Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

Kegagalan Untuk Bertumbuh


(Failure to Thrive)

Oleh:

Dwi Permana Putra S.Ked


I 1011131066

Pembimbing:
dr. Sumardi Fransiskus.S, M. Biomed, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RSUD ABDUL AZIZ SINGKAWANG
2015

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui tugas referat dengan judul :

Kegagalan untuk Bertumbuh


(Failure to Thrive)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Mayor Ilmu Kesehatan Anak

Singkawang, 21 April 2015


Pembimbing,

dr. Sumardi Fransiskus.S, M. Biomed, Sp.A

2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................... 1
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL....................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7
2.1 Definisi................................................................................................................ 7
2.2 Pertumbuhan Normal .......................................................................................... 7
2.3 Epidemiologi ....................................................................................................... 8
2.4 Klasifikasi dan Etiologi ....................................................................................... 9
2.5 Kriteria .............................................................................................................. 11
2.6 Evaluasi Diagnosis ............................................................................................ 14
2.7 Evaluasi Laboratorium ...................................................................................... 21
2.8 Evaluasi Tahap Lanjutan................................................................................... 21
2.9 Tatalaksana ....................................................................................................... 22
2.10 Pencegahan ..................................................................................................... 29
2.11 Komplikasi ...................................................................................................... 30
2.12 Prognosis ......................................................................................................... 31
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 33

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Penyebab KUB Organik ......................................................... 10


Tabel 2. Kriteria Antropometrik Gagal Tumbuh .................................................... 13
Tabel 3. Kesimpulan dari riwayat pada bayi dan anak-anak dengan KUB............. 16
Tabel 4. Pemeriksaan Fisik pada Bayi dan Anak-anak dengan KUB ..................... 18
Tabel 5. Tanda dan Gejala Darurat pada KUB ....................................................... 19
Tabel 6 Penilaian Derajat Kegagalan untuk Bertumbuh ........................................ 19
Tabel 7. Jumlah kebutuhan karbohidrat dan protein untuk catch-up growth.......... 25
Tabel .8 Peningkatan BB/ hari menurut umur ........................................................ 26

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Boy and Girl charts L/A dan W/A birth to 36 months ............................ 11
Gambar 2. Boy and girl S/A and W/A charts for 2-20 years .................................... 12
Gambar 3. Boy and girl HC and W/L percentiles birth to 36 months....................... 12
Gambar 4. Boy and girl BMI/A for 2-20 years ......................................................... 13
Gambar 5. Contoh Kasus KUB ................................................................................. 14
Gambar 6 Algoritma untuk Evaluasi KUB ............................................................... 22
Gambar 7. Grafik pasien dengan KUB dan Catch-up growth .................................. 24
Gambar 8. Skema Pendekatan Klinis di RS .............................................................. 29

5
BAB I
PENDAHULUAN

Kegagalan untuk bertumbuh (KUB) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
kenaikan berat badan (BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau
bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan).
Penyebab gagal tumbuh dibagi atas organik dan non-organik. Gagal tumbuh non-organik
didefinisikan sebagai gagal tumbuh bukan akibat yang disebabkan oleh masalah medis,
sedangkan gagal tumbuh organik didefinisikan sebagai gagalnya pertumbuhan akibat suatu
penyakit spesifik (Sastroasmoro S, 2007).
Prevalensi gagal tumbuh berkisar antara 1,3 – 20,9% tergantung definisi dan kondisi
demografis populasi sampel. Delapan puluh persen anak dengan gagal tumbuh berusia
kurang dari 18 bulan. Prevalensi anak gagal tumbuh yang harus dirawat di rumah sakit
mencapai 1-5% kasus. Untuk mendiagnosis KUB Salah satu hal yang terpenting adalah
menentukan secara akurat dengan cara memplot berat, tinggi dan lingkar kepala anak dengan
pemeriksaan antropometri (Batubara R, 2010).
Pemeriksaan antropometri (minimal dilakukan di dua periode terutama dalam 3 tahun
pertama kehidupan) didapatkan penurunan persentil berat badan terhadap umur yang
melewati lebih dari 2 persentil mayor (3rd , 5th , 10th , 25th , 50th , 75th , 90th, 95th, 97th)
Mencari penyakit yang mungkin mendasari, misalnya penyakit jantung, paru, endokrin,
neurologis, dan lain-lain. Dua prinsip tata laksana pada semua anak KUB adalah diet tinggi
kalori untuk catch-up growth, dan pemantauan jangka panjang untuk melihat adanya gejala
sisa. Untuk mengejar pertumbuhan seorang anak dibutuhkan 20-30% kalori lebih banyak.
Peningkatan kalori harus dilakukan secara perlahan untuk anak gizi buruk untuk mencegah
sindrom re-feeding (Sastroasmoro S, 2007).
Malnutrisi yang berkepanjangan yang sangat umum terjadi di negara berkembang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan kognitif anak. Konseling gizi yang
tepat dan bimbingan pada setiap kunjungan dapat membantu mencegah terjadinya kasus
KUB. Seorang ahli gizi atau dokter dapat memberikan dukungan psikososial dan pendidikan
bagi keluarga anak-anak tersebut dan juga dapat mengurangi kemungkinan bahwa anak akan
mengalami KUB (Cole SZ, 2011).

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kegagalan untuk bertumbuh (KUB) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
kenaikan berat badan (BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau
bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan).
Istilah yang lebih tepat adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai
gagal tumbuh, karena dalam hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada
minimal 2 periode pengukuran, sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga
merupakan parameter pertumbuhan mungkin masih normal (Sastroasmoro, S. 2007)
Oleh sebab itu definisi yang tepat adalah perpindahan posisi berat badan terhadap
umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama atau 2 standar deviasi ke bawah jika diplot
pada grafik BB menurut umur. KUB juga belum tentu gizi kurang atau gizi buruk.
(Sastroasmoro S, 2007). Jadi gagal tumbuh lebih merupakan tanda atau gejala dari suatu
masalah pada pasien dan bukan merupakan suatu diagnosis pasti atau derajat suatu penyakit.
(Nelson, WE, dkk, 2012).

