Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Januari 2009
Cetakan kedua, Mei 2009
Cetakan ketiga, November 2009
Cetakan keempat, April 2010
Cetakan kelima, Mei 2016
Penulis:
1. Prof. Dr. B. Soeprapto Brotosiswojo 4. Drs. Didi Teguh Chandra, M.Sc.
2. Paken Pandiangan, S.Si, M.Si. 5. Drs. Dadan Rosana,M.Si.
3. Dra. Prayekti, M.Pd. 6. Drs. Subroto, M.Pd.
Penelaah Materi: 1. Paken Pandiangan, S.Si, M.Si
2. Dra. Prayekti, M.Pd.
Pengembang Desain Instruksional: Paken Pandiangan, S.Si, M.Si
530
BRO BROTOSISWOJO, B. Soeprapto
m Materi pokok fisika statistik; 1 – 9; PEFI4418/ 3 sks/
B. Soeprapto Brotosiswojo [et.al]. -- Cet. 5; Ed.1--.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
522 hal; 9 Jilid; ill.; 21 cm
ISBN: 979-011-237-8
1. fisika statistik
I. Brotosiswojo, B Soeprapto [et.al].
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Usaha dan Perumusan Hukum Pertama Termodinamika ................... 1.30
Latihan …………………………………………............................... 1.53
Rangkuman ………………………………….................................... 1.54
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.56
Kegiatan Belajar 2:
Ensambel-ensambel yang Representatif bagi Situasi Fisik ................ 2.38
Latihan …………………………………………............................... 2.48
Rangkuman ………………………………….................................... 2.52
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.53
Kegiatan Belajar 3
Metode Pendekatan dan Pendekatan Alternatif .................................. 2.57
Latihan …………………………………………............................... 2.66
Rangkuman ………………………………….................................... 2.69
Tes Formatif 3……………………………..…….............................. 2.71
Kegiatan Belajar 2:
Statistika Bose-Einstein ...................................................................... 3.25
Latihan …………………………………………............................... 3.31
Rangkuman ………………………………….................................... 3.34
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.35
Kegiatan Belajar 3:
Statistika Fermi-Dirac ...................................................................... 3.38
Latihan …………………………………………............................... 3.43
v
Kegiatan Belajar 2:
Kapasitas Panas .................................................................................. 4.26
Latihan …………………………………………............................... 4.36
Rangkuman ………………………………….................................... 4.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.41
Kegiatan Belajar 3:
Sifat-sifat Bahan Paramagnetik .......................................................... 4.46
Latihan …………………………………………............................... 4.60
Rangkuman ………………………………….................................... 4.63
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.65
Kegiatan Belajar 2:
Kelemahan Statistika Maxwell-Boltzmann ........................................ 5.22
Latihan …………………………………………............................... 5.32
Rangkuman ………………………………….................................... 5.33
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.33
Kegiatan Belajar 2:
Penerapan Statistik Bose-Einstein pada Panas Jenis Zat Padat ......... 6.21
Latihan …………………………………………............................... 6.36
Rangkuman ………………………………….................................... 6.38
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.38
Kegiatan Belajar 2:
”Gas Elektron” dalam Logam ............................................................ 7.16
Latihan …………………………………………............................... 7.22
Rangkuman ………………………………….................................... 7.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.24
Kegiatan Belajar 3:
Sifat Paramagnetik ”Gas Elektron” dan Konduktivitas Listrik
Logam ................................................................................................ 7.27
Latihan …………………………………………............................... 7.37
Rangkuman ………………………………….................................... 7.38
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 7.39
Kegiatan Belajar 2:
Interaksi Sistem Partikel untuk Gas Klasik Non Ideal ...................... 8.20
Latihan …………………………………………............................... 8.31
viii
Kegiatan Belajar 3:
Interaksi Sistem Partikel untuk Fero Magnetik ................................. 8.38
Latihan …………………………………………............................... 8.47
Rangkuman ………………………………….................................... 8.49
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.50
Kegiatan Belajar 2:
Temperatur Rendah dan Superkonduktivitas ..................................... 9.16
Latihan …………………………………………............................... 9.40
Rangkuman ………………………………….................................... 9.43
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.46
M ata kuliah Fisika Statistik ini merupakan lanjutan dari materi mata
kuliah Pengantar Fisika Statistik. Mata kuliah ini berupa Buku Materi
Pokok (BMP) yang terdiri dari 3 sks atau sama dengan 9 modul.
BMP ini dirancang khusus bagi mahasiswa S1 Pendidikan Fisika di mana
mereka bekerja sebagai guru/pendidik, baik di tingkat SMP maupun SMA.
Oleh karena itu, sajian yang tertera pada setiap modul diuraikan sedetail
mungkin agar mereka memiliki bekal dalam menyelesaikan berbagai
persoalan statistik dalam menggarap kumpulan benda banyak yang
melibatkan bahasa Mekanika Kuantum.
Bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini diharapkan telah
memiliki bekal pengetahuan bahasa matematika, seperti kalkulus dan fisika
matematika sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari mata
kuliah ini, terutama materi yang melibatkan simbol-simbol dan fungsi-fungsi
yang agak rumit.
Secara lebih rinci, materi yang terdapat pada mata kuliah ini dapat
diuraikan sebagai berikut.
Modul 5 Gejala Transpor. Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar. Kegiatan
Belajar 1 membahas tentang lintasan bebas rata-rata, viskositas,
konduktivitas termal, dan difusi, sedangkan pada Kegiatan
Belajar 2 akan dibahas tentang fungsi Gibbs dan persamaan
Tetrode-Saekur.
xi
Modul 8 Sistem Interaksi Partikel. Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar 1 membahas tentang interaksi sistem partikel
untuk benda padat yang membahas tentang kisi-kisi vibrasi dan
pendekatan Debye. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang interaksi
sistem partikel untuk gas klasik nonideal yang membahas tentang
perumusan persamaan keadaan, persamaan keadaan virial, dan
penurunan alternatif untuk persamaan gas van der Walls,
sedangkan Kegiatan Belajar 3 membahas tentang interaksi sistem
partikel untuk feromagnetik yang membahas tentang interaksi
antara spin serta molekul Weiss.
PE N DA H UL U AN
manusia juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input
energi kimia dalam makanan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan
fisik manusia dan energi yang sangat bernilai, yaitu energi pikiran kita.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka prinsip
alamiah dalam berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai
bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan
kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut maupun udara merupakan
contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi, yang mengubah
energi kimia dalam bahan bakar atau sumber.
Perbedaan mendasar antara termodinamika dengan fisika statistik dapat
dijelaskan sebagai berikut. Termodinamika adalah ilmu yang berusaha
menjelaskan permasalahan-permasalahan sistem secara makroskopik, melalui
pendekatan empiris, melalui eksperimen dan kemudian hasil eksperimen ini
dipergunakan untuk memprediksi perilaku umum sistem tersebut di bawah
pengaruh kalor, sedangkan Fisika Statistik dalam menjelaskan sifat
makroskopik suatu sistem dengan memandang perilaku partikel-partikelnya
secara individual, yang kemudian diturunkan untuk memberikan gambaran
umum dari sistem makroskopik tersebut.
Jadi, tujuan umum termodinamika dan fisika statistik adalah sama, yaitu
menjelaskan karakteristik umum suatu sistem yang dipengaruhi kalor.
Termodinamika mempunyai keterbatasan karena persamaan-persamaan
diturunkan secara empiris melalui eksperimen, fisika statistik dapat
menjelaskan persamaan-persamaan termodinamika bahkan dapat melengkapi
termodinamika karena dapat menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan
oleh termodinamika.
Fisika statistik membahas sistem-sistem makroskopik yang terdiri dari
sangat banyak partikel penyusun sistem tersebut. Sifat-sifat makroskopik
sistem, seperti suhu, energi diturunkan dari kelakuan dan sifat-sifat partikel
pendukungnya yang sangat banyak itu. Sifat dan kelakuan partikel-partikel
penyusun sistem makroskopik secara individual disebut dengan keadaan
mikroskopik dari sistem makroskopik tersebut.
Agar pembahasan selanjutnya dalam fisika statistik ini lebih terarah dan
tujuannya lebih jelas maka pemahaman mengenai besaran-besaran
termodinamika perlu dipahami dengan baik karena fisika statistik tujuan
akhirnya adalah mengungkapkan besaran-besaran makroskopik suatu sistem
yang tak lain adalah besaran-besaran termodinamika dan fisika statistik dapat
PEFI4418/MODUL 1 1.3
Agar Anda berhasil dalam pembelajaran ini maka pelajarilah seluruh isi
modul ini secara sungguh-sungguh. Kerjakanlah sendiri soal-soal latihan dan
tes formatif yang diberikan tanpa melihat terlebih dahulu petunjuk
jawabannya.
Selamat belajar, semoga Anda berhasil!
PEFI4418/MODUL 1 1.5
Kegiatan Belajar 1
Persamaan Keadaan
A. SUHU
x100 X0
100
X - X0
t 0 C = 100
X100 - X0
Dari penjelasan di atas, secara tidak kita sadari kita telah menggunakan
asas yang sangat penting dalam fisika khususnya termodinamika tentang
pengertian suhu. Benda A diukur dengan termometer B, pada keadaan
seimbang TA = TB jika termometer itu digunakan untuk mengukur benda lain
C dan termometer itu pada keadaan seimbang tetap menunjukkan suhu sama
dengan TB maka TC = TB. Hal ini menunjukkan antara A dan C mempunyai
temperatur yang sama, berarti A dan C berada dalam keseimbangan termal.
Jadi, apabila A berada dalam keseimbangan termal dengan B dan B berada
dalam keseimbangan termal dengan C maka A dan C berada dalam
keseimbangan termal, pernyataan ini dikenal dengan Hukum ke nol
Termodinamika.
Dibandingkan dengan sifat zat yang lain, gas merupakan zat yang sangat
peka terhadap perubahan suhu maka gas dapat digunakan untuk bahan
termometer yang disebut dengan termometer gas dan digunakan untuk
mengukur suhu gas.
Misalkan kita mengamati suatu sistem yang berisi gas, dalam sistem
tersebut terdapat n partikel, menempati ruang yang volumenya V, hal ini
akan menimbulkan tekanan pada dinding sebesar p, sedangkan p adalah gaya
persatuan luas. Jika volume ruangan (V) diubah tanpa mengubah suhu
ruangan maka tekanan gas (p) juga akan berubah sedemikian rupa sehingga
perkalian antara tekanan gas dengan volume ruangan adalah konstan.
Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Boyle, secara matematis ditulis
sebagai berikut.
pada suhu 0oC akan mempunyai konstanta suhu yang berbeda dengan gas
yang sama melakukan proses isotermal pada suhu 100 oC. Oleh karena itu,
perkalian antara p.V untuk gas dengan massa tertentu akan memberi
informasi suhu gas tersebut.
Jadi, suhu gas dapat didefinisikan sebagai besaran yang sebanding
dengan nilai perkalian p.V. Jika notasi suhu gas adalah T maka pernyataan
tersebut dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
p.V = cT (1.2)
dengan c adalah konstanta suhu gas yang bergantung pada massa gas yang
ada. Misalkan gas berada pada suhu titik beku air T 0, tekanan dan volumenya
adalah p0 dan V0 dan gas berada pada titik didih air T100, tekanan dan volume
gasnya menjadi p dan V maka:
Sebagai contoh, apabila kita ingin mengukur suhu gas dengan satuan
seperti yang ditunjukkan skala Celcius maka T100 = T0 + 100. Konstanta c
pada persamaan (1,3) dapat dihilangkan dengan jalan eliminasi atau substitusi
sehingga diperoleh,
100 p0 V0
T0 (1.4)
p1V1 p0 V0
nilai T0 yang didapat dengan cara ini adalah sama untuk setiap gas yang
digunakan, asalkan kerapatan gas tersebut rendah, dari hasil percobaan
didapat nilai T0 adalah sebagai berikut.
T0 = 273,15 K
Satuan suhu untuk gas adalah Kelvin (K) tanpa derajat. Hubungan antara
skala suhu Kelvin dengan skala suhu Celcius adalah sebagai berikut.
K = oC + 273
PEFI4418/MODUL 1 1.9
pV = nRT (1.5)
R = 8,3144 JK-lmol-1
N
n (1.6)
NA
R
pV N T (1.7)
NA
R
k 1,3807.1023 JK 1 8, 6178.105 eVK 1. (1.8)
NA
pV = NkT (1.9)
Persamaan (1.9) juga adalah persamaan untuk gas ideal, yaitu berlaku
untuk gas pada suhu tinggi dengan kerapatan yang rendah dan ini sesuai
dengan hasil-hasil percobaan untuk gas yang karakteristiknya seperti yang
telah diungkapkan di atas.
Dalam mekanika telah dibahas bahwa energi yang dimiliki oleh suatu
partikel harus dibedakan antara energi gerak partikel sebagai satu kesatuan
sistem dengan energi gerak dari setiap individu partikel. Partikel-partikel gas
secara individu akan bergerak secara acak dan gerakan ini tidak sama dengan
gerak partikel sebagai satu kesatuan sistem. Sebuah benda tegar mungkin
bergerak translasi dan rotasi; selain itu dalam setiap volume kecil padatan,
molekul-molekulnya semuanya bergerak dalam arah yang berbeda dan
dengan energi yang berbeda. Karena itu, gerak partikel adalah tidak Teratur
PEFI4418/MODUL 1 1.11
sementara gerak materi dalam kesatuan adalah teratur. Aliran air atau
hembusan angin adalah contoh-contoh sistem gerak yang teratur maupun
tidak teratur. Semua volume kecil yang saling berbatasan dalam air atau
angin, bergerak dalam jalan yang kelihatannya teratur, dan ditentukan
masing-masing oleh kecepatan air dan angin. Akan tetapi, partikel-
partikelnya dalam suatu volume kecil mempunyai gerak yang tidak teratur.
Gerak partikel sebagai suatu kesatuan sistem telah dibahas dalam
mekanika. Dalam fisika statistik kita hanya akan mengkonsentrasikan pada
gerak partikel sebagai individu yang bergerak tidak teratur (brownian).
Tinjau suatu sistem partikel dengan massa masing-masing adalah ml, m2, m3 ,
...., dan kecepatannya adalah v1, v2, v3, .... maka energi rata-rata suatu partikel
sistem tersebut adalah:
1 1
E k, rerata mi vi 2 (1.10)
N 2
1 1 1 1 1 1
E k, rerata mi vi 2 m vi 2 mvrms 2 (1.11)
N i 2
2 N i 2 2
1
v2 = 1 v12 + v22 + v32 ...
v2rms = i (1.12)
N i
N
Jadi dapat dikatakan bahwa suhu dan energi kinetik rata-rata sistem
bergantung pada sifat dari sistem tersebut. Jika suatu sistem mempunyai suhu
yang sama secara keseluruhan sehingga energi kinetik rata-rata partikelnya
ditemukan sama besar pada setiap daerah dalam sistem tersebut maka sistem
tersebut dikatakan dalam keadaan kesetimbangan termal.
Hal lain yang penting untuk dipahami adalah tinjauan kerangka acuan
dari gerak tidak teratur tersebut seperti ilustrasi berikut ini. Misalkan sebuah
bola logam panas yang diam dalam laboratorium dan sebuah bola dingin
yang bergerak sangat cepat relatif terhadap laboratorium. Bola yang panas
1.12 Fisika Statistik
memiliki suhu yang tinggi, diam di dalam laboratorium. Di lain pihak bola
yang dingin memiliki suhu yang rendah, bergerak relatif terhadap pengamat.
Bola dingin yang bergerak cepat dapat mempunyai energi kinetik total yang
besar terhadap laboratorium daripada bola panas yang diam, tetapi bagian
terbesar energi kinetik bola dingin merupakan energi kinetik translasi yang
bersesuaian dengan gerak bola yang teratur dan suhu T tidak diperhitungkan.
Perlakuan yang sama dipakai apabila yang dibandingkan adalah bola panas
yang diam dalam laboratorium dengan bola dingin yang berputar dengan
sangat cepat.
F
p atau F = pA (1.13)
A
1 1
U mvi 2 N vrms 2 NE k, rerata (1.14)
2
2
F 2Anmv2 cos 2 θ
P= = = 2nmv 2 cos 2θ (1.15)
A A
Gambar 1.1.
Impuls Gas yang Menumbuk Dinding
Misalkan ada suatu gas dalam tempat berbentuk kubus dengan sisi a
diasumsikan secara statistik, pada saat tertentu, setengah dari partikel dalam
tempat memiliki sebuah komponen yang mengarah ke dinding, dan setengah
1
yang lain, meninggikan dinding. Jadi, n harus diganti dengan n karena
2
1
hanya n saja yang akan menabrak dinding. Juga jika dinding ABCD pada
2
Gambar (1.16) maka v cos adalah komponen vx adalah komponen
sepanjang sumbu-x, yang normal terhadap dinding yang telah dipilih maka
persamaan untuk p menjadi
PEFI4418/MODUL 1 1.15
1
P 2 n mv2rms. (1.16)
2
1
Kecepatannya adalah P 2 n mv2rms. , tetapi karena partikel-partikel
2
bergerak dengan kecepatan yang berbeda, seharusnya digunakan nilai rata-
rata v2x, rms di mana v2rms v2x 'rms v2y'rms v2z'rms karena gas dianggap
serba sama maka kecepatan partikel rata-ratanya adalah sama untuk setiap
arah; artinya, kecepatan partikel terdistribusi secara isotropis. Jadi,
v2x,rms v2y,rms v2z,rms , dan karena itu v2x,rms v2y,rms vz,rms
2
dengan
melakukan subtitusi ke persamaan p, didapat
n = N/V menyatakan jumlah total partikel dan V adalah volume tempat maka
persamaan di atas menjadi
1
E k, rerata
2
mv rms (1.19)
2
Bandingkan hasil ini dengan persamaan gas ideal, pV = NkT maka dapat
disimpulkan bahwa energi rata-rata sebuah partikel gas berhubungan dengan
suhu mutlak, yaitu:
3
E rerata kT (1.20)
2
1.16 Fisika Statistik
3
U NE k, rerata kNT (1.21)
2
dan energi internal gas ideal hanya bergantung pada suhu gas. Hubungan ini
tidak berlaku untuk gas sejati yang energi potensialnya tidak nol, tetapi
bergantung pada jarak antarpartikel. Untuk suhu rendah atau konsentrasi
tinggi, pengaruh gaya-gaya partikel harus diperhitungkan dan persamaan
pV = NkT bukanlah pendekatan yang baik untuk persamaan keadaan.
Persamaan pV = NkT menunjukkan bahwa tekanan gas akan bertambah
jika suhu (faktor-faktor lainnya tetap sama) seperti diharapkan karena
semakin tinggi suhu, semakin besar energi partikel dan kecepatan partikel,
serta semakin besar pula perubahan momentum partikel apabila partikel gas
menabrak dinding, demikian juga, tekanan sebanding dengan jumlah partikel
per satuan volume, N/V; kesebandingan ini merupakan hasil yang alamiah
karena semakin besar jumlahnya, semakin besar jumlah partikel yang
bertumbukan dengan dinding persatuan waktu.
Apabila energi kinetik rata-rata yang diberikan dalam persamaan (1.20)
disubstitusikan ke persamaan (1.11) maka akan didapat vrms sebagai berikut.
3kT
v rms =
m
gaya antarpartikel dan ukuran partikel diabaikan. Keadaan ideal ini muncul
hanya pada suhu tinggi atau kerapatan rendah atau keduanya.
Jika untuk menentukan tekanan gas pada dinding, gaya interaksi antar
partikel diperhitungkan maka harus menggunakan teori virial yang
dirumuskan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama R.J.E. Clausius (1822 -
1888).
Perhatikan sebuah partikel bermassa m yang bergerak di bawah
pengaruh suatu gaya F. Didefinisikan suatu besaran skalar A = mv . r di mana
r adalah vektor posisi partikel dan v adalah kecepatan maka turunan dari A
terhadap waktu adalah sebagai berikut.
dA dv dr
m .r mv. ma .r mv 2 (1.22)
dt dt dt
karena a = dv/dt dan v = dr/dt. Bagian terakhir persamaan di atas adalah dua
kali energi kinetik partikel sedangkan ma = F. jadi
dA dv dr
m .r mv. ma .r mv 2 (1.23)
dt dt dt
dA
F.r rata rata 2 E K rata rata (1.24)
dt rata rata
dalam selang r, rata-rata waktu setiap besaran f (t) yang bergantung pada
waktu didefinisikan dengan
1 τ
f t rata-rata = f t dt
τ o
(1.25)
dA dA A Ao
dA
1 1
dt (1.26)
dt rata rata o dt o
1.18 Fisika Statistik
Jika waktu sangat besar dan A tidak bertambah menjadi tak terbatas terhadap
waktu maka besaran (A - Ao) menjadi sangat kecil sehingga dapat dianggap
sama dengan nol, ini adalah kasus di mana partikel bergerak dalam suatu
daerah yang tidak terbatas. Misalnya, sebuah elektron dalam sebuah atom
bergerak dalam suatu daerah yang terbatas sehingga besaran r dan v yang ada
dalam definisi A selalu tetap berada dalam nilai-nilai tertentu. Demikian pula
dengan gerakan bumi yang mengelilingi matahari, oleh karena itu (dA/dt)
rata-rata = 0 sehingga persamaan (25) menjadi
1
EK rata-rata = - F.r rata-rata (1.27)
2
ini adalah teori varial untuk partikel dan besaran - (F.r) rata-rata disebut
varial partikel.
Perhatikan suatu sistem yang terdiri atas dua partikel masing-masing
bermassa m1 dan m2 sehingga besaran skalar A didefinisikan sebagai berikut.
A = miviri + m2v2r2
dA
dt
m1a1.r1 m2 a 2 .r2 m1v12 m2 v22 (1.28)
Bagian terakhir di kanan tanda sama dengan merupakan dua kali energi
kinetik sistem sehingga sistem dapat ditulis sebagai berikut.
dA
2E K m1a1.r1 m2 a 2 .r2 (1.29)
dt
Anggaplah gaya luar yang bekerja pada partikel 1 adalah F1 dan gaya
internal pada partikel 1 oleh partikel 2 adalah F12, sedangkan gaya luar yang
bekerja pada partikel 2 adalah F2 dan gaya internal oleh partikel 1 adalah F21.
Ingat bahwa F12 = F21 dan r1 – r2 = r12 maka didapatkan
m1a1.r1 + m2a2.r2 = (F1 + F12).r1 + (F2 + F21).r2
= F1.r1 + F2.r2 + F12.(r1 – r2)
= F1.r1 + F2.r2 + F12.r12
PEFI4418/MODUL 1 1.19
dA
2E K F1.r1 F2 .r2 F12 .r12 2E K B (1.30)
dt
dA
dt 2E rata rata Brata rata (1.31)
rata rata
sehingga
1
E K rata rata
2 semua F1.r1 Fij.rij (1.33)
semua
partikel pasangan
partikel rata rata
Gambar 1.2.
Kubus dengan Sisi a
F .r 3pa
i i
3
3pV
PEFI4418/MODUL 1 1.21
Untuk gas ideal Erata-rata = 3/2 kT jika hal ini dihubungkan dengan Erata-rata
gas sejati maka Energi kinetik rata-rata partikel suatu gas sejati dengan suhu
mutlak gas sehingga gas yang berisi N partikel adalah Ek rerata = N (3/2kT)
sehingga persamaan (1.34) menjadi
1
pV kNT
3 semua
Fij.rij
(1.35)
pasangan
rata rata
Di mana Fij adalah gaya antar partikel ke i dan j, dan rij adalah vektor
jarak antarpartikel. Hal yang menarik dari persamaan (1.34) menunjukkan
bahwa pengaruh gaya antarpartikel pada tekanan gas, misalnya jika gaya
antarpartikel adalah gaya tarik, perkalian Fij.rij semuanya negatif sehingga
bagian kanan persamaan (1.34) akan lebih kecil dari gas ideal, dan tekanan
yang dihasilkan akan lebih rendah, interpretasi ini adalah sesuai dengan
kenyataan fisis.
Untuk dapat melakukan interpretasi fisis yang lain dari persamaan (1.34)
harus dibuat beberapa anggapan tentang sifat gaya interaksi antarpartikel,
akan tetapi, perhitungan ini sangat rumit dan hasilnya tidak dapat dinyatakan
dalam suatu bentuk matematis yang tertutup, pada umumnya ditulis dalam
bentuk
N N
2
pV= kNT 1+A T +BT + … (1.36)
V V
besaran-besaran A(T), B(T) ,.... disebut koefisien virial, dan hanya tergantung
pada suhu dan karakteristik tiap gas. Suatu persoalan fisis yang penting
adalah perhitungan teoretis koefisien virial itu dalam bentuk gaya
antarpartikel dalam gas sehingga koefisien virial cocok dengan koefisien
1.22 Fisika Statistik
N
2
kNT
P= a
V-Nb V
N
2
P a V Nb kNT, (1.37)
V
Persamaan Van der Waals ini dapat dibuat menjadi bentuk virial seperti
yang diberikan oleh persamaan (1.36) dengan cara seperti berikut ini.
2
kNT N
P a
V Nb V
Dituliskan
2
kNT N
P a
V 1 Nb / V V
kNT Nb N2b2 akNT N
1
...
V V V 2
V kVT
a N N
2
P kNT 1 b b2 ...
kT V V
Hal yang menunjukkan bahwa koefisien virial yang pertama dan kedua
adalah:
a
A T b dan B T b2
kT
1.24 Fisika Statistik
Tabel 1.1
Koefisien Van der Waals dan suhu Boyle (Tb)
a b TB
Gas
Pa M6 partikel-2 M3 partikel-1 Kelvin
Monoatomik 0.0095 10-48
He 0,3792 10-48 3,936 10-29 17,5
Ar 1,1718 10-48 5,345 10-29 505,4
Xe 2,2612 10-48 8,477 10-29 1001,3
Hg 2,816 10-29 5817,1
Dwiatomik 0,0683 10-48 4,419 10-29 112,0
H2 0,3800 10-48 5,286 10-29 520,9
O2 1,8142 10-48 9,336 10-29 1407,6
Cl2
Triatomik
N2O 1,0567 10-48 7,331 10-29 1044,4
NO2 1,4764 10-48 7,346 10-29 1456,3
H2O 1,5267 10-48 5,063 X 10-29 2185,0
Poliatomik
CH4 0.9296 10-48 7,104 10-29 642,1
NH3 1,1650 10-48 6,156 10-29 1371,1
CCl4 5,6828 10-48 22,966 10-29 1793,1
(Marcelo Alonso & Edward J. Finn, Fundamentals University Physics, 1990)
LAT IH A N
1
Ek rata rata n Ep rata rata
2
3) Jika kecepatan bunyi dalam gas sama dengan vrata-rata maka tunjukkan
bahwa laju bunyi dalam gas ideal akan bergantung pada temperatur.
3 3
1) E rerata kT 1,381023 J/K 300 K 6,211021J
2 2
0,038eV
Ep
2) F uˆ r
r
Ep
F . r r
r
û r . r r
1 1 E p
Ek rata-rata F r r n(E P ) rata-rata
2 rata-rata 2 r
nM
3) Kerapatan gas , M berat molekul, n jumlah mol.
V
Persamaan gas ideal pV = nRT, kemudian gunakan rumus
2E k rata rata
vrata rata 3kT/m yang menunjukkan bahwa laju bunyi
m
dalam gas ideal bergantung pada temperatur.
R A NG KU M AN
2. Persamaan gas ideal yang berlaku untuk gas pada suhu tinggi dengan
kerapatan yang rendah.
pV = nRT
1.26 Fisika Statistik
pV = NkT
2
PV NE rata rata
3
3
E rata rata kT
2
dan vrms dinyatakan oleh persamaan:
3kT
v rms
m
1
PV NkT
3 semua
Fij.rij
pasangan
di mana Fij gaya interaksi antara partikel dan rij adalah vektor jarak
antar partikel.
PEFI4418/MODUL 1 1.27
TES F OR M AT IF 1
4) Gas ideal adalah gas yang dengan tepat memenuhi hukum Boyle dan
hukum Gay-Lussac dinyatakan oleh persamaan ....
A. pV = NkT
B. p/V = nRT
C. pT = NkV
D. pV = NRT
5) Gas yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari disebut gas
sejati dan tidak akan memenuhi hukum Boyle dan hukum Gay-Lussac.
Kondisi yang memungkinkan gas sejati mirip dengan gas ideal adalah ....
1.28 Fisika Statistik
A. p tinggi, T rendah
B. p rendah, T rendah
C. p rendah, T tinggi
D. p tinggi, T tinggi
6) Tekanan termometer gas ideal pada volume tetap adalah 750 mm Hg,
sedangkan termometer dalam ruang yang suhunya hendak ditentukan
adalah 1000 mm Hg maka suhu ruang tersebut adalah ....
A. l02,150 C
B. 2500 C
C. 750 C
D. 92,850 C
9) Sebuah atom Argon pada temperatur 200 C memiliki vrms 430 m/det.
Pada suhu berapakah agar vrms-nya setengah dari semula?
A. 5 K.
B. 73 K.
C. 278 K.
D. 316 K.
10) Perpotongan dari keempat grafik pada soal nomor 9 pada satu titik pada
garis vertikal menunjukkan bahwa titik tersebut adalah ....
A. titik keseimbangan
B. titik absolut
C. tetapan universal gas
D. titik tripel
PEFI4418/MODUL 1 1.29
Kegiatan Belajar 2
A. USAHA
U Wext (1.38)
Jika Wext positif maka energi internalnya bertambah, tetapi jika usaha
dilakukan oleh sistem di mana Wext negatif, hal ini berarti energi internalnya
berkurang. Usaha yang dilakukan sistem merupakan penjumlahan usaha-
usaha luar individual tiap partikel yang dikerjakan pada sistem tersebut.
Dalam membicarakan mesin panas umumnya hanya menghitung usaha
luar yang dilakukan oleh sistem, yang ditandai dengan Wsyt dan usaha luar
total yang dilakukan pada sistem adalah Wext, karena kedua usaha ini
bersesuaian dengan pergeseran yang sama dengan gayanya sama besar dan
berlawanan arah maka kedua usaha ini sama besar namun berlawanan tanda.
