujuan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-
2025, yaitu: meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya; dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata di Wilayah
Puskesmas Wuluhan; maka visi Puskesmas Wuluhan adalah
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG SEHAT, MANDIRI
DAN BERKEADILAN”

b. Misi
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan aksesibilitas
pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan tingkat pertama yang paripurna, merata, bermutu,
dan berkeadilan.
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan
yang profesionalisme sesuai kompetensi dibidang tugasnya.

c. Tata Nilai
M: Mudah pelayanan dan mudah jangkauannya
A: Amanah dalam mengemban tugas
N: Nyaman, aman, dan sehat
T: Tertib, teratur, dan santun
A: Aspiratif mendengar kebutuhan masyarakat
B: Berkualitas dan profesional sesuai standar pelayanan kesehatan

d. Budaya Kerja
B: Bersih, rapi dan indah tampilan dan lingkungan

39
E: Efisien, melayani dengan cepat, tepat, tanggap, dan tegas
R: Ramah dalam melayani pelanggan
E: Empati, dapat memahami perasaan dan perilaku pelanggan
S: Sopan, memberikan pelayanan dengan sikap santun, tutur kata, dan
bertindak sesuai dengan tata nilai yang berlaku

2. Gambaran Umum
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Wuluhan adalah wilayah kerja Puskesmas Wuluhan
dengan luas area 212,9 km². Kecamatan ini terdiri atas tanah sawah,
penggunungan dan sebagian tanah kering. Kalisat di kelilingi oleh
batas – batas sebagai berikut:
1) Batas Utara = Kecamatan Balung
2) Batas Timur = Kecamatan Ambulu
3) Batas Selatan = Desa Ampel
4) Batas Barat = Desa Tamansari
Secara garis besar, hampir semua akses jalan beraspal dapat dilalui
dengan roda empat. Sehingga transportasi relatif sangat mudah dalam
mencapai tempat-tempat pelayanan kesehatan sampai sekelas
Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes dan Ponkesdes. Keberadaan
Puskesmas Wuluhan banyak membantu masyarakat, selain itu
Puskesmas berdekatan dengan pasar dan Polsek. Kedudukan
Puskesmas Wuluhan adalah puskesmas rawat inap poned, ruang rawat
inap yang terdiri dari ruang rawat inap, ruang isolasi, dan ruang
gabung ibu dan anak, serta menyediakan pelayanan kegawatdaruratan
(UGD 24 jam) dengan kapasitas tempat tidur 23 buah, ruang kelas 2
ruang, ruang bersalin 3 ruang, dan 17 ruang yang lainnya.

40
Gambar 1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Wuluhan

a. Demografi
Penduduk Kecamatan Wuluhan tahun 2017 sejumlah 63.213 jiwa
terdiri atas 31.061 laki-laki dan 32.152 Perempuan. Jumlah KK
17.234, dengan jumlah Penduduk total miskin 14.053 jiwa, jumlah
Kepala Keluarga miskin 11.243 jiwa, jumlah anggota keluarga
miskin 14.053 jiwa, jumlah yang mempunyai kartu JKN 13.311
jiwa. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Data 2017 jumlah
ibu hamil 1.155 orang. Jumlah Balita sebanyak 4.411 balita, 962
kelahiran bayi hidup, jumlah wanita usia subur sebanyak 16.713
orang, jumlah ibu bersalin 1.018 orang, jumlah ibu nifas 1.018
orang, dan jumlah ibu meneteki 1.334 orang. Adapun distribusi
penduduk menurut jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada Tabel
1 di bawah ini.
Tabel 1 Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di
wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan tahun 2017

LAKI-LAKI UMUR PEREMPUAN


497 0-1 514
2014 1-4 2086
1043 5-9 879
2224 10-14 2311
2608 15-19 1827
2234 20-24 2200
2317 25-29 2117
2446 30-34 1988
2135 35-39 2299
2143 40-44 2190
1938 45-49 1991
1719 50-54 1957

41
1842 55-59 2087
1934 60-64 1743
3967 > 65 5963

b. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya


1) Adat Istiadat
Penduduk yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Wuluhan sebagian besar adalah suku Jawa yang hampir
sebagian besar penganut agama Islam. Sedangkan bahasa
pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia.