2.2 Pertumbuhan normal


Fase pertumbuhan tercepat terjadi pada masa intrauterine. Berat badan lahir bayi
cukup bulan rata-rata 3,3 kg, sedangkan panjang lahir rata-rata 50 cm. Pada beberapa hari
pertama, berat badan lahir akan turun 10%, yang disebabkan karena kehilangan cairan,
namun kembali meningkat dalam dua minggu setelah lahir (Pudjiadi, H. 2009)
Pertumbuhan linear anak pascanatal dibagi menjadi 3 fase, yaitu: (Pudjiadi, H. 2009)
 Bayi
Pada fase ini terjadi pertumbuhan linear yang cepat pada panjang badan, berat badan,
dan lingkar kepala. Pada fase ini terjadi deselerasi pertumbuhan. Rerata pertambahan
panjang badan adalah 25cm pada tahun pertama, 12 cm pada tahun kedua, dan 8 cm
selama tahun ketiga. Antara tahun kedua dan ketiga panjang badan anak telah
mencapai 50% tinggi badan akhir. Berat badan pada 3 bulan pertama bertambah
sebesar 1 kg/bulan, pada usia 3-6 bulan sebesar 0,5 kg/bulan, pada usia 6-9 bulan

7
sebesar 0,33 kg/bulan dan pada usia 9-12 bulan sebesar 0,25 kg/bulan. Saat usia 5
bulan, berat badan bayi lahir bertambah dua kali lipat dari berat lahir, menjadi tiga
kali lipat pada usia 1 tahun, dan empat kali lipat pada usia 2 tahun. Pada fase ini,
lingkar kepala mengalami pertambahan yang paling cepat yaitu bertambah rerata 12
cm selama tahun pertama kehidupan dan 5 cm selama tahun kedua kehidupan
sehingga pada akhir tahun kedua ukuran lingkar kepala anak telah mencapai 80%
ukuran lingkar kepala orang dewasa (Pudjiadi, H. 2009).
 Anak
Pada fase ini, pertumbuhan linear relatif konstan sebesar 5-7 cm per tahun sampai
menjelang usia pubertas. Pada akhir fase ini, tinggi badan anak telah mencapai 85%
tinggi akhir. Berat badan pada fase ini bertambah 2,3 sampai 2,5 kg per tahun
(Pudjiadi, H. 2009).
 Pubertas
Pada fase ini terjadi growth spurt yang ditandai dengan adanya akselerasi dan
deselarasi pertumbuhan. Setelah puncak percepatan tumbuh maka akan terjadi
perlambatan dan akhirnya terjadi henti tumbuh. Kecepatan tumbuh pada anak
perempuan dapat mencapai 8,5 cm/tahun sedangkan pada anak lelaki 9,5 cm/tahun.
Selama fase pubertas, tinggi badan anak perempuan dapat bertambah sebanyak 22
cm, sedangkan anak lelaki sebanyak 25 cm (Pudjiadi, H. 2009).
Pemantauan pertumbuhan bayi premature harus menggunakan usia koreksi. Catch up
lingkar kepala tercapai pada usia 18 bulan, berat badan pada usia 24 bulan, dan tinggi badan
pada usia 40 bulan. Setelah batas waktu ini maka tidak perlu diperhitungkan usia koreksi dan
pertumbuhan bayi dipantau dengan menggunakan kurva pertumbuhan anak normal. Pada
beberapa bayi dengan berat badan lahir sangat rendah catch up tidak terjadi sampai awal usia
sekolah (Pudjiadi, H. 2009).

2.3 Epidemiologi
Penyebab mendasar dari KUB adalah kekurangan gizi. Kemiskinan adalah faktor
risiko terbesar untuk terjadinya KUB di seluruh dunia dan di Amerika Serikat (Robert WB,
dkk, 2005). Prevalensi ini lebih tinggi di negara-negara berkembang dengan kemiskinan
tersebar luas dan tingginya tingkat malnutrisi dan / atau infeksi HIV (Onyiriuka AN, 2011).

8
Prevalensi gagal tumbuh berkisar antara 1,3 – 20,9% tergantung definisi dan
kondisi demografis populasi sampel. Delapan puluh persen anak dengan gagal tumbuh
berusia kurang dari 18 bulan. Prevalensi anak gagal tumbuh yang harus dirawat di rumah
sakit mencapai 1-5% kasus. Untuk mendiagnosis KUB Salah satu hal yang terpenting adalah
menentukan secara akurat dengan cara memplot berat, tinggi dan lingkar kepala anak dengan
pemeriksaan antropometri (Batubara JR, 2010).

2.4 Klasifikasi dan Etiologi


Pada umumnya, penyebab KUB telah diklasifikasikan sebagai non organik dan
organik. Berdasarkan patofisiologinya, KUB dapat diklasifikasikan menjadi: (a). asupan
kalori yang tidak memadai, (b). penyerapan yang tidak memadai, (c) peningkatan kebutuhan
kalori dan (d). pemanfaatan kalori yang tidak sempurna (Onyiriuka AN, 2011).
2.4.1 Kegagalan Untuk Bertumbuh Non-organik (Psikososial)
Pada KUB non-organik, tidak ada kondisi medis yang dapat menyebabkan
pertumbuhan yang buruk. Hal ini dikarenakan kemiskinan, masalah psikososial dalam
keluarga, kekurangan kasih sayang ibu, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dari
pengasuh dalam penanganan gizi bayi. Faktor risiko lain termasuk kekerasan terhadap anak,
orang tua tunggal, ketidakmampuan atau ketidakmatangan satu atau kedua orang tua dalam
mendidik anaknya, tekanan ekonomi, ketegangan serta tekanan sementara seperti tragedi
didalam keluarga (kecelakaan, penyakit, kematian) dan ketidakharmonisan perkawinan.
Weston et al melaporkan, 66% dari ibu yang bayinya gagal untuk bertumbuh memiliki
riwayat mendapatkan kekerasan dari orang tuanya pada saat masih kanak-kanak,
dibandingkan dengan 26% dari latar belakang sosial ekonomi yang sama. Lebih dari 70%
kasus KUB adalah disebabkan oleh KUB Non-organik (Onyiriuka AN, 2011).
Dari jumlah ini, sekitar sepertiganya adalah karena ketidaktahuan pengasuh, seperti
menggunakan teknik pemberian makan yang salah, persiapan yang tidak tepat atau
kesalahpahaman atas kebutuhan gizi bayi. Faktor-faktor risiko pada KUB menunjukkan
bahwa bayi dengan gagal tumbuh sangat berkaitan dengan masalah sosial dan psikologis
yang serius dalam keluarga. Sebagai contoh, seorang ibu yang depresi mungkin tidak
memberikan makan keapada bayinya secara memadai. Bayi mungkin, pada gilirannya bayi
akan menolak untuk diberi makan yang dikarenakan depresi ibu itu sendiri dan pada akhirnya

