Disusun Oleh :
1710112109
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-NYA lah saya
Nasionalisasi Tembakau Bremen “ Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
mendapatkan nilai tugas akhir mata kuliah kemudian juga bertujuan agar dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai Hukum Ekonomi Internasional dan saya pada
disebabkan kurangnya ilmu dan wawasan yang saya miliki. Namun, berkat kerja keras dan
dukungan dari berbagai pihak,kami saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari bahwa kemampuan saya harus terus diasah agar dapat terus berkembang. Untuk
itu, saya mengharapkan pembaca untuk sedia memberikan kritik dan saran yang dapat
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat dimaknai dari berbagai segi, baik dari
segi politik, hukum, maupun ekonomi. Secara politik, kemerdekaan dimaknai sebagai
berdaulat. Jika dilihat dari segi hukum, maka kemerdekaan merupakan garis batas antara
berlakunya hukum kolonial dengan hukum nasional. Sementara itu secara ekonomi,
Artinya seluruh sumber ekonomi yang menjadi kebutuhan dasar rakyat Indonesia akan
dikuasai sepenuhnya oleh bangsa Indonesia, tidak lagi oleh pihak asing terutama Belanda.1
sebagai akibat pendudukan Jepang dan perjuangan fisik dengan Belanda, serta hampir
seluruh aset ekonominya masih berada di tangan pihak Belanda. Ketimpangan sistem
ekonomi inilah yang kemudian dianggap oleh para pemimpin Indonesia sebagai
menandakan bahwa sistem ekonomi warisan kolonial belum pudar dari sistem
ketimpangan ekonomi dan sebagai sarana untuk mengurangi dominasi pengusaha asing
1
Wasino, “Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Asing menuju Ekonomi Berdikari”, dalam Jurnal Paramita Vol. 26
No. 1 - Tahun 2016, hlm. 62.
1
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi di Indonesia. Nasionalisasi merupakan bagian
dari orientasi ekonomi yang berdasarkan pada proses dekolonisasi ekonomi. Nasionalisasi
Klimaks dari serentetan proses nasionalisasi terjadi ketika Indonesia secara sepihak
membatalkan perjanjian KMB dan membubarkan diri dari Uni Indonesia-Belanda karena
persoalan Irian Barat. Rakyat dan pemerintah Indonesia segera saja melampiaskan
yang menjalankan usahanya di Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 1958, pemerintah
itu terdapat banyak perusahaan Belanda yang menanamkan modalnya di wilayah Indonesia
mengirim hasil panen tembakau tahun 1958 melalui PPN-Baru kepada Deutsch
Indonesische Tabakhandelsgesellschaft m.b.H. dengan tiga unit kapal untuk dijual di pasar
tembakau Bremen pada tahun 1959.Tembakau tersebut berasal dari bekas perkebunan NV
Vereningde Deli Maatschappijen (sebanyak 3871 bal tembakau) dan bekas perkebunan NV
Senembah Maatschappij (sebanyak 1318 bal tembakau). Ketika tembakau tersebut sampai
2
Bondan Kanumoyoso, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001),
2
Tembakau Bremen yang disidangkan di hadapan Landgericht Bremen (Pengadilan Negeri
Indonesia.Persoalan yang dihadapi adalah apakah nasionalisasi atas milik Belanda yang
telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah bertentangan dengan ketertiban umum
di Jerman (Barat).
B. Rumusan Masalah
Bremen?
Bremen?
Tembakau Bremen ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
1956 sehingga Republik Indonesia tidak terikat lagi dengan segala ketentuan
merupakan perusahaan Belanda yang bergerak di sektor perkebunan yang saat itu
Indonesia mengirim hasil panen tembakau tahun 1958 melalui PPN-Baru kepada
3
Undang-Undang tentang Pembatalan Hubungan Indonesia-Nederland Berdasarkan Perjanjian Konferensi Meja
Bundar, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1956, Lembaran Negara Nomor 27 Tahun 1956. Berlaku mulai tanggal 22
Mei 1956.
4
Vereningde Deli Maatschappijen dan NV Senembah Maatschappijen menganggap
nasionalisasi atas milik Belanda yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
dijunjung tinggi dalam sistem hukum Jerman (Barat) serta dikenal ketentuan
bahwa nasionalisasi hanya sah adanya jika disertai dengan ganti kerugian
pengadilan Jerman (Barat) dianggap bahwa masalah ketertiban umum tidak dapat
5
Indonesia yang mengatur mengenai nasionalisasi pada saat itu tidak bersifat
tembakau tersebut diekspor oleh PPN-Baru ke Jerman (Barat) dengan dibawa oleh
tiga unit kapal untuk dijual di pasar tembakau Bremen. NV Vereningde Deli
Bremen. Maka yang menjadi para pihak pada perkara nasionalisasi Tembakau
6
Pada perkara nasionalisasi Tembakau Bremen, tempat kedudukan badan
negeri.Karena faktor tempat turut berbicara pada perihal tempat kedudukan, maka
titik pertalian ini bersifat teritorial. Sifat internasional tersebut dapat dilihat dari
berbedanya tempat kedudukan dan hukum yang berlaku bagi para pihak.
Bremen adalah badan hukum yang berkedudukan di Indonesia dan tunduk pada
hukum Indonesia.
Bremen ditemukan maka selanjutnya akan dicari titik pertalian sekundernya. Titik
dalam benda bergerak (lex rei sitae). Tempat letaknya suatu benda (situs)
benda-benda bergerak (lex rei sitae) umumnya diterima bahwa hukum di mana
nasionalisasi secara efektif telah mengalihkan hak milik benda tersebut kepada
7
pihak negara seandainya terjadi sengketa5.Keberadaan bal tembakau yang dijual
Hal inilah yang terjadi pada perkara Tembakau Bremen di mana para
8
C. Peristiwa Hukum Pada Perkara Nasionalisasi Tembakau Bremen
9
Terdapat dua sudut pandang untuk melihat peristiwa hukum pada perkara
perkembangan hukum perdata internasional pada saat itu, seperti Adriaanse yang
suatu bentuk ketidakpastian akan suatu pemberian ganti kerugian. Pada saat itu
yang menganggap status Irian Barat sebagai koloninya adalah harga mati yang
berujung kepada segala cara yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda untuk
selama status Irian Barat masih sebagai koloni Kerajaan Belanda, maka
perusahaan Belanda tidak akan mencapai titik temu. Janji Pemerintah Indonesia
untuk memberikan ganti kerugian tanpa adanya waktu realisasi yang jelas
10
dianggap tidak mencerminkan suatu pemberian ganti kerugian dan hanya
pencabutan hak milik dengan corak khusus, yaitu tanpa dilakukannya pemberian
11
Pemerintah Indonesia membantah tuduhan bahwa pihaknya telah
Konferensi Meja Bundar yang berarti hapus dan batalnya ketentuan yang
Belanda pada tahun 1958. Pemerintah Indonesia sudah tidak terikat dengan
Bremen.6
12
perkara Tembakau Bremen di tengah kekhawatiran masyarakat internasional
ganti kerugian kepada para pemilik perkebunan dapat berupa suatu janji yang baru
13
D. Ketertiban Umum Pada Perkara Nasionalisasi Tembakau Bremen
dunia dikenal teori ketertiban umum.7 Tidak ada satu negara di dunia ini yang
perdata internasional.Tidak ada suatu ketertiban umum yang tetap dapat berlaku
umumnya sendiri dan demikian pula untuk setiap waktu sehingga jika faktor
maka tidak pernah dibuat suatu definisi tentang ketertiban umum yang
hakim.
14
melanggar dasar-dasar kehidupan politik atau ekonomi masyarakatnya, maka
kepentingan Jerman (Barat) tidak dikurangi secara negatif. Oleh karena itu dalil
Hal ini berarti bahwa berdasarkan asas lex rei sitae maka benda-benda
bergerak (tembakau) yang berada di dalam wilayah Republik Indonesia pada saat
Meja Bundar 1949 pada saat terjadinya perkara nasionalisasi Tembakau Bremen
(1958). Faktor politik sangat mempengaruhi penilaian yang harus diberikan pada
erat dengan ketertiban umum serta ketertiban umum itu sendiri bersifat relatif.
15
E. Pemberian Ganti Kerugian Pada Perkara Nasionalisasi Tembakau Bremen
Pihak asing yang asetnya telah diambilalih oleh pemerintah suatu negara
ganti kerugian dalam bentuk suatu pembayaran yang tidak terikat dengan perihal
prompt, adequate, and effective (seketika, memadai, dan dapat diuangkan) yang
dikenal sebagai prinsip Hull Formula.9Hal inilah yang terjadi pada pemberian
16
perusahaan Belanda di Indonesia pada tahun 1957 yang berujung kepada perkara
Tembakau Bremen.
khusus dengan para pemilik perusahaan Belanda terkait pemberian ganti kerugian
setelah tercapainya kesepakatan mengenai Irian Barat pada tahun 1963 atau lima
adalah tepat mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk pada tahun
1958.
terkait pemberian ganti kerugian tanpa menyebutkan jumlah dan bentuknya ketika
sebagai hak milik mereka dengan dasar Pemerintah Indonesia tidak memberikan
ganti kerugian dengan jumlah yang memadai (adequate) serta bentuk pemberian
ganti kerugian yang tidak jelas apakah dapat diuangkan atau tidak (effective).
17
Pemberian ganti kerugian oleh Pemerintah Indonesia pada perkara nasionalisasi
Indonesia.
kepantasan dan keadilan dari kedua belah pihak. Hal inilah yang mematahkan
bahwa Pemerintah Indonesia tidak memberikan ganti kerugian dalam jumlah yang
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Belanda akibat permasalahan Irian Barat pada tahun 1957 telah
19
oleh kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk pada tahun 1958 akibat
setengah miliar gulden kepada Pemerintah Belanda semenjak tahun 1950 serta
Appropriate Compensation.
sebagai iuri imperii. Peristiwa hukum yang terjadi pada perkara Tembakau
prinsip Hull Formula pada tahun 1957 hanya akan terlihat sebagai suatu tindakan
negara maju.
21
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Persada, 1998.
1973.
Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950- 1980,
JURNAL
22
Peraturan Perundangan
Undang Nomor 24 Tahun 1951. Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1951.
Tahun 1953.
23
WEBSITE
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=tobacco+bremen
https://id.scribd.com/doc/46123440/Kasus-Tembakau-Bremen-1959-The-Bremen-
Tobacco-Case-1959
https://www.academia.edu/16152668/the_bremen_tobacco_case
https://kianamborohistoryummetro.wordpress.com/2013/07/01/nasionalisasi-perusahaan-
asing-di-indonesia-pasca-kemerdekaan/
24