2) Mata Pencaharian
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari, sebagian
besar mata pencaharian penduduk adalah berdagang/buruh dan
petani.

c. Sarana Pendidikan
Proporsi jumlah sarana pendidikan terhadap jumlah penduduk usia
sekolah menurut tingkatannya menunjuk pada kesenjangan antara
jumlah sarana pendidikan yang tersedia dengan jumlah penduduk
usia sekolah. Adapun distribusi jumlah sarana pendidikan dan
jumlah penduduk usia sekolah menurut tingkatannya dapat dilihat
pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Distribusi jumlah sarana pendidikan menurut tingkatannya

No Tingkat Pendidikan Jumlah Sarana


1 TK 32
2 SD & sederajat 44
3 SMP & sederajat 15
4 SMA & sederajat 11
5 Akademi 0
6 Perguruan Tinggi 0
7 Ponpes 5

d. Sarana Pelayanan Kesehatan


1) Fasilitas Kesehatan
UPTD Puskesmas Wuluhan merupakan Puskesmas Perawatan,
dimana dalam melaksanakan programnya baik program Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya Kesehatan

42
Perseorangan (UKP). Untuk lebih jelasnya distribusi pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan
dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Distribusi fasilitas kesehatan di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Wuluhan tahun 2017

No Jenis Pelayanan Jumlah


1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 3 buah
2 Pondok Bersalin Desa (Polindes) 1 buah
3 Pondok Kesehatan Desa 1 buah
(Ponkesdes)
4 Puskel (Puskesmas Keliling) 1 buah
5 Polindes 1 buah
6 Mobil Jenazah 1 buah
7 Klinik Swasta 2 buah
8 Apotek 4 buah
9 Praktek Dokter Swasta 5 buah
10. Praktek Bidan Swasta 10 buah
11 Praktek Perawat 12 buah

2) Sumber Daya Manusia


Untuk upaya peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan, maka tenaga kesehatan yang ada di UPTD
Puskesmas Wuluhan harus memadai jumlahnya. Adapun
distribusi ketenagaan di UPTD Puskesmas Wuluhan dapat
dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Distribusi tenaga kesehatan berdasarkan


tingkat pendidikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Wuluhan tahun 2017
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Umum 2 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 S-1 Keperawatan 5 orang

43
4 D-III Keperawatan 10 orang
5 SPK 2 orang
5 D-III Kebidanan 16 orang
6 Bidan di Desa 1 orang
7 Sanitarian/D-III Kesling 1 orang
8 D-III Laboratorium 2 orang
10 Tenaga Honorer 32 orang
11 Sopir, penjaga 3 orang

e. Lingkungan Fisik dan Biologis


1) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang
sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak bterbuat dari
tanah.

Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa persentase


rumah sehat sebesar 62.8 % dari 12.202 rumah yang diperiksa.
Sedangkan target Indonesia Sehat 2015 sebesar 80%.

2) Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan


Tempat-tempat umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TUPM) merupakan sarana yang dikunjungi banyak
orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.
TUPM meliputi warung makan, pasar dan lain-lain. Sedangkan
TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas
ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan
memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa TTU yang


diperiksa sebanyak 49 dan TTU yang sehat sebesar 65.75%,

44
berarti harus mengejar 34.25% lagi untuk mencapai target
Indonesia Sehat 2015 sebesar 100%.

3) Akses Terhadap Air Minum


Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan
menurut air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur
tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan
dan lainnya.

Data dari hasil kompilasi Program Kesehatan Lingkungan


menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki akses Air Bersih
sebesar 99.3 % dari seluruh keluarga yang diperiksa di
Kecamatan Kalisat.

4) Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
meliputi persediaan air bersih (PAB), jamban, tempat sampah
dan pengelolaan air limbah (PAL). Masing-masing indikator
tersebut semestinya diperiksa dalam waktu yang sama sehingga
jumlah KK diperiksa sama untuk masing masing indikator.

Data dari hasil kompilasi programer kesehatan lingkungan


tahun 2017, menunjukkan bahwa keluarga dengan kepemilikan
sarana sanitasi dasar mempunyai pencapaian yang variatif di
masing-masing indikator.

Persentase terkecil keluarga yang memiliki jamban dan


persediaan air bersih masing-masing hanya sebesar 5%.
Sedangkan Persentase tertinggi keluarga pemakai Jaga sehat
adalah 99%.