9
asupan makananya jadi berkurang. Orang tua yang mengabaikan atau sangat protektif
terhadap anaknya juga menjadi faktor resiko terjadinya KUB (Onyiriuka AN, 2011).
Ketika KUB yang disebabkan oleh kelalaian terhadap anak, faktor-faktor risiko
tertentu yang sering muncul adalah dokter anak harus menilai setiap faktor risiko dalam
konteks situasi di dalam keluarga. Orang tua dari bayi dengan KUB mungkin menunjukkan
perilaku interaksional sosial dan perilaku afektif yang negative (Robert, WB, dkk, 2005).
2.4.2 Kegagalan untuk Bertumbuh Organik
Kondisi ini paling umum terjadi yang dikarenakan penyakit yang menyertai:
Tabel 1. Klasifikasi Penyebab dari KUB organik
Sistem Penyebab
Gastrointestinal Refluks gastroesofagus, stenosis filorus,
celah palatum bibir, penyakit seliak,
intoleransi laktosa, penyakit hati kronis,
intoleransi laktosa, intoleransi protein susu,
alergi makanan, malabsorpsi
Pulmonal Kistik fibrosis, Bronchopulmonary dysplasia,
Hipoksia kronis
Endokrin Hipertiroidisme, insufisiensi adrenal,
diabetes mellitus, gangguan pituitaria,
gangguan paratiroid
Neurologis Gangguan degeneratif, cerebral palsy,
kelainan mitokondria, retardasi mental,
perdarahan serebral
Infeksi Infeksi parasit, tuberculosis, imunodefisiensi,
kongenital imunodefisiensi
Ginjal Gagal ginjal kronik, asidosis tubulus ginjal,
ISK berulang
Hematologi Anemia Fanconi
Lain-lain Keracunan timah hitam, keganasan, penyakit
kolagen vascular, infeksi berulang pada
adenosid dan tonsil
(Sumber: Cemeroglu AP, 2011)

10
2.4.3 Kegagalan untuk Bertumbuh Tipe Campuran
Dalam KUB tipe campuran, penyebab organik dan non organic akan muncul
bersamaan. Mereka yang memiliki gangguan organik juga dapat merasa terasing dari
lingkungannya. Demikian juga, mereka yang menderita gizi buruk dari KUB non-organik
dapat menyebabkan masalah medis organic (Onyiriuka AN, 2011).
2.4.4 Kegagalan untuk Bertumbuh dengan Etiologi Non-Spesifik
Suatu literature mengulas bahwa KUB dengan etiologi non-spesifik didapatkan
sebanyak 12-32% kasus dari anak-anak yang menderita KUB (Onyiriuka AN, 2011).

2.5 Kriteria
Pengukuran berat badan biasanya sedikit bias maka pengukuran tinggi atau panjang
pada bayi dan balita harus ditimbang dalam keadaan telanjang untuk akurasi dan kontinuitas.
Jika balita atau anak tidak kooperatif dengan pengukuran berat badan, orang tua atau
pengasuh dapat membantu untuk menimbang bersama anaknya sendiri dan hasilnya akan
dikurangi dan dihitung dengan berat badan anak. Grafik pertumbuhan CDC yang diterbitkan
pada tahun 2000, digunakan untuk memantau pertumbuhan bayi dan anak-anak (Gambar 1-4)
(Olsen EM, 2007)

Gambar 1. Boy and girl length-for-age and weight-for-age charts for birth to 36 months
(CDC, 2012)

11
Gambar 2. Boy and girl stature-for-age and weight-for-age charts for 2-20 years (CDC,
2012)

Gambar 3. Boy and girl head circumference/weight-for-length percentiles birth to 36 months


(CDC,2012)

12
Gambar 4. Boy and girl body mass index-for-age (BMI) charts for 2-20 years (CDC, 2012)

Criteria antropometrik yang diperoleh dari tulisan di jurnal-jurnal ilmiah bervariasi.


Criteria gagal tumbuh berdasarkan antropometrik yang dilaporkan di jurnal-jurnal ilmiah
sebelum tahun 2007 meliputi tujuh criteria (tabel 1) (Olsen EM, 2007)
Tabel 2. Kriteria antropometrik gagal tumbuh
Criteria antropometrik gagal tumbuh
Berat badan < 75 % median BB/U (criteria Gomez)
Berat badan < 80 % median BB/TB (criteria Waterlow)
Body mass index (BMI) menurut umur (BMI/U) < presentil ke 5
BB/U < presentil ke 5
TB/U < presentil ke 5
Kurva BB turun memotong > 2 presentil major (presentil yang digunakan ialah presentil ke 5,
10, 25, 50, 75, 90, dan 95) mulai dari lahir sampai dengan berat badan saat sekarang
Kenaikan berat badan < 5% disesuaikan dengan regresi terhadap nilai mean sejak lahir
sampai dengan berat badan sekarang
(Sumber: Olsen EM, 2007)
Menurut Standar Pertumbuhan WHO 2007, seorang anak diklasifikasikan sebagai
gagal tumbuh bila weight increment ialah perubahan berat badan (g) dalam periode waktu

13
tertentu, sedangkan weight velocity ialah perubahan BB (g) per unit waktu (bulan) atau
g/bulan dibandingkan dengan populasi sesuai dengan umurnya. (WHO child growth
standards, 2015)
Tabel untuk mengklasifikasikan gagal tumbuh pada Standar Pertumbuhan WHO
2007 tersedia untuk periode lahir sampai dengan umur 2 bulan dan periode lahir sampai
dengan umur 24 bulan. Sedangkan, dalam periode 2 bulan pertama penting untuk
mengevaluasi keberhasilan menyusui. Bila ada anak berusia di bawah 2 bulan mengalami
gagal tumbuh, maka penyebab utamanya adalah kurangnya asupan ASI akibat proses laktasi
yang tidak baik. (WHO child growth standards, 2015)

2.6 Evaluasi Diagnosis


Seorang anak dengan KUB sudah dapat dikonsultasikan ke dokter bila ditemukan
grafik seperti dibawah ini yang telah menyimpang dari persentil yang seharusnya atas
pengukuran BB/TB. (Gambar 5)

Gambar 5. Contoh Kasus KUB (Sumber: Cemeroglu AP, 2011)