PEFI4418/MODUL 1 1.31
Gambar 1.3
Usaha yang Dilakukan pada Pemuaian Gas untuk Menggeser Pengisap A
V
W p dV (1.41)
V0
bahwa hubungan antara p dan V ini telah diketahui maka nilai p dan V
berturut-turut dapat di gambarkan pada sebuah kurva p-V berikut ini.
Gambar 1.4a
Usaha yang Dilakukan Sistem merupakan Luas Daerah V1ABV2
Gambar 1.4b
Usaha untuk Berpindah dari Keadaan A ke Keadaan B Bergantung pada
Proses yang Dilakukan Sistem
V2
WAB
V1
pdV luasan di bawah AB, (1.42)
Gambar 1.4b menunjukkan beberapa proses, kurva (1), (2), dan (3),
semuanya membuat sistem berubah dari keadaan A ke keadaan B. Oleh
karena luas di bawah tiap kurva berbeda maka usaha yang dilakukan tiap
PEFI4418/MODUL 1 1.33
proses juga berbeda. Ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan sistem
untuk berubah dari satu keadaan ke keadaan lain tergantung pada proses yang
dilakukannya.
Salah satu yang menarik dari proses ini adalah adanya siklus. Ini adalah
suatu aktivitas di mana pada akhir proses sistem kembali ke keadaan semula.
Karena itu, dalam diagram p-V sebuah siklus digambarkan oleh kurva
tertutup.
Gambar 1.5
Usaha yang Dilakukan Sistem Membentuk suatu Siklus pada Kurva p-V
Wsiklus(1) p dp
luas di bawah kurva 1 luas di bawah kurva 2
= luasan A (1) B (2) A.
Oleh karena itu usaha yang dilakukan oleh sebuah mesin panas persiklus
dapat di hitung dengan diagram p-V jika siklusnya diketahui.
Contoh
Suatu gas yang menempati volume 0,30 m3, dapat memberikan tekanan
p = 2 105 Pa. Jika pada tekanan konstan, volumenya mencapai 0,45 m3
maka tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas.
1.34 Fisika Statistik
Penyelesaian:
Suatu proses yang terjadi pada tekanan konstan disebut proses isobaris,
grafik yang menunjukkan proses isobaris ditunjukkan oleh gambar berikut
ini.
Gambar 1.6
Pemuaian Isobaris
Jika tekanan p konstan maka usaha yang dilakukan oleh sistem adalah:
v2 v2
W pdV P dV p V2 V1
V1 v1
Contoh
Suatu gas memuai pada suhu gas konstan, carilah persamaan usaha yang
dilakukan bila volume memuai dari V1 sampai V2 dan prosesnya
diperlihatkan oleh gambar berikut ini.
Gambar 1.7
Pemuaian Isotermal
PEFI4418/MODUL 1 1.35
Penyelesaian:
Usaha yang dilakukan oleh sistem untuk berubah dari V1 menjadi V2
adalah:
v2 V2 dV
V2
W pdV kNT kNT / n
V1 V1 V V1
B. KALOR
W p.dV
tetapi masalahnya bagaimana menghitung pertukaran energi yang terjadi
karena interaksi partikel-partikel gas dengan dinding?
Perhatikan suatu gas yang berada dalam tempat, seperti diperlihatkan
oleh Gambar 1.8 berikut ini.
Gambar 1.8
Gas Dipanaskan dalam Ruang Tertutup
1.36 Fisika Statistik
Jika tempat itu dipanaskan maka akan dapat diamati suatu kenaikan suhu
dan tekanan gas, kenaikan ini menyatakan bahwa energi partikel-partikel gas
bertambah. Akan tetapi, dalam hal ini kita tidak membahas usaha yang
dilakukan pada gas ditinjau dari pandangan yang telah didefinisikan di atas
sebab kita tidak dapat melihat sesuatu yang bergerak begitu pula tak ada gaya
yang berpengaruh pada perubahan jarak.
Oleh karena itu, perlu diperkenalkan suatu konsep makrosopis baru yang
merupakan konsep statistik yang disebut kalor. Nilai rata-rata usaha antara
sistem dan sekelilingnya karena pertukaran energi individual terjadi sebagai
hasil tumbukan antara partikel-partikel sistem dengan partikel-partikel
sekelilingnya disebut kalor (Q).
Kalor Q dianggap positif bila berkaitan dengan total usaha luar yang
dilakukan pada sistem, dalam keadaan ini dikatakan bahwa kalor diserap
oleh sistem atau sistem mendapat energi, sedangkan jika Q negatif apabila
total usaha dilakukan oleh sistem, dalam keadaan ini dikatakan dilepas oleh
sistem atau sistem kehilangan energi. Apabila sistem mengalami transformasi
di mana tidak menyerap atau melepas kalor maka proses ini disebut
adiabatis. Jadi, kalor bukanlah bentuk baru dari energi, tetapi merupakan
nama untuk suatu bentuk khusus perpindahan usaha atau energi di antara
partikel-partikel dua sistem yang berinteraksi.
Apabila antara dua sistem yang berinteraksi tidak ada pertukaran kalor
maka dikatakan kedua sistem itu berada dalam keseimbangan termal. Ini
merupakan suatu konsep fisika statistik karena partikel-partikel individual
bisa bertukar energi, tetapi secara rata-rata, sejumlah energi yang sama saling
tertukar dalam arah yang berlawanan. Agar kesetimbangan termal muncul di
antara dua sistem maka energi rata-rata dari kedua sistem yang berinteraksi
itu harus sama sehingga tak ada pertukaran energi total akibat tumbukan
partikel.
Pernyataan di atas sering disebut sebagai hukum ke nol termodinamika
sehingga dapat juga disimpulkan bahwa energi dapat berpindah sebagai kalor
bila suhu kedua sistem berbeda.
Oleh karena kalor berhubungan dengan usaha maka kalor harus
dinyatakan dalam satuan Joule, tetapi kadang-kadang dinyatakan dalam
satuan kalori dengan konversi sebagai berikut.
1 kalori = 4,1840 J.
PEFI4418/MODUL 1 1.37
kalori pertama kali diperkenalkan sebagai satuan kalor ketika sifat kalor
belum diketahui. Akan tetapi, kalor secara sederhana merupakan satuan lain
untuk mengukur usaha dan energi, jadi tidak hanya untuk kalor saja.
Di sini Wext adalah besar usaha luar dan dapat dihitung sebagai gaya
rata-rata dikali jarak, seperti telah dibahas pada Kegiatan Belajar 1 dan
biasanya dikatakan sebagai usaha mekanik, sedangkan Q menggambarkan
bahwa sebagian usaha luar harus dinyatakan sebagai kalor sehingga
kekekalan energi dapat ditulis dalam bentuk
dU = Q + Wext (1.44)
Gambar 1.9
Hubungan antara Kalor, Usaha, dan Energi Internal
U = Q – W (1.45)
Q = U + W (1.46)
maka dapat dilihat bahwa kalor Q juga harus tergantung pada lintasan karena
W tergantung pada lintasan meskipun U tidak. Oleh karena itu, kalor yang
diserap sepanjang ketiga lintasan yang ditujukan dalam Gambar 1.9 adalah
berbeda untuk tiap kasus.
Jika sistem membentuk siklus dan kembali ke keadaan semula maka
perubahan energi internalnya adalah nol, yaitu:
Usiklus = 0
Jika energi internal sistem sama dengan 0 maka usaha yang dilakukan
oleh sistem sama dengan kalor yang diserap oleh sistem tersebut. Ini
merupakan prinsip kerjanya mesin-mesin kalor, yaitu kalor diberikan pada
mesin, dan sebaliknya usaha dilakukan pada sekelilingnya.
Jadi, apabila tidak ada usaha yang dilakukan sistem maka perubahan
energi internal sistem sama dengan kalor yang diserap oleh sistem tersebut.
Hasil ini dipakai, misalnya pada proses dengan volume konstan (proses
isokoris).
C. KAPASITAS PANAS
1 dQ
cV (1.50)
N dT
Satuan kapasitas panas dinyatakan dengan J K-1 mol-1 dalam satuan SI,
tetapi yang lebih umum dipakai adalah kal K-1 mol-1.
Kalor yang diserap oleh suatu sistem bergantung pada prosesnya, oleh
karena itu kapasitas panas berhubungan dengan proses yang terjadi dalam
sistem tersebut. Dua kapasitas panas yang paling luas pemakaiannya adalah
kapasitas panas pada tekanan konstan (cp) dan Kapasitas panas pada volume
konstan (cV), yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Kapasitas panas rata-rata air pada tekanan satu atmosfir yang konstan
adalah 18,00 kal K-1 mol-1, sejarahnya, kalori pertama kali didefinisikan
sebagai panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram air sebesar
1 K pada tekanan konstan.
Tabel 1.2
Kapasitas Panas untuk Beberapa Jenis Zat Cair dan Zat Padat (kal K-1 mol-1)
Zat Cair -1
c (kal K mol )
-1
Zat Padat -1
c (kal K mol )
-1
Tabel 1.3
cp dan cv untuk Beberapa Jenis Gas
cp
(1.52)
cV
Contoh:
Energi internal suatu gas ideal monoatom diberikan oleh persamaan
3kNT
U . Tentukanlah harga dari dancp – cV.
2
Penyelesaian:
Apabila suhu berubah dari T menjadi T + dT, perubahan energi
internalnya adalah:
3
dU NR dT.
2
Jika proses berlangsung pada volume konstan sehingga tak ada usaha
yang dilakukan, Persamaan (1.49) menunjukkan bahwa kalor yang diserap
adalah:
3
dQ V=konstan = dU = NR dT.
2
3
dQ V=konstan = dU = NR dT.
2
Jika suhu berubah pada tekanan konstan, usaha yang dilakukan oleh gas
menurut persamaan W = nR(T2-T1) adalah:
dW = n R dT
5
dQ PKons tan dU dW nR dT.
2
5
cp R 4,967 kal1mol1
2
cp 5
γ 1,67 dan cp – cV = R
cV 3
Ada kedua jenis proses yang dapat terjadi dalam sistem yang terdiri dari
banyak partikel. Pertama, apabila suatu proses atau proses terjadi dengan
sangat lambat sehingga pada tiap langkah proses, sistem tersebut hanya
mengalami sedikit gangguan maka dapat diasumsikan bahwa sistem setiap
saat berada dalam keadaan setimbang secara statistik, serta tidak ada gaya
disipasi seperti gesekan, dikatakan proses demikian adalah proses yang dapat
dibalik (Reversibel). Kedua, proses tak dapat balik (Irreversibel) terjadi
apabila selama sistem menyimpang jauh dari keadaan setimbang, besar-
besaran statistik seperti tekanan dan suhu tidak dapat ditentukan, akhir dari
proses sistem berada dalam keseimbangan baru yang ditandai tekanan,
volume dan suhu tertentu yang berbeda dari keadaan awal.
Pemuaian gas dapat dipakai untuk menggambarkan suatu proses
reversibel (Gambar 1.10), anggap piston dapat bergerak dalam silinder tanpa
gesekan dan terletak pada suatu posisi dengan beberapa pemberat kecil,
Gambar 1.10 (a). Pada keadaan setimbang udara luar berkurang sedikit maka
kesetimbangan gas akan sedikit terganggu, hal ini akan menyebabkan gas
akan sedikit memuai sampai tercapai kesetimbangan baru, apabila proses ini
diulang beberapa kali maka gas akhirnya memuai sampai mencapai volume
tertentu seperti yang ditunjukkan Gambar 1.10 (b).
Gambar 1.10
Pemuaian Gas
dapat balik. Untuk mengembalikan gas pada keadaan semula dapat dilakukan
dengan meletakkan kembali pemberat tersebut ke atas piston jika seluruh
pemberat sudah dikembalikan ke atas piston maka keadaan gas kembali
seperti semula, dikatakan gas telah menyelesaikan sebuah siklus yang
lengkap. Selama proses itu tidak ada perubahan di sekitar gas tersebut,
dengan kata lain: dalam siklus proses reversibel tidak dihasilkan perubahan
yang dapat diamati, baik dalam sistem ataupun di sekitar sistem tersebut.
Pada umumnya, proses irreversibel terjadi pada kelajuan proses yang
besar. Pemuaian gas digunakan menggambarkan proses tak dapat balik
seperti diperlihatkan Gambar 1.11. Gambar (a) sama seperti Gambar 1.11(a)
tetapi dengan semua pemberat dipusatkan menjadi satu (A), terdapat juga
pemberat B pada permukaan lain yang lebih tinggi. Jika pemberat A diangkat
tiba-tiba maka tekanan udara luar turun dengan cepat sehingga gas memuai
dengan cepat disertai turbulensi yang besar dalam gerak partikel-partikelnya.
Selama proses kecepatan-kecepatan partikel-partikel tidak mengikuti hukum
distribusi Maxwell-Boltzmann. Akhir dari proses tersebut piston berhenti
pada suatu posisi tertentu dan kesetimbangan baru tercapai dengan tekanan
dan suhu yang berbeda (1.11(b)). Untuk membuat gas kembali ke keadaan
semula dilakukan dengan memindahkan pemberat B ke atas piston sehingga
piston bergerak turun melalui proses yang mungkin juga tidak seperti proses
sebelumnya, ketika kesetimbangan kembali tercapai, gas kembali pada
keadaan semula (1.11(c)) dan gas telah menyelesaikan sebuah siklus penuh,
tetapi terjadi perubahan di sekitarnya, yaitu terdapat pemberat B, yang
tadinya berada di atas sekarang berada di dasar bersama dengan pemberat A.
Jadi, dalam sebuah siklus penuh, yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari
proses yang tidak dapat balik, sistem akan kembali ke keadaan semula, tetapi
disertai perubahan permanen di sekitarnya.
Gambar 1.11
Proses Gas
PEFI4418/MODUL 1 1.45
E. ENTROPI
Pada keadaan setimbang akan didapat suatu partisi yang paling mungkin
terjadi, artinya partisi tersebut mempunyai nilai peluang (P) yang maksimum.
Jika sistem meskipun terisolasi, tidak berada dalam kesetimbangan maka
sistem tersebut mempunyai nilai P yang lebih rendah dibandingkan dengan
sistem dalam keadaan setimbang. Tidak ada kenaikan nilai P yang berarti
kecuali jika sistem terganggu oleh pengaruh luar.
Untuk menggambarkan kecenderungan alam dalam mencapai
kesetimbangan statistik dengan menyusun partisi yang nilai peluangnya
maksimum, diperkenalkan suatu konsep penting yang disebut entropi.
Entropi (S), didefinisikan sebagai:
S = k ln P (1.54)
T 52
S kNln S0 (1.55)
P
di mana S0 merupakan sebuah konstanta. Suatu proses dari suatu sistem yang
terisolasi atau tidak, di mana entropi sistem tidak berubah disebut proses
isentropis.
dQ
dS (untuk proses reversibel balik saja) (1.56)
T
1 dS
(1.57)
T dQ
Apabila sebuah sistem beralih dari keadaan 1 ke keadaan 2 melalui proses
reversibel maka perubahan entropinya adalah:
2 dQ
S
1 T
(1.58)
Perubahan entropi (S) hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir
sistem dan tidak tergantung pada proses yang dilaluinya maka integral di sisi
PEFI4418/MODUL 1 1.47
kanan sama dengan juga tidak tergantung pada proses reversibel yang
dilaluinya jika sistem berubah dari keadaan-1 ke keadaan-2. Perubahan S
positif atau negatif hanya tergantung pada apakah panas diserap atau
dilepaskan karena T selalu positif. Untuk proses adiabatis. dQ a = 0, dan
Persamaan (1.58) menjadi
Jadi, proses adiabatis reversibel terjadi pada entropi konstan, oleh karena
itu juga isentropis, sedangkan proses adiabatis tidak perlu isentropis.
2
Q
1
TdS = luasan di bawah A1A3, (1.59)
Hal yang memberikan kalor yang diserap selama peralihan dari keadaan
ke-1 keadaan ke-2 melalui proses balik; integral dapat balik dapat
digambarkan dengan suatu garis pada diagram di mana ordinatnya
bersesuaian dengan suhu T dan absisnya dengan entropi S, seperti dalam
Gambar 1.5, Q adalah luasan di bawah kurva dari S1 ke S2.
Jika proses merupakan suatu siklus seperti A(I)B(2)A (Gambar 1.4),
perubahan entropi adalah nol,
Ssiklus 0 (1.60)
Oleh karena kembali ke keadaan semula; dan kalor netto yang diserap
oleh sistem dalam siklus dari persamaan (1.59), adalah:
Q Tds (1.61)
2
1 Q
S dQ (1.62)
T 1 T
1435 kalmol1
S 5,26kalK 1mol1.
273,1K
Siklus Carnot adalah siklus yang terdiri atas dua proses isotermal dan
dua proses adiabatis reversibel tanpa memperhatikan proses seperti
digambarkan oleh empat persegi panjang ABCD, di mana AB dan CD
merupakan proses isotermal dan DA merupakan proses adiabatis atau
isotropis. Siklus tersebut digambarkan searah jarum jam (arah tanda panah).
Misalnya, suhu proses isotermal adalah T1 dan T2 di mana T1 lebih tinggi dari
T2 selama proses isotermal CD, entropi berkurang dan sistem melepaskan
kalor sebesar Q1 sedangkan selama proses adiabatis entropi tetap konstan dan
tak ada pertukaran kalor antara sistem dengan sekitarnya, jadi sistem
merupakan sebuah mesin kalor, digambarkan secara skematis.
Q1 Q2 Q Q
SSiklus 0 atau 1 2 (1.63)
T1 T2 T1 T2
PEFI4418/MODUL 1 1.49
Q = Q 1 – Q2
Q1 = T1 (S2 – S1)
W T1 T2 S2 S1 T1 T2
E (1.64)
Q1 T1 S2 S T
Oleh karena itu, mesin kalor yang bekerja berdasarkan siklus carnot
reversibel tidak bergantung pada sistem yang melakukan usaha, tetapi hanya
bergantung pada suhu operasi sistem selama proses, pernyataan ini dikenal
sebagai teori carnot.
proses yang dapat terjadi dalam suatu sistem terisolasi setelah mencapai
sistem kesetimbangan statistik adalah proses di mana entropi tidak berubah.
Sementara itu, sistem yang terisolasi yang tidak seimbang secara alamiah
akan berusaha melakukan proses sehingga tercapai keseimbangan statistik,
pada keadaan ini entropi akan bertambah sampai mencapai nilai P yang
maksimum, jadi proses yang mungkin terjadi dalam sistem yang terisolasi
adalah proses di mana pertidaksamaan ini berlaku bila sistem yang terisolasi
mula-mula tidak berada dalam sistem sehingga
S 0; (1.65)
Gambar 1.12
Fenomena transpor, seperti difusi dan konduksi panas, contoh yang baik
dari proses yang terjadi dalam satu arah. Difusi terjadi dalam arah dari sistem
dengan konsentrasi yang lebih rapat ke yang kurang rapat sehingga
menghasilkan suatu sistem yang konsentrasinya cenderung serba sama dan
dapat dibuktikan bahwa entropi sistemnya bertambah. Proses kebalikannya,
suatu perubahan yang berhubungan dengan penurunan entropi, tak pernah
teramati misalnya, jika setetes tinta dilepaskan pada titik A di dalam sebuah
tabung yang berisi air (Gambar 1.12) (a) partikel-partikel tinta dengan cepat
menyebar di dalam air, dan setelah beberapa saat air berwarna serba sama
(Gambar 1.12) (c). di dalam proses ini entropi akan berkurang tetapi, jika
pada suatu saat tertentu kecepatan semua partikel tepat dibalik semua tinta
akhirnya akan kembali terkumpul di titik A, dan sebagai hasilnya, entropi
akan berkurang. tetapi kejadian ini jelas sangat tidak mungkin dan sejauh ini
tak pernah teramati. Di lain pihak, mungkin juga terjadi fluktuasi kecil dalam
konsentrasi partikel-partikel tinta pada tempat-tempat yang berbeda
meskipun kesetimbangan telah tercapai; tetapi fluktuasi tersebut, dalam
banyak kasus tak teramati.
Konduksi panas adalah suatu proses di mana dua sistem (atau dua bagian
dari sistem yang sama) pada suhu yang berbeda saling menukar energi,
1.52 Fisika Statistik
energi itu secara rata-rata dipindahkan melalui tumbukan partikel dari sistem
yang suhunya lebih tinggi ke sistem yang suhunya lebih rendah. Akan tetapi,
tak pernah dalam arah sebaliknya. Sebagai hasil suhu yang bendanya lebih
panas akan turun dan suhu yang lebih dingin akan naik. Proses berlanjut
sampai kedua sistem mencapai suhu yang sama. Proses sebaliknya-
perpindahan panas dari benda dingin ke benda panas tak pernah teramati
dalam suatu sistem yang terisolasi. Agar proses ini terjadi (seperti pada
pendingin), perlu dilakukan usaha luar pada sistem.
Jika suatu sistem tidak terisolasi, entropinya bisa berkurang karena
interaksinya dengan sistem-sistem lain, yang entropinya juga harus berubah.
Akan tetapi, jumlah total semua perubahan entropi yang dibuat semua sistem
yang bersangkut dalam proses haruslah sesuai dengan S 0 berlaku untuk
proses dapat dibalik dan untuk proses tak dapat dibalik.
Misalnya, jika gabungan kedua sistem terisolasi dan entropi total adalah
proses yang terjadi dalam sistem yang tergabung harus memenuhi
S S1 S2 0
Q Q
S1 dan S2
T1 T2
LAT IH A N
1) Gas diatomik memiliki dua macam gerak, yaitu gerak rotasi dan gerak
translasi, energi dalam sistem tersebut adalah U jika kapasitas panas
dalam tekanan tetap (cp) dan pada volume tetap (cv) maka tentukan
besarnya tersebut untuk gas diatomik!
2) Hitunglah usaha per mole yang dilakukan oleh gas ideal yang
berekspansi secara isotermal dengan volume mula-mula V1 dan volume
akhir pada V2!
3) Gas helium mula-mula volumenya 100 liter, tekanannya 10 4 N/m2
memiliki temperatur 200 K (sebut keadaan ini A dan anggap helium
adalah gas ideal). Jika helium itu mengalami pemuaian secara isobarik
sampai volumenya mencapai 200 liter (sebut keadaan ini adalah keadaan
B) kemudian helium tersebut didinginkan melalui proses isokhorik
sehingga mencapai keadaan A lagi. Tentukan (a) Usaha yang dilakukan
helium, (b) Kalor yang diserap helium, (c). Perubahan energi yang
terjadi dalam helium.
1.54 Fisika Statistik
1) Anggap setiap molekul seperti dua bola yang dihubungkan oleh tongkat
kaku.
1 1
U 3n RT 2n RT .
2 2
Vf
2) W p.dV
Vi
pV n RT
3) PA VA PBVB
TB T
A
PB .VB PA VA
VB
WAB P.dV
VA
3
U B U A nR TB TA
2
Q AB CP TB TA CV TA TB
R A NG KU M AN
V2
WAB P.dV = Luas di bawah kurva AB
V1
1 dQ
CP
N dT pkons tan
1 dQ
CV
N dT Vkons tan
5. Ada dua jenis proses yang dilakukan sistem, pertama adalah proses
yang dapat dibalik (reversibel), yaitu proses yang terjadi sangat
lambat sehingga setiap langkah proses hanya sedikit mengalami
gangguan setiap saat sistem dapat dianggap berada dalam keadaan
setimbang secara statistik, kedua adalah proses tidak dapat dibalik
(irreversibel), yaitu proses pada sistem menumpang jauh dari
keadaan setimbang dan akhir dari proses sistem berada dalam
keadaan keseimbangan baru.
6. Entropi adalah kecenderungan alam dalam mencapai keseimbangan
statistik dengan menyusun partisi yang nilai peluangnya maksimum,
didefinisikan secara matematis sebagai berikut.
S = k ln P
1.56 Fisika Statistik
TES F OR M AT IF 2
1) Suatu sistem yang berisi gas ideal menerima kalor sebesar dQ sehingga
energi dalam berubah sebesar dU. Jika besaran dQ sama dengan dU
maka proses yang terjadi adalah proses ....
A. isobarik
B. isokhorik
C. isotermik
D. kuasistatik
2) Suatu gas menempati ruang yang volumenya 0,3 m3 dan tekanan ruang
tersebut adalah 2 105 pa. Pada tekanan konstan gas tersebut berubah
sehingga menjadi 0,45 m3. Tentukan usaha yang dilakukan sistem
tersebut ....
A. 4,2 104 J
B. 3,0 105 J
C. 3,0 104 J
D. 2,7 105 J
3) Dalam suatu sistem, energi adalah kekal, jadi dalam suatu sistem tidak
hanya energi mekanik tetapi juga harus diperhitungkan energi dalam dan
kalor, usaha yang dilakukan sistem tidak diperoleh cuma-cuma tetapi
harus diberi energi dari luar dan sistem yang melakukan usaha, energi
dalamnya berkurang sehingga suatu saat habis dan sistem akan berhenti.
Pernyataan tersebut berhubungan dengan hukum ke ....
A. 0 Termodinamika
B. 1 Termodinamika
C. 2 Termodinamika
D. 3 Termodinamika
PEFI4418/MODUL 1 1.57
6) Secara umum di alam ini terdapat dua macam proses, yaitu proses yang
dapat dibalik (reversibel) dan proses yang tidak dapat dibalik
(irreversibel). Keadaan yang sesuai dengan proses reversibel adalah
entropi ....
A. tidak berubah
B. berkurang
C. bertambah
D. maksimum
C. 0,104 kal/K
D. 0,2 kal/K
Tes Formatif 1
3 3
1) B. E rerata kT 1,381023 J/K 314 K 0,04eV
2 2
2) A. Hal yang menyatakan keadaan makroskopik adalah tekanan dan
volume, sedangkan keadaan mikroskopik sistem adalah massa
dan kecepatan.
3) C. Apabila sistem A setimbang termal dengan B, sedangkan sistem
A juga setimbang termal dengan C, maka secara otomatis sistem
B akan seimbang termal dengan C (sesuai dengan hukum ke nol
Termodinamika).
4) D. Persamaan gas ideal yang memenuhi hukum Boyle dan hukum
Gay-Lussac adalah pV = NRT, di mana untuk gas ideal n = 1.
5) B. Kondisi yang memungkinkan gas sejati mirip dengan gas ideal
terjadi pada tekanan dan suhu yang rendah.
100 p0 V0
6) A. Gunakan persamaan T0
p1V1 p0 V0
7) B. Besar kecilnya suhu suatu sistem secara mikroskopik
berhubungan dengan energi kinetik partikel.
X X0
8) C.
Gunakan persamaan t 0 C 100
X100 X0
v rms(1) 3kT1 3kT2 1
9) B. / , T2 .293 73 K
v rms(2) m m 4
Tes Formatif 2
1) B. Proses Isokhorik terjadi apabila suatu sistem yang berisi gas ideal
menerima kalor sebesar dQ sehingga energi dalam berubah
sebesar dU.
2) C. Usaha yang dilakukan system adalah
W p ΔV 2105 Pa 0, 45 0,3 m3 3104 J
3) B. Hukum 1 termodinamika berkaitan erat dengan hukum kekekalan
energi.
4) D. Gunakan rumus U = Q – W.
1.60 Fisika Statistik
U 3
5) B. U = 3/2 NkT = 3/2 nRT, dan cV nR
T 2
6) A. Jika entropi suatu sistem tidak berubah maka Keadaan tersebut
bersesuaian dengan proses reversibel.
Q Q
7) C. Gunakan persamaan S1 dan S2 .
T1 T2
Q Q T T
8) A. Gunakan persamaan S S1 S2 Q 1 2 .
T1 T2 T1T2
9) D. Jika Dua sistem melakukan kontak termal dengan entropi masing-
masing adalah S1 dan S2, sedangkan temperaturnya adalah T1 dan
T2 di mana T1 > T2 pada saat keseimbangan baru tercapai
sehingga S1 + S2 > 0.
10) D. Suatu sistem terdiri dari N partikel (N = ~) melakukan proses
irreversibel pada keadaan seimbang baru (S 0) akibatnya pada
keadaan seimbang baru sistem lebih tidak teratur.
PEFI4418/MODUL 1 1.61
Glosarium
Apabila suatu proses atau proses terjadi dengan sangat lambat sehingga pada
tiap langkah proses, sistem tersebut hanya mengalami sedikit
gangguan maka dapat diasumsikan bahwa sistem setiap saat
berada dalam keadaan setimbang secara statistik, serta tidak
ada gaya disipasi seperti gesekan, dikatakan proses demikian
adalah proses Reversibel.
Entropi suatu sistem adalah suatu besaran yang sebanding dengan logaritma
peluang partisi yang bersesuaian dengan keadaan sistem
tersebut.
Konduksi panas adalah suatu proses di mana dua sistem (atau dua bagian dari
sistem yang sama) pada suhu yang berbeda saling menukar
energi, energi itu secara rata-rata dipindahkan melalui
tumbukan partikel dari sistem yang suhunya lebih tinggi ke
sistem yang suhunya lebih rendah.
1.62 Fisika Statistik
Daftar Pustaka
D. Halliday & R. Resnick. (1979). Physics. New York: John Wiley & Sons
Inc.
Sutrisno & Tan Ik Gie. (1986). Seri Fisika Dasar Jilid 4. Penerbit ITB.
Modul 2
P E N DA H UL U AN
S ifat gas ideal telah kita kenal melalui hasil-hasil eksperimen. Ditemukan
misalnya hubungan antara tiga besaran yang saling berhubungan, yakni
tekanan, volume, dan suhu yang dikenal dengan hukum Boyle Gay-Lussac.
Ketiga besaran ini disebut besaran makroskopik karena dapat diukur secara
langsung oleh alat ukur. Sangat berbeda dengan itu adalah sifat-sifat skala
kecil yang tidak dapat diukur secara langsung, seperti energi kinetik,
kelajuan, momentum, dan massa tiap molekul/partikel yang menyusun suatu
zat. Besaran-besaran itu disebut besaran mikroskopik.