5) Angka Bebas Jentik

45
Angka Bebas Jentik dengan target 95% diharapkan dapat
menekan terjadinya kasus demam berdarah. Dengan
dilaksanakannya kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) pada setiap desa yang ada di kecamatan Wuluhan
yang dilaksanakan seminggu sekali bersama tokoh masyarakat
dengan tujuan mengajak masyarakat untuk sadar akan
pentingnya menjaga lingkungan tempat tinggalnya sendiri dari
jentik nyamuk.

Data dari hasil PSN tahun 2017 Puskesmas Wuluhan sudah


mencapai ABJ 95% periode 1 tahun kegiatan yaitu mencapai
91,02 % dari jumlah rumah yang diperiksa.

f. Keadaan Perilaku Masyarakat


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan
dalam beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang
mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan,
persentase penduduk yang berobat jalan menurut tempat berobat,
persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui, kebiasaan
merokok, persentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik, dan
kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat. Sedangkan
indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator
yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi
ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak
merokok, tidak melakukan aktifitas fisik setiap hari, makan sayur
dan buah setiap hari, tersedianya akses terhadap air bersih,
tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
dan lantai rumah bukan dari tanah.
1) ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi
manfaat bagi bayi dari sisi aspek gizi (kolostrum yang
mengandung Imunoglubulin A/IgA, Whei-Casein,

46
Decohexanoic/DHA dan arachidonic/AA dengan komposisi
sesuai), aspek Imunologik (selain IgA, terdapat Laktoferin,
Lysosim dan jenis leucosit yaitu Brochus-Associated
Lymphocyte/BALT, Gut Associated Lymphocite Tissue/ GALT,
Mammary Associate Lymphocite Tissue/MALT serta faktor
bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara
anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas
menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek
ekonomi serta aspek penundaan kehamilan (metode amenorea
laktasi/MAL) selain aspek–aspek tersebut, dengan ASI juga
dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara
mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS).

Berdasarkan data yang terkumpul pada tahun 2017, jumlah


bayi yang diberi ASI Ekslusif yaitu 1.134 bayi.

2) Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan
memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling
dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal
5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata.
Posyandu Purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program
atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih
pertahun.

Terdapat 79 posyandu dengan target Posyandu Purnama &


Mandiri Nasional sebesar 20%, sedangkan kondisi Posyandu di
wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan pada tahun 2017 adalah
sebagai berikut: Mandiri sebesar 0%, Purnama sebesar 89.8%
dan Madya 10.2%. Masalah posyandu hampir tidak ada karena
masyarakat sangat antusias.

47
3) Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam
pembiayaan kesehatan,sejak lama dikembangkan berbagai cara
untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada
saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan Pra
Upaya, yaitu Dana Sehat, Asuransi Kesehatan, Asuransi Tenaga
Kerja (astek)/Jamsostek, JPKM dan asuransi kesehatan
lainnya,serta Kartu Sehat untuk penduduk miskin dan Program
BPJS.

Di UPTD Puskesmas Wuluhan jenis kepersertaan Jaminan


Kesehatan Pra Bayar pada tahun 2017 terdiri dari BPJS, JKN
dan KIS.

1. Derajat Kesehatan
a. Mortalitas (Angka Kematian)
Salah satu indikator penting untuk mengukut tingkat derajat
kesehatan masyarakat adalahangka kematian (mortalitas). Dimana
indikator ini menunjukkan tingkat kesehatan, mutu pelayanan
kesehatan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
1) Angka Kematian Bayi (AKB)
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas
Wuluhan tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat kematian
bayi sebanyak 18 orang, lahir mati 10, lahir hidup 1.117,
sehingga didapatkan IMR 1.117/1000 kelahiran hidup, hal ini
berarti bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat kematian bayi
sebanyak 18 orang bayi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi
tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan.

48
Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan
pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta
kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke
norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.
Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi
gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu Maternal diperoleh berbagai survei yang
dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian
AKI menjadi lebih luas dibanding survei sebelumnya.
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Wuluhan selama
tahun 2017 tidak terdapat kematian maternal.