Contoh grafik pertumbuhan diatas, merupakan anak dengan KUB organic yang
bisa disebabkan oleh penyakit celiac, KUB nonorganik (dwarfisme psikososial) atau varian
normal dari keterlambatan konstitusional (persimpangan persentil dan kemudian mengikuti

14
grafik tersebut sampai anak tersebut memasuki pubertas). Sebuah grafik pertumbuhan saja
tidak dapat selalu memberikan data yang cukup untuk menentukan apakah pola pertumbuhan
normal atau abnormal. Evaluasi lebih lanjut sangat dianjurkan untuk menghindari uji yang
tidak perlu dan meningkatkan kecemasan orangtua untuk anak dengan varian pertumbuhan
normal (Cemeroglu AP, 2011).
a. Anamnesis
Setelah ditegakkan diagnosis KUB pada seorang anak, langkah selanjutnya adalah
mengevaluasi lebih lanjut yang difokuskan pada anamnesis yang cermat, termasuk penilaian
diet atau makan, kebiasaan makan dan riwayat medis, social dan keluarga. Mengamati
perilaku makan balita akan sangat membantu dalam mengevaluasi kebiasaan makan yang
pilih-pilih atau penolakan untuk makan. Diskusikan kepada anak yang lebih tua, bersama
dengan kedua orang tua untuk mengatur jadwal konsumsi kalori selama tiga hari yang sudah
diperhitungkan oleh dokter. Menanyakan riwayat psikososial juga sangat penting untuk
mendeteksi adanya depresi terhadap orang tua ataupun anaknya sendiri serta mengidentifikasi
tentang kemampuan intelektual dari pengasuh atau keadaan sosialnya (Cole SZ, 2011).

15
Tabel 3. Kesimpulan dari riwayat pada bayi dan anak-anak dengan KUB
Prenatal  Riwayat kehamilan
 Riwayat aborsi berulang
 Apakah kehamilan di inginkan?
 Penggunaan obat-obatan atau merokok
Persalinan, kelahiran dan  Asfiksia neonatorum
masalah neonatal  Prematuritas
 Kecil Masa Kehamilan
 Berat dan Panjang Lahir
 Hubungan antara orang tua
 Lama perawatan di Rumah Sakit
 Dukungan Menyusui
 Kesulitan Menyusui selama periode neonatus
Rekam Medis  Riwayat konsultasi ke dokter
 Imunisasi
 Perkembangan
 Pembedahan
 Infeksi Berulang
Riwayat Pertumbuhan  Pengukuran pertumbuhan sebelumnya
Riwayat Nutrisi  Kebiasaan makan dan lingkungan
 Alergi makanan
 Penilaian Asupan secara quantitative ( 3 hari dan 24 jam laporan
diet)
Riwayat Social  Umur dan pekerjaan orang tua
 Siapa yang memberikan makan anak?
 Stresor (kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian keluarga)
 Dukungan social dan ekonomi
 Persepsi dari tumbuh kembang anak
 Riwayat kekerasan dan penelantaran terhadap pengasuh
Pemeriksaan Terhadap  Anoreksia
Penyakit Organik  Gangguan mental
 Disfagia
 Pola dan Konsistensi BAB
 Muntah atau GERD
 Demam berulang
 Disuria, frekuensi berkemih
 Aktivitas dan kemampuan untuk berkumpul dengan teman-teman
(Sumber : Onyiriuka AN, 2011)

16
b. Pemeriksaan Fisik
Empat tujuan utama pemeriksaan fisik meliputi : (Onyiriuka AN, 2011)
(i) Identifikasi fitur sugestif dismorfik dari kelainan genetik yang mempengaruhi
pertumbuhan
(ii) Deteksi penyakit yang mendasari yang dapat mengganggu pertumbuhan
(iii) Penilaian untuk tanda-tanda kemungkinan pelecehan anak
(iv) Penilaian keparahan dan kemungkinan efek malnutrisi
Deteksi adanya organomegaly (hepatomegali dan / atau splenomegali) akan
mengubah kecurigaan gangguan metabolisme seperti gangguan penyimpanan lisosomal,
galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen. Disfungsi neurologis mungkin menunjukkan
mitokondria, penyimpanan, asam amino atau gangguan asam organik, atau kelainan siklus
urea. Fitur dismorfik tertentu akan mengarah ke gangguan peroxisomal,
mucopolysaccharidosis, glutarat aciduria tipe II. Rambut dan kulit yaitu kelainan seperti
rambut keriting, alopecia, atau seborrheic dermatitis. Secara umum, deteksi keterlibatan
beberapa sistem organ pada anak dengan KUB harus meningkatkan kecurigaan dari beberapa
kesalahan bawaan yang mendasari metabolisme (Onyiriuka AN, 2011).
Pemeriksaan antropometri (minimal dilakukan di dua periode terutama dalam 3
tahun pertama kehidupan) didapatkan penurunan persentil berat badan terhadap umur yang
melewati lebih dari 2 persentil mayor (3rd , 5th , 10th , 25th , 50th , 75th , 90th, 95th, 97th)
Mencari penyakit yang mungkin mendasari, misalnya penyakit jantung, paru, endokrin,
neurologis, dan lain-lain. Bila ditemukan masalah pertambahan tinggi badan yang dominan,
pikirkan kelainan tulang dan endokrin seperti hiperplasia adrenal kongenital, hipotiroid. Pada
keadaan ini perlu dilakukan pengukuran arm span, lower segment (LS), upper segment (US),
rasio US/LS Bila ditemukan masalah pertambahan lingkar kepala, pikirkan kelainan
neurologis (Sastroasmoro S, 2007).

17
Tabel. 4 Pemeriksaan Fisik pada Bayi dan Anak-anak dengan KUB
Organ/fungsi Abnormalitas Pertimbangan Diagnosis
Tanda Vital Hipotensi Insufisiensi Adrenal atau
Hipertensi Penyakit tiroid
Takipnea/takikardi Penyakit Ginjal
Peningkatan Kebutuhan
Metabolik
Kulit Palor Anemia
Higienitas yang buruk Ketelantaran
Ekimosis Kekerasan
Kandidiasis Imunodefisiensi, Infeksi HIV
Eksema Alergi
Eritema Nodosum Ulkus Kolitis, Vaskulitis
THT-Kepala Kerontokan Rambut Stress
Otitis Media Kronis Immunodefisiensi, kelainan
Katarak struktur oro-fasial
Stomatitis Apthosa Penyakit Crohn’s
Pembesaran Tiroid Hipotiroidisme
Dada Wheezing Fibrosis Sistik, asma
Kardiovaskuler Murmur Penyakit Jantung Kongenital
Abdomen Distensi, Peningkatan bising Malabsorpsi, penyakit hati,
usus, Hepatosplenomegali penyakit cadangan glikogen
Genital Ruam popok Diare, penelantaran
Rectum Pengosongan ampula Penyakit Hirschprung
Ekstremitas Edema Hipoalbuminemia
Kehilangan massa otot Malnutrisi Kronis
Clubbing Penyakit Paru Kronis,
Sianotik CHD

Sistem Saraf Abnormal deep rendon Cerebral Palsy


reflexes Perubahan asupan kalori
Perlambatan perkembangan Cranial nerve palsy
Disfagia
Tingkah Laku & Watak Tidak koperatif Kesulitan makan
(Sumber: Onyiriuka AN, 2011).