Dalam modul ini, kita akan menggunakan pendekatan makroskopik dan
mikroskopik untuk memperdalam pengertian kita tentang sifat-sifat termal
dan tingkah laku zat. Kita batasi bahasan pada suatu zat yang paling
sederhana, yaitu gas ideal. Untuk gas ideal ini kita akan menghubungkan
antara besaran-besaran mikroskopik dan makroskopik.
Secara umum kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah Anda
diharapkan dapat menerapkan aplikasi sederhana besaran makroskopik
dalam termodinamika.
Secara lebih khusus lagi kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah
Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan kondisi sistem pada keadaan setimbang E = 0;
2. menunjukkan bahwa Cp > Cv;
3. menghitung panas jenis sistem monoatomik secara makroskopik;
4. menjelaskan ungkapan entropi;
5. menerapkan semua fungsi termodinamika;
2.2 Fisika statistik
Kegiatan Belajar 1
molekul dalam 1 cm3 dan 3 1016 molekul per mm3, bahkan volume
sekecil satu mikrometer kubik berisi 3 107 molekul.
2. Molekul gas ideal dianggap menyerupai bola keras yang kecil yang ada
dalam keadaan gerak rambang secara terus-menerus. Dalam daerah
temperatur dan tekanan gas ideal, jarak rata-rata antara molekul-
molekul yang bertetangga, besar, dibandingkan dengan ukuran
molekulnya. Diameter molekul adalah dalam orde 2 atau 3 10-10 m.
Dalam keadaan baku, jarak rata-rata antarmolekul sekitar 50 kali
diameternya.
3. Molekul gas ideal dianggap tidak menimbulkan gaya tarik atau tolak
pada molekul lainnya, kecuali apabila molekul itu saling bertumbukan
dan bertumbukan dengan dinding. Jadi pada waktu di antara terjadinya
tumbukan, molekul bergerak lurus beraturan.
4. Bagian dinding yang ditumbuk molekul dianggap rata dan tumbukannya
dianggap lenting sempurna. Jika w menyatakan kelajuan molekul yang
mendekati dinding, hanya komponen tegak lurus w saja yang berubah
ketika tumbukan dengan dinding, dari w menjadi -w sehingga perubahan
total sebesar -2 w.
5. Apabila tidak ada gaya medan eksternal, molekul terdistribusi merata ke
seluruh wadahnya. Kecepatan molekul N/V dianggap tetap sehingga
dalam sembarang bagian kecil dV terdapat dN molekul dengan
N
dN = dV (2.1)
V
Harga dV infinitesimal harus memenuhi persyaratan yang sama dalam
teori kinetik seperti juga dalam termodinamika, yaitu volumenya kecil
dibandingkan dengan V, tetapi cukup besar sehingga dN merupakan
bilangan besar. Misalnya, suatu volume 1 cm3 berisi 1019 molekul maka
sepersejuta sentimeter kubik masih berisi 1013 molekul dan masih
memenuhi syarat sebagai elemen volume diferensial.
6. Tidak terdapat arah istimewa untuk kecepatan molekul manapun
sehingga pada setiap saat terdapat molekul yang bergerak ke satu arah
dalam jumlah yang sama dengan yang bergerak ke arah lain.
7. Tidak semua molekul berkelajuan sama. Sejumlah molekul pada setiap
saat bergerak lambat dan sejumlah lainnya bergerak cepat sehingga
kelajuannya dapat dianggap meliputi kisaran dari nol hingga kelajuan
cahaya. Oleh karena hampir semua kelajuan molekul jauh lebih kecil
daripada kelajuan cahaya maka tidak akan timbul kesalahan apabila kita
PEFI4418/MODUL 2 2.5
Gambar 2.1
Sudut Ruang d = (sin ) (r sin d)
2.6 Fisika statistik
Sudut ruang dW yang dibentuk oleh garis yang bermula dari O dan
menyentuh sisi dA dapat didefinisikan sebagai
Oleh karena luas terbesar permukaan pada suatu bola adalah keseluruhan
permukaan bola, yaitu 4 r2 maka sudut ruang maksimumnya adalah 4 sr
(steradian). Sejumlah molekul yang vektor kecepatannya sekitar W akan
memiliki kelajuan antara w dan w + dw dan arah dalam sudut ruang d di
sekitar W. Jika dNW menyatakan banyaknya molekul dengan kelajuan antara
w dan w + dw maka fraksi jumlah molekul yang arahnya terletak dalam sudut
ruang d adalah d/4 sehingga jumlah molekul dengan kisaran kelajuan
dw, dengan arah antara dengan kisaran d, dan dengan kisaran d,
adalah:
d
d3 N w,, dN w (2.3)
4
Gambar 2.2
Semua molekul dalam tabung yang panjangnya w d menumbuk bidang
seluas dA dengan arah membentuk sudut q dengan normal. Komponen tegak
lurus dari kecepatannya yaitu w cos q dibalik arahnya, tetapi komponen
sejajarnya yaitu w sin q tidak berubah.
dan jika V menyatakan volume total bejana, hanya fraksi dV/V saja dari
jumlah molekul yang terdapat dalam tabung itu. Jadi, banyaknya molekul
2.8 Fisika statistik
(dengan kisaran kelajuan dw: kisaran , d, kisaran , d) yang menumbuk
dA dalam waktu d dapat dinyatakan sebagai berikut.
Banyaknya molekul w, , yang menumbuk dA dalam waktu d, yaitu:
dt d3 Nw,θ,θ dV / V (2.5)
Jadi:
banyaknya banyaknya Fraksi jumlah Perubahan
perubahan = molekul molekul yang momentum
momentum berkelajuan w menumbuk dA pertumbukan
dalam sudut dalam waktu d
ruang d
dΩ dV
dN w 2mw cosθ
4π V
dN 1
w sin θdθdθ wdηcosθdA2mw cosθ (2.7)
4π V
Akan tetapi, N/n adalah banyaknya molekul per mol atau bilangan
Avogadro NA sehingga:
1 3 R 3
m w2 θ kθ (2.12)
2 2 NA 2
1
Dalam penurunan ini, energi rata-rata per molekul, m <w2> sepenuh-
2
nya merupakan energi kinetik translasi. Ini adalah satu-satunya jenis energi
yang dapat dimiliki oleh molekul bola keras, tanpa dipengaruhi oleh molekul
tetangganya. Jadi, kita telah membatasi diri pada molekul ekaatomik saja.
Molekul dwiatomik dan poliatomik dapat juga berputar dan bergetar karena
itu dapat diharapkan memiliki energi kinetik rotasi (perputaran) dan energi
2.10 Fisika statistik
kinetik vibrasi (getaran) maupun energi potensial getaran walaupun tidak ada
gaya yang beraksi antara molekul tetangganya.
Ada baiknya kita membandingkan sistem lambang yang dipakai dalam
bahasan teori kinetik dengan yang dipakai dalam termodinamika, hal ini
diperlihatkan dalam Tabel 2.1. Bentuk molekul persamaan gas ideal memiliki
bentuk sederhana lain karena:
2 1 1 3
PV N m w 2 dan m w 2 Nkθ
3 2 2 2
kita dapatkan:
2 3
PV N kθ Nkθ (2.14)
3 2
dan
N
P kθ
V
Tabel 2.1.
Perbandingan Lambang yang Dipakai
δθ
usaha telah dilakukan untuk mengukur baik kuantitas yang disebut
δV
u
koefisien Joule maupun kuantitas yang berkaitan dengan itu, yang semuanya
merupakan ukuran, dengan suatu cara atau cara lain, untuk melihat efek
pemuaian bebas atau sering disebut efek Joule.
Pada umumnya, energi gas merupakan fungsi dari setiap koordinat P, V,
dan . Dengan menganggap U sebagai fungsi dan V, kita dapatkan:
U U
dU dθ dV (2.15)
θ V V
θ
Jika tidak ada perubahan temperatur (d = 0) pada pemuaian bebas (dU = 0),
berarti
U
0 (2.16)
V
θ
Atau dengan perkataan lain, U tidak bergantung pada V. Dengan
menganggap U sebagai fungsi dan P, kita dapatkan
U U
dU dθ dP (2.17)
θ P θ
P
atau dengan perkataan lain, U tidak bergantung pada P. Jelaslah jika tidak ada
perubahan temperatur ketika terjadi pemuaian bebas maka U tidak
bergantung pada V dan P, jadi U hanya merupakan fungsi saja.
P nRθ P
karena 2 sehingga hasil ini tidak nol, untuk gas ideal
V V V
θ
berlaku:
U
0 (2.21)
V
θ
U U
Akhirnya karena dan keduanya sama dengan nol maka
P V
θ θ
U = f () saja (2.22)
3. Panas Jenis
Untuk proses kuasi-statik infinitesimal dari sistem hidrostatik, hukum
pertamanya adalah:
dQ = dU + P dV (2.23)
Dalam hal khusus untuk gas ideal, U merupakan fungsi saja sehingga
turunan parsial terhadap sama dengan turunan totalnya.
dU
Cv (2.25)
dθ
dan
dQ = Cv d + PdV (2.26)
PEFI4418/MODUL 2 2.13
P dV + V dP =nR d (2.28)
Dengan demikian, kita mendapatkan hasil kapasitas kalor pada tekanan tetap
dari gas ideal selalu lebih besar daripada kapasitas kalor pada volume tetap,
selisihnya selalu tetap sama dengan nR.
Oleh karena U merupakan fungsi saja maka:
dU
Cv = fungsi dari saja (2.32)
dθ
dan
Cp = Cv + nR = fungsi dari saja (2.33)
4. Ekspansi Adiabatis
Apabila gas ideal mengalami proses adiabatik kuasi-statis (di mana tidak
ada pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungannya) maka tekanan,
volume, dan temperatur berubah dengan cara yang diberikan oleh hubungan
antara P dan V, dan V, atau P dan . Supaya kita dapat menurunkan
hubungan antara P dan V, kita mulai dengan Persamaan (2.26) dan (2.35).
Jadi:
dQ = Cv dq + P dV
dan
dQ = Cp dq - V dP
n P γ n V n tetapan (2.40)
Persamaan ini berlaku untuk semua keadaan setimbang yang dilalui oleh
gas selama proses adiabatik kuasi-statik. Penting bagi kita untuk mengerti
bahwa pemuaian bebas merupakan proses adiabatik, tetapi tidak kuasi-statik.
Jadi kita akan keliru jika memakai Persamaan (2.41) untuk keadaan yang
dilewati oleh gas ideal selama pemuaian bebas.
Kurva yang menggambarkan proses adiabatik kuasi-statik dapat dilihat
pada diagram PV (Gambar 2.3) dengan memilih harga tetapan yang berbeda-
beda dalam persamaan PV = nR, karena:
P
P (2.42)
V V
θ
maka kurva adiabatik mempunyai kemiringan negatif yang lebih curam
daripada kurva isotermal pada titik yang sama.
Gambar 2.3
Permukaan untuk gas ideal (Isoterm ditunjukkan oleh garis putus-putus, dan
adiabatik dengan garis penuh)
2.16 Fisika statistik
Kurva isotermal dan kurva adiabatik gas ideal dapat diperhatikan dengan
jelas pada permukaan PV. Jika P, V, dan dinyatakan sepanjang sumbu
Cartesis, permukaan yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar di atas. Di
sini dapat terlihat bahwa kurva adiabatik memotong kurva isotermal.
5. Entropi
a. Konsep umum
Dalam suatu sistem dengan sejumlah koordinat termodinamik
sembarang, semua keadaan yang dapat dicapai dari suatu keadaan awal
tertentu melalui proses adiabatik terbalikkan, terletak pada suatu permukaan
(atau hiperpermukaan) (t, X, X,...) = tetap. Seluruh ruang t, X, X,. . . dapat
dianggap dipotong oleh sejumlah permukaan yang tak berpotongan sejenis
ini, masing-masing dengan harga yang berbeda. Dalam proses non
adiabatik terbalikkan yang menyangkut pemindahan kalor dQ, suatu sistem
dalam keadaan yang dinyatakan oleh titik yang terletak pada permukaan
akan berubah hingga titik keadaannya terletak pada permukaan lain + d.
Hubungan antara pemindahan kalor dengan permukaan dinyatakan sebagai:
dQ= d (2.43)
dengan 1/, menyatakan faktor integrasi dari dQ, yang bisa dinyatakan
melalui:
T = k (t) (2.46)
tandon panas dan sejumlah kalor yang masuk ke tandon dingin. Petit dan
Clement menghitung efisiensi mesin kalor dengan menghitung kerja yang
dilakukan hanya dalam daya, tanpa meninjau keseluruhan siklus, yang
menurut Carnot harus dilakukan.
Clausius membuktikan adanya fungsi entropi dengan menurunkan
teoremanya (perhatian per 50), kemudian menerapkannya ke suatu siklus
yang terdiri dari suatu lintasan reversibel Ri antara dua keadaan seimbang i
dan f, yang diikuti dengan lintasan reversibel lain R2 sehingga
mengembalikan sistem ke keadaan i.
f i
dQ dQ dQ
T
= Rl
T
+ R2
T
=0
R i f
atau
f f
dQ dQ
R1 = R2 = tak tergantung lintasan (2.51)
i
T i
T
f
dQ
Sf -Si = R (2.52)
i
T
dQR
dS (2.53)
T
dQR dT V
CP dP
T T T
atau
dT dP
dS CP nR
T P
Marilah kita hitung perubahan entropi gas S antara dua keadaan acuan yang
dipilih dengan koordinat Tf, Pf, dan yang lainnya dengan koordinat T,P.
Pengintegrasian antara dua keadaan itu menghasilkan
T
dT P
ΔS C P
T
nR n
Pr
(2.55)
Tr
S Cp ln T nR n P S0
Untuk menghitung entropi gas ideal sebagai fungsi T dan kita pakai
ungkapan dQR yang lain untuk gas ideal. Jadi,
dQ R dT P
CV dV,
T T T
dan
dT dV
dS C v nR
T V
Dengan cara yang sama seperti sebelum ini, kita peroleh entropi yang dirujuk
sebagai keadaan acuan tak terspesifikasi dengan ungkapan
dT
S= CV + nR ln V +S0 (2.59)
T
ribuan kali kapasitas kalor udara, Joule tidak berhasil melihat perubahan
temperatur air walaupun menurut pengetahuan masa kini udara harus
mengalami perubahan temperatur beberapa derajat.
Pengukuran langsung perubahan temperatur yang berkaitan dengan
pemuaian bebas sangat sulit dilakukan sehingga orang merasa didesak untuk
melepaskan gagasan mengenai pengukuran koefisien Joule secara cermat.
Metode modern untuk mengatasi persoalan energi internal gas melibatkan
pengukuran besaran U / Pθ dengan membiarkan gas itu mengalami
pemuaian bebas dengan kalor dipindahkan dan kerja dilakukan. Deretan
pengukuran seperti ini yang paling luas dan mendalam dilakukan oleh
Rossini dan Fansden tahun 1932 pada Lembaga Pembakuan Nasional
(Amerika Serikat). Radasinya diperlihatkan pada Gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4
Radar Rossini dan Fransden yang Dipakai untuk Mengukur U / P Gas
Bejana B berisi n mol gas bertekanan P dan gas ini berhubungan dengan
atmosfer melalui kumparan pipa yang panjangnya melingkungi bejana itu.
Seluruh radar dibenamkan dalam bak air yang temperaturnya dapat dijaga
agar tetap tepat sama dengan temperatur atmosfer di sekitarnya.
Percobaan dilakukan sebagai berikut: ketika kran dibuka sedikit, gas
mengalir lambat-lambat melalui kumparan yang panjang itu dan keluar ke
udara. Dalam waktu yang bersamaan, temperatur gas, bejana, kumparan, dan
air dipertahankan tetap oleh kumparan pemanas listrik yang dialirkan ke
dalam air sama dengan kalor Q yang diserap oleh gas sewaktu memuai.
Jelaslah kerja yang dilakukan oleh gas adalah:
2.22 Fisika statistik
yang dibuang oleh sistem diberi lambang Qc ; dan jumlah kerja yang
dilakukan oleh sistem diberi lambang W . Ketiga besaran QH Qc , dan W
harus dinyatakan dalam satuan yang sama. Apabila hal ini dilakukan maka
besaran itu merupakan harga mutlak yang dinyatakan dengan bilangan
positif.
Jika QH lebih besar dari pada Qc dan jika W dilakukan oleh sistem
maka mesin mekanis yang menimbulkan siklus dalam sistem disebut mesin
kalor. Tujuan mesin kalor adalah mengirimkan kerja terus-menerus ke luar
dengan melaksanakan siklus berulang-ulang. Kerja neto dari siklus itu adalah
outputnya, dan kalor yang diserap oleh zat dalam mesin merupakan inputnya.
Efisiensi termal mesin itu, yaitu , dinyatakan sebagai
Q H Qc Qc
η atau η 1 (2.64)
W QH
Jelaslah dari persamaan ini bahwa menjadi sama dengan satu (efisiensi
100%). Dengan perkataan lain, apabila kita dapat membangun suatu mesin
yang bekerja dalam siklus sehingga tidak ada kalor yang ke luar dari sistem
maka terjadi konversi 100% dari kalor yang diserap menjadi kerja.
Termodinamika bertitik tolak dari usaha untuk mengkonversi kalor
menjadi kerja dan untuk mengembangkan teori tentang menjalankan mesin
yang dipakai untuk maksud ini. Jadi, memang cocok bahwa salah satu hukum
pokok termodinamika berdasarkan pada bekerjanya mesin kalor. Jika
PEFI4418/MODUL 2 2.25
direduksi ke unsur yang sederhana, ciri penting siklus mesin kalor dapat
dirangkum sebagai berikut.
a. Terdapat suatu proses atau sederetan proses, yang selama proses
berlangsung, terjadi penyerapan kalor dari tandon eksternal yang
bertemperatur tinggi (disebut tandon panas).
b. Terdapat suatu proses atau sederetan proses, yang selama proses
berlangsung, kalor dibuang ke tandon eksternal yang bertemperatur lebih
rendah (disebut tandon dingin).
c. Terdapat suatu proses atau sederetan proses, yang selama proses itu
berlangsung, kerja dikirimkan ke sekelilingnya.
Hal ini ditunjukkan secara skematis dalam Gambar 2.5 berikut ini.
Gambar 2.5.
Gambaran Lambang Mesin Kalor
Tidak ada mesin yang pernah dibuat yang dapat mengkonversi kalor
yang diambil dari suatu tandon menjadi kerja tanpa membuang kalor ke
tandon yang bertemperatur lebih rendah. Pernyataan negatif ini, yang diambil
dari pengalaman teknik merupakan hukum kedua termodinamika yang telah
dirumuskan oleh para ahli dalam beberapa cara. Pernyataan Kelvin yang asli
adalah: “Dengan memakai bahan mati tidaklah mungkin kita membuat
pengaruh mekanis dari bagian mana pun dari bahan dengan
mendinginkannya di bawah temperatur terdingin dari benda yang
mengelilinginya”. Menurut pernyataan Planck: “Kita tidak mungkin
2.26 Fisika statistik
membuat mesin yang bekerja dalam siklus lengkap yang tidak dapat
menghasilkan sesuatu selain mengangkat benda dan mendinginkan suatu
tandon kalor”. Kita dapat menghubungkan kedua pernyataan ini menjadi satu
pernyataan setara yang selanjutnya kita sebut pernyataan hukum kedua
termodinamika menurut Kelvin-Planck, yaitu:
”Tidak ada Proses yang bisa berlangsung yang hasilnya tidak lain
hanyalah penyerapan kalor dari suatu tandon dan mengkonversikan
kalor ini menjudi kerja.”
3. Refrigerator
Telah kita telaah bahwa mesin kalor adalah mesin yang menggunakan
sistem yang menjalani siklus dalam arah sedemikian rupa sehingga kalor
diserap ketika temperaturnya tinggi, jumlah kalor yang lebih sedikit dibuang
pada temperatur yang lebih rendah, dan jumlah kerja neto dilakukan pada
lingkungannya. Jika kita bayangkan suatu siklus dilangsungkan berlawanan
arah dengan mesin, hasil bersihnya adalah penyerapan kalor pada temperatur
rendah, pembuangan kalor dalam jumlah yang lebih besar pada temperatur
yang lebih tinggi dan jumlah kerja bersih yang dilakukan pada sistem itu.
Mesin yang melaksanakan siklus dalam arah ini disebut pesawat
pendingin/refrigerator, dan sistem yang mengalami siklus ini disebut zat
pendingin.
Supaya kita dapat menambah pengertian kita tentang cara kerja pesawat
pendingin ini, marilah kita tinjau secara lebih terperinci suatu instalasi
pendingin niaga yang dicerminkan oleh hampir setiap pendingin listrik yang
dipakai di rumah-rumah.
PEFI4418/MODUL 2 2.27
Gambar 2.6.
(a) Instalasi Pendingin Dasar
(b) Diagram PV Siklus Pesawat Pendingin Niaga
Jika dalam satu siklus, kalor Qc diserap oleh zat pendingin dari tandon
dingin dan kerja W dilakukan oleh motor listrik yang menjalankan pesawat
pendingin maka
Q Qc
ω c (2.65)
W Q H Qc
Koefisien kinerja pesawat pendingin dapat jauh lebih besar daripada satu.
Jika untuk mudahnya misalnya, kita ambil 5 maka
Q
ω c 5 tetapi Qc Q H W
W
QH W
dengan demikian 5 (2.66)
W
QH
6
W
sehingga kalor yang dibebaskan pada temperatur yang lebih tinggi sama
dengan enam kali kerja yang dilakukan. Jika kerja dilakukan oleh motor
listrik maka untuk setiap joule energi listrik yang dipakai, ada 6 J kalor yang
dibebaskan; sedangkan jika 1 J energi listrik hilang melalui sebuah hambatan,
kita hanya mendapatkan paling banyak 1 J kalor.
Gambar 2.7.
Gambaran Lambang Pesawat Pendingin
2.30 Fisika statistik
LAT IH A N
VdV 2V V V 8 nR T
nR T nR T 3
W PdV A VdV 2 1 1 2 2
2 3 1 1
V1 1
v1 V1 V1
c) Penyelesaian:
dh = dU + PdV + VdP (1)
Dari U = aT + bV + Uo dan (P + b)V = RT
maka persamaan (1) menjadi
dh = a dT + (P + b)dV + V(R/T dT - RT/V2 dV)
atau dh = (a + R) dT + (P + b - RT/V) dV
dengan memperhatikan pada persamaan keadaannya maka faktor
dalam kurung suku kedua ruas kanan sama dengan nol sehingga
dh = (a + R) dT (2)
Apabila persamaan (2) ini dintegralkan, terbuktilah bahwa
h = (1 + R)T + tetapan
PEFI4418/MODUL 2 2.33
h
d) Cp a R
T
P
R A NG KU M AN
PV = konstan
TES F OR M AT IF 1
3) Kapasitas panas suatu gas dengan volume konstan adalah jumlah kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu gas tersebut sebanyak satu
derajat pada volume konstan. Besarnya kapasitas panas satu kilomol gas
helium pada keadaan normal (tekanan 1 atm, dan suhu 300 K) adalah ....
A. 8,314 Joule/K
B. 8,314 103 Joule/K
C. 12,5 103 Joule/K
D. 13,2 103 Joule/K
PEFI4418/MODUL 2 2.35
4) Sebuah mesin Carnot beroperasi antara dua reservoir pada suhu 400 K
dan 300 K. Jika mesin itu menerima 1200 kal dari reservoir dengan suhu
400 K tiap siklus maka panas yang dilepaskan ke reservoir lain adalah....
A. 700 kal
B. 800 kal
C. 900 kal
D. 1000 kal
5) Jika mesin pada soal nomor 4 bekerja sebagai refrigerator dan menerima
1200 kal dari reservoir dengan suhu 300 K maka panas yang dilepas ke
reservoir lain adalah ....
A. 1200 kal
B. 1400 kal
C. 1500 kal
D. 1600 kal
6) Kerja yang dilakukan oleh refrigerator pada soal nomor 5) adalah ....
A. 400 kal
B. 500 kal
C. 600 kal
D. 800 kal
QH
C.
Q H Qc
W
D.
Q H Qc
9) Entropi gas ideal untuk kalor jenis pada volume tetap yang konstan
dinyatakan dalam persamaan ....
A. S = CV ln V + nR ln V + So
B. S = CV ln T + nR ln V + CV
C. S = CV ln T + nR ln V + So
D. S = So ln T + nR ln V + So
Kegiatan Belajar 2
molekul ke-1 diketahui (nx, ny, nz)-nya, namakan Nx1, ny1, nz1
molekul ke-2 diketahui (nx, ny, nz)-nya, namakan Nx2, ny2, nz2
molekul ke-3 diketahui (nx, ny, nz)-nya, namakan Nx3, ny3, nz3
................................................................................................
Molekul ke-N diketahui (nx, ny, nz)-nya, namakan NxN, nyN, nzN.
Melukiskan kumpulan N molekul yang masing-masing sedang bergerak lurus
PEFI4418/MODUL 2 2.39
A. SISTEM TERISOLASI
Gambar 2.8.
Ensambel dengan Temperatur Tetap atau Kanonik
p 1
i
i (2.68)
Apabila kita bandingkan dengan fungsi partisi sistem yang akan kita bahas
kemudian yaitu:
Z e
i
εi / kT
(2.70)
ini adalah fungsi partisi pada temperatur konstan, kita akan melihat
bagaimana bentuk fungsi partisi ini sangat mirip dengan fungsi partisi total.
Gunakan Persamaan (2.67), (2.69), dan (2.70) untuk mendapatkan peluang
ensambel dalam keadaan i, yaitu:
eεi / kT
pi (2.71)
Z
sehingga:
dΓ6N
Γ
εi / kT
Z 6N e (2.72)
h 3N
di mana d6N di set sama dengan dxj dyj dzj dpxj dpyj dpzj sehingga kita
dapat mereduksi Z = ZN/N! di mana
3
V 2πmkT2
Z (2.73)
h3
Dalam bagian ini kita akan membahas mengenai aplikasi dari ensambel
kanonik (ensambel yang terisolasi termal dengan lingkungannya). Kita akan
coba bahas kasus pada gas yang tidak ideal, di mana interaksi antara molekul
semiklasik tidak dapat diabaikan begitu saja. Energi dari gas merupakan
komponen yang tergantung pada momentum dan posisi dari molekul. Jika
kita asumsikan bahwa interaksi antara dua molekul adalah tidak tergantung
pada momentum molekul dan juga tidak tergantung pada posisi maka
mungkin bagi kita untuk menuliskan persamaan total dari kumpulan keadaan
adalah sebagai berikut.
N N
p U j1
1
Z 2
xj p2yj pzj
2
(2.74)
2m j1 j1 1 j
Dalam bentuk ini N adalah jumlah dari molekul P xj dan yang lainnya, pada
komponen momentum dari molekul J. U1j adalah energi interaksi antara
molekul 1 dan molekul j. Fungsi partisi dari gas diberikan dengan
memasukkan Persamaan (2.74) pada (2.72), yaitu:
PEFI4418/MODUL 2 2.43
N
Z
1
N!h 3N exp
1
j1 2
m p 2xj p 2yj p 2zj U ji kT dΓ6N
(2.75)
Γ6N 1 j
N
di mana d6N ditulis sebagai dx dy dz dp
j1
j j j xjdp yjdp zj integrasi dari
π
exp λx dx
2
Ambil maka didapatkan persamaan
λ
3N
2πmkT 2
N N
Z
N!h 3N exp
j1 1 j
U jl / kT x
dx
j1
j dy j dz j (2.77)
V V V
Z 3N
IN (2.78)
N!h
Persamaan keadaan dari gas ditulis dalam bentuk energi bebas F adalah
F = kT log Z
3N
2 mkT 2
kT log log I (2.79)
N!h 3N N
2.44 Fisika statistik
Jika interaksi antara molekul diabaikan maka e-Ujl/kT ~ 1 untuk semua j dan 1,
integral IN dapat diselesaikan menjadi:
N N
IN
... exp
j1 1 j
U jl / kT x
j1
dx j dy j dz j (2.81)
V V V
N
dx
jl V
j dy j dz j V
N
Bentuk ini jika diperhatikan ternyata sama dengan bentuk untuk molekul gas
ideal.
Penurunan nilai energi ensambel dari nilai energi rata-rata didapat dengan
mendefinisikan:
δε ε ε (2.83)
Dari definisi energi rata-rata ditunjukkan bahwa nilai rata-rata dari penurunan
akan nol. Pengukuran besar energi dari fluktuasi energi harus dibentuk
dalam simpangan kuadrat rata-rata δε , yaitu:
2
PEFI4418/MODUL 2 2.45
δε ε ε
2 2
ε 2 2εε ε 2 (2.84)
ε 2ε.ε ε
2 2
ε2 ε 2
k T 2 Z
ε
Z T
atau (2.85)
1 Z
ε
z β
di mana = -1/kT. Mirip dengan energi kuadrat rata-rata yang harus ditulis
dalam bentuk
ε2 p ε
i
2
i i
Kemudian pi eεi kT
Z maka:
e
1 εi / KT 2
ε2 εi
Z i
2
e
1 ε i / kT
(2.86)
Z 1/ kT 2 i
1 2 Z
Z β 2
ε
δε
2
(2.89)
β
Kita lihat status energi dari suatu ensambel kanonik yang memiliki
variasi i maka energi rata-rata dari kumpulan keadaan dalam ensambel itu
adalah:
ε p εi
i i
1
Z eεi / kT εi (2.92)
Z i
Z
sekarang eε / kTεi 1/ kT eε / kT kT2 T
i
i
i
i
sehingga:
ε kT 2 / Z TZ (2.93)
F = kT log Z (2.96)
LAT IH A N
E
1
E n eEn / kT kemudian:
Z
E ln Z
Cv
T 1
N.V T E 2 E 2
kT
1 E2 E 2 1 E E
2
kT 2 kT 2
2) a) F = U - TS
Z expβEp,qdω
dengan U adalah energi internal, T temperatur absolut, S entropi,
E(p,q) adalah energi dari sistem, dan d = dpdq elemen volume
infinitesimal di ruang fase, p dan q adalah momentum umum dan
koordinat yang terkait, sedangkan k adalah konstanta Bolztmann.