3) Angka Kematian Balita (AKBAL)


Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Wuluhan selama
tahun 2017 terdapat 3 kasus kematian balita.

b. Morbiditas (Angka Kesakitan)


Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari
masyarakat (community bases data) yang dapat diperoleh dengan
melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yaitu
sebanyak 465 di tahun 2017.
1) Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan
Kabupaten Jember antara lain penyakit Malaria, TB Paru,
HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
a) Penyakit Malaria

49
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, perkembangan penyakit Malaria
dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API). Di
wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan masih relatif aman
terhadap penyakit malaria.
b) Penyakit TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan
ke 3 penyebab umum, selain menyerang paru, Tuberculosis
dapat menyerang organ lain (extra pulmonary).
Berdasarkan data kompilasi dari programer TB Paru UPTD
Puskesmas Wuluhan, pada tahun 2017 jumlah BTA (+)
sebanyak 963 orang (1,51%).
c) Penyakit HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan
penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya
mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra–
sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya
perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan
telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan
tingkat epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya
prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu, misal
pada kelompok pekerja seksual komersial dan penyalah
guna NAPZA. Tingkat epidemi ini menunjukkan tingkat
perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan ini dalam
suatu sub populasi tertentu. Untuk mencegah
penyebarannya, UPTD Puskesmas Wuluhan melakukan
berbagai cara, diantaranya penyuluhan ABAT di seluruh
sekolah di Kecamatan Wuluhan meliputi SD, SMP dan

50
SMA/sederajat. Selain itu, ibu hamil di seluruh Kecamatan
Wuluhan menjadi target percegahan HIV.

Jumlah penderita HIV AIDS dapat digambarkan sebagai


fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang
dilaporkan jauh lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya.
Hal ini berarti bahwa jumlah Penderita HIV/AIDS di
Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.

Di wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan pada tahun 2017


dilaporkan terdapat 46 penderita HIV/AIDS.

d) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernafanan Akut merupakan penyakit
rakyat yang kasusnya tinggi dan menempati 15 penyakit
terbanyak di Puskesmas Wuluhan.

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan


penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di
Indonesia. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada
bayi dan balita diduga karena pneumonia dan merupakan
penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya yang
masih belum memadai. Jumlah penderita pneumonia balita
di Puskesmas Wuluhan tahun 2017 sebanyak 2.276 orang.

2) Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi


(PD3I)
PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat
diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi,
pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus
Neunatorum, Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis B.
a) Tetanus Neonatorum

51
Kasus Tetanus Neonatorum sangat erat kaitannya dengan
proses terjadinya persalinan bagi ibu, kebersihan pada
waktu pertolongan sangatlah penting untuk dilakukan selain
imunisasi TT pada ibu hamil. Pada tahun 2017 dilaporkan
tidak terjadi kasus Tetanus Neonatorum di wilayah UPTD
Puskesmas Wuluhan.
b) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering
menyebabkan kejadian luar biasa. Selama tahun 2017 tidak
ditemukan kasus campak di UPTD Puskesmas Wuluhan.
c) Difteri
Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi, pada tahun 2017 tidak ditemukan penderita
difteri.
d) Pertusis
Seperti penyakit difteri pada tahun 2017 tidak ditemukan
kasus pertusis yang dilaporkan.
e) Hepatitis B
Kasus Hepatitis B yang dilaporkan selama tahun 2013
tidak ditemukan kasus. Namun kasus Hepatitis B
digambarkan sebagai fenomena gunung es, dimana sulit
sekali menemukan kasusnya.

3) Penyakit Potensi KLB/Wabah


a) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar
luas keseluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul
sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relative
tinggi. Angka insiden DBD secara nasional bergerak
fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik
terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima
belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode

52
antara 2-5 tahun sedangkan angka kematian cenderung
menurun.

Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada


penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta
dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M),
pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan
gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Selama
tahun 2017 tidak kasus DBD.

b) Diare
Penyakit diare merupakan penyakit yang berpotensi
terjadinya kejadian luar biasa atau wabah. Kasus diare di
Kabupaten Jember relatif masih tinggi, sedangkan di
wilayah UPTD Puskesmas Kalisat selama tahun 2017
ditemukan sebanyak 1.700 kasus diare dan kasus diare
banyak dialami oleh anak usia sekolah serta dewasa muda.
c. Status Gizi
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status
gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis
(KEK).
1) Balita dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
kematian Perinatal dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu BBLR karena Premature atau BBLR karena
Intrauterine Growth Reterdation (IUGR), yaitu bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara
berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus
Gizi Buruk, Anemia, Malaria dan menderita penyakit Menular
Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan.