18
Tabel 5. Tanda dan Gejala Darurat pada KUB
Tanda dan Gejala Kegawatdaruratan
Yang Berhubungan dengan Penyebab KUB
Pemeriksaan pada jantung di indikasikan oleh Penyakit Jantung Bawaan atau Gagal Jantung
(contohnya, murmur, edema, distensi pada vena jugularis
Perlambatan Perkembangan
Fitur Dismorfik
Kegagalan untuk meningkatkan berat badan dikarenakan ketidakcukupan asupan kalori
Organomegali atau limfadenopati
Penyakit Paru Berulang atau Infeksi Saluran Kemih
Muntah berulang, diare atau dehidrasi
(Sumber: Cole SZ, 2011)
1. Penilaian Derajat KUB
Derajat KUB biasanya diukur dengan menghitung setiap parameter pertumbuhan
(BB, TB dan rasio BB/TB) sebagai persentase dari nilai rata-rata untuk usia
berdasarkan grafik pertumbuhan (tabel 6).
Tabel 6. Penilaian Derajat Kegagalan untuk Bertumbuh

Derajat Kegagalan untuk Bertumbuh


Parameter Pertumbuhan Ringan Sedang Berat
BB 75-90% 60-74% <60%
TB 90-95% 85-89% < 85%

BB/TB 81-90% 70-80% <70%

(Sumber : Baucher H, 2007)


Perlu dicatat bahwa grafik pertumbuhan yang tepat seringkali tidak tersedia untuk
anak-anak dengan masalah medis tertentu dan, oleh karena itu, pengukuran ulang
sangat penting bagi anak-anak ini. Untuk bayi prematur, koreksi harus dilakukan
untuk tingkat prematuritas. usia dikoreksi, bukan usia kronologis, harus digunakan
dalam perhitungan persentil pertumbuhan mereka sampai 1-2 tahun dikoreksi
(Onyiriuka AN, 2011).

19
Grafik pertumbuhan harus digunakan untuk mengevaluasi pola KUB. Jika berat
badan, tinggi badan dan lingkar kepala semua kurang dari apa yang diharapkan untuk
usia anak itu sendiri, ini mungkin menunjukkan masalah selama intrauterin atau
faktor genetik / kromosom. Jika berat badan dan tinggi badan yang tertunda dengan
lingkar kepala normal, harus dicurigai masalah endokrinopati atau retardasi
pertumbuhan konstitusional. Ketika hanya berat badan yang tertunda, ini biasanya
mencerminkan masalah kekurangan energy/kalori (Onyiriuka AN, 2011).
2. Kegagalan untuk Bertumbuh dikarenakan penarikan diri dari lingkungan
Anak-anak dengan penarikan diri dari lingkungan akan menunjukkan tanda-tanda
kegagalan untuk mendapatkan berat badan: kehilangan lemak, penonjolan tulang
rusuk dan pengecilan otot, terutama di kelompok otot besar, seperti gluteus
(Onyiriuka AN, 2011).
3. Penilaian Perkembangan
Hal ini penting untuk menentukan status perkembangan anak pada saat ank
diagnosis dengan KUB, dimana memiliki insiden yang lebih tinggi pada
keterlambatan perkembangan dibandingkan anak pada umumnya. Daerah tempat
tinggal juga berpengaruh pada interaksi lingkungan, seperti pengembangan bahasa
dan adaptasi sosial. Evaluasi perilaku tertentu (misalnya, daya ingat atau respon
menghindar) telah dikembangkan untuk membantu membedakan dari penyakit
organik yang mendasari. Status perkembangan bayi harus dinilai dengan tes Denver
(Onyiriuka AN, 2011).
4. Interaksi Orang Tua dan Anak
Berguna untuk mengevaluasi interaksi antara orang tua dan anak selama
pemeriksaan. Dalam penarikan dari lingkungan, orangtua sering menjauh dari meja
pemeriksaan dan mudah meninggalkan anaknya untuk diperiksa perawat atau dokter.
Hanya terdapat sedikit kontak mata antara anak dan orang tua dan bayi diletakkan
berjauhan. Seringkali bayi tidak akan diperhatikan oleh orang tua atau hanya sedikit
menyentuh anaknya. Pengamatan makanan merupakan bagian yang penting dari
pemeriksaan, tetapi idealnya dilakukan ketika orang tua tidak menyadari bahwa
mereka sedang diamati oleh dokter (Onyiriuka AN, 2011)

20
Bayi yang diberi ASI harus ditimbang sebelum dan setelah beberapa menyusui
selama 24 jam karena volume susu yang dikonsumsi mungkin berbeda dengan setiap
makanan yang masuk. Dalam penarikan diri dari lingkungan, orang tua sering
melewatkan isyarat yang diperlihatkan oleh bayi dan mereka mungkin mengalihkan
perhatian pada bayi pada saat memberikan makan; bayi juga bisa berpaling dari
makanan dan muncul stress. Mengembangkan pola hubungan anak-orang tua adalah
kunci untuk mendapatkan intervensi (Onyiriuka AN, 2011).