Hubungan antara F dan Z adalah F = -kT ln Z
2.50 Fisika statistik
E1 E 0
2
E E 0
4k T 2 cosh 2 1
2kT
3) a) Fungsi partisi untuk partikel tunggal adalah:
3
2πmkT 2
e
V
z 3 E k / kT
dp V.
h 2 0
z
h k
di mana z0 expε
n
n / kT untuk tingkat energi internal.
V 3 2πmkT 5
S2 Nk ln 2 ln S
N 2 h 2 2
0
di mana S0 ln z0 β ln z0
β
Entropi totalnya adalah
S = S1 + S 2
expβEdΓ / h ,
γ
Untuk statistik klasik z diintegrasi terhadap
dE Δ 2 eΔ / kT
Cv k
kT
2
dT 1 eΔ / kT
Variasi panas jenis terhadap temperatur dapat digambarkan sebagai
berikut.
kT
0,4 A
R A NG KU M AN
Z 3N
IN
N!h
Persamaan keadaan dari gas tidak ideal ditulis dalam bentuk energi
bebas F, yaitu:
F = kT log Z
3N
2πmkT 2
kT
log
log I
N
N!h
3N
TES F OR M AT IF 2
B. k C NT
ΔE V
C. kC T
ΔE V
C T
D. ΔE V
B. Z e
i
pi / kT
C. Z e
i
εi kT
D. Z e
i
εi / T
9) Persamaan keadaan dari gas tidak ideal ditulis dalam bentuk energi
bebas F adalah ....
A. F = k log Z
B. F = kZ log T
C. F = kT log Z
D. F = T log Z
2.56 Fisika statistik
B. S k p log p
i
i i
C. S k z log p
i
i
D. S z k log p
i
i
Kegiatan Belajar 3
A. PENDEKATAN MATEMATIK
di mana v adalah kecepatan aliran fluida dan rapat keadaan di ruang fase.
Kuantitas div (v) dalam koordinat kartesian tiga dimensi memiliki bentuk:
div v v x
x y
v y v z
z
x y z
x y z (2.103)
x x y y z z
x
x x x
x,y,z
N
x i
div v x x
i 1 x i ,yi ,zi
i
i
x i
xi
xi
xi
xi
(2.104)
dengan setiap koordinat xi, yi, zi, pxi, pyi, dan pzi, diambil dalam dimensi linear
dalam ruang fase.
di mana V(xi, yi, zi) adalah energi potensial dari sistem i sebagai fungsi dari
spasial koordinat. Dari Persamaan (2.105) adalah mungkin bagi kita
mengambil bentuk diferensial parsial:
Hi p xi
v xi x i
p xi m
dan (2.106)
Hi V
x i x i
v
harga adalah gaya dalam arah xi yang sama dengan perubahan
x i
momentum pxi sehingga Persamaan (2.106) dapat berubah jadi:
Hi V
p xi (2.107)
x i x i
diferensial sisi kiri dari Persamaan (2.108) dan (2.109) adalah identik
sehingga persamaan menjadi
x i p
xi (2.110)
x i p xi
dx i dp d
jika x i dan p xi xi didefinisikan sebagai diferensial total maka
dt dt dt
persamaan kontinuitas dalam kondisi normal Liouville adalah:
d
0 (2.113)
dt
Sehingga rapat keadaan dalam ruang fase, pada satu titik yang
merepresentasikan ensambel, adalah tetap terhadap waktu. Dalam bentuk
energi total , dan jumlah sistem N, besaran dapat dituliskan sebagai
berikut.
= f(E, N) (2.114)
di mana dan adalah konstan untuk ensambel dan tanda negatif untuk i
sebab pi akan menurun apabila i menurun.
ensambel grand kanonik. Sebagai contoh dari ensambel grand kanonik adalah
reaksi kimia.
Bentuk dari ensambel grand kanonik diilustrasikan dalam Gambar 2.8, di
mana hanya temperatur T dan volume V dari ensambel tertentu yang
dipertimbangkan ketika terjadi perubahan dalam energi sistem dan energi
sistem tetangganya.
Gambar 2.9.
Ensambel Grand Kanonik
Dalam kasus ini jumlah dari sistem dalam satu kumpulan keadaan adalah
tidak tetap sebagai suatu besaran tertentu, ini mengakibatkan terjadinya
kemungkinan perubahan dari jumlah fungsi termodinamik dari sistem
ensambel yang terbuka.
Dalam kasus ensambel tertutup hukum pertama termodinamika memiliki
bentuk:
d = dQ – dW (2.119)
Parameter di dalam fungsi Gibb‟s dikatakan sebagai potensial kimia dari
sistem.
Gambar 2.10.
Sistem Komposit Terisolasi Yang Terdiri Atas Dua Contoh Gas Ideal
Dipisahkan Oleh Dinding Diatermik Energi Totalnya Tetap
Oleh karena sifat gas bergantung pada temperatur dan juga volume, kita bisa
mengharapkan adanya hubungan antara dan temperatur. Peluang
termodinamik () secara terpisah sehingga logaritmanya menjadi:
g ĝ
ln Ni ln i N ˆ ln j N
N ˆ (2.126)
Ni j Nˆ j
j
Nˆ j
ˆ tetap
N
Akan tetapi, energi masing-masing sampel tidak tetap. Hanya energi total
dari sistem gabungan yang tetap, jadi
Ni i N
ˆ U tetap
j j (2.128)
g ĝ j
ln i dNi ln ˆ 0
dN
Ni ˆ
N
j
j
ln A dN 0 i (2.129)
ln A dN
ˆ 0
j
dN ˆ dN
i i
ˆ
j j 0
2.64 Fisika statistik
Dengan semua besaran yang berbeda, kecuali . Apabila dua sistem yang
dipisahkan oleh suatu dinding diatermik mencapai kesetimbangan,
temperaturnya menjadi sama dan juga menjadi sama. Jadi kesimpulan yang
menyatakan berhubungan dengan temperatur tidak bisa dihindari. Entropi
sistem terisolasi bertambah apabila sistem mengalami proses spontan yang
tak terbalikkan. Pada akhir proses seperti itu, karena kesetimbangan dicapai,
harga entropi menjadi maksimum, taat asas dengan energi dan volumnya.
Peluang termodinamik juga bertambah dan mendekati maksimum ketika
kesetimbangan dicapai. Jadi, kita harus mencari hubungan antara S dan .
Tinjaulah dua sistem A dan B yang serupa dan bersentuhan secara termal,
satu dengan entropi SA dan peluang termodinamik A, yang lain dengan
harga SB dan B. Oleh karena entropi merupakan perubahan ekstensif,
entropi total sistem gabungan adalah:
S = SA +SB
Jika terjadi antara keadaan setimbang yang berdekatan, proses itu dapat
dilaksanakan secara terbalikkan sehingga dQ = T dS, dan
dU = T dS - P dV (2.135)
Jika sekarang kita rinci bahwa proses terbalikkan itu terjadi pada V tetap, kita
mempunyai mata rantai yang penting antara termodinamika dan mekanika
statistik:
1 S
(2.136)
T U V
g
d ln ln i dNi (2.137)
Ni
dan
gi
ln i ln A
Ni
Jadi d ln dN ln A dN
i i i (2.138)
d N ln Ad N
i i i
dU
Dengan U menyatakan energi total sistem. Jadi
d ln 1 d 1 S
k ln (2.139)
dU k dU k U V
S 1
Oleh karena , kita dapatkan hasil yang baik,
U V T
1
(2.140)
kT
2.66 Fisika statistik
LAT IH A N
1) Gas ideal yang terdiri dari N partikel dengan massa m mengisi ruang
dengan volume V dan temperatur T. Gunakan pendekatan klasik dari
fungsi partisi dan asumsikan partikel tidak dapat dibedakan, hitunglah
potensial kimia dari gas!
2) Gas dengan N partikel, memiliki massa m, diabsorpsi oleh permukaan
seluas A berbentuk dua dimensi, gas ideal berada pada temperatur T
2
pada permukaan itu. Energi absorpsi partikel adalah { p / 2m} 0 ,
di mana p = (px, py) dan 0 adalah energi permukaan per partikel.
Gunakan pendekatan seperti soal nomor satu untuk menghilangkan
potensial kimia dari absorpsi gas!
3) Dari soal No. 2, pada temperatur T partikel berada pada permukaan,
seluruh gas berada dalam kesetimbangan dalam ruang tiga dimensi.
Masukkan hubungan mengenai potensial kimia. Gunakan keadaan ini
untuk mendapatkan jumlah molekul n yang diabsorpsi per satuan luas
apabila tekanan rata-rata dari ruang tiga dimensi adalah p. (Jumlah total
dari partikel dalam absorpsi ditambah dengan penguapan adalah nol)!
4) Suatu osilator harmonik sederhana satu dimensi memiliki tingkat energi
En n 1 2 di mana adalah frekuensi anguler karakteristik dari
osilator dan n = 0, 1, 2, ...
a) Osilator dalam keadaan kontak termal dengan reservoir panas pada
temperatur T, dengan kT / 1 . Cari energi rata-rata dari osilator
sebagi fungsi dari waktu!
b) Untuk osilator dua dimensi, n = nx + ny, di mana
1 1
E nx n x x ,E ny n y y ,
2 2
nx = 0, 1, 2, ... dan ny = 0, 1, 2,... berapa fungsi partisi dari kasus ini
untuk semua nilai temperatur? Ulang untuk kasus x = y.
PEFI4418/MODUL 2 2.67
V 3 2mkT
kT ln ln
N 2 h
2
3) Potensial kimia untuk gas ideal dalam tiga dimensi sama dengan untuk
dua dimensi. Ungkapan dari potensial kimia untuk gas tiga dimensi V/N
= kT/p, dan untuk gas dua dimensi A/N = 1/n. Jika potensial kimia
keduanya memiliki nilai yang sama maka:
1/ 2
p h2
n e0 / kT
kT 2mkT
4) a) Ambil / kT ,
e / 2
~
z e
n 0
n 1/ 2
e 1
1 z
E
z 2 e 1
b) Tidak ada perbedaan antara osilator dua dimensi dan dua buah
osilator satu dimensi yang terpisah, dan fungsi partisinya adalah:
x y
e2 e2
Z
e x 1 e y 1
Ketika y = x, x = y = maka
e
z
e
2
1
5) a) Fungsi partisi
z exp cx
gx 3 / kT dx
2
Gunakan ekspansi Taylor‟s:
1 gx 3 cx 2 / kT
2
z
1 e
2 kT
dx
1 15 g 2 1
.
16 c
3
c
nilai rata-rata dari energi potensial adalah:
kT 15g 2
V ln z 1 3 kT
2 8c
PEFI4418/MODUL 2 2.69
N
z e e , di mana = 0B/kT
b) Entropinya adalah:
k ln z ln z Nk ln e e tanh
c) Nilai rata-rata dari energi adalah:
B
U ln z N0 Btanh 0
kT
R A NG KU M AN
Jumlah total dari keadaan dalam ruang fase adalah tetap dan rapat
keadaan dapat dibentuk persamaan kontinuitas aliran fluida sebagai
berikut.
div v 0
t
di mana V(xi, yi, zi) adalah energi potensial dari sistem i sebagai fungsi
dari spasial koordinat dan persamaan kontinuitas menjadi:
2.70 Fisika statistik
N
t
x x
i 1 xi,yi,zi
i
i
p xi 0
p xi
dx i dp d
jika x i danp xi xi didefinisikan sebagai diferensial total
dt dt dt
maka persamaan kontinuitas dalam kondisi normal Liouville:
d
0
dt
Rapat keadaan dalam ruang fase, pada satu titik yang merepresentasikan
ensambel, adalah tetap terhadap waktu.
di mana dan adalah konstan untuk ensambel dan tanda negatif untuk
i sebab pi akan menurun apabila i menurun.
Ensambel kanonik terdiri dari kumpulan keadaan tertutup, dengan
jumlah sistem yang tertentu. Jika dibutuhkan perlakuan dengan keadaan
yang terbuka, jumlah sistem tidak memiliki kuantitas tertentu, ini
membutuhkan perlakuan yang berbeda dari tipe ensambel kanonik dan
disebut ensambel grand kanonik.
PEFI4418/MODUL 2 2.71
TES F OR M AT IF 3
3) Fungsi Gibb‟s untuk gas ideal dalam dua dimensi adalah ....
2mkT 0
A. G NkT ln
h kT
2
A 2mkT
B. G NkT ln ln
N h2
A
C. G NkT ln 0
N kT
A 2mkT 0
D. G NkT ln ln
N h 2 kT
4) Potensial kimia untuk gas ideal dalam dua dimensi adalah ....
A 2mkT 0
A. kT ln ln
N h 2 kT
A 2mkT 0
B. NkT ln ln
N h 2 kT
A 2mkT
C. NkT ln ln
N h2
2mkT 0
D. NkT ln
h kT
2
8) Rapat keadaan dalam ruang fase, pada satu titik yang merepresentasikan
ensambel adalah tetap terhadap ....
A. temperatur
B. waktu
C. tekanan
D. volume
9) Gas ideal yang terdiri dari N partikel dengan massa m mengisi ruang
dengan volume V dan temperatur T. Dengan menggunakan pendekatan
klasik dari fungsi partisi dan diasumsikan bahwa partikel tidak dapat
dibedakan maka potensial kimia dari gas adalah ....
V 3 2mkT
A. kT ln ln
N 2 h
2
V 2mkT
B. kT ln ln
N h 2
3 2mkT
C. kT ln
2 h
2
V 3 2mkT
D. NkT ln ln
N 2 h
2
10) Persamaan keadaan dari gas tidak ideal ditulis dalam bentuk energi
bebas F adalah ....
A. F = -k log Z
B. F = -kZ log T
C. F = -kT log Z
D. F = -T log Z
2.74 Fisika statistik
Tes Formatif 1
1 /
TA 10
1 /
1) B. TB PB / PA 300K.
2) C. W = P(V2 – V1).
3) C Energi dalam gas sama dengan jumlah molekul dikalikan dengan
energi setiap molekul. Gunakan hubungan termodinamik antara
kapasitas panas dengan energi dalam.
4) C. Efisiensi mesin: = 1 - Q1/Q2 = 1 – T1/T2 berarti Q1/Q2 = T1/T2.
5) D. Gunakan rumus: Q1/Q2 = T1/T2.
6) A. Gunakan rumus: W = Q2 – Q1.
7) B. Jika semua molekul menempati separuh ruang maka
N!
N,0 1/ 2 N 1/ 2 0 1/ 2 N
N!0!
Jika semua molekul menempati seluruh ruang
N!
N,0 1 0 1
N 0 N
N!0!
R R
SV ln 1 dan Sn / 2 ln 1/ 2
N N
N N
SV Sv / 2
R
N
ln 1 ln 1/ 2 R ln
N N 1
1/ 2
R ln 2
Q
8) B. Koefisien kinerja refrigerator η e .
W
9) C. Entropi gas ideal: S = CV ln T + nR ln V + So
Q - Qe Q
10) A. Efisiensi mesin kalor: η H = 1- e
QH QH
Tes Formatif 2
1) C. Temperatur merupakan besaran yang tetap pada suatu sistem
ensambel kanonik yang terisolasi dari lingkungannya.
E n eEn z
2) A. E n ln z
e
n
E n z
2.76 Fisika statistik
2z
E 2n eEn
2
2
3) D. E2 n
ln z ln z
e E n z
2
E 2 E2 E
2
4) B. ln z E kT 2Cv
2
5) C. E E 2 k Cv T
6) D. Untuk gas ideal monoatomik:
3
E NkT
2
3
Cv N
2
sehingga
ΔE 2
E 3N
7) A. Fungsi partisi ensambel kanonik: z = exp (εi /kT).
8) B. Fungsi partisi ensambel kanonik akibat interaksi dengan reservoir:
V(2 π m kT)3/2
z= .
h3
9) C. Energi bebas Gibbs: F = kT logz.
10) A. Entropi sistem ensambel kanonik: s = k pi log pi .
i
Tes Formatif 3
1) C. Fungsi Gibbs dari sistem grand kanonik: G = N
N
A N 2πmkT Nε0 kT
2) A. Fungsi partisi gas ideal dua dimensi: z .e .
N! h 2
3) D. Fungsi Gibbs gas ideal dua dimensi:
A 2πmkT ε0
G NkT ln ln
N h 2 kT
4) A. Potensial kimia gas ideal dua dimensi:
A 2πmkT ε 0
μ kT ln ln
N h 2 kT
PEFI4418/MODUL 2 2.77
Glosarium
Mesin kalor adalah mesin mekanis yang dapat menimbulkan siklus dalam
sistem.
Ruang fase adalah ruang kerja untuk satu partikel yang bergerak dalam
sebuah ruangan yang berdiameter 6 N, yaitu 3 N untuk koordinat dan 3 N
untuk momentum.
Daftar Pustaka
Suprapto, B. dan Tan Ik Gie. (1987). Teori Gas Kinetik dan Mekanika
Statistik. Jakarta: Universitas Terbuka.
PE N DA H UL U AN
Secara lebih khusus lagi, kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah
Anda dapat:
1. menerapkan distribusi Maxwell-Boltzmann;
2. menerapkan arti fisis fungsi distribusi energi Maxwell-Boltzmann;
3. menerapkan arti fisis fungsi distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann;
4. menjelaskan ciri-ciri Boson;
5. menerapkan arti fisis fungsi distribusi Bose-Einstein;
6. menjelaskan ciri-ciri Fermion;
7. menerapkan arti fisis fungsi distribusi Fermi-Dirac.
Kegiatan Belajar 1
Statistika Maxwell-Boltzmann
Jika terdapat gi, sel dengan energi 1, banyaknya cara sebuah molekul
dapat memiliki energi 1 adalah gi. Banyak cara total dua molekul dapat
memiliki energi 1 masing-masing adalah g i2 , dan banyaknya cara total ni
molekul masing-masing berenergi 1 adalah gi i . Jadi, banyaknya cara N
n
g1 n g2 n g3 n
1 2 3
(3.1)
dengan syarat
ni n1 n 2 n3 N (3.2)
4! = 4 3 2 1 = 24
Namun, apabila lebih dari satu molekul boleh menempati satu tingkat energi,
mempermutasikan di antara molekul itu tidak berperan dalam situasi ini.
Misalnya, jika molekul a, b, dan c berada pada tingkat j, di sini tidak apa-apa
apabila kita menyatakannya sebagai acb, bca, cab atau cba, keempat
distribusi ini setara karena semuanya menyatakan fakta bahwa nj = 3. Jadi, ni
molekul dalam tingkat ke-i memberi kontribusi (sumbangan) ni! Permutasi
tak-relevan. Jika ada n, molekul dalam tingkat 1, n2 molekul dalam tingkat 2
maka terdapat n1! n2! n3! ... permutasi tak relevan. Apa yang kita inginkan
PEFI4418/MODUL 3 3.5
Hal yang harus kita lakukan sekarang adalah menentukan distribusi mana
yang berpeluang terbesar, yaitu yang menghasilkan harga W terbesar.
Langkah kita yang pertama adalah mendapatkan aproksimasi analisis yang
memadai untuk faktorial dari suatu bilangan besar.
n! = n (n - 1) (n - 2) … (4) (3) (2)
ln n! = ln 2 + ln 3 + ln 4 + ... + ln(n-1) + ln n
Gambar 3.1. plot ln n terhadap n. Luas di bawah kurva tangga dan kurva
malar dari ln n menjadi tak terbedakan, kita mendapatkan ln n! hanya dengan
mengintegrasikan ln n dari n = l hingga n = n
Gambar 3.1
ln n vs n
3.6 Fisika statistik
Oleh karena kita anggap n 1 , kita dapat mengabaikan 1 dalam hasil di atas,
dan kita peroleh .
ln n! = n ln n – n , n 1 (3.5)
Persamaan (3.5) dikenal sebagai rumus stirling.
Logaritma alamiah persamaan (3.4) adalah
ln W ln N
ln ni ni ln gi
ln n n ln g n
i i i i 0 (3.8)
Persamaan (3.8) harus dipenuhi oleh distribusi molekul antara tingkat energi,
yang berpeluang terbesar, namun persamaan itu sendiri tidak memberi
spesifikasi secara lengkap pada distribusi itu. Kita harus memperhitungkan
kekekalan jumlah partikel,
n i n1 n 2 n3 N (3.2)
n
i i 1n1 2n 2 3n3 0 (3.11)
ln n ln g n
i i i i 0 (3.12)
jika yang terlibat adalah distribusi malar, lawan distribusi diskrit dari energi
g() diganti dengan g()d yang menyatakan banyaknya keadaan dengan
energi antara dan + d.
Setelah kita menyatakan kebergantungan f() dari yang dituliskan
dalam Persamaan (3.14) benar, sekarang kita harus membuktikan cara f()
berubah terhadap temperatur T. Faktor 1/kT dalam eksponen jelas, karena
peluang bahwa sebuah partikel memiliki energi tinggi harus bertambah
dengan bertambahnya energi, tapi ini bukan satu-satunya faktor yang
memiliki sifat seperti itu. Tes yang lebih meyakinkan adalah penggunaan
Persamaan (3.14) untuk menghitung energi internal total dari sebuah sistem
partikel yang harga -nya diketahui dan melihatnya apakah cocok. Sistem
yang sesuai untuk diperiksa adalah sampel gas ideal yang terdiri dari N
molekul. Teori kinetik elementer dari gas menunjukkan bahwa hanya jika
3.10 Fisika statistik
3
energi kinetik molekuler rata-ratanya kT hukum gas ideal memiliki bentuk
2
3
yang benar pV = NkT sehingga energi molekuler total haruslah E NkT.
2
Mari kita periksa apa hasil dari Persamaan (3.14).
Kuantisasi energi dalam gerak translasional molekul gas tidak begitu
nyata, dan jumlah molekul total N dalam sampel biasanya sangat besar. Jadi
cukup relevan untuk memakai distribusi malar dari energi molekul kebalikan
dari kumpulan diskrit l, 2, 3, ... . Jika () d menyatakan banyaknya
molekul yang energinya terletak antara dan + d maka persamaan (3.15)
dapat dituliskan sebagai berikut.
n d g d f Ag e kTd (3.16)
Gambar 3.2
Koordinat dalam ruang momentum adalah px, py, pz. Banyaknya keadaan
momentum yang bisa dimiliki partikel dengan momentum yang besarnya
berada antara p dan p + dp berbanding lurus dengan volume kuit bola dalam
ruang momentum yang berjejari dan tebal d
PEFI4418/MODUL 3 3.11
karena
md
p2 = 2 m dan dp =
2m
persamaan (3.19) menjadi
g d 2m3 2B d (3.20)
N n d C
0
0
e kT d (3.22)
2N
C
kT 3 2
dan akhirnya,
2N
n d e kT d (3.24)
kT
32
Gambar 3.3
Distribusi Energi Maxwell-Boltzmann untuk Molekul Gas Ideal
Langkah terakhir adalah menghitung energi internal total sistem. Hal ini
diperoleh dengan mengalikan n() d dengan energi , kemudian diintegrasi
terhadap semua energi dari 0 sampai tak hingga.
PEFI4418/MODUL 3 3.13
2N
E n d
0 kT 3 2 0
3 2e kT d
Hasil ini benar sehingga meyakinkan bentuk faktor 1/kT dalam eksponen dari
fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann, Persamaan (3.14) betul menggam-
barkan kebergantungan n() d() terhadap T.
1 mv 2
2
d mv dv
2Nm3 2 2
n(v)dv v3emv / 2kT
dv (3.27)
kT
32
Gambar 3.4
Distribusi Kecepatan Maxwell-Boltzmann
PEFI4418/MODUL 3 3.15
1 2 3
karena mv kT. Kecepatan ini diberi lambang v rms karena akar rata-
2 2
rata kecepatan molekuler kuadrat - the root-mean-square speed - tidak sama
dengan rata-rata aritmatik sederhana v . Hubungan antara v dan v rms
bergantung dari hukum distribusi yang berlaku untuk kecepatan molekuler
dalam sistem tertentu. Untuk distribusi Maxwell-Boltzmann,
3
vrms v 1,09v
8
sehingga kecepatan rms adalah sekitar 9 persen lebih besar dari kecepatan
rata-rata aritmatik.
Oleh karena distribusi kecepatan Persamaan (3.27) tidak simetris,
kecepatan berpeluang terbesar vp lebih kecil dari v atau vrms. Untuk
mendapatkan vp, kita samakan turunan n(v) terhadap v dengan nol, dan
pecahan persamaan yang timbul. Hasilnya adalah:
2kT
vp (3.29)
m
Kelajuan molekuler gas berubah banyak pada kedua belah sisi dari vp.
Gambar 3.5 menunjukkan distribusi kecepatan dalam Oksigen pada 473 K(-
200°C), dalam Oksigen 273 K(0oC), dan dalam hidrogen pada 273 K.
3.16 Fisika statistik
oksigen (473 K)
Gambar 3.5
Distribusi Kelajuan Molekuler dalam Oksigen pada 473 K, dalam
Oksigen 273 K dan dalam Hidrogen 273 K
LAT IH A N
v e
3 av 2 1
dv a )!
2
0
2m
4) Buktikan harga rata-rata 1/v untuk molekul gas ideal adalah
kT
v e
3 av 2 1
(petunjuk dv a )!
2
0
5) Buktikan bahwa energi total untuk N molekul gas adalah 3/2 NkT!
6) Terdapat 5 buah molekul a, b, c, d, dan e. Tentukan banyaknya cara
mengatur kelima molekul ini!
7) Jelaskan anggapan dasar mengenai distribusi partikel dalam statistika
Maxwell-Boltzmann!
8) Dalam hal N partikel terbedakan banyaknya cara untuk mendapatkan
suatu keadaan makro yang didefinisikan oleh N1 partikel dalam g1
keadaan kuantum dengan energi 1, N2 partikel dalam keadaan kuantum
g1N1 gsN2
g2 dengan energi 2 dan seterusnya diberikan oleh 1 N!
N1 !N 2 !
apabila g1 N1.
Gunakan pendekatan stirling untuk menghitung ln !
9) Energi molekuler rata-rata dari atom hidrogen pada kesetimbangan
termal di atmosfer adalah 1,0 eV, bila k = 1,38 1023 J/K maka
tentukanlah temperatur atmosfer dalam Kelvin!
10) Dari data no. 9 berapakah rasio perbandingan jumlah atom pada tingkat
eksitasi kedua (a = 3) dibandingkan dengan keadaan dasar?
1
masukkan nilai E(z) = az2 ke dalam integrasi kita peroleh: E kT
2
2Nm3 2
v 2e mv 2kT dv (distribusi Kecepatan Molekuler)
2
2) n(v)dv
kT
32
v e
3 av 2dv 1
dengan memasukkan syarat di soal a2
2
0
PEFI4418/MODUL 3 3.19
2
2m3 2 m 2kT
maka v 8kT m
kT 3 2 2
4) Sama halnya dengan jawaban no. 3 dan Anda masukkan nilai:
2 Nm3 2
n v dv v2emv
2
2kT
dv
kT 32
2N
5) n d e kT d (Distribusi energi molekuler)
kT 32
atau ln N ln g
i i Ni N i
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C.
1 e1 1
D. 1 exp 1
2T
C. n d e kT d
kN 32
2N
D. n d e kT d
kT 32
2Nm3 2
n d v 2e mv
2
2kT
B. dT
kT 32
2NN3 2
n d v 2e mv
2
C. 2kT
d
kT
32
2Nm3 2
D. n d v2e mv
2
2kT
d
kT 32
Kegiatan Belajar 2
Statistika Bose-Einstein
A. KONSEP BOSON
panas isolator, tetapi selisihnya tidak sebesar 3/2 Nk. Statistik Maxwell
Boltzmann sangat bagus untuk meramalkan perangai gas molekul, tetapi
tidak tepat jika diterapkan untuk gas elektron dalam logam.
Kita tinjau sifat dualisme elektron yang sangat menarik. Dengan
menggunakan konsep de Broglie yang menghasilkan antara sifat partikel dan
sifat gelombang maka kita mendapatkan panjang gelombang elektron terkait
dengan momentumnya,
h
(3.30)
p
Jika setiap ion dalam logam itu melepas satu elektron dan jarak antara
ion-ion terdekat kira-kira 5 Angstrom (5.10-10 meter) maka jarak rata-rata
elektron yang saling berdekatan tentunya juga sekitar 5 Angstrom. Apabila
dibandingkan dengan panjang gelombang elektron-elektron dalam logam itu
letaknya sangat berdekatan. Jika elektron itu gelombang tentunya kumpulan
elektron itu menjadi gelombang yang tumpang tindih.
Ada perbedaan sifat antara partikel dan gelombang yang perlu
diperhatikan. Dua partikel yang berdekatan masih bisa dibedakan satu dengan
yang lain. Tetapi kalau dua gelombang yang berdekatan maka akan terjadi
inteferensi (perpaduan), dan yang muncul hanyalah hasil superposisi
gelombang-gelombang itu. Kita tidak bisa lagi memisahkan gelombang itu
PEFI4418/MODUL 3 3.27
menjadi komponen-komponen yang asli. Jadi, kalau elektron dalam logam itu
gelombang yang tumpang tindih maka elektron-elektron itu kehilangan
identitasnya masing-masing. Dalam bahasa mekanika kuantum elektron-
elektron tersebut dikatakan partikel dentik yang tidak bisa dibedakan satu
dengan lainnya.
Dalam mekanika kuantum dikenal suatu partikel yang bernama boson.
Sifat partikel ini sangat khas karena distribusi statistik partikel tersebut tidak
tunduk pada asas Pauli. Artinya, tidak ada pembatasan jumlah partikel yang
dapat menduduki suatu status tertentu. Suatu status dapat berisi partikel
berapa saja. Partikel Boson adalah semua partikel yang bulat bilangan
spinnya, di mana fungsi gelombangnya memiliki fungsi simetrik (misalnya,
foton, fonon, 4He ...).
Ada empat jenis interaksi antara partikel elementer. Interaksi tersebut
didaftar dalam Tabel 3.1 bersama dengan partikel yang mempengaruhinya,
jangkauan aksinya, dan sifat partikel yang pertukarannya merupakan
perantara dari interaksi tersebut.