53
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di wilayah
UPTD Puskesmas Wuluhan dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, pada tahun 2017 dilaporkan ada 87 kelahiran bayi
dengan BBLR.
2) Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu
cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara
anthropometri dengan menggunakan Indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U).
Jumlah balita gizi buruk di wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan
selama tahun 2017 dilaporkan tidak ditemukan balita gizi
buruk. Seluruh balita denagn status gizi sangat kurus tersebut
sudah mendapatkan penanganan sesuai tatalaksana gizi buruk
seperti pemberian PMT Pemulihan dan sebagainya.

3) Monitoring Garam Beryodium


Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat gizi yang perlu
mendapat perhatian adalah gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY). GAKY dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan
pertumbuhan fisik meliputi pembeasaran kelenjar tiroid
(gondok), bisu, tuli, kretin (kerdil), gangguan motorik, bisu, tuli
dan mata juling. Pemberian kapsul Yodium dimaksudkan untuk
mencegah lahirnya bayi kretin, karena itu sasaran pemberian
kapsul yodium adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu
hamil dan Ibu nifas.
Dari wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan berstatus baik.

2. Upaya Kesehatan

54
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan
gambaran situasi upaya kesehatan di UPTD Puskesmas Wuluhan
khususnya pada tahun 2017.
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara
cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan
dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam
pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan
kesehatan yang dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada
kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
a) Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan
dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada
ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti
program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan
titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil
pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil


merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal. Sedangkan

55
K4 adalah gambaran besaran Ibu hamil sesuai dengan
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan
distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Target pencapaian K4 menurut Indonesia Sehat 2015 adalah


94%, untuk UPTD Puskesmas Wuluhan pada tahun 2017
cakupan K4 cukup baik.

b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan


Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini
disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional).

Menurut data dari desa yang dikompilasi dari UPTD


Puskesmas Wuluhan pada tahun 2017, persentase
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah melebihi target
dibandingkan dengan target 92% yang diharapkan
(Indonesia Sehat 2015), yaitu sebesar 82.5%.

c) Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan
golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya Kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain
dengan melakukan pertongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28
hari). Dalam pelaksanaan pelayanan neonatus, petugas

56
kesehatan disampaing melakukan pemeriksaan kesehatan
bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Menurut data dari desa pada tahun 2013, persentase
kunjungan neonatus sebesar 82.8 % (1.067 bayi) dari target
99%.

2) Pelayanan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja


Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra–sekolah, usia
sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan
dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan
anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat,
serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih
lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil.

Menurut data yang terkumpul pada tahun 2017, persentase


yang paling signifikan adalah cakupan pemeriksaan siswa SD
yaitu sebesar 100%, sedangkan pemeriksaan anak balita
sebesar 54.5% sedangkan siswa SMP/SMU 100% karena
dilakukan penjaringan pada tahun 2017.

3) Pelayanan Keluarga Berencana


Pada tahun 2017 persentase peserta KB Aktif di wilayah UPTD
Puskesmas Wuluhan sebesar 61.7% pada 11.077 pasangan usia
subur. Target Indonesia Sehat tahun 2015 sebesar 100%.
Persentase yang paling tinggi sebesar 92.4 %.

4) Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization pada dasarnya
merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi
yang telah mendapat imunisasi secara lengkap. Bila cakupan
UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam

57
wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat
kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I.

Berdasarkan data yang terkumpul, bahwa pada tahun 2017


jumlah sasaran sudah mencakup semua. Sedangkan
berdasarkan sasaran riil hampir seluruh desa masuk kategori
desa UCI.

5) Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut


Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usia lanjut pada
tahun 2017 di wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan sebesar 977
dari target yang harus dicapai 16.355 sehingga yang dilayani
sebanyak 5.97%. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
pralansia dan lansia untuk memeriksakan diri atau datang ke
posyandu.

b. Pemanfaatan Obat Generik


Berdasarkan data dari pustu dan polindes wilayah UPTD
Puskesmas Wuluhan, dari seluruh obat generik yang diadakan
sebanyak 90 % (>100 jenis obat generik) tersedia di UPTD
Puskesmas Wuluhan. Sedangkan jumlah resep yang dilaporkan
sebesar 3.815 dan penulisan obat generik sebesar 90% (3000
resep).
c. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Untuk memperkecil resiko terjadi penyakit atau gangguan
kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat,
dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara
lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang
dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup

58
pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek
penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
Berdasarkan laporan dari programer kesehatan lingkungan pada
tahun 2017, sarana yang dibina kesehatan lingkungannya oleh
petugas kesehatan adalah sebagai berikut sarana pendidikan, sarana
ibadah dan sarana lainnya. Dari 65 sarana yang dilaporkan di
wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan, yang dibina kesehatan
lingkungannya sebanyak 48 (73.8%) .

d. Perbaikan Gizi Masyarakat


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan
untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.
Beberapa permasalahan gizi sering dijumpai pada kelompok
masyarakat adalah Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan
Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dan Anemia
Gizi Besi.
1) Pemantauan Pertumbuhan Balita
Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan
melalui penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan.
Dari 4.766 balita yang ada di wilayah UPTD Puskesmas
Wuluhan tahun 2017, sebanyak 4.766 balita ditimbang ke
posyandu 75.47 %.
2) Pemberian Kapsul Vitamin A
Berdasarkan data yang terkumpul pada tahun 2017, bahwa
cakupan pemberian Vitamin A di UPTD Puskesmas Wuluhan
sebesar 1.205 bayi. Sedangkan cakupan pemberian Vitamin A
untuk bayi sebesar 98%.
3) Pemberian Tablet Besi
Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi
anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil dan usia
produktif yaitu usia 15-35 tahun yang sasarannya dijumpai di
sekolah-sekolah Kecamatan Wuluhan. Cakupan pemberian

59
tablet besi di wilayah UPTD Puskesmas Wuluhan pada tahun
2017 adalah sebesar 78%. Target Indonesia Sehat tahun 2015
adalah sebesar 95%.
4) Ibu Hamil KEK
Ibu hamil KEK pada tahun 2017 sebanyak 226 (20.86%)
melebihi target Kabupaten 10%.

3. Sumber Daya Kesehatan


Gambaran mengenai sumber daya kesehatan dikelompokkan dalam
sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan.
a. Sarana Kesehatan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana pelayanan kesehatan
diantaranya puskesmas pembantu (pustu), polindes, poskesdes,
ponkesdes, posyandu dan sarana upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) lainnya.
1) Puskesmas Pembantu
Jumlah puskesmas pembantu (pustu) di UPTD Puskesmas
Wuluhan 5 tahun terakhir relatif tetap sebanyak 3 Pustu, 1
Polindes, 2 Ponkedes dan 4 Poskesdes. Secara konseptual,
puskesmas pembantu, Polindes, dan Poskesdes menganut
konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran
penduduk pada masing-masing desa.
2) Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan
memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di
masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) diantaranya adalah Polindes, Posyandu, Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren) dan Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes).

60
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling
dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal
5 program prioritas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga
Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
Diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu
dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri.
Berdasarkan data terkumpul pada tahun 2017 menunjukkan
bahwa jumlah Posyandu sebanyak 79 pos.
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat
dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui
penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada
tahun 2017 jumlah polindes di wilayah UPTD Puskesmas
Wuluhan sebanyak 1 buah.

b. Tenaga Kesehatan
Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan
tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh
swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga
kesehatan baik yang bekerja disektor pemerintah maupun swasta
perlu diketahui.

Sesuai dengan fungsi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas, maka


tenaga medis dan keperawatan baik itu perawat maupun bidan
menempati proporsi lebih banyak. Di UPTD Puskesmas Wuluhan
dari total 73 orang pegawai UPTD Puskesmas Wuluhan, jumlah
Perawat sebanyak 15 orang dan Bidan sebanyak 16 orang, tenaga
medis (dokter umum) sebanyak 1 orang, tenaga Sanitarian 1 orang
dan sisanya tenaga administrasi sebanyak 32 orang.

