Anda di halaman 1dari 18

Retarder adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton.

Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca
yang panas, atau memperpanjang waktu pengerasan untuk menghindari cold joints. Proses percepatan
hidrasi berarti bahwa semen menggunakan sejumlah air untuk hidrasi yang sedianya digunakan untuk
memberikan sifat workabilitas. Oleh karena itu, diperlukan air yang lebih untuk mempertahankan nilai
slump pada tingkat yang diinginkan, yang berarti kuat tekan beton menjadi berkurang. Temperatur yang
tinggi, kelembaban yang rendah dan angin menyebabkan penguapan air yang sangat cepat dalam
campuran pada saat musim panas. Pengeringan beton ini menimbulkan cracking pada permukaan.

Komposisi retarder dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam

2. Hydroxy-carboxylic acids dan kandungan garamnya

3. Gula dan turunannya

4. Garam anorganik

Sebagaimana diketahui, jenis 1 dan 2 termasuk jenis yang digunakan untuk plasticizer.

Retarder menunda proses pengikatan semen dengan membentuk lapisan tipis pada partikel semen
sehingga memperlambat reaksi dengan air. Cara lain dengan meningkatkan jarak antara molekul pada
silikat dan aluminat dengan molekul air dengan membentuk senyawa sementara pada sistem. Dengan
formasi silikat dan aluminat hidrat, pengaruh retarder berkurang dan proses hidrasi kembali normal.

Beberapa jenis retarder dapat mengurangi jumlah air yang diperlukan pada campuran dan dapat pula
menangkap udara dalam beton. Retarder tidak memberikan pengaruh secara signifikan pada waktu
waktu ikatan akhir (final setting time) semen atau tidak banyak berpengaruh pula pada kekuatan beton
umur 28 hari.

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh retarder, menunjukkan bahwa retarder memperlambat nilai
hidrasi awal C3S dengan memperpanjang dormant period (tahap 2), sehingga berakibat waktu ikatan
(setting time) bertambah panjang. Pertambahan panjang dormant period sebanding dengan jumlah
retarder yang digunakan, dan apabila dosis melebihi kadar tertentu, hidrasi C3S tidak akan berlanjut
melebihi tahap 2 dan pasta semen tidak akan mengeras. Sehingga penting untuk menghindari overdosis
penggunaan retarder.
Retarder biasa ditambahkan pada beton pada kondisi dimana jarak antara tempat pengadukan beton
dengan tempat penuangan adukan cukup jauh. Beberapa jenis water reducer biasanya berfungsi juga
sebagai set retarder.

Contoh produk retarder:

1. Plastiment

Plastiment merupakan produk Sika yang berfungsi sebagai retarder dan water reducer. Plastiment telah
memenuhi persyaratan ASTM C-494 Tipe B and D. Plastiment efektif digunakan pada temperatur udara
panas karena dapat memperlambat reaksi hidrasi dan mengontrol panas hidrasi. Pada beton massa,
penambahan Plastiment dapat mengontrol kenaikan temperatur dan mengurangi resiko retak thermal.
Untuk kondisi normal, penambahan Plastiment sebanyak 130-260 ml untuk tiap 100 kg bahan semen.

2. Plastocrete 161MR

Plastocrete 161MR (produk Sika) dengan bahan dasar polimer dan telah memenuhi standar ASTM C-494
Tipe B and D. Produk ini direkomendasikan untuk digunakan apda beton kualitas tinggi dengan
workabilitas tinggi dan memerlukan perpanjangan waktu ikatan. Dosis penggunaan 130-390 ml/100 kg
berat semen.