Tabel 3.1
Empat Interaksi Pokok Partikel Elementer
Pembawa interaksi lemah disebut boson vektor madya, dan jenisnya ada
dua. Oleh karena interaksi lemah memiliki jangkauan yang sangat pendek,
massa diam partikel seperti itu harus besar, lebih dari 30 kali massa proton.
Jenis pertama disebut W, memiliki spin 1 dan muatan e dan bertanggung
jawab atas terjadinya peluruhan Beta. Jenis lain disebut Z, juga berspin 1,
tetapi netral secara listrik dan lebih berat dari W; efeknya sebegitu jauh,
hanya terdeteksi pada eksperimen hamburan energi tinggi tertentu. Walaupun
partikel W merupakan partikel pertukaran yang alamiah untuk interaksi
lemah dan diusulkan bertahun-tahun sebelumnya, idea partikel Z timbul lebih
baru dalam teori yang menyatukan interaksi lemah dan interaksi
elektromagnetik, dan penemuan efek yang lebih baru telah menolong
3.28 Fisika statistik
Gambar 3.6
Deretan ni Partikel tak Terbedakan oleh gi - 1 Pembatas gi Sel
dari banyaknya pengaturan yang berbeda dari partikel di antara keadaan yang
memiliki energi tertentu. Kita anggap
n i gi 1
sehingga (ni + gi - 1) dapat diganti dengan (ni + gi) dan dengan mengambil
logaritma alamiah dari kedua ruas persamaan (3.2), didapatkan
3.30 Fisika statistik
Oleh karena secara efektif ni bebas maka kuantitas dalam tanda kurung harus
nol untuk setiap harga i. Jadi
n gi
ln i i
ni
PEFI4418/MODUL 3 3.31
gi
1 e e
ni
dan
gi
ni i
(3.34)
e e 1
LAT IH A N
n
i i n digambarkan dengan -
i i
di mana adalah konstanta, dengan ln D ln 1 ee d
P 1 Vln
3.34 Fisika statistik
2 ln 1 e d
1 U
maka P 2 d
3
0
e 1 3V
R A NG KU M AN
W i
n gi 1
n i ! gi 1
distribusi yang diperkirakan ditemui diungkapkan oleh
gi
n i i kT
e e 1
TES F OR M AT IF 2
C. n 0 i
D. n 0
i i
8) Jika pada suatu tingkat energi i terdapat gi status dan berisi ni buah
Boson maka jumlah cara pengisian berbagai status itu adalah ....
A.
n i gi 1
gi ! n i 1
B.
n i gi 1
n i ! g i 1
C.
n i gi 1
n i ! n i 1
D.
n i gi 1
n i ! g i 1
9) Boson vektor madya jenis pertama disebut W, jumlah spin dan muatan
yang dimiliki Boson ini adalah ....
A. spin ½ dan muatan e
B. spin ½ dan muatan hanya - e
C. spin 1 dan muatan hanya + e
D. spin 1 dan muatan e
Kegiatan Belajar 3
Statistika Fermi-Dirac
A. KONSEP FERMION
Oleh karena secara efektif n i bebas maka kuantitas dalam tanda kurung
harus nol untuk setiap harga i. Jadi,
g ni
ln i i 0
ni
gi
1 e e
ni
dan
gi
ni i
(3.40)
e e 1
Jika suku pertama penyebut pada persamaan (3.41) jauh lebih besar dari 1,
maka ungkapan untuk ni mirip dengan distribusi Maxwell-Boltzmann
ni exp .exp i
Oleh karena mekanika kuantum dalam bentuk limitnya akan menjadi
mekanika klasik, yaitu distribusi Maxwell-Boltzmann maka
PEFI4418/MODUL 3 3.41
1
ni (3.42)
i
exp 1
kT
Fungsi ini memiliki sifat-sifat yang sangat khas seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.1 pada nilai ε yang jauh lebih kecil dari o suku pertama pada
penyebut bisa diabaikan besarnya sehingga f() bernilai 1. Untuk nilai yang
jauh lebih besar dari o suku pertama penyebut itu begitu besar sehingga f()
1
bernilai 0. Tepat pada nilai energi yang sama dengan o, f .
2
Pada suhu yang rendah suku pertama penyebut itu sangat peka terhadap
( - o) apakah itu positif atau negatif, apabila negatif suku pertama itu sama
dengan nol, sedangkan bila positif suku pertama itu menjadi tak berhingga
besarnya. Akibatnya, pada tempat = o fungsi f() meloncat dari nilai 1 ke
nilai 0. Untuk suhu T yang tinggi perubahan nilai f() dari 1 ke-0, berjalan
lebih lamban, tetapi tetap dengan titik pertengahan pada = o.
3.42 Fisika statistik
Gambar 3.8
Fungsi Distribusi Fermi-Dirac f()
Untuk T > 0 dan ........ untuk T = 0
Gambar 3.9
Turunan fungsi distribusi Fermi-Dirac
………. untuk T > 0 dan …........ untuk T = 0
Dari lukisan sifat-sifat f() itu kita bisa menafsirkan secara kualitatif apa
arti besaran energi o. Pada suhu T = 0 nilai f() = 1 untuk semua status
energinya kurang dari o. Berarti semua status energi itu terisi oleh tepat satu
PEFI4418/MODUL 3 3.43
elektron, sedangkan semua status dengan energi yang lebih besar dari o nilai
f() = 0, berarti status itu kosong sama sekali. Jadi, o adalah tingkatan energi
tertinggi apabila elektron-elektron itu diisikan satu per satu ke dalam status-
status energi dimulai dari yang paling bawah. Dalam fisika tingkatan energi
o dengan makna semacam itu disebut energi Fermi.
LAT IH A N
1) Oleh karena pada gas elektron identitas partikel tidak dapat dibedakan
satu sama lain, fungsi gelombangnya saling tumpang tindih, dan panjang
gelombang de Broglie elektron dalam logam pada suhu ruang hampir
sama dengan jarak rata-rata antara elektron-elektron.
2) Asas eksklusif Pauli menyatakan bahwa satu status energi tidak boleh
diisi oleh lebih dari satu elektron.
3.44 Fisika statistik
8V
T ln 1 e d3
e
3c3 h 3
0
3
e
e
8V
3c3 h 3 1 e
0
e
d
1
E
3
Persamaan ini juga digunakan untuk gas Boson.
ln 1 n i
dengan S k ln a ln ln
B
maka Sk n ln n 1 n ln 1 n
i
i i i i
PEFI4418/MODUL 3 3.45
5) E 3 2 kT dan p 2mE
sehingga panjang gelombang rata-rata atom Argon dalam gas adalah:
h p 3 1010 meter
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) B. Jumlah derajat kebebasan translasi adalah 3 sehingga kita dapatkan
3 2 kT 1 mv 2
2
3kT
maka v ~ v 2 ~ 2 103 m / s.
m
2) A. Jumlah derajat kebebasan rotasi adalah 2 sehingga 1 I2 3 kT
2 2
di mana I = 1 mr adalah momen inersia dari molekul H2, m
2
2
adalah massa atom H, dan r adalah jarak antara dua atom hidrogen
sehingga kita dapatkan
2 ~ 3, 2 1013 rad / s.
3) D. ,exp i . Jawaban telah jelas dengan memperhatikan
bentuk persamaan.
8kT
4) C. Kelajuan rata-rata (v) = .
πm
5) D. Distribusi energi molekuler
2N
n d e kT d .
kT 32
Tes Formatif 2
1) A. Boson adalah partikel yang bilangan spinnya bulat dan fungsi
gelombangnya memiliki fungsi simetrik.
2) A. Pada distribusi Bose-Einstein berlaku ni = 0.
3) C. Ciri statistik Bose-Einstein merupakan statistika kuantum dan
tunduk pada asas Pauli.
4) C. Stirling.
5) B. Besarya energi adalah E = 3/2 kT = 6,21 1021 Joule.
6) D. Momentum elektron adalah p 2mE 1,05 1028 kg m/ s.
7) A. Panjang gelombang rata- rata elektron dalam gas adalah
h
6,3 106 meter.
p
n gi 1
8) A Jumlah cara pengisian i .
ni !( gi 1)
9) D. Boson vektor madya jenis pertama jumlah spinnya 1 dan muatanya
–e dan +e.
10) B. Boson W bertanggung jawab atas terjadinya peluruhan sinar .
Tes Formatif 3
1) D. Energi Fermi.
2) A. Cukup jelas.
3) C. Fermi-Dirac.
4) C. Bose-Einstein.
5) D. Fermion.
εi
6) B. Distribusi Fermi-Dirac n i = α εi /kT
ee +1
1
7) C. Sifat distribusi Fermi-Dirac: anti simetrik terhadap f = .
2
8) C. Besarnya nilai adalah Energi dibagi dengan perkalian antara
konstanta Boltzmann dan temperatur.
PEFI4418/MODUL 3 3.51
Glosarium
Asas eksklusi Pauli adalah menyatakan bahwa satu status energi tidak boleh
diisi oleh lebih dari satu elektron.
Boson adalah partikel yang bilangan spinnya bulat dan fungsi gelombangnya
memiliki fungsi simetrik.
Permion adalah partikel yang memiliki sifat fungsi gelombangnya
antisimetrik.
PEFI4418/MODUL 3 3.53
Daftar Pustaka
Suprapto, B. dan Tan Ik Gie. (1987). Teori Gas Kinetik dan Mekanika
Statistik. Jakarta: Universitas Terbuka.
PE N DA H UL U AN
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar (KB). Kegiatan Belajar 1
membahas Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann pada Gas Ideal, yang
membahas tentang Persamaan Barometrik dan Teori Ekuipartisi Energi.
Kegiatan Belajar 2 mengenai Kapasitas Panas, yang membahas tentang
kapasitas panas diatomik dan kapasitas panas zat padat, sedangkan Kegiatan
Belajar 3 mengenai Sifat-sifat Bahan Paramagnetik, yang membahas tentang
kemagnetan atom, subsistem ion magnetik, serta hukum Curi dan fungsi
Largevin.
Secara umum, kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah Anda
diharapkan mampu menerapkan konsep-konsep statistika Maxwell-
Boltzmann pada gas ideal dan zat padat melalui penalaran. Secara lebih
khusus lagi, kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah Anda dapat
menerapkan konsep statisika Maxwell-Boltzmann untuk:
1. menentukan energi gas ideal monoatomik;
2. menentukan entropi gas ideal monoatomik;
3. menghitungkan tekanan barometrik;
4. menjelaskan teori ekuipartisi energi;
5. menghitung kapasitas kalor gas diatomik;
6. menghitung kapasitas kalor zat padat;
7. menjelaskan kemagnetan atom;
8. menjelaskan konsep sub-ion magnetik;
9. menghitung harga konstanta Curie.
Agar Anda berhasil dalam pembelajaran ini maka pelajarilah seluruh isi
modul ini secara sungguh-sungguh. Kerjakanlah sendiri soal-soal latihan dan
tes formatif yang diberikan tanpa melihat terlebih dahulu petunjuk
jawabannya.
Selamat belajar, semoga Anda berhasil!
PEFI4418/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
D alam pembahasan teori kinetik, molekul suatu gas ideal tidak bisa
dianggap bebas sempurna satu terhadap yang lainnya karena jika
demikian, molekul tidak bisa mencapai distribusi kecepatan setimbang. Jadi,
harus ada anggapan bahwa terjadi interaksi, tetapi hanya ketika bertumbukan
dengan molekul lain dan dengan dinding. Untuk memberikan bentuk
interaksi yang terbatas ini kita menganggap molekul berinteraksi lemah atau
kuasi bebas. Pembahasan mengenai partikel yang berinteraksi kuat berada di
luar lingkupan pembahasan sekarang.
Selain memiliki sifat kuasi bebas, molekul gas ideal memiliki ciri lain.
Semua molekul itu tak terbedakan, karena tidak bertempat dalam ruang. Perlu
ditekankan bahwa molekul tidak memiliki kecenderungan untuk menempati
tempat tertentu atau memiliki kecepatan tertentu. Partikel yang menempati
kedudukan kisi yang teratur dalam kristal dapat dibedakan karena partikel itu
bergetar terbatas di sekitar titik tetap sehingga satu partikel dapat dibedakan
dengan partikel lainnya menurut tempatnya. Perlakuan statistik dari kristal
ideal sebagai sejumlah partikel kuasi-bebas terbedakan diuraikan dalam bab
berikutnya. Dalam kegiatan belajar ini, kita akan membatasi perhatian pada
partikel kuasi bebas yang terbedakan dari gas ideal.
Andaikan gas ideal monoatomik terdiri atas N partikel, dengan N
merupakan bilangan yang sangat besar (sekitar 1020). Andaikanlah gas itu
berada di dalam kubus yang sisinya L, dan sebagai langkah pertama seluruh
energi untuk masing-masing partikel dianggap merupakan energi kinetik
translasi. Misalkan, harga energi tiap partikel pada arah x adalah sebagai
berikut.
mxx
2
1 p2
εx mvx2 x
2 2m 2m
semula atau jarak total 2L), momentum tetapan px dikalikan dengan lintasan
total 2L harus merupakan bilangan bulat dikalikan dengan tetapan Planck h.
Jadi,
px2L = nxh
Harga energi kinetik x yang diperoleh adalah diskrit, sesuai dengan harga
bilangan bulat nx, tetapi bila nx berubah dengan satu maka perubahan yang
bersesuaian dalam x sangat kecil, karena nx biasanya merupakan bilangan
yang sangat besar. Untuk bisa melihat bahwa harga nx yang biasa dijumpai
besar, tinjaulah kotak berbentuk kubus yang dimisalkan sisinya 10 cm, berisi
gas helium pada 300K. Di modul sebelumnya telah ditunjukkan bahwa energi
rata-rata gas ideal 3/2 kT. Oleh karena molekul mempunyai 3 derajat
kebebasan, dan tidak ada arah yang cenderung lebih mungkin untuk diambil
maka energi
rata-rata yang berkaitan dengan masing-masing derajat kebebasan translasi
1
ialah kT . Jadi,
2
1 1 J
εx kT 1,38 1023 300 K
2 2 K
2, 07.1021 J
dan
0,1m
nx 86, 61027 kg 2, 071021 J
6, 61034 Js
109
Tabel 4.1
n ny2 nz2 66
2
x
Dengan demikian, sangatlah mustahil bahwa lebih dari satu partikel akan
menempati keadaan kuantum yang sama pada suatu saat.
Pada setiap saat partikel bergerak sangat cepat dan beberapa yang lain
bergerak lambat sehingga partikel tersebar di antara sejumlah besar keadaan
kuantum yang berbeda. Dengan berjalannya waktu, partikel saling
bertumbukan dan bertumbukan dengan dinding, atau memancarkan dan
menyerap foton sehingga masing-masing partikel mengalami banyak
perubahan dari satu keadaan kuantum ke keadaan kuantum lainnya.
4.6 Fisika statistik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A B C
A C B
B A C
B C A
C A B
C B A
Kita telah melihat bahwa dalam hal gas ideal, banyak keadaan kuantum
yang bersesuaian dengan tingkat energi yang sama dan bahwa degenerasi
masing-masing tingkatan jauh lebih besar daripada banyaknya partikel yang
bisa didapatkan pada suatu waktu. Perincian bahwa pada saat tertentu
terdapat N1 partikel pada tingkat i dengan degenerasi g1, N2 partikel pada
tingkat 2 dengan degenerasi g2, ... dan seterusnya, dalam suatu wadah
bervolum V bila gas terdiri atas N partikel dan energi U adalah suatu
gambaran keadaan makro gas. Banyaknya cara keadaan makro ini dapat
tercapai, adalah perkalian dari semua suku yang sejenis dengan Persamaan
(4.3), atau
g N1 g N2
Ω 1 2 (4.4)
N1 ! N 2 !
ln x ! ln 2 ln 3 ln x
ln x ! ln xdx
1
Rumus ini adalah hampiran Stirling seperti yang sudah dibahas dalam modul
sebelumnya.
Dengan memakai hampiran Stirling dalam Persamaan (4.4), kita
dapatkan
ln Ω = N1 ln g1 - N1 ln N1 + N1 + N 2 ln g 2 - N 2 ln N 2 + N2 + …
= Ni l ngi - Ni ln Ni + Ni
atau
gi
ln Ω Ni ln Ni (4.6)
Ni
g1 g g
ln dN1 ln 2 dN 2 ln i dNi 0
N1 N2 Ni
dN1 dN 2 dN i 0
ε1dN1 ε1dN 2 εi dN i 0
huruf pertama dari kata di atas sebagai lambang matematis, tetapi memakai
ungkapan yang berasal dari bahasa Inggris fungsi partisi. Jadi,
Z gi e β εi (4.12)
N
dan A (4.13)
Z
Z
NkT 2
εi Ni
ZU
NkT 2
tingkat
keadaan
εj 2 2 2
8m a a a
4.12 Fisika statistik
Dengan nx, ny, dan nz, menyatakan bilangan kuantum untuk berbagai keadaan
kuantum. Jadi, fungsi partisi ini meliputi penjumlahan rangkap tiga:
h2 nx2 ny nz2
2
Z 2 2 2
n 1 n 1 n 1
x y
8mkT a
z
b c
Oleh karena harga nx, ny, dan nz yang menimbulkan harga energi yang cukup
besar adalah sangat besar, dan karena perubahan nx, ny, dan nz dengan satu
menimbulkan perubahan energi yang sangat kecil, tidak ada kesalahan yang
ditimbulkan jika kita mengganti penjumlahan dengan integral dan dengan
menuliskan
h2 8mkT n2 a2 h2 8mkT n2 b2
Z e x
dnx e y
dn y
0 0
h2 8mkT n2y c2
e dnz
0
dan karena a b c = V,
3
2πmkT 2
Z V
h 2
dan
3 3 2πmk
ln Z ln V ln T 2
2 2 h
PEFI4418/MODUL 4 4.13
3
NkT 2
2T
3
NkT
2
Hasil ini tepat sama dengan hasil yang diperoleh dengan memakai teori
kinetik gas untuk gas ideal monoatomik. Hasil ini pun memperlihatkan
bahwa bila masing-masing partikel yang memiliki derajat kebebasan translasi
mengalami kesetimbangan statistik maka energi partikel sama dengan 3/2 kT,
sedangkan entropi gas ideal monoatomik adalah
Z U
S Nk ln Nk
N T
2πmk 2 3
3
Nk ln ln T ln 2 Nk Nk
N 3
v 2 h 2
2πmk
3
Nk ln T ln ln 2
2
3 N 5
2 V h 2
A. PERSAMAAN BAROMETRIK
maka
F
P
V
T
Jika berbagai jenis energi dihitung dengan fisika klasik, dengan mudah dapat
diturunkan prinsip klasik ekuipartisi energi. Misalkan kita ambil Persamaan
(4.16), yaitu
ln Z
U NkT 2
T
v
ε b1 p12 b2 p22 b f p 2f
Akibatnya karena fungsi partisi merupakan hasil kali fungsi partisi yang
terpisah maka
βb f p 2f
z e βb1 p1 dp1 e βb2 p2 dp2 e
2
dp f
0 0 0
Ambil
1 1
yi β 2 pi dan dyi β 2 dpi
4.16 Fisika statistik
Maka
dyi
e βbi pi dpi e βbi yi
2 2
/β
0 0
βv2
12
e
bi yi2
β dyi
0
1
β 2 Ki
dengan Ki tidak mengandung . Fungsi partisinya sekarang menjadi
1 1 1
Zβ 2
K1 β 2
K2 β 2
Kf
f
β 2
K1 K 2 K f
karena β 1 kT maka
f
ε kT (4.22)
2
Perhitungan ini sesuai dengan hasil percobaan. Gas dwiatomik H2, O2, N2,
NO, dan CO dalam daerah temperatur kamar (pada temperatur ini rotasi
PEFI4418/MODUL 4 4.17
sudah terjadi, tetapi vibrasi belum berbentuk dumbel dengan dua derajat
kebebasan rotasi. Jadi, energi molarnya adalah
U = 5/2 RT
cv = 5/2 R, cp = 7/2 R, dan = 7/5
4q
U = (3 + q) RT, cv = (3 + q)R, cp = (4 + q )R, dan γ
3 q
Jika q besar, mendekati 1, hasil ini ternyata tidak cocok dengan percobaan.
Kapasitas panas molekul tidak tetap tetapi bervariasi itu tampak, dan tidak
berharga sekitar satu.
Apabila prinsip ekuipartisi energi diterapkan pada zat padat dan zat cair,
ketakcocokan ini lebih besar lagi, maka prinsip ini harus dikesampingkan,
diganti dengan gagasan kuantum.
LAT IH A N
3) Pandang suatu gas yang berada dalam ruang yang luasnya A dan
tingginya L dalam medan gravitasi bumi, apabila gas itu adalah udara
dalam atmosfer kita maka bagaimanakah perbandingan antara kerapatan
udara pada ketinggian y dengan kerapatan udara pada permukaan bumi?
4) Cari pula hubungan antara tekanan udara pada ketinggian y dengan
tekanan udara pada permukaan bumi dari hasil perhitungan soal no. 3!
Diketahui suatu sistem gas yang; terdiri atas NA molekul dwiatom yang
berinteraksi lemah. Masing-masing molekul bisa bergerak dengan frekuensi
sama, V, tetapi energi E; diberikan oleh:
i = (1/2 + i)h (i = 0, 1, 2, …)
1) Diketahui L = 1 meter
Dengan memasukkan persamaan
h2 L
εx nx2 atau nx 8mεx
8mL2 h
1 1 J
εx kT 1, 41023 1000 K
2 2 K
maka didapatkan nilai n = 2 1011
PEFI4418/MODUL 4 4.19
4) Untuk dy yang sangat kecil udara dalam lapisan yang luasnya A dan
tingginya antara y dan y + dy dapat diperlakukan sebagai gas ideal
sehingga berlaku rumus:
P = nKT
dengan P tekanan dan n jumlah molekul per satuan volume. Oleh karena
pada lapisan itu jumlah molekul per satuan volume adalah (dNy/Ady)
maka besarnya tekanan udara pada ketinggian y adalah:
Py Nmg Aexp mgy kT
Tekanan pada ketinggian 0 adalah P0 = Nmg/A
Maka kita dapatkan Py P0 exp mgy kT
4.20 Fisika statistik
f
9) ε kT (4.22)
2
Disarankan bahwa apabila sejumlah besar partikel kuasi-bebas
takterbedakan yang energinya diungkapkan sebagai jumlahan f suku
terkuadaratkan, mencapai kesetimbangan maka energi rata-rata per
partikel sama dengan f kali ½ kT. Gas dwiatomik dalam daerah
temperatur kamar (pada temperatur ini rotasi sudah terjadi, tetapi vibrasi
belum) berbentuk dumbel dengan dua derajat kebebasan rotasi.
Jadi, energi molarnya adalah:
U = 5/2 RT
PEFI4418/MODUL 4 4.21
U 5
10. cv maka cv R
T v 2
R A NG KU M AN
Dalam pembahasan teori kinetik, molekul suatu gas ideal tidak bisa
dianggap bebas sempurna satu terhadap yang lainnya harus ada
anggapan bahwa terjadi interaksi, tetapi hanya ketika bertumbukan
dengan molekul lain dan dengan dinding. Kita menganggap molekul
berinteraksi lemah atau kuasi bebas. Semua molekul itu tak terbedakan,
karena tidak bertempat dalam ruang. Molekul tidak memiliki
kecenderungan untuk menempati tempat tertentu atau memiliki
kecepatan tertentu. Kita membatasi perhatian pada partikel kuasi-bebas
yang terbedakan dari gas ideal.
Energi rata-rata yang berkaitan dengan masing-masing derajat
kebebasan translasi ialah ½ kT. Jadi, x = ½ kT = ½ 1,4 10-23 =
2,1 10-21 J. Banyaknya keadaan kuantum yang bersesuaian dengan
tingkat energi yang sama yang bisa didapatkan pada suatu waktu adalah
suatu gambaran keadaan makro gas. Banyaknya cara keadaan makro ini
dapat tercapai,
g N1 g N2
Ω 1 2
N1 ! N 2 !
Maka
Z U
F U T nk ln Nk
N T
kT N ln Z N ln N N
sehingga F = –kT(N ln Z – ln N!)
dF = dU – TdS – SdT
= –P dV – S dT
maka
F ln Z
P P NkT
V T V T
TES F OR M AT IF 1
2) Kalau kita memasukkan nilai k = 1,4 10-23 J/K dan molekul berada
pada temperatur kamar (300K) maka besarnya energi untuk soal nomor 1
adalah ....
A. 2,1 10-21 J
B. 1,2 10-21 J
C. 3,2 10-20 J
D. 4,5 10-20 J
4) Fungsi Helmholtz dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi partisi, yaitu ....
A. F = U – TS
B. F = kT ln Z
C. F = – kT (N ln Z – ln N!)
D. F = – kT(ln N! – Z ln N)
g1N2 g 2N2
C. Ω
N1 !
g1N2 g 2N2
D. Ω =
N2 !
Kegiatan Belajar 2
Kapasitas Panas
Seperti kita ketahui bahwa molekul diatomik (H2) selain gerak translasi
yang memiliki 3 derajat kebebasan, molekul ini juga dapat melakukan gerak
rotasi dalam ruang tiga dimensi. Untuk gerak rotasi tentunya juga ada tiga
derajat kebebasan, hanya saja gerak rotasi yang sumbunya sepanjang garis
hubung antara atom hidrogen yang satu dengan atom hidrogen yang lain
memiliki momen inersia yang sangat kecil sehingga tidak akan menyumbang
derajat kebebasan. Oleh karena itu, gerak rotasi molekul diatomik ini hanya
menyumbangkan dua derajat kebebasan. Masih ada lagi gerakan osilasi yang
terjadi karena jarak antara kedua atom berubah-ubah mendekati gerak ayunan
harmonik. Gerak ini akan menyumbangkan dua derajat kebebasan lagi
sehingga jumlah derajat kebebasan total untuk atom diatomik ada tujuh.
Di dalam molekul diatomik besarnya energi bergantung pada lima jenis
kontribusi, yaitu gerak rotasi, translasi, vibrasi di sekitar sumbu pemisah
antara dua atom; elektron mengelilingi inti; dan spin nuklir.
Tingkat energi yang dapat memenuhi ini tergantung juga pada
temperatur. Dalam termodinamika biasanya dinyatakan dengan fungsi partisi
sebagai berikut.
Z =Zt Zf Zv Ze Zn
Perlu ditekankan bahwa fungsi partisi rotasional dari molekul diatomik akan
lebih mudah apabila dinyatakan dalam bentuk tingkat energi seperti dalam
bentuk mekanika kuantum, yaitu:
2
εr j ( j 1) (4.24)
2I
di mana j adalah bilangan kuantum dari momentum anguler untuk gerak
rotasi, yang merupakan bilangan positif. I momen inersia dari molekul
sepanjang sumbu yang melalui pusat gravitasi dan garis normal antara dua
atom. Untuk setiap nilai dari bilangan kuantum j didefinisikan gj yang
memiliki nilai antara j dan -j. Setiap tingkat energi r memiliki (2j + 1)
keadaan sehingga fungsi partisi rotasi menjadi
εα / kT
Zr g j e
α
2 (4.25)
j ( j 1) / kT
(2 j 1) e 2I
j 0
Pada persamaan ini tidak ada kontribusi dari Zn karena tidak bergantung
pada temperatur. Maka nilai dari persamaan energi di atas tergantung pada
karakteristik temperatur baik untuk gerak rotasi dan vibrasi maupun untuk
energi elektronik. Dalam pembahasan ini nilai terendah dari temperatur yang
masih bisa memberikan kontribusi terhadap gerakan molekul adalah:
2
Qrot (4.30)
2 Ik
Qvibt hν k (4.31)
Qe εe1 k (4.32)
Pada temperatur rendah di mana T Qrot maka bentuk fungsi partisi untuk
gerak rotasi, vibrasi dan spin elektronik menjadi tidak berarti, dan fungsi
partisi hanya dipengaruhi oleh gerak translasi bersama dengan energi vibrasi
pada tingkat dasar. Pada keadaan ini kapasitas kalor pada volume konstan
adalah
E 3
Cv Nk (4.33)
T v 2
Jika terdapat kenaikan temperatur sedemikian sehingga Qrot akan
mengeksitasi molekul dari tingkat dasarnya maka gerak rotasi akan
memberikan kontribusi baik terhadap energi total maupun kalor jenis dari
gas, meskipun gerak vibrasi tetap pada keadaan dasar. Jadi, apabila T Qrot
akan berlaku
PEFI4418/MODUL 4 4.29
Z r 2 j 1 e
j j 1Qrot / T
j 0
maka
α
Z r 2 j 1 e j ( j 1)Qrot / T dj
0
2I
2 untuk 1 partikel
β
2I
N
1
εi i hv i 0,1, 2, (4.36)
2
dengan h menyatakan tetapan Planck, yaitu 6,63 10-34 J.s. Andaikan pada
setiap saat suatu keadaan makro kristal dirinci oleh:
N0 osilator dengan energi 0 = 1/2 hv
N1 osilator dengan energi 1 = 3/2 hv
N2 osilator dengan energi 2 = 5/2 hv ......... dan seterusnya.
Keadaan energi ini non degenerasi: ini berarti, tidak lebih dari satu keadaan
kuantum memiliki energi yang sama. Banyaknya cara N v penggetar bisa
disebar di antara tingkat energi tertentu menurut keadaan makro yang terinci
sama dengan banyaknya cara Nv benda terbedakan (bola berwarna, benda
bertanda, dan lain-lain) dapat disebarkan dalam kotak sehingga terdapat N0
benda dalam kotak 1, dan seterusnya. Untuk memantapkan gagasan kita,
andaikan kita hanya memiliki empat benda a, b, c, dan d yang harus
disebarkan dalam kotak pertama dan tiga benda dalam kotak lainnya.
Banyaknya cara benda berhuruf bisa disusun dalam deretan adalah 4! = 24,
seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.1 berikut ini.
PEFI4418/MODUL 4 4.31
Gambar 4.1.