2.7 Evaluasi Laboratorium


Tujuan dari penelitian laboratorium dalam evaluasi KUB adalah untuk menyelidiki
adanya gangguan organik yang mungkin ditemukan dalam anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika penyebab organik ditemukan, pemeriksaan laboratorium yang
sesuai harus dilakukan. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak menunjukkan
penyebab organik, pemeriksaan laboratorium tidak diindikasikan. Tetapi, hitung
darah lengkap, laju sedimentasi eritrosit, urinalisis, kultur urin, urea dan elektrolit
(termasuk kalsium dan fosfor) harus dilakukan. Skrining untuk infeksi, seperti
infeksi HIV, TBC dan parasitosis usus harus dilakukan. Pemeriksaan skeletal
diindikasikan jika terdapat dugaan kuat kekerasan fisik (Onyiriuka AN, 2011)

2.8 Evaluasi Tahap Lanjutan


a. Perawatan di Rumah Sakit
Rawat inap dibutuhkan untuk bayi dengan KUB pada umur 10-14 hari. Rawat Inap
memiliki manfaat baik diagnostik dan terapeutik. Manfaat diagnostik meliputi
pengamatan makan, interaksi anak dengan orang tua dan konsultasi kepada sub-
spesialis. Manfaat terapi termasuk pemberian cairan infus untuk dehidrasi,
pengobatan sistemik antibiotik untuk infeksi, transfusi darah untuk anemia yang
dapat mengancam jiwa dan nutrisi parenteral bila memungkinkan. Selain itu, jika
etiologi organik ditemukan untuk KUB, terapi tertentu dapat dimulai selama rawat
inap. Dalam KUB psikososial, rawat inap memberikan kesempatan untuk mendidik
orang tua tentang makanan yang tepat dan tipe makanan yang cocok untuk bayi.
Rawat Inap diperlukan ketika keselamatan anak terancam (Onyiriuka AN, 2011).

21
b. Penilaian Asupan Kuantitatif
Pelaporan diet selama 3 hari pertama perawatan menjadi salah satu standar dari
evaluasi. Hal ini berguna dalam menilai kekurangan gizi pada anak bahkan bila
terdapat penyakit organic. Pelaporan asupan makanan dalam 24 jam pertama juga
diperlukan. Orang tua harus menuliskan jenis dan jumlah makanan yang dimakan
oleh anak selama 3 hari pertama adalah suatu cara untuk mengukur jumlah asupan
kalori. Dalam beberapa kasus, hal tersebut membuat orang tua menyadari berapa
banyak jumlah makanan yang anak makan atau tidak (Onyiriuka AN, 2011).

Gambar 6. Algoritma untuk Evaluasi KUB (Sumber : Cole SZ, 2011)

2.9 Tatalaksana KUB


Pengobatan KUB termasuk pengobatan jangka menengah dan jangka panjang, dan
harus ditujukan secara langsung kepada bayi dan ibu atau keluarga. Sebuah rencana
penanganan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: (Onyiriuka AN, 2011)
a. Diet dan pola makan anak
b. Stimulasi perkembangan anak.

22
c. Peningkatan keterampilan pemberi perawatan.
d. Pertimbangan Keperawatan dalam pengobatan KUB
e. Adanya penyakit yang mendasari.
f. Follow up secara rutin dan efektif
g. Konsultasi dan rujukan ke spesialis
A. Diet dan Pola Makan Anak
Masa anak-anak adalah periode kritis pertumbuhan dan perkembangan, dan
intervensi dini pada anak dengan KUB akan memaksimalkan hasil. Syarat utama tata
laksana KUB adalah mengenali penyebab yang mendasari dan memperbaiki secara
tepat. Dua prinsip tata laksana pada semua anak KUB adalah diet tinggi kalori untuk
catch-up growth, dan pemantauan jangka panjang untuk melihat adanya gejala sisa
(Sastroasmoro S, 2007).
Untuk mengejar pertumbuhan seorang anak dibutuhkan 20-30% kalori lebih
banyak. Peningkatan kalori harus dilakukan secara perlahan untuk anak gizi buruk
untuk mencegah sindrom re-feeding. Sindrom re-feeding ditandai oleh beberapa
perubahan diantaranya perubahan biokimia, manifestasi klinis dan komplikasi yang
dapat terjadi sebagai akibat dari menyusui bayi kurang gizi dalam keadaan
katabolime yang terlalu cepat (Khan, L.U, 2010).

23
Rumus perhitungan catch-up growth : (Onyiriuka AN, 2011)
Kcal or protein(g) for weight age x ideal body weight
Actual weight

Gambar 7. Grafik pasien dengan KUB dan Catch-up growth. (Onyiriuka AN, 2011)
Evaluasi pemberian ASI pada bayi (Pudjiadi AH, 2009)
 Perbaiki manajemen laktasi
 Pastikan jumlah asupan serta jadwal pemberian ASI disesuaikan dengan kebutuhan
bayi (on demand). Frekuensi pemberian berkisar antara 8-12 kali dalam 24 jam
dengan lama pemberian minimal 10 menit disetiap payudara untuk memastikan
asupan hindmilk
 Atasi masalah ibu misalnya kelelahan, stress, rasa lapar
 Berkurangnya produksi susu dapat diatasi dengan antara lain: Menggunakan pompa
ASI untuk meningkatkan produksi, dan Menggunakan obat-obatan misalnya
metoklopramid
Pemberian ASI pada batita (1-3 tahun) (Pudjiadi AH, 2009)
 Kebutuhan ASI pada batita kurang-lebih 1/3 dari total kebutuhan kalori dalam sehari

24
 Pastikan pemberian makanan cukup
 Hindari ”ngempeng”, bila berlanjut dan mendominasi asupan makanan maka
hentikan pemberian ASI dan tingkatkan asupan susu formula atau MP-ASI
Bottle Feeding (Pudjiadi AH, 2009)
 Berikan susu formula yang tepat: starting up untuk yang berusia di bawah 6 bulan dan
follow-on (formula lanjutan) untuk usia 6-36 bulan
 Pastikan cara pelarutan dilakukan dengan benar
 Jika perlu dapat diberikan formula khusus yang tinggi kalori misalnya formula
premature, after discharge formula, formula tinggi kalori, formula elemental, dll
Pemberian makanan pada balita (Pudjiadi AH, 2009)
 3 kali makan dan 2 kali snack bergizi per hari
 Susu sebanyak 480-960 mL per hari
 Stop pemberian jus, punch, soda sampai berat badan normal
 Hentikan pemberian makan secara paksa
 Perhatikan lingkungan tempat memberikan makan