Pengaruh Gula Terhadap Beton Sebagai Retarder (pemerlambat)

Bahan Tambah

Dewasa ini perkembangan beton berlangsung sangat cepat, apalagi dengan

adanya perkembangan pembangunan gedung-gedung bertingkat pada negara-negara maju di dunia ini.
Gedung-gedung bertingkat tersebut tidak hanya terbuat dari susunan bata, tetapi sudah menggunakan
struktur beton bertulang yang lebih kuat dan tahan lama. Oleh karena itu, diperlukan bahan tambahan
sebagai pemercepat (accelerator) dan pemerlambat (retarder) suatu proses pengikatan dan
pengeringan beton. Dalam hal ini,bahan tambahan digunakan untuk memodifikasi beton hingga
mencapai spesifikasi yang diinginkan, namun tidak dapat memperbaiki kualitas beton yang sudah
terlanjur buruk akibat proses perencanaan maupun pembuatannya (Crosswell, 2007).

Retarder campuran beton berfungsi untuk memperlambat pengerasan beton dan untuk menghambat
kenaikan temperatur(Crosswell, 2007). Bahan tambah ini terdiri dari berbagai jenis asam dan gula atau
turunan-turunan dari gula.

Retarding admixture sangat berguna untuk penuangan beton dalam jumlah yang besar dimana kenaikan
temperatur yang signifikan mungkin terjadi. Bahan tambah ini dapat memperpanjang waktu plastisitas
dari beton, memungkinkan pengadukan atau daya lekat yang lebih baik pada penuangan beton yang
dilakukan berulang-ulang.

Penggunaan Bahan Tambah Penggunaan bahan tambahan biasanya digunakan untuk memperbaiki
kelecekan beton, proses pengerasan beton, penghematan harga beton, memperpanjang waktu
pengerasan dan pengikatan dan sebagainya(Susilorini dan Suwarno, 2009). Yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan bahan tambahan antara lain :

a. Menggunakan bahan tambahan sesuaispesifikasi dari peraturan-peraturan tertentu antara lain


ASTM (American Society for Testing Materials) dan BS (British Standard) 1881.

b. Memperhatikan kadar (dosis) yangharus digunakan dan melakukan pengetesan untuk mengontrol
yang telah diperoleh.

c. Melakukan prosedur sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan untuk masing-masing bahan
tambahan.

Retarder digunakan untuk memperlambat waktu pengikatan beton saat cuaca panas atau pada
keadaan yang memerlukan penundaan penempatan beton. Walaupun demikian, retarder tidak
mengakibatkan penurunan kekuatan beton, bahkan kekuatan dapat sedikit meningkat. Ada jenis
retarderyang berupa zat kandungan kimiawi seperti ‘ligno-sulphonates’ dengan kandungan gula yang
tinggi. Retarderjuga memiliki akibat sampingan yang dapat menimbulkan kerugian yaitu berupa
perlambatan yang berlebihan (excessive retardation) bila memakai kadar yang melampaui batas normal
yang diijinkan (over dosage). Bahan aditif retarder umumnya merupakan senyawa polihidroksil, dimana
polihidroksil ini bisa didapat dari uraian monosakarida.

Gula

Gula pasir juga merupakan zat yang termasuk dalam golongan karbohidrat

dengan C, H, O sebagai unsur pembentuknya. Gula pasir ini biasa disebut sebagai sukrosa /
sakarosa (C12 H22 O11) dan termasuk dalam golongan disakaridayang memiliki rasa manis. Rasa manis
ini disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Sukrosa / Sakarosa ini terdiri dari molekul monosakarida dan
oleh kegiatan enzim di pecah menjadi glukosa dan fruktosa.

Gula pasir di gunakan sebagai filter, memberikan tingkat kemanisan yang di perlukan dan
mengurangi viskositas pada tekstur akhir (pada akhir pemasakan). Sedangkan sirup glukosa di gunakan
untuk mengontrol rekristalisasi larutan gula super jenuh, dan memberikan viskositas. Makin banyak
jumlah glukosa yang di tambahkan, adonan makin lengket dan makin liat.
Sehingga boiling temperature dikurangi untuk mengontrol tekstur yang liat. Rasio standar gula : glukosa
= 1: 1,25. Untuk tekstur tertemtu dan control kristalisasi, rasio gula dan glukosa dapat di inginkan
menjadi 1:1,5.