Banyaknya keadaan mikro yang bersesuaian dengan keadaan tertentu
dengan satu penggetar dalam satu keadaan energi dan tiga penggetar dalam
keadaan energi yang lalu sama dengan 41/31 - 4. Keempat keadaan mikro
terletak di atas garis putus-putus; yang terletak di bawahnya adalah
kelebihannya
Tinjaulah suatu keadaan makro yang terlukis pada sudut kiri atas, dengan
a dalam kotak kiri dan b, c, dan d dalam kotak kanan semua keadaan lainnya,
dengan a dalam kotak kiri (digambarkan di bawah garis putus-putus) adalah
kelebihannya karena keadaan ini hanya berbeda dalam kedudukannya dalam
satu kotak. Dari enam susunan di sebelah kiri, hanya seperenam yang harus
dihitung atau 1/3! Hal yang sama berlaku juga untuk susunan total menjadi
4!/3! = 4.
Dalam hal umum dengan Nv penggetar yang tersebar di antara keadaan
energi dengan N0 penggetar dalam keadaan dengan energi 0, N1 penggetar
dengan keadaan energi 1, dan seterusnya, jumlah banyaknya keadaan makro
atau peluang termodinamiknya adalah
Nv !
Ω (4.37)
N1 ! N 2 !
4.32 Fisika statistik
Ungkapan untuk energi Uv, dan tekanan P sama dengan ungkapan untuk
partikel tak terbedakan, yaitu
ln Z v
U v Nv kT 2 (4.40)
T v
dan
ln Z v
P N v kT (4.41)
V I
atau
ehυ 2 kT
Zv (4.43)
1 ehυ 2 kT
dan
1 hυ
ln Z v ln 1 ehυ kT (4.44)
2 kT
Pada umumnya semua 3 N osilator harmonik sederhana yang setara ini tidak
mempunyai frekuensi yang sama. Misalkan dNv sebagai banyaknya osilator
yang berfrekuensi antara dan + d maka
dNv g υ dν (4.46)
dengan g(), yang menyatakan banyaknya osilator per satuan pita frekuensi,
harus ditentukan untuk suatu jenis kristal tertentu atau suatu kelompok kristal
dan harus memenuhi persyaratan
dN v g υ dυ 3N (4.47)
4.34 Fisika statistik
Gambar 4.2.
Spektrum Frekuensi Getaran Kisi. (a) Pendekatan Einstein; (b) Pendekatan
Debye; (c) Pendekatan Blackman; (d) Perhitungan yang Lebih Mendekati
Kenyataan
(hv / kT )ehv / kT
Cv 3Nk
(ehv / kT 1)2
Cv ΘE
2
e ΘE T
(4.50)
3R T eΘE / T 12
ini merupakan usaha pertama menerapkan teori kuantum untuk mencari kalor
jenis zat padat, dan walaupun pengandaian frekuensi sama untuk semua
osilator harmonik setara adalah jauh dari kenyataan, ungkapan Einstein
mempunyai bentuk umum yang sama dengan kurva pada Gambar (4.2).
Ketika T ~ maka (Cv/3R) 1, sesuai dengan kaidah Dulong dan Petit.
Ketika T 0 maka (Cv/3R) mendekati nol, sesuai dengan percobaan, tetapi
mendekati nol secara eksponensial yang ternyata terlalu cepat dibandingkan
percobaan.
Pendekatan berikutnya diajukan oleh Debye yang menghitung distribusi
frekuensi berdasarkan pengandaian bahwa kristal merupakan medium malar
yang mendukung gelombang transversal dan longitudinal berdiri (stasioner).
Dengan pengandaian ini dengan mudah kita bisa menunjukkan adanya
spektrum kontinu dari frekuensi, mulai dari nol dan berakhir pada suatu harga
maksimum Vm, menurut suatu hubungan sederhana
9N
g v 3 V 2 (4.51)
Vm
v
m
Cv
3V 2 Vm3 hv kT ehυ kT dv
2
3Nk 0
4.36 Fisika statistik
LAT IH A N
1) Diketahui suatu sistem gas yang terdiri dari NA molekul dwiatomik yang
berinteraksi lemah. Masing-masing molekul memiliki energi
2
εr j j 1 tunjukkanlah bahwa fungsi partisi dari vibrasi adalah
2I
ehυ 2 kT
Zv !
1 ehυ kT
2) Fungsi partisi dari molekul diatomik dipengaruhi oleh lima komponen.
Jelaskan satu per satu dan bagaimana persamaannya!
3) Tuliskan secara lengkap fungsi partisi dari molekul diatomik!
4) Tuliskan persamaan energi N molekul diatomik dengan menggunakan
penurunan fungsi partisi!
PEFI4418/MODUL 4 4.37
Z r g j eεα / kT
α
2
j j 1 / kT
2 j 1 e 2I
j 0
Z = Zt Zr Zv Ze Zn
di mana Zt adalah fungsi partisi translasi
Zr fungsi partisi rotasi
Zv fungsi partisi vibrasi
Ze fungsi partisi elektronik
dan Zn fungsi partisi Spin nuklir
h
fungsi partisi rotasi
α
Z r 2 j 1 e
ε j kT
j 0
α 2
j ( j 1) / kT
2 j 1 e 2I
j 0
h
1 e
0 1 n
j 0
j 0
maka
j j 1Qrot / T
Z r 2 j 1 e dj
0
T
eQrot 4T
Qrot
atau dengan aproksimasi eQrot 4T
1
T
Zr
Qrot
maka energi rotasi
log Z r
Er NkT 2 NkT
T
1 hv
masukkan harga ln Z v ln 1 ehv kT ke dalam persamaan di
2 kT
atas kemudian didiferensiasi terhadap V dengan T konstan.
R A NG KU M AN
Z = Zt Zr Zv Ze Zn
di mana
2
V j j 1 ehv 2 kT
Zt 3 2πmkT , Z r 2 j 1 e 2 I
2 kT
, Zv
h j 0 1 ehv 2 kT
dan
Ze g0 g1eε01 kT
g2 eε02 kT
PEFI4418/MODUL 4 4.41
ehυ 2 kT
Fungsi partisi untuk kristal Einstein adalah Z v
1 ehυ kT
Kristal itu terdiri dari NA titik kisi. Tekanan dapat dicari dengan
persamaan
ln ZV
P N v kT
V T
TES F OR M AT IF 2
E 7
A. Cv Nk
T v 2
E 5
B. Cv Nk
T v 2
E 3
C. Cv Nk
T v 2
E 1
D. Cv Nk
T v 2
3) Dari soal no. 2 kita mengetahui bahwa energi kinetik rotasi untuk
molekul dwiatomik dengan T > Qrot adalah berkaitan dengan energi
1
klasik kT untuk setiap derajat kebebasan gerak rotasi molekul.
2
Besarnya kalor jenis pada volume konstan adalah ....
A. NkT
B. NRT
C. 3/2 kT
D. Nk
1
C. εi hυ
2
3
D. εi i hυ
2
A. 3N
e
hvE kT 2
1
k hvE kT e hυ kT
B. 3N
e
hvE kT 2
1
k hvE kT e hυ kT
2
C. 3N
e hvE kT 2
k hvE kT e hυ kT
2
D. N
e
hvE kT 2
1
7) Fungsi partisi untuk gerakan vibrasi dengan frekuensi getaran pada gas
ideal dwiatomik adalah ....
ehυ kT
A.
1 ehυ kT
ehυ kT
B.
1 ehυ kT
ehυ 2 kT
C. hυ kT
e 1
hTυ 2 k
e
D.
1 ehυT k
4.44 Fisika statistik
10) Pendekatan dalam menentukan kalor jenis kristal yang dilakukan oleh
Einstein menghasilkan persamaan ....
Cv ΘE eΘE T
A. =
3R T eΘE T -12
Cv ΘE
2
e ΘE T
B. =
3R T eΘE T -12
Cv ΘE eΘE T
2
C. =
3R T eΘE T -1
Cv ΘE
2
e ΘE T
D. =
3R T eΘE T -12
Kegiatan Belajar 3
A. KEMAGNETAN ATOM
kompas. Jika jarum dijaga supaya tegak lurus medan magnetik dan dibiarkan
mengalami perputaran kuasi-statik sehingga momen magnetiknya sejajar
dengan medan magnetik, kerja harus dilakukan pada jarum ketika ia berputar
melawan momen gaya sehingga energi potensialnya bertambah.
Besar pemisahan magnetik yang berbanding lurus dengan medan
magnetik eksternal H, untuk Fe3+, diperlihatkan dalam Gambar 4.3. Beberapa
data elektronik untuk tingkat energi terendah dari empat ion magnetik
trivalen yang penting diungkapkan dalam Tabel 4.3.
Gambar 4.3.
Pemisahan Tingkat Energi Medan Magnetik menjadi Enam Medan
Keadaan Energi yang Terpisah
PEFI4418/MODUL 4 4.49
Tabel 4.4
Magnetik dalam Garam Paramagnetik
Ion
Garam Paramagnetik S I J g
Magnetik
Cr2 (SO4)3 K2SO4 24H2O Cr3+ 3/2 0 3/2 2
(Alumunium kalium kromium) (quenehed)
Fe2 (SO4)3 (NH4)2 SO4 24H2O Fe3+ 5/2 0 5/2 2
(Aluminium amoniak besi) (quenehed)
Gd2 (SO4)3 8H2O Gd3+ 7/2 0 7/2 2
(Sulfat gadolinium)
2Ce (NO3)3 3Mg (NO3)2 24H2O CE3+ 1/2 3 5/2 () 1.84
(Magnesium asam nitrat, CMN) () 0.02
Tingkat energi lebih atas dari suatu atom atau ion juga dipisahkan oleh
medan magnetik eksternal menjadi sejumlah keadaan energi magnetik yang
berbeda. Jika gas mengalami lucutan listrik dalam tabung sempit antara kutub
elektromagnet yang kuat, atom yang berada dalam salah satu keadaan
magnetik dari suatu tingkat energi yang lebih rendah dan memancarkan garis
spektral, sekarang menjadi sejumlah garis spektral. Pemisahan suatu garis
spektral menjadi pola garis ini disebut efek Zeeman.
Dalam Gambar 4.3 terlihat bahwa harga H yang kecil, keenam keadaan
magnetik itu sangat berdekatan sehingga menyatakan perbedaan energi
antara dua keadaan yang berdampingan, harga sangat kecil. Jika H sama
dengan 105 A/m,
ε 2 μB μ0 H 29, 271024 J / T 4π 107 H / m105 A / m
0, 231023 J
Pada temperatur 1 K,
kT = 1,38 10-23 J/K 1 K
= 1,38 10-23 J
Dalam kristal paramagnetik yang diuraikan dalam Tabel 4.4, distribusi ion
magnetik di antara berbagai keadaan magnetik dinyatakan oleh persamaan
Boltzmann
Ni ~ eεi kT
Jadi, apabila > kT, keenam keadaan yang berdekatan yang ada dalam
medan lemah dapat ditempati oleh jumlah elektron yang hampir sama. Oleh
karena setiap keadaan bersesuaian dengan orientasi yang berbeda terhadap
medan eksternal, polarisasi magnetik neto atau magnetisasi M dari kristal
sangat kecil. Apabila medan cukup kuat sehingga > kT, hanya tingkat
energi yang terendah, dengan energi -J. 2 B0 H saja yang ditempati. Karena
keadaan ini bersesuaian dengan ion yang sejajar dengan medan eksternal,
magnetisasi M memi1iki harga terbesar atau harga jenuh Msat.
Ion yang menempati kedudukan kisi dalam kristal khas, seperti natrium
klorida, terlokalisasi dan sangat dipengaruhi oleh tetangganya. Apabila
getaran sebagai ciri kristal secara keseluruhan dianalisis, ternyata banyak
modus normalnya tiga kali jumlah titik kisi dan 3 N modul normal ini dapat
diolah secara statistik sebagai 3 N osilator selaras yang terbedakan, tetapi
berinteraksi lemah. Ketika kita memakai ungkapan untuk peluang
termodinamik dan melakukan pengerjaan yang biasa, ternyata persamaan
Boltzmann berlaku.
Kristal termodinamik yang paling sering dipakai dalam termodinamika
praktis mengandung ion paramagnetik yang dikelilingi oleh sejumlah besar
partikel nonmagnetik seperti terlihat dalam Tabel 4.4. Setiap ion kromium
dalam Cr2 (SO4)3. K2SO4, 24H2O dikelilingi oleh satu atom kalium, 2 atom
belerang, 20 atom oksigen, dan 24 atom hidrogen, seluruhnya berjumlah
47 partikel nonmagnetik. Dengan perkataan lain, ion kromium sangat jarang
dan berjauhan sehingga interaksi magnetik ion sangat lemah. Hal yang sama
berlaku juga untuk ion dalam ketiga garam lain yang berada dalam Tabel 4.4.
Kelakuan ion magnetik dalam garam paramagnetik seperti itu hampir seperti
gas dalam hal lemahnya interaksi, tetapi tentu saja ion itu terbedakan oleh
kedudukannya karena itu, dapat kita terapkan metode statistik yang sesuai
untuk partikel terbedakan yang berinteraksi lemah ini.
PEFI4418/MODUL 4 4.51
Pemisahan efek Stark dalam hampir semua kristal ada dalam orde
sepersepuluh atau seperseratus derajat atau kurang dari itu. Kadang-kadang
4.52 Fisika statistik
Jumlahan dalam suku kedua pada ruas kanan jelas merupakan magnetisasi M
sehingga seluruh suku ke dua, -0 HM menyatakan energi potensial magnetik
suatu sistem paramagnetik bermagnetisasi M dalam medan H; suatu kuantitas
yang tidak dapat dimasukkan dalam ungkapan energi internal. Jadi, kita
didorong untuk menyimpulkan bahwa jumlahan pertama ruas kanan adalah
energi internal atau
U Ni δi
PEFI4418/MODUL 4 4.53
Jumlahan N ε i i menjadi
N εi i U μ0 HM
yang beranalogi dengan entalpi sehingga disebut entalpi magnetik H*. Jika
sistem ion paramagnetik kita mendekati kesetimbangan (1) secara adiabat
(dQ = 0), dan (2) pada keadaan tetap (dH = 0) maka
Ni εi dU μ0 HdM Mμ0 dH
dQ Mμ0 dM
0
atau N εi i tetap.
Untuk suatu sistem N ion berinteraksi lemah yang terlokalisasi, entropinya,
N!
S k ln
N1 ! N 2 !
Jika kesetimbangannya didekati secara adiabat pada H tetap, dan N tetap, kita
dapatkan tiga persamaan biasa yang harus dipenuhi, yaitu:
k ln N i dNi 0
ε dN 0
i i
dN 0 i
S Nk ln Z
Ni εi
T
karena Ni εi U μ0 HM kita dapatkan
U μ0 HM
S Nk ln Z
T
atau U - TS - 0 H M= -NkT lnZ
Fungsi di sebelah kiri merupakan analogi dari fungsi Gibbs sehingga disebut
Gibbs magnetik
G* = U - TS - 0 H M (4.57)
dan akhirnya
G* = -NkT ln Z (4.58)
NkT ln Z
sehingga M (4.59)
μ0 H T
G*
juga S
T
H
ln Z
sehingga S NkT Nk ln Z
T H
(4.60)
Akhirnya,
U G* TS μ0 HM1
ln Z
NkT ln Z NkT 2 μ0 HM
T H
dan
ln Z
U NkT 2 μ0 HM
T H
(4.61)
PEFI4418/MODUL 4 4.55
gi eδi g e
kT gμBμ 0 Hmi kT
i
Dalam pasal berikut kita akan menghitung ZH sebagai fungsi dari H/T.
Bagian magnetik fungsi partisi suatu subsistem ion magnetik adalah:
Z H e gμBμ 0 Hmi kT
(4.64)
gμB μ0
Jika kita misalkan a H (4.65)
kT
sinh J 1/ 2 a
atau Z H (4.66)
sinh 1/ 2a
Jadi,
ln Z ln sinh J 1/ 2 a ln sinh a / 2 ln g0 g1eδ1 kT
(4.67)
aμB μ0
karena a H kita lihat bahwa ln Z merupakan fungsi dari H dan T
kT
sekarang tiba waktunya menghitung M dengan pertolongan Persamaan (4.59)
NkT ln Z NkT ln Z H
M
μ0 H T μ0 H T
NkT ln Z H a NkT gμB μ0 ln Z H
μ0 da H T μ
kT da
0
d
NgμB ln sinh J 1/ 2 a ln sinh 1 2 a
da
J 1/ 2 cos J 1/ 2 a 1/ 2 cos 1/ 2 a
NgμB
sinh J 1/ 2 a sinh 1/ 2 a
M NgμB
J 1/ 2 coth J 1/ 2 a 1/ 2coth 1/ 2 a
1
(4.68)
J
Kuantitas dalam tanda kurung siku disebut fungsi Brillouin BJ (a), yang
diberi nama menurut L. Brillouin, orang pertama yang memperluas teori
klasik keparamagnetan (yang didapatkan oleh Langevin) dengan
memasukkan gagasan kuantum. Jadi,
M NhμB JBJ (a) (4.69)
Dengan B j (a) ( I / J ) J 1
2 coth J 12 a 12 coth 12 a (4.70)
Gambar 4.4.
Fungsi Brillouin
atau
H k 1,381023 J / K
T gμB μ0 29, 271024 J / T 4π 107 H / m
H
6105 A / m
T
4.58 Fisika statistik
karena M = N g B J BJ (a) maka pada harga H/T jauh lebih besar dari
6 105 A/m/K, magnetisasi M mempunyai harga jenuh Msat yang sama
dengan Ng B J, dan magnetisasi per ion magnetik yang dinyatakan dalam
magneton Bohr, yaitu Msat/N B, menjadi Msat/N B = gJ (untuk H/T 6
105 A/m/K). Kesimpulan ini telah diuji oleh W.E. Henry untuk ketiga garam
pertama yang ada pada Tabel 4.5. Hasil percobaan yang diplot dalam
Gambar (4.5) sangat sesuai dengan persamaan Brillouin dengan harga limit
M/B. Apabila x 1, mudah ditunjukkan bahwa
J
3
12
a 2
3J
J J 1/ 4 1/ 4
akhirnya
J 1
BJ a a untuk a 1
3
PEFI4418/MODUL 4 4.59
Gambar 4.5
Magnetisasi dibagi dengan besar magneton diplot terhadap H/T untuk (I)
Aluminium kromium (J=1/2), (II) aluminium besi (J=5/2), dan (III) sulfat
gadollinium (J=7/2) (semua titik merupakan percobaan yang dilakukan oleh
WE. Henry (1952), dan kurva tebal merupakan grafik persamaan Brillouin)
Harga a yang kecil tercapai jika H/T = 6 x 105 A/m/K
dan dari sini, kita dapatkan harga dalam Tabel 4.5. Persesuaian dengan harga
yang diukur dalam percobaan sangat baik.
Tabel 4.5.
Tetapan Curie dan Tetapan Kapasitas Kalor
Cc Cc
M (Terukur) (Terukur) A/r
Garam Paramagnetik J(J+1)
Kg 105 m3 105 m3 K2
K/mol K/mol
Cr2(SO4)3.K2SO4. 24H2O 0,499 3,75 2,31 2,36 0,018
Fe2(SO4)3.(NH4)2SO4.24H2O 0,482 8,75 5,52 5,50 0,013
Gd2(SO4)3.8H2O 0,373 15,75 9,80 9,89 0,35
2Ce(NO3)3.3Mg(NO3)2.24H2O 0,76 ~0(II) 6,1 10-5
LAT IH A N
1) Sebuah kisi dengan spin atom ½ yang dapat dibedakan terdapat dalam
medan magnetik. Spin memiliki dua keadaan, dengan energi - 0 H dan
PEFI4418/MODUL 4 4.61
+ 0 H untuk spin up () dan spin down (), relatif terhadap H. Jika
sistem ini memiliki temperatur T maka tentukanlah:
a) fungsi partisi kanonik Z untuk system.
b) momen magnetik total M μ0 Nt N dari sistem!
c) entropi dari sistem!
2) Suatu sistem paramagnetik terdiri dari N dipol magnetik. Setiap dipol
membawa momen magnetik yang dapat diungkapkan secara klasik.
Jika sistem pada temperatur berhingga T adalah dalam medan magnetik
H maka tentukanlah:
a) induksi magnetik dari sistem!
b) kapasitas panas pada H konstan untuk sistem!
3) Suatu material yang terdiri dari n partikel bebas berada dalam medan
magnetik eksternal H. Setiap partikel dapat memiliki momen magnetik
m sepanjang medan magnetik, di mana m = J, J-I, ..., -J+1, - J, J adalah
bilangan bulat, dan konstan. Apabila sistem berada pada temperatur T
carilah:
a) fungsi partisi dari sistem ini!
b) magnetisasi rata-rata M, dari material pada soal nomor 6!
c) ungkapan asimtotik M untuk nilai T yang besar!
4) Suatu gas dengan spin atom ½ memiliki kerapatan n atom per unit
volume. Setiap atom memiliki momen magnetik intrinsik dan interaksi
antara atom diabaikan. Asumsikan sistem mengikuti statistika klasik.
Tentukanlah probabilitas kerapatan dari atom dengan paralel terhadap
medan magnetik H pada:
a) temperatur absolut T?
b) g yang anti-paralel terhadap H!
μ
μ cos θ exp x cos θ dΩ
exp x cos θ dΩ
π
1
μ coth x
x
Di mana x = H / kT. Kemudian induksi magnetisasi dari sistem
adalah: M N μ Nμ coth x 1/ x
μ M
b) c H Nk 1 x 2 csc h2 x 2
T T
c) Apabila kT μH , gunakan
coth x ~ 1/ x 1 x 2 / 3, untuk x 1
kita dapatkan
1
M ~ NJ J 1 μ 2 H / kT
3
PEFI4418/MODUL 4 4.63
nμH
g
πH
4πkT sinh
kT
maka probabilitas kerapatan untuk momen magnetik dari atom yang
paralel terhadap H adalah
g μH KI 1 πH μH kI μH
e e / sinh
n
4π kT kT
b) Untuk momen magnetik yang anti-paralel terhadap H didapatkan:
g μH kI 1 μH μH kI μH
e e / sinh
H
4π kT kT
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
3) Apabila suatu unsur yang berada pada tingkat energi terendah J = 5/2,
mengalami pengaruh medan magnetik H maka jumlah tingkat keadaan
energi yang berbeda adalah ....
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
C. efek Curie
D magneton Bohr
6) Tingkat energi terendah dari suatu ion magnetik tanpa medan magnet
eksternal mempunyai jumlah degenerasi sebanyak ….
A. (2J + 1)
B. (J + 1)
C. (2j -1)
D. 2j
7) Medan magnetik sangat lemah yang ditimbulkan oleh ion magnetik yang
relatif jauh, yaitu ditimbulkan oleh muatan positif dan negatif dari ion
dalam kisi, dan interaksi atom atau ion dengan medan listrik, disebut ....
A. efek Stark
B. efek Zeeman
C. efek Curie
D. magneton Bohr
Tes Formatif 1
1) D. Jawaban sudah jelas, dapat dibaca di teori.
1 1
2) A. εx kT 1, 41023 2,11021 J .
2 2
3) B. Jawaban bisa dilihat di rangkuman.
4) C. F kT N ln Z ln N ! , alternatif A belum muncul fungsi
partisinya alternatif B dan D persamaannya salah
5) B. Lihat jawaban soal latihan no. 9.
6) B. Lihat jawaban soal latihan no. 10.
N
7) A. P kT (lihat rangkuman).
V
8) A. Lihat bagian akhir modul ini.
9) A. Sudah aktif penuh 2260 K adalah gerak translasi dan rotasi.
g N1 g N2
10) B. Ω 1 2 (bisa dilihat di rangkuman).
N1 ! N 2 !
Tes Formatif 2
1) C. Untuk T θrot maka bentuk fungsi partisi untuk gerak rotasi,
vibrasi dan spin elektronik menjadi tidak berarti, dan fungsi hanya
dipengaruhi oleh gerak translasi bersama dengan energi vibrasi
pada tingkat dasar.
2) D. Jawaban bisa dilihat di jawaban soal latihan.
log Z r
3) D. Er NkT 2 NkT
T
yang berhubungan dengan energi klasik 1/2 kT untuk setiap
derajat kebebasan untuk gerak rotasi dari molekul. Kalor jenis gas
pada volume konstan menjadi:
E
Cvr r Nk
T
v
6) A. 3N
ehυ kT 1
2
ehυ 2 kT
7) A.
1 ehυ 2 kT
8) B. Temperatur karakteristik Einstein, ΘE besarnya tergantung pada:
Konstanta Planck, tetapan Boltzmann, dan frekuensi getaran kisi
kristal. Persamaannya: ΘE hυ k .
9) B. Jawaban sudah jelas.
10) D. Lihat Persamaan (4.50).
Tes Formatif 3
1) A. Jawaban bisa dibaca pada alinea satu Pasal 4.1.
2) C. Jawaban telah jelas dengan melihat soal pada medan magnetik
eksternal.
5
3) D. Untuk J maka tingkat keadaan energinya ada 6, yaitu
2
5 3 1 3 5
, , , ,
2 2 2 2 2
4) B. Jawabannya terkait dengan nomor 3.
5) B. Efek Zeeman (pemisahan garis spektral akibat adanya medan
magnetik).
6) A. Jumlah degenerasi untuk tingkatan terendah adalah (2J + 1) hal ini
sudah jelas dari teori.
7) A. Jawaban sudah jelas.
8) B. Memasukkan gagasan kuantum dalam keparamagnetan adalah L.
Brillouin memperluas teori klasik dari Langevin.
9) D. Koordinat termodinamik untuk padatan paramagnetik adalah:
Intensitas magnetik H, Magnetisasi M, dan Temperatur T.
4.70 Fisika statistik
1
Fungsi Brillouin adalah BJ a J 1 1
J
10) D.
2 2
sehingga tergantung pada j yang merupakan resultan dari L dan S.
PEFI4418/MODUL 4 4.71
Glosarium
Daftar Pustaka
Suprapto, B. dan Tan Ik Gie. (1987). Teori Gas Kinetik dan Mekanika
Statistik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gejala Transport
Paken Pandiangan, S.Si, M. Si.
Drs. Subroto, M. Pd
PE N DA H UL U AN
P ada Modul 5 ini, kita akan membahas suatu konsep yang berkaitan
dengan lintasan bebas rata-rata, viskositas, konduksi termal, difusi,
hukum Fick, persamaan Helmholtz dan persamaan Gibbs beserta aplikasinya
serta persamaan Tetrode-Sackur.
Untuk memperjelas permasalahan konsep-konsep tersebut maka gejala
transpor akan diuraikan dalam beberapa hal, yaitu konsep lintasan bebas rata-
rata, viskositas, konduktivitas termal dan difusi. Oleh karena itu, bahasan ini
disajikan pada Kegiatan Belajar 1, sedangkan Kegiatan Belajar 2 akan
membahas tentang kelemahan statistik Maxwell-Boltzmann yang terdiri dari
fungsi Helmholfz, fungsi Gibbs dan aplikasinya, serta persamaan Tetrode-
Sackur.
Secara umum, kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah Anda
dapat menerapkan gejala, transpor pada berbagai konsep termodinamika.
Secara lebih khusus lagi, kompetensi dari pembelajaran modul ini adalah
Anda dapat:
1. menentukan frekuensi tumbukan;
2. menghitung lintasan bebas rata-rata;
3. menjelaskan rumus viskositas;
4. menentukan koefisien viskositas gas ideal;
5. merumuskan konsep konduktivitas termal;
6. menentukan harga koefisien konduktivitas termal;
7. menjabarkan hukum Fick dalam perpindahan massa;
8. menjelaskan konsep difusi dalam gas;
9. menentukan fungsi Helmholtz;
10. menjelaskan fungsi Gibbs dan aplikasinya;
11. menjelaskan persamaan Tetrode-Sackur melalui penjabaran dan
penalaran.
5.2 Fisika statistik
Kegiatan Belajar 1
Seperti kita ketahui, dalam teori kinetik telah ditunjukkan bahwa laju
rata-rata dari molekul gas mempunyai orde 1 km/s. Pada mulanya hasil ini
menimbulkan suatu pertanyaan atau teka-teki karena pada beberapa fakta,
misalnya “gas berbau”, seperti amoniak yang dibuka dari dalam botol, setelah
bergerak beberapa meter dalam ruang, ternyata memerlukan waktu beberapa
menit atau dapat dikatakan gas tersebut bergerak relatif lebih lambat.
Clausius mengatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya tumbukan dari
molekul-molekul itu dalam ruang. Artinya, sebuah molekul amoniak tidak
dapat bergerak sangat jauh tanpa adanya desakan dari molekul udara
sehingga serangkaian lintasannya berupa lintasan zik-zak seperti yang
ditunjukkan oleh molekul yang bergerak dalam waktu tertentu dengan
beberapa arah yang telah dimilikinya.
Pernyataan tersebut akhirnya melahirkan konsep tentang lintasan rata-
rata, yaitu sebuah lintasan dari sebuah molekul yang bergerak antara
beberapa tumbukan. Ia menyebutnya lintasan itu sebagai lintasan bebas rata-
rata (mean free path). Hal ini merupakan konsep penting dalam teori molekul
dan atom.
Untuk itu, kita dapat membayangkan bahwa molekul uji seperti pada
Gambar 5.1. Molekul-molekul itu diproyeksikan ke dalam sistem dengan
menempatkan molekul-molekul itu secara acak dalam kondisi diam.
5.4 Fisika statistik
Gambar 5.1
Lintasan Bebas suatu Molekul
Dalam hal ini, kita mengasumsikan bahwa sebuah molekul adalah bola
yang keras. Kemudian mari kita perhatikan terhadap satu dari molekul yang
tertumbuk. Sebagai molekul target dan yang lain, yaitu sebagai molekul uji.