Tabel 7. Jumlah rata-rata kebutuhan karbohidrat dan protein untuk catch-up growth
Usia Kkal/kg Protein(g)/kg
0-6 bulan 115 2.2
6-12 bulan 105 2.0
1-3 tahun 100 1.8
4-6 tahun 85 1.5
(Sumber : Onyiriuka AN, 2011)
Efektivitas terapi dipantau oleh kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan dalam
menanggapi asupan kalori yang memadai biasanya didapatkan pada diagnosis KUB
psikososial. Jika KUB berlanjut selama rawat inap meskipun masukan makanan yang
memadai, dapat dicurigai adanya penyakit organik yang kemungkinan besar dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Perhitungan pertumbuhan harian atau bulanan, seperti
kenaikan berat badan dalam gram per hari, memungkinkan untuk perbandingan yang lebih
tepat dari tingkat pertumbuhan yang normal. Walaupun pertumbuhan panjang lebih sulit

25
untuk dinilai, tetapi biasanya didapatkan 0,2-0,4 mm per hari di sebagian besar anak-anak
(Onyiriuka AN, 2011).
Tabel 8. Peningkatan BB/ hari menurut umur
Umur (Bulan) Berat Badan (g/hari)
Lahir < 3 20 – 30
3-<6 15 – 22
6-<9 15 – 20
9 - < 12 6 – 11
12 - < 18 5–8
18 – 24 3–7
Sumber : (Onyiriuka AN, 2011)
B. Stimulasi Perkembang Anak
Ini adalah sebuah program yang diselenggarakan untuk stimulasi lingkungan yang
intensif pada anak serta pemberian perlindungan dan kasih sayang selama jam aktif
anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa stimulasi psikososial yang tepat sangat
penting untuk perkembangan kognitif anak, baik awal dan di kemudian hari nantinya
(Onyiriuka AN, 2011).
C. Peningkatan Kemampuan Pengasuh
Orang tua harus diberikan konseling mengenai interaksi di dalam keluarga yang
mana dapat merusak anak. Beri perhatian khusus terhadap kemampuan pengasuh
dalam mengenali isyarat anak, respon, kehangatan pola asuh dan tingkah laku yang
terpuji bagi anak. Pastikan makan yang tepat harus disiapkan dan disajikan dan beri
dukungan untuk setiap kesulitan yang muncul pada anak dalam mengunyah dan
menelan dalam upaya untuk peningkatan kemampuan. Pengenalan makanan padat
dalam jumlah yang sedikit juga sangat berguna. Pengasuh juga harus menghindari
kata-kata yang menghakimi terhadap anak (Onyiriuka AN, 2011).
D. Pertimbangan Keperawatan dalam Pengelolaan KUB
Sebuah rencana perawatan keperawatan harus mencakup perhitungan asupan, berat
badan, dan pengamatan pola makan ibu dan interaksi dengan anak. Staf keperawatan
harus menginstruksikan khususnya ibu tentang cara meningkatkan perilaku yang
mungkin masih banyak kekurangan, termasuk petunjuk tentang cara memegang bayi

26
agar bisa lebih dekat selama pemberian makan. Makanan harus lebih padat untuk
meningkatkan asupan kalori. Orang tua harus dididik tentang kebutuhan nutrisi dan
psikologis anak. Anak harus dirangsang oleh perawatan ibu dengan penuh, kasih
sayang dan interaksi sosial dengan mainan atau dengan rekan-rekan. Kunjungan
rumah oleh perawat berguna untuk menilai dinamika keluarga dan situasi ekonomi
(Onyiriuka AN, 2011).
E. Penyakit Organik yang Menyertai
Obati dengan serius penyakit organik yang mendasari yang telah teridentifikasi.
Seringkali penyebab sindrom KUB masih belum jelas. Dalam hal ini percobaan
empirik terapi nutrisi oleh seseorang yang berpengalaman dalam memberi makan
bayi bersama dengan observasi yang cermat dan dukungan dari keluarga juga
diperlukan. Anak-anak dengan KUB yang disebabkan oleh infeksi harus dievaluasi
dan diobati segera. Hubungan sinergis antara status gizi dan infeksi sangat jelas pada
masa bayi. dan kita harus mengevaluasis secara luas temuan klinisnya (Onyiriuka
AN, 2011).
F. Rutin Follow-up
Kunjungan rumah adalah tindak lanjut yang sangat penting untuk memastikan
pemeliharaan status gizi anak. Tindak lanjut juga harus memastikan bahwa anak
tersebut harus berkembang secara normal dengan mengamati parameter pertumbuhan
dengan menggunakan grafik pertumbuhan. Ini juga dapat memastikan anak mendapat
asupan nutrisi yang cukup selama dirumah. Perkembangan kognitif harus dipantau
dan, jika perlu, berikan stimulasi tambahan dapat disediakan di rumah atau di
fasilitas sekolah. Masa pemulihan anak-anak dengan KUB harus mencakup diet
kalori-padat. Follow-up secara rutin dalam mencapai pemulihan gizi dan
pertumbuhan anak cukup sulit bisa dilakukan hanya di rumah sakit daripada
mempertahankan asupan gizi jangka panjang dan stimulasi perkembangan anak di
rumah (Onyiriuka AN, 2011).
G. Konsultasi dan Rujukan ke Dokter Spesialis
Untuk anak-anak yang tidak ada perubahan karena kondisi medis yang tidak
terdeteksi atau situasi sosial yang sangat berpengaruh, pendekatan multidisiplin dapat
digunakan. Tentukan terlebih dahulu apakah penyebab KUB pada anak adalah

27
temuan yang sangat penting dalam melanjutkan tes metabolik atau dengan rujukan ke
dokter spesialis. Anak-anak dengan temuan progresif multisistem lebih mungkin
untuk menderita oleh kesalahan dalam metabolisme dan tentu perlu penyelidikan
lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis yang tepat. (Gambar 7) menunjukkan
skema pendekatan klinis untuk pengelolaan anak yang mengalami KUB. Meskipun
beberapa pengecualian untuk skema ini mungkin ada, hal ini sesuai untuk
kebanyakan kasus (Onyiriuka AN, 2011).