b. Manajemen Puskesmas

61
Menajemen puskesmas yang terdapat di Puskesmas Wuluhan adalah
P3 yaitu:
1. Perencanaan
Pencanaan terdiri dari Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan kebutuhan operasional
puskesmas dalam 1 tahun. Dinama RUK disusun menjelang
pergantian tahun anggaran kegiatan baru, dan RPK dibuat selah
disusun rencana kegiatan itu, kemudian dibuatkan strategi
pelaksanakan terpadu.
2. Pengaturan
Pengaturan terdiri dari penggerak dan pelaksanaan, yaitu :
a. Penggerak
Penggerak yang terdapat di Puskesmas wuluhan adalah Mini
Lokakarya Lintas Program. Minlok ini dilaksanakan di
Puskesmas Wuluhan setiap sebulan sekali, untuk mengevaluasi
hasil kegiatan pelayanan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanakan yang terdapat di Puskesmas Wuluhan adalah Mini
Lokakarya Lintas Sektoral. Minlok ini dilaksanakan di
Puskesama Wuluhan setiap 3 bulan sekali dengan melibatkan
istansi terkait yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Kecamatan, kelurahan sesuai porsi kegiatan puskesmas. Selain
itu, juga dilaksanakan pertemuan khusus (6 program) 4 kali
dalam 1 bulan yang didanai oleh dana JKN untuk mencapai
SDG’s.
3. Penilaian
Penilaian terdiri dari pengawasan, pengendalian dan penilaian,
yaitu:
a. Pengawasan (Monitoring)
Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar
mencapai target yang telah ditetapakan. Pengawasan
(monitoring) yang dilakukan Puskesmas Wuluhan melalui
supervisi, baik itu supervisi lintas program atau wilayah.
b. Pengendalian (Controling)
Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya
agar tidak menyimpang dari tujuan kegiatan, dan Puskesmas
Kalisat melakukan konsultasi- konsultasi kepada dinas

62
kesehatan dalam upaya meningkatkan pencapaian program-
program yang ada di Puskesmas Wuluhan.
c. Penilaian (Evaluasi)
Setiap hasil kegiatan atau pencapaian hasil bulan harus
dievaluasi sebagai bentuk petanggung jawaban institusi
terhadap publik dan pemerintah daerah.

63
Tanggal

No. Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Posyandu
2 Peyuluan
Hepatitis A
3 Skrining TB

4 Penyuluhan
Hepatitis A
5 Penyuhan
Hepatitis A
6 Program Jiwa
Pustu Tanjung
Rejo
7 UKK(Upaya
Kesehatan Kerja)
8 Posyandu Lansia

9 Posyandu Lansia

64
1 Orientasi PKM

2 Pre Konfren

10 Post Konfren

12 Penyusunan
Laporan
11 Konsultasi Askep

Keterangan:

Kotak Kuning : Kegiatan di UKP

Kotak Merah : Kegiatan di UKM

65
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM
A. Matrik Kegiatan

1. Program Posyandu

2. Penyuluhan Hepatitis A
Hari/tanggal : Senin, 06/01/2020
Tempat : SMA/SMK Diponegoro Wuluhan
Jam : 08.30 – selesai
Target/sasaran : Kelas 10-12 SMA/SMK
Jumlah audien : 72 siswa/i SMA/SMK Diponegoro
Hasil : Penyuluhan Hepatitis berjalan lancar
Evaluasi : target Tidak sesuai dengan yang ditentukan
Hambatan : Kelas 11 tidak mengikuti acara penyuluhan di
karenakan persiapan proses kerja lahan
Tindak Lanjutnya : Koordinasi kembali dengan kepala sekolah, terkait
penyakit hepatitis di tempat. Juga perlu dilakukan pendidikan kesehatan guna
menambah pengetahuan kepada siswa.

Hari/tanggal : Senin, 06/01/2020


Tempat : Pondok Pesantren Bustanul Ulum Wuluhan
Jam : 10.00 – selesai
Target/sasaran : Seluruh santriwan dan santriwati
Jumlah audien : 80 santriwan dan santriwati
Hasil : Penyuluhan Hepatitis berjalan lancar
Evaluasi : target Tidak sesuai dengan yang ditentukan
Hambatan : tidak ada hambatan
Tindak Lanjutnya : Koordinasi kembali dengan pihak kepala yayasan,
terkait penyakit hepatitis di tempat. Juga perlu dilakukan pendidikan
kesehatan guna menambah pengetahuan kepada siswa.

66

Anda mungkin juga menyukai