Gula dapat di gunakan sebagai bahan additif retarder. Bahkan additif retarderumumnya merupakan
senyawa polihidroksil, dimana polihidroksil ini bisa di dapat dari varian monosakarida (bisa di dapat dari
gula pasir). Monosakarida bersifat manis, larut dalam air serta bersifat kristalin setelah
didapat polihidroksil dari gula tadi, pada dosis yg terukur (tentunya dengan melakukan uji coba).
Manfaat utama retarder ini adalah untuk setting waktu yang lebih lama bagi reaksi hidrasi sehingga
menguntungkan banyak hal antara lain :

a. Mudah dalam pelaksanaan (improve / high workability)

b. Struktur dan tekstur beton lebih padat dan merata

c. Akibat dari struktur dan tekstur yang merata, maka kekuatan beton meningkat

d. Dapat menghambat proses infiltrasi kloridayang dapat merusak (korosi tulangan)

e. Beton lebih tahan lama (high durability)

Penelitian-penelitian Terdahulu

Ø Retarder(Pemerlambat)

Retarder digunakan untuk memperlambat waktu pengikatan beton saat cuaca panas atau pada keadaan
perlu penundaan penempatan beton. Retarder kimiawi ligno-sulphonates dengan kandungan gula yang
tinggi dan dapat menimbulkan akibat sampingan perlambatan yang berlebihan (excessive retardation)
bila over dosis. Retarder tidak mengakibatkan penurunan kekuatan beton bahkan kekuatannya menjadi
sedikit meningkat. (Crosswell, 2007)

Ø Gula

Kandungan sukrosa 0,03 % - 0,15 % dari berat semen akan memperlambat waktu pengikatan semen
pada beton. Kekuatan selama 7 hari menurun dan selama 28 hari kekuatan meningkat. Kandungan gula
0,25 % atau lebih menyebabkan pengikatan yang sangat cepat dan menyebabkan menurunnya kekuatan
pada umur 28 hari. Setiap jenis gula mempengaruhi waktu pengikatan dan kekuatan secara berbeda-
beda. Kandungan gula kurang dari 500 ml tiap liter air tidak akan langsung mempengaruhi kekuatan tapi
bila melebihi jumlah tersebut harus diuji lebih lanjut lamanya waktu pengikatan dan kekuatan. Beberapa
material berfungsi sebagai (retarder) pada dosis tertentu berfungsi sebagai (accelerator) pada dosis lain.
(Jayakumaran, 2005)
Ø Beton

Beton dengan Bahan Tambah Gula Pasir dan Sukrosa Berdasarkan hasil uji kuat tekan terhadap ketiga
jenis beton yang dibuat dalam penelitian ini, kuat tekan beton normal cenderung lebih besar dibanding
beton dengan bahan tambah sukrosa murni 0,3% dan beton dengan bahan tambah gula pasir 0,3%.

Berdasarkan hasil uji vicat yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh bahwa pasta semen
dengan bahan tambah sukrosa murni dengan kadar 2 % mengalami proses pengerasanyang paling cepat
dibanding dengan yang lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop elektronik diperoleh bahwa pengikatan campuran
pasta semen berbahan tambah sukrosa murni lebih cepat dibandingkan dengan campuran pasta semen
normal dan pasta semen berbahan tambah gula pasir 0,3%. (Etmawati dan Yuwono, 2008)

Ø Pengaruh Penambahan Retarder

Gula Pasir 0,03 % dan Sukrosa 0,03 % dari Berat Semen Terhadap Kuat Tekan Beton. Waktu ikat semen
dengan menggunakan bahan tambah gula pasir dan sukrosa dengan kadar campuran 0,03 % dari berat
semen didapatkan bahwa penambahan campuran gula pasir dan sukrosa merupakan
retarder(pemerlambat) karena dari hasil penelitian didapatkan waktu ikat semen normal lebih cepat 195
menit dibanding dengan waktu ikat campuran semen dengan bahan tambah sukrosa 0,03 % dari berat
semen, dan waktu ikat semen normal lebih cepat 75 menit dibanding dengan waktu ikat semen dengan
bahan tambah gula pasir 0,03 % dari berat semen. Kuat tekan silinder lebih rendah dibandingkan kuat
tekan mortar hal itu dikarenakan pada silinder terdapat cukup banyak rongga (void) yang diakibatkan
agregat kasar (kerikil).