28
Gambar 8. Skema Pendekatan Klinis di RS (sumber: Onyiriuka AN, 2011)

2.10 Pencegahan KUB (Onyiriuka AN, 2011)


 Promosi pemberian ASI eksklusif untuk bayi di awal kehidupan, diikuti dengan
pemberian makanan tambahan yang optimal secara higienis dapat mengurangi

29
risiko infeksi, meningkatkan pertumbuhan bayi dan mencegah kekurangan gizi
pada anak.
 Upaya masyarakat untuk mendidik dan mendorong semua orang untuk
mendapatkan bantuan dalam bentuk sosial, emosional, masalah ekonomi dan
interpersonal dapat membantu mengurangi timbulnya KUB psikososial
 Mendorong orang tua untuk mengikuti program studi pendidikan dapat
membantu orang tua mendapatkan pengetahuan lebih luas tentang kebutuhan
nutrisi pada bayi
 Deteksi dini dan intervensi KUB dapat mengurangi keparahan gejala,
meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal serta dapat
meningkatkan kualitas hidup yang dialami oleh bayi dan anak-anak
 Pencegahan berat badan lahir rendah (salah faktor risiko untuk KUB) melalui
keseimbangan asupan energi protein, mikronutrien, pengobatan infeksi /
malaria, penghentian merokok dan konsumsi alkohol dalam kehamilan adalah
intervensi utama yang mampu mencegah lahir pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
 Skrining selama periode neonatus untuk mengidentifikasi gangguan metabolik
harus diobati dengan tes fungsi tiroid misalnya, tes darah untuk fenilketonuria
atau galaktosemia.

2.11 Komplikasi (Onyiriuka AN, 2011)


 Siklus infeksi Malnutrisi: infeksi berulang dapat menyebabkan keadaan gizi
buruk, yang pada gilirannya menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap
infeksi. Anak-anak dengan KUB harus dievaluasi dan diobati segera untuk
infeksinya.
 Re-feeding syndrome : Sindroma re-feeding ditandai oleh retensi cairan,
hypophosphatemia, semia hypomagnesium dan hypokalemia.Untuk menghindari
sindroma re-feeding, ketika rehabilitasi gizi dimulai, asupan kalori dapat dimulai
sebanyak lebih 20% asupan yang didapatkan anak sebelumnya. Jika tidak
tersedia asupan kalori dapat diberikan sebanyak 50 sampai 75% dari kebutuhan
energi normal. Jika ditoleransi, asupan kalori dapat meningkat 10 sampai 20%

30
per hari, dengan pemantauan pada keseimbangan elektrolit, fungsi jantung,
edema, atau intoleransi makanan. Jika semua ini terjadi, hentikan pemberian
kalori sampai status klinis anak stabil.
 Gizi buruk pada bayi dapat menghambat pertumbuhan kepala yang mana
diprediksi dapat menyebabkan kecacatan kognitif anak dikemudian hari.

2.12 Prognosis
Malnutrisi yang berkepanjangan yang sangat umum terjadi di negara berkembang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan kognitif anak. Bayi dengan berat lahir
rendah juga menunjukkan efek perkembangan jangka panjang. Pada umur 8 tahun kehidupan,
anak-anak tersebut akan tumbuh lebih kecil, memiliki nilai kognitif yang rendah dan
mendapatkan nilai akademik yang buruk dibandingkan bayi premature yang tidak mengalami
KUB. Konseling gizi yang tepat dan bimbingan pada setiap kunjungan dapat membantu
mencegah terjadinya kasus KUB. Seorang ahli gizi atau dokter dapat memberikan dukungan
psikososial dan pendidikan bagi keluarga anak-anak tersebut dan juga dapat mengurangi
kemungkinan bahwa anak akan mengalami KUB (Cole SZ, dkk, 2011).

31
BAB III
KESIMPULAN

Gagal tumbuh adalah masalah pertumbuhan yang umum, tetapi berpotensi menjadi
masalah serius yang membutuhkan pengenalan lebih awal, melalui serangkaian evaluasi
menyeluruh untuk menghindari morbiditas terutama dalam perkembangan otak anak.
Meskipun tidak ada consensus yang menjelaskan mengenai definisi dari KUB, istilah ini
sering digunakan untuk menggambarkan kenaikan berat badan atau tidak tumbuh atau bahkan
turun terutama yang dialami oleh anak dalam 3 tahun pertama kehidupannya. Penyedia
pelayanan kesehatan harus memahami betul dalam menggunakan antropometri dan normal
pola pertumbuhan anak-anak untuk menghindari terjadinya salah diagnosis. Serangkaian uji
yang tidak perlu dan sia-sia dapat meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit, yang mana
justru menunda intervensi dan penanganan pada pasien dengan KUB, sehingga dapat
memperburuk keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Pudjiadi AH. (2009). Pedoman Pelayanan Medis: Failure to thrive. Palembang:
IDAI
2. Sastroasmoro S. (2007) Panduan pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
3. Nelson WE, Kliegman R, Arvin AM. (2012). Nelson Ilmu Kesehatan Anak:
Kegagalan untuk bertumbuh. Edisi 15. Philadelphia : W.B Saunders Company
4. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan AB. (2010). Buku Ajar Endokrinologi Anak:
Failure to thrive. Edisi 1. IDAI.
5. Olsen EM, Petersen J, Skovgaard AM, Weile B, Jorgensen T, Wright CM. (2007).
Failure to thrive : the prevalence dan concurrence of anthropometric criteria in a
general infant population. Archdis Child ;92:109-104
6.
WHO. (2015). WHO child growth standards : growth velocity based on weight,
length and head circumference: methods and development. Available from internet:
http://www.who.int/childgrowth/standards/velocity/tr3_velocity_report.pdf.
[accessed: 22 April 2015]
7. WHO. WHO child growth standard. Available from (internet):
http://www.who.int/chilgrowth/standards/en/. [Accessed on 22 April 2015]
8. Cemeroglu AP, Kleis L, Wolfe BR. (2012). Pediatric endocrinology and diabetes
division. Helen DeVos Children’s Hospital. USA : Grand Rapids,MI.
9. Cole SZ, Lanham JS. (2012). Failure to thrive: An update. American Academy of
Family Physicians. Missouri : Family medicine residency, St. John’s Mercy Medical
Center.
10. Khan, L.U., Ahmed, J., Khan, S. & Macfie, J. (2010). Refeeding syndrome: a
literature review. Gastroenterol Res Pract, [Epub]. Aug 25, ISSN 1687-630X
(Electronic), ISSN 1687-6121. Robert, WB and Nancy, FK. (2005) Failue to Thrive
as a Manifestation Child Neglect. American Academy of Pediatrics. Clinical Report.
116 (11). P.1234-1236.
11. Onyiriuka AN. (2011). Evaluation and Management of the Child With Failure to
Thrive. Department of Child Health University of Benin Teaching Hospital. 6 (1). p.
9-23

33
12. CDC. U.S DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES. (2012).
Anthropometric References Data for Children and Adults. United States: Vital and
Health Statistics 252)
13. Baucher H. Failure to thrive. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Staton BF
(eds). Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Philadelphia, Saunders Elsevier;
2007:184–187

34

Anda mungkin juga menyukai