Tumbukan terjadi apabila mana jarak antara pusat molekul menjadi sama
dengan diameter molekul d, seperti pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2
Jari-jari dari Bola sama dengan Diameter Molekul d
PEFI4418/MODUL 5 5.5
ΔN luas target
=
N luas total
Luas target dari molekul tunggal adalah luas dari lingkaran dengan radius d
sehingga:
d 2 (5.1)
Gambar 5.3
Lapisan Tipis Gas dari Molekul Target yang Ditembak oleh Molekul Uji
N
atau ndx
N
N N0 enx (5.3)
N N0 n enx x (5.4)
PEFI4418/MODUL 5 5.7
xe
nx 1
dx
o
n
2 2
1
Jadi, (5.5)
n
n c nd 2 vt
n
dan c c nd 2 v
t
vt 1 1
n c nd 2 n
Jika nilai ini disubstitusikan pada Persamaan 5.5 maka akan diperoleh
lintasan bebas rata-rata seperti yang disajikan oleh Maxwell, yaitu:
1 1
(5.7)
2nd 2 2n
Gambar 5.4
Sudut Rata-rata dari Pendekatan untuk Dua Partikel Identik dalam Gas
PEFI4418/MODUL 5 5.9
B. VISKOSITAS
Dalam sesi berikut ini, kita akan memberikan perlakuan sederhana dari
tiga sifat gas yang digambarkan dalam bentuk umum dari gejala transport,
yaitu viskositas, konduktivitas termal, dan koefisien difusi, dan ketiganya itu
dapat dijelaskan dalam bentuk “transport” atau angkutan yang melintasi
beberapa gambaran permukaan dalam gas dari suatu momentum, energi dan
massa secara berturut-turut.
Andaikan OO dalam Gambar 5.5, menyajikan gambar sumbu imajiner
suatu gas yang mengalir dari kiri ke kanan maka gradien kecepatan ke arah
sumbu x akan bertambah secara berurutan pada lapisan makin ke atas
terhadap sumbu itu. Vektor paralel terhadap sumbu itu menampilkan
kecepatan hanyut (drift velocities) dari lapisan gas relatif terhadap kecepatan
pada lapisan OO. Hal ini menyebabkan bahwa molekul-molekul gas dalam
setiap lapisan juga berada dalam gerakan termal secara acak. Artinya, ada
beberapa molekul dalam lapisan di atas OO akan melintasi lapisan bawah
dengan serta merta dan sama dengan jumlah yang akan melewati bagian atas.
Oleh karena itu, lapisan bagian atas dari OO secara kontinu kehilangan
momentum berkaitan dengan aliran tersebut.
Sebagai hasil dari transport momentum maka ada gaya tangensial pada
sumbu OO, yang menyebabkan adanya seretan kental (viscous drag) pada
lapisan zat alir di atasnya. Oleh karena energi kinetik berhubungan aliran gas
maka proses ini akan disertai dengan kenaikan suhu.
Gambar 5.5
Penjelasan Teori Kinetik tentang Viskositas dalam Gas
5.10 Fisika statistik
Gambar 5.6
Fluks Partikel yang Melintasi Luasan A pada Sumbu OO
Dari nilai tersebut maka kita memperoleh komponen kecepatan rata-rata dari
vy yang nilainya positif, yaitu:
2kT 1
v y v (5.9)
m 2
Pengertian ini memberi gambaran juga tentang jumlah molekul gas yang
mendesak dinding kotak per satuan luas per sekon. Untuk langkah
selanjutnya kita perhatikan Gambar 5.7 berikut ini.
5.12 Fisika statistik
Gambar 5.7
Permukaan Setengah Bola dari Partikel pada Luasan A
dan pada Sudut dan jarak
A Acos
YdN 2
cos 2 sin d 2
Y o
2
cos sin d
3
(5.11)
dN
o
Oleh karena gradien kecepatan du/dy dapat dianggap konstan di atas jarak
suatu lintasan bebas maka momentum maju suatu molekul dengan kecepatan
seperti itu adalah,
2 du
mu m u o (5.13)
3 dy
Menurut hukum kedua Newton, hal ini dapat dinyatakan sama dengan gaya
kental persatuan luas. Jadi, dengan membandingkan terhadap definisi
koefisien viskositas maka kita peroleh:
1 1 mv
nmv (5.17)
3 3
1 mv 1 8k mT
atau (5.18)
3 3 n
Dalam sistem satuan mks, satuan F/A adalah Newton per meter2, satuan
du
gradien kecepatan adalah m/s per meter. Oleh karena itu, satuan
dy
koefisien viskositas adalah Nsm-2. Dalam satuan cgs, 1 dyne s cm-2 = 1
poise dan 1 poise = 10Nsm-2.
Suatu kesimpulan yang dapat ditarik dari persamaan tersebut adalah
bahwa viskositas suatu gas tidak tergantung pada tekanan dan kerapatan,
tetapi merupakan suatu fungsi suhu dari ketergantungan v pada T. Untuk
lebih jelasnya dapat kita perhatikan beberapa nilai dari hasil eksperimen
viskositas dari helium, neon dan argon yang diplot sebagai fungsi T
seperti pada Gambar 5.8 berikut ini.
PEFI4418/MODUL 5 5.15
Gambar 5.8
Hubungan antara Viskositas dengan VT
C. KONDUKTIVITAS TERMAL
Dalam sistem satuan mks, satuan H adalah Jm-2S-1 dan satuan gradien
dT
suhu adalah Km-1. Satuan konduktivitas termal dinyatakan dengan
dy
Jm-1S-1K-1.
5.16 Fisika statistik
Energi yang diangkut ke atas per satuan luasan dan per satuan waktu
merupakan hasil besaran ini dan fluks molekul sehingga:
1 2 dT
H nvc*v To (5.21)
4 3 dy
Dengan cara yang sama maka energi yang diangkut oleh molekul-molekul
yang melintas dari atas adalah:
1 2 dT
H nvc*v To
4 3 dy
Selanjutnya, laju neto dari transport per satuan luas yang kita ketahui sebagai
arus panas H, dapat dituliskan sebagai:
1 dT
H nvc*v (5.22)
3 dy
D. DIFUSI
Gambar 5.9
Bejana Berisi Dua Gas yang Berbeda
Mari kita perhatikan permukaan horizontal OO pada bejana itu untuk
beberapa tahap proses difusi. Kalau begitu bejana telah berisi molekul-
molekul yang sudah tertanda dan yang tidak tertanda dan jumlah total
molekul per satuan volume akan sama di beberapa tempat sehingga
tekanannya sama. Kita juga dapat menganggap bahwa suhunya juga sama.
Jika n* menunjukkan jumlah molekul yang ditandai per satuan volume pada
beberapa titik maka kita akan mengasumsikan bahwa n* merupakan fungsi Y
saja, di mana sumbu Y normal (tegak) terhadap permukaan OO.
5.18 Fisika statistik
dn *
Kemudian jika positif maka fluks ke arah bawah dari lintasan
dy
molekul yang tertandai adalah lebih besar daripada fluks ke arah atas. Difusi
molekul dari satu jenis ke dalam beberapa molekul lainnya yang berjenis
sama, dikenal sebagai difusi diri (Self-diffusion). Koefisien difusi ditentukan
dengan persamaan:
dn*
D (5.24)
dy
dn *
Tanda negatif dimasukkan, jika positif, artinya fluks netto adalah
dy
turun dan negatif. Dalam sistem satuan mks, satuan adalah mob m-8s-1 dan
dn *
satuan gradien konsentrasi adalah mol m-4. Satuan koefisien difusi D
dy
adalah m2s-1.
Seperti sebelumnya, kita juga dapat mengasumsikan bahwa tiap molekul
melakukan tumbukan terakhirnya sebelum melintasi molekul yang telah
2
ditandai pada jarak tegak lurus jauhnya dari permukaan. Jika n *o
3
merupakan jumlah molekul yang sudah ditandai per satuan volume pada
2
permukaan OO maka jumlah per satuan volume pada jarak di bawah
3
permukaan adalah:
2 dn*
n* n*o (5.25)
3 dy
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. FUNGSI GIBBS
1. Fungsi Helmholtz
Beberapa besaran lain, selain energi dalam dan entropi kita juga perlu
mengenal suatu besaran yang merupakan kombinasi dari keduanya dan
variabel keadaan. Besaran yang dikemukakan ini adalah enthalpi H, yang
digunakan pada sistem PVT seperti:
H U PV (5.28)
Ada dua besaran penting lain, yaitu fungsi Helmholtz F dan fungsi Gibbs
G. Dari hukum pertama termodinamika, ketika suatu sistem menjalankan
beberapa proses, bisa terbalikkan dan tak bisa terbalikkan antara dua keadaan
seimbang maka kerja W dalam proses ini adalah:
W U1 U2 (5.29)
Artinya kerja diberikan oleh sistem, yang energi dalamnya berkurang sebesar
(U1 - U2) dan sebagian oleh reservoir panas ketika sistem berhubungan dan di
luarnya ada aliran panas yang dinyatakan dengan .
Dari prinsip kenaikan entropi, jumlah kenaikan entropi sistem, (S 2 – S1)
dan jumlah reservoir SR adalah sama atau lebih besar dari 0:
S2 S1 SR 0 (5.30)
sehingga,
S2 S1
T
dan T S2 S1 0
Oleh karena itu, dari hukum pertama, diperoleh
WT (U1 - U2) - T(S1 - S2)
PEFI4418/MODUL 5 5.23
dan sifat dari sistem ini disebut fungsi Helmholtz F, dengan persamaan
F U - TS (5.32)
Jika proses dapat terbalikkan maka total entropi sistem ditambah reservoir
adalah konstan sehingga:
= T(S2 – S1) dan
WT = (U1 - U2) - T(S1 - S2) = (F1 – F2) (5.34)
Jika proses itu terbalikkan maka kerja ini sama dengan pengurangan fungsi
Helmholtz dan jika V dan X konstan maka A = 0 dan
(F1 - F2) 0
F2 F1 (5.37)
5.24 Fisika statistik
Dalam suatu proses pada volume konstan, A = 0 dan T adalah konstan maka
fungsi Helmholtz hanya dapat berkurang atau dalam batas tetap konstan.
Proses ini hanya mungkin untuk F2 F1.
Bagaimana halnya jika proses itu terjadi dengan tekanan eksternal (luar)
yang konstan P. Kerja dalam proses ini adalah P(V2 – V1) dan dari Persamaan
(5.35) diperoleh:
Gambar 5.10
Sistem Komposit yang Tertutup oleh Bejana Panas pada Tekanan
dan Suhu Konstan
PEFI4418/MODUL 5 5.25
U b PVb
Atau Sb (5.39)
T
Oleh karena seperti super sistem tertutup maka total energi dan
volumenya adalah konstan sehingga kita memperoleh:
U b Usistem
Vb Vsistem
Sekarang mari kita lihat pengaruh dari suatu pelepasan batasan internal
dalam sistem. Kita akan mengetahui bahwa total entropi akan naik sehingga
Sb S sistem 0 (5.40)
Oleh karena T dan P adalah konstan dan T tidak nol maka kita dapat
menuliskan:
PV = (PV)
TS = (TS)
Pembentukan kembali Persamaan (5.41) setelah dikalikan T, akan diperoleh
bentuk:
5.26 Fisika statistik
TS U PV sistem 0
atau U PV TSsistem G 0 (5.42)
Kembali kita mempersiapkan dasar aplikasi prinsip ini dengan melihat sifat
energi bebas Gibbs G untuk sistem sederhana. Secara khusus, kita akan
mengetahui bahwa G sebagai fungsi dari variabel T, P dan jumlah mol n
(jumlah partikel N). Ini merupakan suatu kenyataan bahwa besaran ini
menentukan keadaan sistem, ketika T, V dan N ada kaitannya dengan energi
bebas Helmholtz. Kita dapat menyatakan ketergantungan H pada T, P, dan N
sebagai berikut.
G
T V (5.46)
T,N
G
T (5.47)
T,P
Pada bahasan berikut ini kita akan menerapkan hubungan secara umum
dari bab sebelumnya ke masalah yang lebih khusus dari suatu gas ideal
monoatomik yang terdiri atas N molekul identik yang setiap molekulnya
mempunyai massa m karena molekul tersebut merupakan molekul identik
maka molekul-molekul itu tidak dapat dibedakan seperti yang akan kita
tunjukkan berikut ini.
Jumlah rata-rata molekul di dalam setiap keadaan energi yang mungkin,
kecuali pada suhu yang sangat rendah di mana semua gas-gas real untuk
dicairkan adalah sangat kecil.
Untuk itu, langkah pertama adalah menghitung fungsi partisi, yaitu:
Z g e
j
j
j / kT
(5.50)
5.28 Fisika statistik
Gambar 5.11
Keadaan Kuantum dalam n-ruang
PEFI4418/MODUL 5 5.29
Secara geometris, hal ini sesuai dengan jumlah titik dalam lapisan bola tipis
beradius nj dan ketebalan nj. Oleh karena itu, degenerasi bertambah sesuai
dengan kuadrat dari bilangan kuantum nj.
Fungsi partisi Z untuk sistem ini adalah,
Z e
j
j / kT
(5.53)
Jumlah ini dapat ditafsirkan secara grafik seperti berikut ini. Nilai-nilai nj
ditandai pada sumbu horizontal dan digunakan untuk menunjukkan koefisien
nj dalam persamaan tersebut.
5.30 Fisika statistik
Pada tiap nilai nj kita buat garis vertikal dengan panjang f(nj), seperti
dalam Gambar 5.12.
Gambar 5.12
Fungsi Partisi Z adalah Sama Dengan Luasan Total
n 2
Z n j .e 8mkT dn j (5.55)
2
o
Nilai dari integral terhingga dapat diperoleh dari tabel integral, dan akhirnya
diperoleh persamaan:
1
2mkT 2
Z V (5.56)
h2
Persamaan ini sesuai dengan hasil dari teori kinetik gas monoatomik yang
memiliki tiga derajat kebebasan.
Kapasitas panas pada volume konstan:
U 3 3
Cv NK nR
T 2 2
Kapasitas panas spesifik C v adalah:
C 3
Cv v R (5.63)
n 2
Entropinya adalah:
U
S nk nZ nN 1 (5.64)
T
V 2mkT 2
3
5
S Nk n (5.65)
2 Nh 3
LAT IH A N
1) Apa yang terjadi pada energi Gibbs, apabila pada supersistem berada
pada kondisi keseimbangan?
2) Tunjukkan bahwa dF = -S dT - P dV!
3) Buktikan bahwa persamaan Gibbs dapat dirumuskan dengan dG = -S dT
+ VdP!
G
4) Buktikan bahwa S!
T P,N
5) Konsep apa yang dapat dijelaskan dari persamaan Tetrode - Sackur?
2) dF = dU – TdS - SdT
Dengan memasukkan dU = T dS - P dV pada persamaan tersebut akan
diperoleh: dF = -S dT - PdV
PEFI4418/MODUL 5 5.33
3) dG = dU – T dS + P dV + V dP
Dengan memasukkan dU = T dS - P dV pada persamaan tersebut akan
diperoleh:
DG = -S dT +V dP
4) Ingat, dG = -S dT + V dP
Pada P dan N konstan maka V dP = 0
G
Sehingga S!
T P,N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) 1 k mol gas helium pada suhu 0°C dan tekanan 1 atm memiliki volume
22,4 m3.
6,02.1026
Jumlah rapat molekul n
22, 4m3
1 22, 4
Jadi,
2nd 2
2. 6,02 1026 .1020
0,84 106 m
2) Berapa langkah yang diperlukan, antara lain:
a) menentukan rapat fluks dan jumlah molekul yang melintasi sumbu
tersebut tiap satuan luas tiap satuan sekon;
b) menentukan jarak vertikal rata-rata di atas atau di bawah sumbu;
c) menentukan laju rata-rata.
3) Konduktivitas termal dirumuskan dengan
1 Vc*v
3
Viskositas dinyatakan dengan,
1 mV
3
c* c c
Jadi, v v v
m mN A M
4) Besaran yang mempengaruhi nilai dari konduktivitas termal adalah
besaran laju rata yang nilainya bergantung pada suhu.
1 V
D
3 n
5)
n d 2 3,14 1,25.1025 3,6.1010 5,09 105 m
1 450
Jadi, D 2,95 104 m2S1
3 5,09 105
5.36 Fisika statistik
Tes Formatif 2
1) Gunanya adalah untuk menukar panas dengan heat bath dan untuk
melakukan kerja.
2) Energi itu sebagian berasal dari sistem dan sisanya berasal dari panas
yang diperoleh reservoir.
3) Pada sistem akan memiliki tekanan P dan suhu T yang sama seperti pada
bejana panas (bath).
4) Dari persamaan Helmholtz dan Gibbs, dapat dihitung bahwa
dF = -S dT - P dV
Pada T konstan S dT = 0,
dF
sehingga P
dV T
G
5) Ingat:
T T,P
N
Karena G(n, T, P) = n g (T, P), dan n
NA
Dari persamaan tersebut dapat dihitung:
g(T, P) = NA(T, P)
PEFI4418/MODUL 5 5.37
Glosarium
Lintasan bebas rata-rata (mean free path) adalah lintasan dari sebuah molekul
yang bergerak antara beberapa tumbukan.
Viskositas adalah kekentalan yang dimiliki oleh suatu zat.
5.38 Fisika statistik
Daftar Pustaka
Sears, F.W. dan Salinger, L.G. (1976). Thermodynamics, Kinetic Theory, and
Statistical Thermodinamics. Amsterdam: Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
PE N DA H UL U AN
jenis zat padat. Secara lebih khusus lagi, kompetensi dari pembelajaran
modul ini Anda dapat:
1. menjelaskan cara kerja Laser dan Maser;
2. menerapkan konsep transisi radiasi dan nonradiasi;
3. menerapkan konsep foton;
4. menerapkan konsep vibrasi kisi kristal;
5. menerapkan teori panas jenis menurut Dulong-Petit;
6. menerapkan teori panas jenis zat padat menurut Einstein;
7. menerapkan teori panas jenis zat padat menurut Debye.
Kegiatan Belajar 1
1
E E2 atau
h
6.4 Fisika Statistik
E
(6.1)
h
Di mana h adalah konstanta Planck (6,626.10-34 Js).
Gambar 6.1
Skema dari Tiga Proses Terjadinya Laser, yaitu:
(a) Emisi Spontan, (b) Emisi Stimulasi, dan (c) Absorpsi
Transisi jenis ketiga adalah emisi stimulasi (terimbas). Dalam hal ini,
foton yang datang dengan h menyebabkan transisi dari E2 ke E1. Dalam
emisi stimulasi, gelombang cahaya yang dipancarkan tepat sefase dengan
cahaya yang datang sehingga hasilnya berupa berkas cahaya koheren yang
diperkuat. Pada tahun 1917, Einstein memperlihatkan bahwa emisi stimulasi
mempunyai kemungkinan yang sama dengan absorpsi stimulasi. Ini berarti,
foton berenergi h yang tiba pada suatu atom dalam keadaan energi lebih
tinggi dari E2 memiliki kemungkinan yang sama untuk menimbulkan emisi
foton lain berenergi h dengan kemungkinan untuk diabsorpsi jika foton itu
tiba pada atom dalam keadaan tingkat energi rendah E1.
Emisi stimulasi bukan konsep baru. Suatu analogi terdapat pada osilator
harmonik, misalnya bandul yang mempunyai gaya sinusoidal yang bekerja
padanya memiliki periode yang sama dengan periode alamiah getaran. Jika
gaya terpasang itu sefase dengan ayunan bandul maka amplitudo ayunan
bertambah. Hal ini bersesuaian dengan absorpsi stimulasi. Namun, apabila
gaya terpasang berbeda fase 180° dengan ayunan bandul maka amplitudo
ayunan akan berkurang. Ini bersesuaian dengan emisi stimulasi.
Tinjau sekumpulan atom yang memiliki keadaan metastabil dengan
energi eksitasi h. Andaikan sekarang kita menaikkan sebagian besar
kelompok atom itu ke tingkat metastabil. Jika sekarang kita sinari kelompok
atom itu dengan cahaya berfrekuensi maka akan lebih banyak emisi
stimulasi dari tingkat metastabil daripada absorpsi terimbas oleh tingkat
rendah. Hasilnya adalah penguatan cahaya semula. Konsep ini mendasari
operasi laser.
Istilah inversi populasi dipakai untuk menandai kelompok atom yang
sebagian besar berada dalam keadaan eksitasi, karena dalam kondisi normal,
tingkat dasar memiliki populasi lebih besar. Banyak cara untuk menimbulkan
inversi populasi, salah satunya melalui pemompaan optis, seperti dijelaskan
dalam Gambar 6.2. Dalam hal ini, sumber cahaya eksternal dipakai dengan
sebagian dari kelompok foton memiliki frekuensi untuk menaikkan atom ke
tingkat eksitasi yang dapat meluruh secara spontan ke tingkat metastabil yang
kita inginkan. Metode ini digunakan dalam laser rubi (Gambar 6.3) yang
merupakan laser pertama yang berhasil dibuat.
Rubi adalah kristal oksida aluminium, Al2O3, dengan sebagian ion Al3+
ditukar dengan ion chromium (Cr3+) yang menimbulkan warna merah. Ion
Cr3+ memiliki tingkat metastabil yang umurnya sekitar 0,003 s. Lampu
dengan Xe mengeksitasi ion Cr3+ ke tingkat energi lebih tinggi. Dari tingkat
6.6 Fisika Statistik
ini ion akan jatuh ke tingkat metastabil dengan memberikan energi ke ion lain
dalam kristal. Foton yang berasal dari peluruhan spontan sebagian dari ion-
ion Cr3+ akan dipantulkan bolak-balik antara ujung-ujung batang Rubi yang
diberi cermin sehingga dapat merangsang ion tereksitasi Cr 3+ yang lain untuk
ikut memancarkan foton. Setelah beberapa mikrosekon sistem ini akan
menghasilkan pulsa cahaya ekawarna yang besar, yaitu cahaya merah
koheren yang muncul dari ujung batang yang transparan sebagian. Panjang
batang dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan kelipatan bulat kali
setengah panjang gelombang sehingga radiasi yang terperangkap di dalamnya
membentuk gelombang berdiri optis.
Gambar 6.2
Prinsip Kerja Laser dan Maser
PEFI4418/MODUL 6 6.7
Gambar 6.3
Laser Rubi
saat maka tidak seperti eksitasi pulsa dari lampu dengan Xe dalam laser rubi,
laser He-Ne, beroperasi secara kontinu.
Gambar 6.4
Laser Helium-Neon
B* + A B + A* + A
Gambar 6.5
Peluruhan Nonradiasi dari Keadaan B oleh Transfer Energi Resonan
ke Keadaan A
di mana np adalah karakteristik waktu konstan atau waktu hidup nonradiasi
(non radiative lifetime), nilai ini sangat tergantung pada jenis peluruhan dan
mediumnya.
Peluruhan nonradiasi tidak selalu harus muncul melalui tumbukan.
Untuk molekul dapat saja terjadi di dalamnya dan terisolasi dengan
lingkungannya (unimolecular process). Sebagai contoh, pada transisi
vibrasional energi didapat dari modes vibrasional lainnya dalam molekul.
Untuk atom, energi eksitasi cukup besar sehingga bisa menimbulkan ionisasi.
Proses unimolekuler dapat digambarkan sebagai berikut dengan τnr ~ 1010 s.
Gambar 6.6
Transisi Non Radiasi Unimolekuler
2
3 Co
1 1
WDA R 6 τ
64π5
sp
g D υσ A dυ
nυ
(6.8)
0
PEFI4418/MODUL 6 6.11
Di mana sp dan g() masing-masing adalah waktu transisi radiasi dan fungsi
radiasi dari donor, A () adalah tampang lintang absorpsi dari akseptor, dan
n adalah indeks refraksi dari medium. Dari persamaan (6.8) tampak bahwa
terjadi tumpang tindih antara spektrum emisi donor dan spektrum absorpsi
akseptor.
Jenis lain dari transisi nonradiasi adalah dalam kasus semikonduktor.
Dalam kasus ini elektron dan pita konduksi dan hole dari pita valensi
menghasilkan energi akibat rekombinasi elektron dan hole. Dalam kasus ini,
terjadi interaksi energi antara interaksi elektrostatik yang berjangkauan
panjang dengan dua muatan yang berpasangan. Munculnya energi dapat
melalui dua cara, yaitu (1) satu atau lebih getaran kisi (fonon) dan
(2) tumbukan yang disebut rekombinasi Auger (Auger recombination).
Sebagai kesimpulan bersama dari transisi radiasi dan nonradiasi seperti
diungkap dalam Persamaan (6.7) maka populasi N sebagai fungsi waktu
dapat dituliskan sebagai berikut.
dN 2 N 2 N 2
(6.9)
dt τsp τ nr
dengan (lifetime) gabungan dan sp (radiative lifetime) dan n (non radiative
lifetime).
1 1 1
(6.10)
τ τsp τ nr
Gunakan asumsi bahwa pada t = 0, N2 (0) atom berada pada tingkat atas,
dan V adalah volume dari material tersebut. Menurut persamaan (6.10) N 2/sp
adalah jumlah atom per unit volum yang mengalami transisi radiasi persatuan
waktu. Dengan demikian, daya radiasi dari emisi spontan adalah:
N 2 (t)hυo v
P(t) (6.11)
τsp
sehingga
N 2 (0)hυ0 V t / τ
P(t) e (6.13)
τsp
υ
P(t) hυ dt o τ
(6.14)
N 2 (0)V τsp
di mana
3υ co
R 60
64π5 nυ g D υσA υdυ (6.16)
0
N2 t N2 0exp t τ Ct τ
12
1
t τ
atau N2(t) N 2 0 e C(t / τ) 2 (6.17)
B. FOTON
Momentum:
= k ; di mana k ν / c (6.20)
Vektor Polarisasi:
= ε; ε 1; k.ε 0 (6.21)
Jika setiap atom dapat mengemisi atau mengabsorpsi foton, jumlah total
foton tidak bersifat kekal.
6.14 Fisika Statistik
Jika jumlah fotonnya tidak diketahui, maka fungsi partisi diberikan oleh
e
βEnk,ε
Q (6.26)
nk,ε
Ini adalah hukum radiasi Planck, yang memberikan rapat energi dari foton
dengan frekuensi dalam kondisi polarisasi dan arah momentum. Integral
dari Persamaan (6.32) memberikan
U π 2 kT
4
(6.33)
V 15 c3
sehingga kita dapatkan panas jenis per satuan volume sebesar:
4π 2 k 4T 4
Cv (6.34)
15c
3
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Persamaan yang menunjukkan daya radiasi dari emisi spontan adalah ....
N t υo V
A. P t 2
τsp
N 2 t υo V
B. Pt
τsp
N 2 t hυo V
C. Pt
τ nr
N 2 t hυo V
D. Pt
τsp
7) Jika atom mula-mula ada dalam keadaan energi lebih rendah E1 maka
energinya dapat dinaikkan menjadi E2 dengan menyerap foton yang
berenergi E2 – E1 = h. Transisi jenis ini disebut ....
A. emisi terangsang
B. absorpsi terangsang
C. absorpsi
D. emisi spontan
Kegiatan Belajar 2
A tom maupun molekul kristal yang terdapat pada zat padat umumnya
selalu tersusun secara teratur dalam pola tiga dimensi. Tiap atom atau
molekul tertentu tempatnya dalam suatu titik dalam ruang pada jarak yang
tertentu. Demikian pula posisi sudutnya terhadap semua atom dalam ruang
atau terhadap molekul di sekitarnya relatif selalu tetap. Kesimetrian jarak
internal dari posisi atom atau molekul ini adalah merupakan ciri dasar dari
suatu kristal. Susunan sudut dalam ruang dari atom-atom dalam kristal
disebut kisi ruang atau susunan kisi. Jadi, kisi ruang adalah suatu susunan
yang tak terbatas dari titik-titik dalam tiga dimensi di mana setiap titik
dikelilingi oleh titik-titik lain yang identik.
Dalam kisi sempurna, atom-atom menempati kedudukan tertentu dalam
kisi yang terikat oleh gaya yang bekerja dari interaksi antaratom penyusun
zat padat itu. Zat padat dapat menyerap energi terutama melalui tiga cara,
yaitu (1) Stimulasi getaran atomik, (2) Stimulasi gerak elektronik atau
eksitasi, dan (3) Stimulasi rotasi molekuler.
Energi total zat padat terdiri dari dua bagian, yaitu energi termal dan
energi lain yang mungkin ada pada temperatur nol mutlak. Gabungan kedua
energi ini dinamakan energi dalam atau energi internal E, oleh karena itu
energi internal E itu merupakan fungsi dari suhu.
dE
C (6.35)
dT
A. KISI VIBRASI
Getaran kisi (lattice vibration) yang disebut juga sebagai gelombang kisi
merupakan dasar bagi adanya konsep fonon. Gejala ini merupakan getaran
kolektif dalam suatu bahan, yang digambarkan secara sederhana dalam kristal
satu dimensi.
Perhatikan kristal terdiri dari (N + 1) atom sama pada Gambar 6.7,
berbentuk rantai lurus monoatomik, di mana kedua ujungnya tetap. Keadaan
semacam ini dikatakan sebagai kristal dengan syarat batas biasa. Nyatakan
panjang rantai L = Ma, di mana a adalah jarak antara dua atom yang disebut
vektor transisi, dan M adalah massa atom.
Gambar 6.7
Kisi Kristal Satu Dimensi
Gambar 6.8
Getaran Atom Satu Dimensi
d 2 Us
M c1 2
dt 2
PEFI4418/MODUL 6 6.23
sehingga
d2 xs
M c Us1 Us1 2Us
dt 2
Ini merupakan bentuk persamaan gerak untuk semua atom, hanya harga
S yang berbeda. Dengan menggunakan syarat batas pada ujung tetap maka:
B. TEORI KLASIK
karena usaha luar terkait dengan perubahan volume untuk tekanan yang tetap
besarnya maka berlaku dW = p dV sehingga
dQ = dU + p dV (6.40)
Energi dalam (internal) sistem tersebut ditentukan oleh suhu dan volume
dari sistem sehingga nilai energi dalam U hanya ditentukan oleh nilai V dan
T saja sehingga
dU dU
dU dT dV
dT dV T
V
Panas jenis molar zat padat pada volume yang tetap C v, didefinisikan
sebagai jumlah energi yang harus ditambahkan untuk menaikkan suhu 1 K
pada 1 kmol zat tersebut pada volume tetap.
dQ dE
Cv (6.41)
dT v dT v
Energi dalam suatu zat padat terletak pada energi getar partikel-partikel
penyusunannya. Dalam pembahasan ini diandaikan getaran partikel itu
berlaku sebagai suatu osilator harmonis yang memiliki energi.
PEFI4418/MODUL 6 6.25
p2
E 1/ 2mω2 x 2 (6.42)
2m
e e
p 2kT
2
maj2
dp dx
~ ~
e
y2
dy π (6.44)
dan dengan memisalkan
p2
y12 dan y22 mω2 x 2 / 2kT
2mkT
maka
kT y12 e y1 dy kT y22 e y2 dy
2 2
E
kT e y12
kT e y2 dy2
2
dy1
E = 3 NokT = 3 RT (6.45)
6.26 Fisika Statistik
Dulong dan Petit telah menunjukkan bahwa untuk kebanyakan zat padat
pada suhu kamar dan di atasnya Cv ~ 3 R. Oleh karena itu, Persamaan (6.46)
disebut juga hukum Dulong Petit. Ini berarti harganya tidak bergantung
pada suhu.
Sayang sekali teori ini gagal untuk meramalkan panas jenis unsur-unsur
ringan (misal karbon, berilium, dan boron) pada suhu rendah. Hampir semua
zat padat pada suhu rendah (T ~ 0 K) ternyata panas jenisnya turun dengan
tajam sehingga panas jenis itu ternyata bergantung pada suhu.
Kegagalan teori klasik dalam menjelaskan teori panas jenis zat padat
dipelajari oleh Einstein. Einstein melihat bahwa kelemahan teori klasik
terletak pada penurunan energi rata-rata tiap osilator harmonik yang
menghasilkan harga kT. Untuk mengatasi hal ini maka Einstein mengajukan
asumsi bahwa osilasi zat padat mengikuti statistik Bose-Einstein. Kalau
gelombang elektromagnetik dianalisis sebagai suatu partikel atau kuanta
energi yang disebut suatu foton dan mengikuti statistik Bose-Einstein maka
gelombang mekanik atau akustik juga dianalisis sebagai partikel atau kuanta
energi yang disebut fonon dan juga mengikuti statistik Bose-Einstein.
Untuk penyederhanaan Einstein juga mengajukan asumsi bahwa semua
fonon (osilator) memiliki frekuensi sama. Tiap atom berperilaku sebagai tiga
osilator harmonis yang independen. Tiap fonon memiliki frekuensi dan
peluang fonon untuk memiliki frekuensi adalah
1
f ν hν kT
(6.47)
e 1
PEFI4418/MODUL 6 6.27
Berbeda dengan teori klasik, di sini muncul frekuensi osilator dan harga
E yang bergantung suhu.
Energi satu kilomol zat padat adalah
1
E 3N0 E 3N 0 hν kT (6.49)
e 1
hν
2
C v 3N 0 h ν e hν kT 1 .e hν kT
kT 2
hν 2 ehν kT
C v 3N 0 k
kT ehν kT 1 2
hν 2 ehν kT
Cv 3R (6.50)
kT ehν kT 1 2
Apabila energi osilator ini diganti dengan Persamaan (6.51) ini maka
semua tingkat energi akan bergeser sebesar hν 2 sehingga energi rata-rata
osilator menjadi
hν
E hν 2 (6.52)
ehν kT 1
Ini berarti pada T= OK energi rata-rata osilator tidak lagi nol, tetapi
E0 = h/2. Energi ini disebut juga energi titik nol atau zero point energy
(ZPE). Dengan persamaan baru ini ternyata harga panas jenis tidak berubah
karena Cv diturunkan dari energi E terhadap T.
6.28 Fisika Statistik
Gambar 6.9
Grafik Kapasitas Termal Cv sebagai Fungsi Suhu
Khusus untuk Gambar 6.9b grafik zat padat yang mempunyai sejumlah
N0 atom sehingga R = N0k.
Model Einstein ini merupakan model teori mengenai kapasitas termal
pertama yang menggunakan konsep mekanika kuantum. Walaupun Einstein
mengemukakan modelnya secara sederhana, tetapi hasilnya dibandingkan
dengan hasil eksperimen cukup memadai secara kualitatif. Apabila diambil
N = N0 misal harga Cv = 3R pada suhu tinggi dan dapat didekati dengan baik.
Harga 3R yang dinyatakan oleh konstan oleh Dulong-Petit untuk berbagai
macam zat padat merupakan hasil yang diperoleh secara empiris. Kita dapat
meminjam persamaan (6.50) untuk dua keadaan ekstrem, yaitu pada
temperatur tinggi T θF dan pada temperatur rendah T θF .
Pada suhu tinggi kT = h sehingga
1
ehν kT =1+ hν kT + hν kT +…
2
E = 3 N0kT dan
Cv =3N0k = 3 E
Gambar 6.10
Kapasitas Panas untuk: (a) Kol; dan (b) Tembaga
3V 4π 2 ν 2 2π 12πν
g νdν 4π dν 3 ν 2dν (6.57)
2π
3
c2 c c
g νdν 3N
0
(6.58)
νm
12πV
ν dν 3N
2
c3
0
Jadi, frekuensi Debye ini hanya bergantung pada jumlah atom persatuan
volume dan kecepatan suara dalam zat padat.
12πν 2
Dari Persamaan (6.57) kita dapatkan gi ν sehingga dari
c3
Persamaan (6.57), (6.58) dan (6.59) kita dapatkan
12πν 2
3N 3N ν 3N
12πν hν3
gi 3
E hν hν kT hν hνc kT (6.63)
i1
e 1 i1 e 1 i1 c3 ehν kT 1
θD T
3 x3
f θ D T
θ D T
3 e x 1
dx
0
E 3π4 RT4 5θ3D
atau
E ~ T4
Jadi, pada suhu yang rendah energi sistem sebanding dengan pangkat
empat suhu mutlaknya. Maka panas jenis zat padat pada suhu rendah menjadi
PEFI4418/MODUL 6 6.35
12 2 T
Cv π R pada T θD (6.69)
5 θ D
Hasil ini cocok dengan data hasil eksperimen. Oleh karena itu, panas
jenis zat padat pada suhu rendah sebanding dengan pangkat tiga suhu
mutlaknya, atau Cv ~ T3 . Inilah hukum pangkat tiga dari panas jenis Debye.
Gambar 6.11 menunjukkan grafik panas jenis Debye yang dilukis terhadap
T θD .
Gambar 6.11
Panas jenis Cv sebagai Fungsi Suhu T
Kurva garis tebal menunjukkan fungsi Debye
θD T
T 3
E 9NkT
θ D
x 2dx
0
3
T 1 θ 3
E 9NkT D
θ D 3 T
E 3NkT 3RT (6.70)
6.36 Fisika Statistik
Tabel 6.1
Suhu Debye untuk Beberapa Material
LAT IH A N
2) Penyerapan energi oleh zat padat terutama dapat melalui tiga cara, yaitu:
a) stimulasi getaran atomik;
b) stimulasi gerak elektronik atau eksitasi;
c) stimulasi rotasi molekuler.
3) Menurut hukum Dulong-Petit panas jenis molar zat padat bersifat
konstan Cv ~ 3R, hal ini ternyata gagal untuk menjelaskan panas jenis
unsur-unsur ringan, seperti boron, berilium, dan karbon. Bahkan semua
zat padat pada suhu yang rendah. Dengan demikian, berarti teori klasik
gagal meramalkan panas jenis unsur ringan dan panas jenis zat padat
pada suhu rendah, di mana panas jenis itu bergantung pada suhu.
4) Kurang cocoknya fungsi Cv . Vs T untuk suhu rendah yang secara
eksperimental adalah
Cv ~ T 3
sedangkan untuk T E , teori Einstein memberikan Cv ~ e
E T
.
5) Menurut Debye harga relasi dispersi terbatas dari = 0 sampai =
D. Jadi, ternyata bahwa energi getaran atom-atom kristal ataupun energi
getaran kisi kristal, terkuantisasi.
6.38 Fisika Statistik
R A NG KU M AN
Dalam model Debye hal itu tidak terlalu jelas, kecuali apabila kita
menelaah penurunan dari rapat mode getar. Jadi, pada suhu yang rendah
energi sistem sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya. Maka
panas jenis zat padat pada suhu rendah menjadi
12 T
C v 2R pada T D
5 D
Hasil ini cocok dengan data eksperimen. Oleh karena itu, panas jenis
zat padat pada suhu rendah sebanding dengan pangkat tiga suhu
mutlaknya atau Cv ~ T3. Inilah hukum pangkat tiga dari panas jenis
Debye.
TES F OR M AT IF 2
2) Model panas jenis zat padat dari Dulong-Petit tidak berhasil menjelaskan
tentang ....
A. besar panas jenis zat padat yang nilainya konstan
B. penggunaan statistik Bose-Einstein
C. kuantisasi energi getaran kisi
D. panas jenis zat padat pada suhu rendah
3) Dalam model panas jenis Einstein, kuanta energi yang disebut mengikuti
distribusi statistik dari ....
A. Maxwell-Bolztman
B. Fermi-Dirac
C. Debye
D. Bose-Einstein
5) Teori panas jenis Einstein ternyata tidak dapat meramalkan dengan tepat
panas jenis zat padat pada suhu rendah. Hal ini karena Einstein
menganggap bahwa semua atom dalam zat padat ….
A. memiliki bilangan kuantum spin yang sama
B. bersifat sebagai osilator harmonis
C. berada dalam keadaan eksitasi
D. bergetar tanpa dipengaruhi getaran atom tetangganya.
7) Menurut model panas jenis Debye, panas jenis zat padat pada suhu
rendah sebanding dengan ....
A. pangkat empat suhu mutlaknya
B. akar kuadrat suhu mutlaknya
C. pangkat tiga suhu mutlaknya
D. akar kuadrat energi osilasinya
9) Menurut model panas jenis Debye, energi sistem pada suhu rendah
sebanding dengan ....
A. pangkat empat suhu mutlaknya
B. akar kuadrat suhu mutlaknya
C. pangkat tiga suhu mutlaknya
D. akar kuadrat perioda osilasinya
10) Besarnya panas jenis zat padat pada suhu tinggi menurut model Debye
adalah ....
A. 3 R
B. 3/2 R
C. 5/2 R
D. 7/2 R
Tes Formatif 1
1) A. Laser = light amplification by stimulated emission of radiation
(penguatan cahaya melalui pemancaran radiasi yang dirangsang).
2) B. Maser = Microwave amplification by stimulated emission of
radiation (penguatan gelombang mikro melalui pemancaran radiasi
yang dirangsang.
3) C. h/2 karena nilai spinnya di mana = h/2.
4) A. Emisi terangsang (telah jelas).
5) A. B* + A B + A* + E (telah jelas).
N t hυD V
6) D. P t 2 .
τ np
7) B. Absorpsi terangsang.
8) D. Emisi Spontan.
9) A. Collisional deactivation.
h ω2
10) D. u ω,T βω
.
π c e 1
2 2
Tes Formatif 2
1) D. Getaran kisi-kisi (vibrational lattice).
2) D. Model Dulang Petit gagal untuk meramalkan panas jenis unsur-unsur
ringan (misal karbon, berillium, dan boron) pada suhu rendah.
Hampir semua zat padat pada suhu rendah (T ~ 0 K) ternyata panas
jenisnya turun dengan tajam sehingga panas jenis itu ternyata
bergantung pada suhu.
3) D. Bose-Einstein.
4) A. θE hv / k
5) D. Bergeser tanpa dipengaruhi getaran atom tetangganya, telah jelas.
6) A. Distribusi energi fonon menurut statistik Bose-Einstein adalah
ni 1
hυ kT .
gi e 1
7) C. Fungsi Cv Vs T untuk suhu rendah yang secara eksperimental adalah
C v T3 .
8) A. Suhu Debye D di mana k D = hm atau m = k D/h.
PEFI4418/MODUL 6 6.43
9) A. E ~ T4.
Jadi, pada suhu yang rendah energi sistem sebanding dengan
pangkat empat suhu mutlaknya.
10) A. Panas jenis pada suhu tinggi
Cv dE dTv ~ 3Nk ~ 3R
6.44 Fisika Statistik
Glosarium
Foton merupakan sistem boson yang tidak bermassa yang memiliki spin
bulat.
Keadaan metastabil adalah suatu keadaan di mana tingkat eksitasi berumur
relatif panjang.
Kisi ruang adalah suatu susunan yang tak terbatas dari titik-titik dalam tiga
dimensi di mana setiap titik dikelilingi oleh titik-titik
lain yang identik.
Laser adalah Light amplification bu stimulated emission of radiation.
Maser adalah Microwave amplification by stimulated emission of radiation.
Panas jenis didefinisikan sebagai perubahan energi persatuan perubahan
suhu.
Tranmisi vibrionik adalah transmisi antara dua tingkat rotasi-vibrasi dari
tingkat keadaan elektronik yang berbeda.
PEFI4418/MODUL 6 6.45
Daftar Pustaka
Richard, J.C. (1988). Fundamental of Solid State Physics. New York: John
Wiley & Sons.
Svelto, O. Principles of Lasers. Third Edition. New York & London: Plenum
Press.
Modul 7
Penerapan Statistik
Fermi-Dirac
Prof. B. Soeprapto Brotosiswojo, Ph.D.
Paken Pandiangan, S.Si, M. Si.
PE N DA H UL U AN
Selamat belajar!
7.4 Fisika Statistik
Kegiatan Belajar 1
P ada waktu kita membahas status energi dan tingkatan energi pada modul
sebelumnya, kita baru membahas sifat kuantum untuk satu molekul.
Oleh karena itu, statistik Maxwell-Boltzmann yang sudah kita bahas masih
dinamakan mekanika statistik klasik. Mekanika kuantum menuntut aturan
yang lebih banyak lagi jika kita membahas perilaku lebih dari satu molekul.
Dalam mekanika klasik kita mengenal titik massa dan kita mengenal
juga gelombang, itu dua hal yang berbeda sama sekali sifatnya. Akan tetapi,
hasil-hasil eksperimen menunjukkan bahwa cahaya yang biasanya kita kenal
sebagai gelombang juga bisa menunjukkan sifat sebagai titik massa atau
partikel. Efek fotolistrik adalah salah satu perwujudan cahaya sebagai
partikel.
Sebaliknya, elektron yang biasanya kita perlakukan sebagai partikel bisa
juga bersifat sebagai gelombang. Mikroskop elektron adalah salah satu
contoh pemanfaatan sifat gelombang dari elektron. Bahkan karena panjang
gelombang elektron bisa diatur sehingga lebih pendek dari panjang
gelombang cahaya maka mikroskop elektron memiliki keunggulan terhadap
mikroskop biasa yang menggunakan cahaya sebagai pelacaknya, dalam
”daya urai” (resolving power).
Mekanika kuantum merupakan "resep" yang baik untuk menggarap sifat
kembar gelombang dan partikel itu. Dalam mekanika kuantum partikel
bersifat sebagai gelombang dan gelombang bersifat sebagai partikel.
Membedakan gelombang dengan partikel untuk benda-benda semacam
elektron atau cahaya sebenarnya juga tidak bermakna, sebab kemampuan
observasi kita terhadap benda semacam itu tidak sebaik observasi kita tentang
sebuah kelereng atau ombak samudera.
Berikut ini sebuah contoh yang mengungkapkan penyimpangan terhadap
mekanika statistik Maxwell-Boltzmann. Pada bahan padat kita mengenal
jenis yang disebut logam, yang merupakan bahan penghantar arus listrik, dan
jenis lain yang disebut isolator yang merupakan penghantar listrik yang amat
buruk, artinya praktis tidak dilalui arus listrik meskipun dipasang perbedaan
tegangan antara ujung-ujungnya. Logam bisa dibayangkan sebagai kumpulan
ion-ion yang terikat pada kisi-kisi kristal bahan padat itu ditambah dengan
"gas elektron" yang lincah untuk membawa muatan listrik ke sana ke mari.
PEFI4418/MODUL 7 7.5
h merupakan tetapan Planck, yang nilainya 6,62377 10-34 Js. Energi rata-
rata sebuah partikel dalam gas yang suhunya T = 300 K menurut teori kinetik
gas adalah:
3 3
ε = kT = . 1,38.10-23 J/K.300 K
2 2
= 6,21.10-21 J
Jika setiap ion dalam logam itu melepas satu elektron dan jarak antara
ion-ion terdekat kira-kira 5 Angstrom maka jarak rata-rata elektron-elektron
7.6 Fisika Statistik
A. PARTIKEL FERMI
Dalam pelajaran Fisika Atom tentunya kita telah mengenal apa yang
dinamakan asas eksklusif Pauli. Untuk atom yang memiliki lebih dari satu
elektron, misalnya Natrium, elektron-elektron itu tidak berkumpul di tingkat
energi paling rendah. Masing-masing status energi (termasuk status spin-nya)
hanya boleh diisi tidak lebih dari satu partikel. Tingkatan paling rendah (n=1)
hanya diisi oleh dua elektron, yang satu spinnya "ke atas",,yang satunya lagi
spinnya "ke bawah". Tingkatan berikutnya (n=2) akan diisi oleh delapan
elektron karena bilangan kuantum orbital bisa berharga 0 atau 1; untuk =0
bilangan kuantum magnetik itu hanya boleh berharga 0, sedangkan untuk
=1 bilangan kuantum m boleh berharga 1, 0 atau +1; masing-masing status
tersebut bisa diisi oleh dua elektron yang spinnya berbeda. Jadi, elektron
yang kesebelas terpaksa harus menduduki tingkatan dengan bilangan
kuantum n=3.
Asas seperti itu bisa diturunkan sebagai konsekuensi dari sifat elektron
sebagai gelombang seperti dijelaskan di atas. Pada mekanika kuantum untuk
kumpulan partikel identik kita akan menemukan bahwa fungsi gelombang
totalnya hanya boleh simetrik atau anti simetrik terhadap pertukaran dua
partikel. Asas eksklusif Pauli akan muncul dengan sendirinya apabila kita
PEFI4418/MODUL 7 7.7
B. DISTRIBUSI FERMI-DIRAC
Kita ambil contoh partikel bebas dengan massa m dalam ruangan yang
volumenya V. Telah kita ketahui bahwa status energi partikel ditentukan oleh
tiga bilangan kuantum nx, ny, dan nz yang boleh bernilai bilangan bulat.
Tingkatan energi partikel itu ditentukan oleh jumlah nx, ny, dan nz.
h 2
n 2 + n 2 + n 2
εn x , n y , n z = (7.2)
2m 3 v2
x y z
Oleh karena itu, kita dapatkan bahwa tingkat energi paling bawah hanya
memiliki satu status energi, tingkatan energi berikutnya memiliki enam status
energi, dan seterusnya. Jumlah status energi pada satu tingkatan energi
disebut derajat degenerasi.
Kalau elektron-elektron dalam logam padat itu adalah gelombang-
gelombang yang berkumpul dalam ruangan yang relatif sempit sehingga
identitas masing-masing menjadi tidak bermakna maka kita tidak lagi bisa
menggunakan paham lukisan mikro seperti pada statistik Maxwell-Boltmann.
Cara lain harus kita pikirkan untuk kasus semacam ini.
Kita akan menggunakan lambang N1, N2, N3, ... dan seterusnya, tetapi
indeks 1, 2, 3, ... dan seterusnya tidak digunakan untuk menunjuk status
energi melainkan tingkatan energi. Lambang N1 menunjukkan jumlah
partikel yang ada pada tingkatan energi nomor I atau kita namakan bilangan
populasi tingkatan energi nomor 1. Begitu seterusnya untuk tingkatan-
tingkatan energi yang lainnya juga.
Dengan cara ini, kita bisa menuliskan energi total U kumpulan N
elektron sebagai berikut.
U = ε i Ni (7.3)
i
7.8 Fisika Statistik
N= i
Ni (7.4)
Dengan
f ( N1 , N 2 ,...) ln (Wi ) (7.9)
i
g ( N1 , N 2 ,...) εi Ni (7.10)
i
h( N1 , N 2 ,...) Ni (7.11)
i
( g Ni )
ln i α β εi 0 (7.12)
N
i
atau
gi
Ni (7.13)
exp(α βεi ) 1
Jika suku pertama penyebut pada Persamaan (7.14), jauh lebih besar dari
1 maka ungkapan untuk ns mirip dengan distribusi Maxwell-Boltzmann
Gambar 7.1
Fungsi distribusi Fermi-Dirac f()
Gambar 7.2
Turunan fungsi distribusi Fermi-Dirac
yang sudah kita pelajari sebelumnya. Di sana kita sampai pada kesimpulan
bahwa
1
β (7.16)
kT
dengan k tetapan Boltzmann dan T suhu absolut. Karena mekanika kuantum
dalam bentuk limitnya akan menjadi mekanika klasik maka demikian pula
halnya distribusi Fermi-Dirac ini pun dalam bentuk limitnya akan menjadi
distribusi menurut mekanika klasik, yaitu distribusi Maxwell-Boltzmann.
Karena itu kita akan menuliskan Persamaan (7.14) menjadi
PEFI4418/MODUL 7 7.11
1
ns (7.17)
exp[εs / kT α] 1
elektron, sedangkan semua status dengan energi yang lebih besar dari 0 nilai
f() = 0, berarti status itu kosong sama sekali. Jadi, 0 adalah tingkatan energi
tertinggi apabila elektron-elektron itu diisikan satu persatu ke dalam status
energi dimulai dari yang paling bawah. Dalam fisika tingkatan energi 0
dengan makna semacam itu disebut energi Fermi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
h 2
qz n
2m 3 v 2 z
Setiap status energi akan diwakili oleh satu titik dengan nilai nx, ny dan nz
untuk status energi itu (Gambar 7.3). Ruangan tersebut akan penuh dengan
titik-titik semacam itu sehingga membentuk kisi-kisi kubus masing-masing
dengan volume
h3
Ω
v(2m) 3 2
PEFI4418/MODUL 7 7.17
Gambar 7.3.
Tiap titik mewakili satu status energi
Sebuah kulit bola dengan jari-jari q dan tebal dq akan mempunyai "volume"
dV = 4 q2 dq
dan berisi
dq
dN = 4πq 2 (7.26)
Ω
status energi.
7.18 Fisika Statistik
dN
Besaran g(ε) = dinamakan kerapatan status energi, dan untuk kumpulan
dε
partikel bebas nilainya sama dengan
dN 4πV
g(ε) = = (2m) ε
3
(7.30)
dε h 3
Pada suhu nol derajat Kelvin elektron-elektron hanya akan menduduki status-
status energi dimulai dari yang paling bawah sampai tingkatan energi Fermi
0. Oleh karena itu, jumlah semua elektron menjadi
ε0 ε01
2 3
N g (ε ) dε C (ε ) 2 dε C ε0 2 (7.33)
3
0 0
kTF = 0 (7.35)
Hal ini akan memudahkan kita membuat perkiraan tentang peranan suhu
dalam menggarap perangai "gas elektron" yang aneh ini. Misalnya, jika untuk
gas molekul yang lazim digarap secara klasik diperoleh bahwa pada suhu T
3
energi kinetik rata-rata untuk satu molekul itu besarnya kT, berapakah
2
besarnya energi-kinetik rata-rata elektron dalam suatu ”gas elektron” pada
suhu T?
U ε g (ε ) f (ε ) dε (7.36)
0
maka kita bisa melakukan Integrasi parsial untuk energi U pada Persamaan
(7.36), yaitu:
U H (ε ) f (ε )0 H (ε ) f (ε ) dε (7.39)
0
2 5
H (ε ) C ε 2 (7.40)
5
Nilai batas bawah (=0) untuk suku pertama pada Persamaan (7.39)
adalah 0 [jelas dari H(0) = 0 pada Persamaan (7.40)]. Nilai batas atas ( = )
suku pertama pada Persamaan (7.39) juga sama dengan 0 sebab fungsi f() =
0 untuk = . Jadi kita tinggal menggarap suku kedua dari Persamaan (7.39)
itu.
Ada suatu sifat yang khas dari fungsi Fermi untuk suhu T yang kecil
terhadap TF. Pada Gambar 7.1 kita telah melukiskan bentuk f() apabila
T 0 sebagai “kotak” mula-mula berharga satu untuk di bawah energi
1
Fermi kemudian tepat pada energi Fermi nilai F() = dan terus menurun
2
menjadi nol untuk di atas energi Fermi. Gambar 7.2 melukiskan fungsi
turunan dari f(), yaitu f(). Mula-mula datar = 0 untuk nilai di bawah
energi Fermi, kemudian dekat energi Fermi menurun dengan dahsyat, balik
lagi menanjak dengan dahsyat pula, dan akhirnya kembali rata = 0 untuk
energi-energi di atas energi Fermi. Bertolak dari lukisan kita tentang sifat
f() ini maka fungsi H() yang ada dalam integral pada Persamaan (7.39)
kita jabarkan dalam deret Taylor di sekitar energi Fermi. Jadi
1
H (ε ) H (ε0 ) (ε ε0 ) H '(ε0 ) (ε ε0 ) 2 H "(ε0 ) (7.41)
2
L0 f '(ε ) dε
0
PEFI4418/MODUL 7 7.21
L1 (ε ε0 ) f '(ε ) dε (7.42)
0
1
2 0
L2 (ε ε0 )2 f '(ε ) dε (7.43)
1 x exp( x)
L2 (kT )2 2 dx (7.44)
2
[1 exp( x)]2
Marilah kita dalami makna dari hasil perhitungan ini. Pada suhu T = 0 kita
peroleh nilai energi
3
U 0 N ε0 (7.46)
5
Jika untuk “gas elektron” nilai TF sekitar 1000 K maka energi kinetik
elektron itu sekitar 30 kali energi kinetik molekul dalam gas biasa.
Kalau begitu kesimpulannya apakah kita tidak salah arah? Kita
menggarap “gas elektron” dengan statistik kuantum dengan harapan bisa
menjawab pertanyaan mengapa sumbangan kapasitas panas "gas elektron"
dalam logam begitu kecilnya sehingga tidak dapat dirasakan perbedaan
7.22 Fisika Statistik
kapasitas panas antara bahan logam dan bahan bukan logam. Sekarang
setelah dihitung dengan cara kuantum kita justru menemukan energi rata-rata
elektron dalam logam itu jauh lebih besar dari energi rata-rata molekul dalam
gas?
Baiklah sekarang kita hitung saja kapasitas panas itu dari Persamaan
(7.45)
U π 2 1
CV C ε 2 K 2 T
T V 3 0
1 T
π 2 Nk (7.48)
2 TF
Hasil ini bisa dibandingkan dengan kapasitas panas gas biasa yang
3 T
besarnya Nk. Faktor yang amat menentukan rupanya adalah faktor .
2 TF
1
Jika TF berharga 1000 K maka pada suhu T = 300 K hanya dari N
30
elektron itu menyumbangkan sesuatu pada kapasitas panas, akibatnya pada
suhu T = 300 K itu kehadiran N partikel bebas dalam logam itu tidak terasa
eksistensinya waktu kita mengukur kapasitas panas logam tersebut.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
1 kT
CV 2 nK .
2 0
Dengan energi Fermi yang nilainya jauh lebih tinggi dari kT pada
suhu ruang maka “gas elektron” dalam logam hampir tidak
menyumbangkan sesuatu yang berarti dalam kapasitas panas. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila data eksperimen menunjukkan
bahwa kapasitas panas bahan padat logam tidak berbeda dari kapasitas
bahan padat bukan logam.
TES F OR M AT IF 2
1) Maksud dari fungsi kerapatan status energi adalah jumlah status energi
adalah ....
A. per satuan volume
B. yang terdapat pada beberapa interval tingkatan energi
C. per satuan interval energi
D. yang kalau energinya dijumlahkan sama dengan energi total U
mA
B. g ( ) 2
h
3 3
C. g ( ) (4 ( A) 2 )(2m) 2
D. g ( ) 2 A2 m
6) Pada suhu ruang energi rata-rata "gas elektron" dalam logam ....
A. jauh lebih tinggi daripada energi rata-rata gas biasa
B. jauh lebih rendah daripada energi rata-rata gas biasa
C. kira-kira sepadan dengan energi rata-rata gas biasa
D. kira-kira tiga per dua energi rata-rata gas biasa
7.26 Fisika Statistik
7) Pada suhu ruang kapasitas panas "gas elektron" dalam logam ....
A. jauh lebih tinggi daripada kapasitas panas gas biasa
B. jauh lebih rendah daripada kapasitas panas gas biasa
C. kira-kira sepadan dengan kapasitas panas gas biasa
D. kira-kira setengah kapasitas panas yang biasa
Kegiatan Belajar 3
Status energi 2 dengan arah berlawanan dengan B ,
energi magnetiknya = +μB (7.50)
Oleh karena pada suhu ruang dengan medan magnet yang lazim didapat
nilai µB << kT maka ketergantungan M dengan T menjadi
μB μ 2 N
M μ B (7.52)
kT kT
M
Jadi, besarnya suseptibilitas magnetik akan berbanding terbalik dengan
B
suhu T, suatu aturan yang disebut Hukun Curie.
Apabila teori ini diterapkan pada "gas elektron" dalam logam alkali
hasilnya tidak sesuai dengan pengukuran. Untuk "gas elektron" itu memang
ditemui sifat paramagnetik, artinya medan magnet luar B dapat menyebabkan
adanya magnetisasi M yang sebanding dengan kuat medan magnet B, akan
M
tetapi tidak sebesar ramalan di atas dan bahkan hampir tidak berubah
B
jika suhu T diubah. Sifat paramagnetik "gas elektron" tidak mengikuti hukum
Curie.
Marilah kita bahas "gas elektron" itu dari hasil-hasil statistik Fermi-
Dirac. Elektron-elektron akan mempunyai tambahan energi -B yang momen
magnetik searah dengan B, dan yang sisanya mempunyai tambahan energi
+B. Mereka tetap harus diatur satu demi satu untuk menduduki status energi
dari tingkatan energi paling bawah sampai mencapai energi Fermi. Hanya
saja sekarang tingkatan-tingkatan energi bagi yang momen magnetiknya
searah dengan B tergeser serempak ke bawah sebesar B. Sebaliknya,
tingkatan-tingkatan energi bagi elektron yang momen magnetiknya
berlawanan dengan arah B tergeser ke atas sebesar B. Jadi jumlah elektron
yang momen magnetiknya sejajar dengan B menjadi
1
N1 g ε μ f (ε ) dε (7.53)
2