Dari hasil pengamatan secara visual pengujian waktu ikat pasta semen didapatkan kesimpulan bahwa
bahan tambah berpengaruh terhadap waktu ikat semen.Penggunaan kadar campuran gula pasir dengan
batas kadar diatas 2 %, kadar campuran ini bisa berfungsi sebagai accelerator (pemercepat) hal ini
tampak pada uji waktu ikat semen (Vicat test). (Nikodemus dan Setiawan, 2008)

Kesimpulan

Penggunaan bahan tambah berbasis gula sebesar 0,03% dari berat semen memberikan efek penurunan
koefisien permeabilitas dan nilai porositas beton. Kandungan lignin yang terdapat pada bahan tambah
berbasis gula meningkatkan lekatan antar partikel beton sehingga beton menjadi lebih padat.

Bahan tambah berbasis gula yang berfungsi sebagai retarder membuat semen memiliki waktu lebih
banyak untuk berhidrasi sehingga beton lebih padat dan kapiler air yang terdapat dalam beton menjadi
lebih sedikit.

Bahan Tambahan untuk Beton


Bahan tambah, additive dan admixture adalah bahan selain semen, agregat dan air yang
ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau
selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti
meningkatkan kinerja beton hampir disemua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern. Mengacu
pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal beberapa jenis admixture sebagai berikut :

a. Tipe A : Water Reducer (WR) atau plasticizer.

Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian bahan ini
diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau
diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.

b. Tipe B : Retarder

Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila
dibutuhkan waktiu yang cukup lama antara pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan
adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan betondan tempat penuangan adukan cukup jauh.

c. Tipe C : Accelerator

Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini digunakan
jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan air, atau pada struktur beton yang
memerlukan pengerasan segera.

d. Tipe D : Water Reducer Retarder (WRR)

Bahan kimia tambahn berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat proses ikatan.

e. Tipe E : Water Reducer Accelerator

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan.

f. Tipe F : High Range Water Reducer (Superplasticizer)

Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12 % atau bahkan lebih. Penjelasan mengenai
superplasticizer akan dibahas lebih lanjut.

g. Tipe G : High Range Water Reducer (HRWR)

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan
dan pengerasan beton.
Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam jumlah yang relatif
kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih besar
daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis
yang berlebihan akan bisa mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa
menimbulkan kerusakan pada beton.

Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan kimia tambahan
pengurang air yang sangat effektif. Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan
dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh
adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan
beton lebih tinggi.

Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan workabilitas bahan
ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka bahan
ini berguna untuk pencetakan beton ditempat-tempat yang sulit seperti tempat pada penulangan
yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak berpengaruh besar

dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan. Namun kegunaan
superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan dengan pengurangan
jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis
dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L. J. Parrot,1998).

Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis superplasticizer secara normal
berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40%
material aktif. Ketika superplasticizer digunakan untuk menguarangi jumlah air, dosis yang
digunakan akan lebih besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton.(Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis :

1. Modifikasi Lignosulfonat tanpa kandungan klorida. xxvi

2. Kondensasi Sulfonat Melamine Formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar 0.005%

3. Kondensasi Sulfonat Nephtalene Formaldehyde (SNF) dengan kandungan klorida yang diabaikan.

4. Carboxyl acrylic ester copolymer.

Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih effektif
dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat
pengerasan.

BAHAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN MUTU BETON

Beton berasal dari bahasa latin yaitu “concretus” yang berarti tumbuh bersama yang berupa kelebihan
dan kekurangan (Mindess, Young, 1981). Adapun kelebihannya adalah mudah dicetak, ekonomis, tahan
lama, effisien, dapat diproduksi ditempat, mempunyai estetika dan mempunyai kuat desak yang tinggi.
Sedangkan kekurangannya adalah kekuatan regang rendah, keliatan rendah, volumenya tidak stabil,
kekuatan rendah dibanding beratnya dan mempunyai tarik desak yang rendah.

Secara umum material beton yang digunakan pada konstruksi terdiri atas semen, air, pasir (agregat
halus) dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan untuk menghasilkan
kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur pun biasanya hanya kuat tekannya saja yang diuji pada
standar umur 28 hari. Beton yang dibuat secara konvensional umumnya mempunyai kuat tekan antara
18 - 32 MPa. (N/mm2) dan berat 2,4 ton/m3, biasanya disebut sebagai beton norma/konvensional,
sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas 35 MPa biasanya disebut dengan beton mutu
tinggi.

Selain kualitas dan gradasi agregat halus dan kasar, kualitas beton yang dibuat juga bergantung pada
nilai perbandangan berat penggunaan air dengan semen, yang disebut sebagai faktor air semen (fas).
Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat kemudahan pengerjaan (workability) dari beton yang
dibuat.

Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih ditambahkan bahan
tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia
tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi
kondisi campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai
karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah
performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat
pula sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan
tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada
Beton.

Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah, terkadang sebagai pengganti
sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya digunakan agregat ringan seperti
batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate), serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan
sebagainya. Untuk memperoleh beton dengan performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-serat,
seperti serat baja,serat aluminium, serat ban atau beberapa serat alami. Dan beton berat diperoleh
dengan menambahkan agregat dengan berat jenis yang lebih besar dari agregat kerikil dan pasir

Beton mutu tinggi umumnya ditambahkan bahan tambahan atau additive dan admixture, yaitu bahan
selain semen, agregat, dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau selama pengadukan
beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti
meningkatkan kinerja beton hampur di semua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan, dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern.

Bahan additive dan admixture dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Air Entraining Agent (ASTM C260), yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara, agar
beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian, terutama untuk daerah salju.

2. Chemical Admixture (ASTM C49 dan BS 5075), yaitu bahan kimia yang ditambahkan untuk
mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan
air, dan memudahkan pengerjaan beton.

3. Mineral Admixture, yaitu bahan mineral yang dihaluskan dan ditambahkan untuk memperbaiki
sifat beton agar mudah dikerjakan dan meningkatkan kekuatan dan keawetan beton.

Air Entraining Agent (ASTM C260)

Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap pembekuan dan
pencucian terutama untuk daerah salju.Pengaruh air entraining admixtureterhadap sifat-sifat beton
meliputi: Kekuatan Tekan Beton, Workabilitas Beton (kemudahan pekerjaan), Pengikatan Waktu,
Bleeding (keluarnya air ke permukaan beton), Perubahan Volume (volume deformation),
Kohesif, Density (berat jenis), dan Keawetan Beton (durability).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian admixture (AEA):

1. Penambahan jumlah pasir dari 35% sampai 40% akan menambah kadar udara 4.5% sampai 5%.
Penambahan semen 90 kg/m3 akan mengurangi 1% udara.

2. Pengukuran kadar udara sebaiknya teratur (regular), menurut standard yang ada, ASTM atau BS
1881 Part 2.
3. Kenaikan temperatur beton akan mengurangi kandungan udara (air content).

4. Waktu pencampuran (Mixing) akan mempengaruhi kadar udara (air content).

5. Pengikatan beton dapat mengurangi kadar udara sampai 0.5%.

Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia, ASTM C49 dan BS 5075)

Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:

1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures

2. Tipe B, Retarding Admixtures

3. Tipe C, Accelerating Admixtures

4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures

5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures

6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures

7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

Keterangan:

Tipe A: Water Reducer (WR) atau plasticizer.

Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian bahan ini
diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau
diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.

Pengaruhnya pada beton:

1. Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena adanya pengurangan air, hal ini
dikarenakan faktor a/s (air semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan ± 10%.

2. Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari campuran beton tidak
berubah.

3. Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water reducing menambah
workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.

4. Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi air water reducing
admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water
reducing admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu pencampuran.
5. Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung meningkatkan jumlah kadar
udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxy carboxylicdan Polysacharides tidak
menambah kadar udara dan bahkan sering mengurangi kadar udara.

6. Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan WRA.

7. Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh dengan adanya WRA.

8. Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya dikurangi yang
menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.

Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Kadar semen tetap, air dikurangi

Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah.
Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan
plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.

2. Kadar semen tetap, air tetap

Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan
memudahkan penuangan adukan.

3. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap

Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga
mengurangi biaya.

Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:

1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam

2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam

3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya

4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya

Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan menjadi 3


macam:

1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.

3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 –
40%.

Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:

Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut mengandung
muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada pasta semen, akibat
perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang posisinya berdekatan menyebabkan
gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/ penggumpalan.

Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang sedikit air yang
tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada
plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut
bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik),
sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air
mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir pasti
diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.

Contoh produk plasticizer:

1. Plastiment NS

Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS memenuhi standar
ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada
aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini
dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan
kuat tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml untuk tiap 100
kg semen.

2. Plastocrete 161W

Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A.
Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan workabilitas sangat baik dan
waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan
fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg semen.

3. Plastocrete 169

Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah memenuhi syarat
ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete
169 sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada
penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis.
Apabila digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai
set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.

4. Viscocrete 4100

Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan superplasticizer. Produk
ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis
rendah untuk mengurangi air antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu
mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena
dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan
kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang
direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara
maksimum, dosisnya dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.

Penerapan:

 Untuk meningkatkan workabilitas

 Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama

 Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek

Pengaruh:

 Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton

 Mengurangi kebutuhan air pencampur

 Dapat mempengaruhi waktu setting beton

Keterangan:

Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan penundaan


pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.

Tipe B: Retarder

Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila dibutuhkan waktu
yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan beton dengan penuangan adukan. Atau dimana
jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan adukan cukup jauh.

Tipe C: Accelerator

Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini digunakan jika
penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada struktur beton yang memerlukan
pengerasan segera.Beberapa macam accelerator, yaitu Calsium chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida,
Natrium Sulfat, dan Aluminium Sulfat.
Tipe D: Water Reducer Retarder (WRR)

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat proses
ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan, Setting Time, dimana retarder
menghambat setting time beton.

Tipe E: Water Reducer Accelerator

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan.
Pengaruhnya pada beton:

1. Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton, pengaruh
kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur accelerator, keuntungan
kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan langsung dengan penurunan rasio air-semen
(a/s).

2. Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek daripada beton
biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time lebih
besar daripada kalsium format.

3. Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit peningkatan dalam
workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat diperoleh dengan
kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.

4. Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.

5. Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.

6. Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan memberikan
kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan biasa. Total panas hidrasi
tidak mempengaruhi.

7. Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage. Kalsium
format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada sedikit pengaruh
pada creep.

8. Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity alamiah yang


diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan demikian akan memperbesar
korosi pada baja atau logam tertanam.

Tipe F: High Range Water Reducer (Superplasticizer)


Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih. Dengan pemakaian bahan
tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang
sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor air semen yang sama,
sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut
dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses polymerisasi yang komplek untuk
menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini
akan membungkus diri mengelilingi partikel semen dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi
sehingga antar partikel semen akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan
pendispersian partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan
workabilitas. Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan
workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.

Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka bahan ini
berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada penulangan yang
rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak terpengaruh besar dalam
meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.

Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan dengan
pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang
digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L.J. Parrot, 1998). Superplasticizer tidak
akan menjadikan “encer” semua campuran beton dengan sempurna, oleh karenanya campuran harus
direncanakan untuk disesuaikan.

Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis superplasticizer secara normal
berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif.
Ketika superplasticizer digunakan untuk mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih
besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995)

Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:

1. Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar 0,005%.

2. Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan.

3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.

4. Carboxyl acrylic ester copolymer.

Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut superplasticizer karena
bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton sementara slump beton bertambah sampai 8 in
(208 mm) atau lebih. Bahan-bahan ini digunakan untuk menghasilkan beton “mengalir” tanpa terjadinya
pemisahan yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar untuk
meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan kadar air guna mempertahankan
workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih efektif dalam
mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat pengerasan.

Tipe G: High Range Water Reducer (HRWR)

Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan dan
pengerasan beton. Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam campuran beton dalam jumlah
yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih
besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena
dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi
bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

Produk Concrete Admixture yang sering dipergunakan dalam industri Beton Precast adalah Admixture
Type-F
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,

Produk Kami adalah:

1. LIGNO C-470, Type-F

 Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.

 Sangat cocok untuk tingkatan Target K-225 hingga K-400 pada 28 Hari.

 Mampu mengurangi pemakaian air hingga 30% dengan dosis 1% dari Cementitious.

 Umumnya dipakai pada industri Panel Beton, U-ditch, Pipa/Slab dan Pile.

2. LIGNO C-431n, Type-F High Gridd

 Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.

 Untuk Tingkatan target K-400 hingga K-600 pada umur 28 hari.

 Mampu mencapai K-250 di umur 1 hari.

 Mengurangi Pemakaian Air hingga 40% dengan dosis 1% dari Cementitious.

 Umumnya dipakai pada Precast Square Pile dan Spun Pile dengan target K yang tinggi.

3. LIGNO P-100, Type F SCC (Self Compacting Concrete)

 Admixture Concrete Berbahan Polycarboxilat

 Memiliki sifat SCC sehingga concrte dan mengalir sendiri

 Umumnya dipakai pada Konstruksi Mold yang dijangkau susah.


 Juga sangat Bangus untuk Precast Target K-500 keatas.

 Merupakan Produk Terbagus dalam kelasnya.

 Mampu mencapai K-350 pada umur satu hari dengan target K-500 di 28 hari.

 Sangat cocok pada precast PC-Beam, Big Pile dan Rigid.

Produk-produk unggulan kami sudah diakui oleh banyak Customer tentang Kualitasnya,

Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)

Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan untuk
memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya meningkat.
Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan dan bahan tambahan khusus lainnya yang
berasal dari mineral.

Sifat-sifat semen yang menggunakan Pozzolan antara lain:

1. Panas hidrasi akan turun karena adanya tambahan pozollan kandungan C3A dalam semen
berkurang.

2. Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka faktor air semakin meningkat
dengan adanya pozollan.

3. Workability dari beton yang memakai semen pozollan akan lebih baik.

4. Merubah waktu setting.

5. Merubah kekuatan beton.

Bahan Tambah Mineral (Additive)


1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil
residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu
terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan
abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan
dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri Mulyono,2003)

2. Silica Fume
Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar”
(ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica
lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon dikenal
sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan
kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk kolom struktur
atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan
kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar
antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor air semen
sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa superplasticizer dan nilai slump 50 mm

Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak termasuk kategori
di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah karatan, bahan tambahan
yang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat/ bonding admixture.

Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:

1. Material cementitious

Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat. Contoh:
Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.

2. Material pozzolanic

Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi oleh
siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri Pembangkit Listrik
yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan
produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.

3. Material pozzolanic dan cementitious

Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya
didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C, yaitu sisa buangan
Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.

4. Material inert

Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan pabrik
batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai