Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi

Susunan saraf adalah sistem yang mengontrol tubuh kita yang


terus menerusmenerima, menghantarkan dan memproses suatu
informasi dan bersama sistimhormon, susunan saraf
mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagaijaringan
tubuh, organ dan sistim organ manusia. Sistem Saraf tersusun dari
jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum).Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf.
Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga)
fungsi utama yaitu: Pengatur atau pengendali kerja organ tubuh,
pusat pengendali tanggapan dan alat komunikasi dengan dunia luar.
Sistem persarafan dibagi menjadi dua bagian: sistem saraf pusat
(SSP) dan sistem saraf perifer. SSP terdiri dari otak di dalam tengkorak
dan medula spinalis yang menjalar didalam kolimna vertebra dan
memanjang ke otak.Pusat komunikasi di dalam SSP dan berbagai
saluran saraf memungkinakannya respon sadar atau tidak sadar
terhadap stimulus sensoris. Sistem saraf perifer di bentuk dan network
saraf dan organ-organ pengindra yang mendapat informasi dari
seluruh tubuh dan meneruskan ke otak.

1
1. Susunan Saraf Sentral
Kegiatan sistem saraf ditampilkan dalam bentuk kegiatan
refleks.Melalui kegiatan refleks dimungkinkan terjadinya kerja
yang baik dan tepat antara berbagai organ dari individu dan
hubungan individu dengan sekelilingnya.Refleks merupakan reaksi
organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun
di luar organisme.
Tubuh manusia mempunyai berbagai jenis refleks mulai dari
yang sederhana sampai dengan yang rumit.Refleks ini dapat
melibatkan 1 buah sinaps atau lebih serta melibatkan neuron pada
satu bagian saraf pusat atau melibatkan lebih dari satu bagian saraf
pusat (monosinaps atau polisinaps).
Secara embriologis perkembangan saraf diawali oleh
penebalan ektoderm pada garis middorsal.Penebelan ini disebut
neural palate yang tumbuh membentuk neural groove dan neural
crest.Selanjutnya menjadi neural tube.Ujung rostral neural tube
membentuk tiga pembasaran berupa vesikel yang kemudian disebut
prosensefalon, mesenfalon,dan rhombensefalon.Pada perbatasan
telensefalon dan diensefalon terdapat sepasang evaginasi yang akan
membentuk retina dan N. Optikus.
Dinding lateral telensefalon tumbuh sangat cepat dan
membentuk sepasang hemisfer serebri yang dibatasi oleh fisura
longitudinalis sel saraf dan serabut saraf pusat sel saraf (neuron)
terdiri dari sebuah badan sel yang disebut perikarion berisi nukleus.
Di dalam sitoplasma perikarion terdapat badan – badan yang
disebut subtansia nissel.Dari perikarion keluar prosesus-prosesus
yang menghantarkan rangsangan perikarion yang disebut dendrit,
yang jumlahnya lebih dari satu.
Prosesus yang menghantarkan rangsangan keluar dari
perikarion disebut akson.Jumlah akson biasanya hanya satu.Pada
permulaan akson lebih besar daripada permulaan perifer, disebut
bukit akson.Bagian perifer bukit akson diselubungi oleh simpai

2
mielin.Simpai mielin yang berlekuk- lekuk disebut nodus ranvier,
di dalam saraf perifer.
Akson dan dendrit bergabung dalam bekas – bekas jaringan
ikat yang disebut endoneurium.Berkas ini bergabung menjadi
berkas yang lebih besar disebut epineurium.Apabila sebuah akson
terputus maka bagian yang terputus hubungan dengan korion akan
mengalami degenarasi. Akson dan simpai mielinnya akan
berdegenerasi.
Di luar susunan saraf terdapat selubung kedua di luar
selubung mielin yang terdiri dari sel – sel Schwann ini akan
berproliferasi membentuk kolom – kolom, dari ujung sentral akson
tumbuh masuk dalam kolom – kolom ini.
a) Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh.Jaringan otak
dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat dan
terletak dalam kavum kranii.Berat otak orang dewasa kira – kira
1400 gram, setengah padat dan berwarna kelabu
kemerahan.Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningen)
dan dilindungi oleh tulang tengkorak.Otak mengapung dalam
suatu cairan untuk menunjang otak yang lembek dan
halus.Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan akibat
pukulan dari luar terhadap kepala. Selaput otak (meningen)
terdiri dari tiga lapisan:
1) Duramater
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat. Pada bagian tengkorak terdiri
dari periost (selaput) tulang tengkorak dan duramater propia
bagian dalam. Duramater di tempat tertentu mengandung
rongga yang mengalirkan darah dari vena otak. Rongga ini
dinamakan sinus vena. Diafragma sellae adalah lipatan

3
berupa cincin dalam durameter menutupi sela tursika sebuah
lekukan pada tulang stenoid yang berisi kelenjar hipofisis.
2) Araknoidea
Selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Otak
dan medulla spinalis berada dalam balon yang berisi cairan
itu. Kantong araknoid ke bawah berakhir di bagian sakrum,
medula spinalis berhenti setinggi lumbal I – II. Di bawah
lumbal II kantong berisi cairan hanya terdapat saraf – saraf
perifer yang keluar dari medula spinalis. Pada bagian ini
tidak ada medula spinalis. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
pengambilan cairan otak yang disebut fungsi lumbal. Ruang
subaraknoid pada bagian bawah serebelum merupakan
ruangan yang agak besar disebut sisterna magma. Besarnya
sisterna magma dapat dimasukkan jarum ke dalam melalui
foramen magmum untuk mengambil cairan otak. Tindakan
ini disebut fungsi suboksipitalis.
3) Piamater
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak, piameter berhubungan dengan araknoid
melalui struktur jaringan ikat yang disebut trabekhel. Tapi
flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus
sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari flak sererbri
tentorium memisahkan serebrum dengan serebelum.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar
(serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil
(serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan
jembatan varol.
Otak besar (serebrum), Otak besar mempunyai fungsi
dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar merupakan sumber

4
dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak
di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan
merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis,
berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat
di bagian belakang.
Otak tengah (mesensefalon), Otak tengah terletak di
depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
Otak kecil (serebelum), Serebelum mempunyai fungsi
utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata), Sumsum
sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain

5
itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain
seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli), Jembatan varol berisi
serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
2. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak
bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk
kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang
sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas
sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk
ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum
tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari
sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor.
Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi
konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan
akan menghantarkannya ke saraf motor.
Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan
saraf spinal. Saraf otak ada 12 pasang, yaitu:
1. Saraf olfaktorious : untuk penciuman
2. Saraf optikus : saraf penglihatan
3. Saraf okulomotorius : saraf motorik penggerak otot bola mata
4. Saraf trokselaris : motorik penggerak bola mata
5. Saraf trigeminus : merupakan saraf sensorik dan motorik
dengan 4 cabang yaitu bagian optical, maksilaris dan
mandibularis
6. Saraf abdusens : motorik penggerak bola mata
7. Saraf fasialis : sensorik daerah wajah
8. Saraf auditorius : sensorik pendengaran dan keseimbangan
9. Saraf glosofaringeus : sensorik dan motorik sekitar lidah dan
faring

6
10. Saraf vagus : merupakan saraf otonom terutama pada paru,
jantung lambung, usus halus dan sebagian usus besar
11. Saraf asesorius : motorik penggerak otot sekitar leher
12. Saraf hipoglosus : motorik otot lidah.

B. Definisi
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh
pecahnyapembuluh darah otak. Stroke adalah suatu gangguan fungsi
saraf akut yangdisebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak
dimana secaramendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam)timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah fokal di otak yangterganggu. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi akibat perdarahanintrakranial atau intraserebri meliputi
perdarahan di dalam ruangsubarachnoid atau di dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapatterjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darahotak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapatmengakibatkan penekanan,
pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yangberdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekansehingga terjadi infark
otak, edema, dan mungkin herniasi otak (Pertiwi, 2010).
Stroke hemoragik merupakan perdarahan sererbri dan mungkin
perdarahan sub archanoid. Stroke hemoragik adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak (Smelzer,
2014).

C. Klasifikasi
Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin
perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan

7
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua yaitu:
1. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroanurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak akibat herniasi otak.
Perdarahan interaserebri yang disebabkan hipertensi sering
dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya anurisma berry atau
AVM. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarachnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).

D. Etiologi
Stroke hemoragik disebabkan oleh adanya perdarahan
intraserebral karena hipertensi. Hampir 70% kasus stroke hemoragik
terjadi pada penderita hipertensi. Penyebab stroke menurut Sylvia A.
Price (2006), yaitu:
1. Perdarahan intraserebrum hipertensif.
2. Perdarahan subaraknoid (PSA): ruptura aneurisma secular (berry),
rupture malformasi arteriovena (MAV), trauma.
3. Penyalahgunaan kokain, amfetamin
4. Perdarahan akibat tumor otak
5. Infark hemoragik
6. Penyakit perdarahan sistemik termasuk penggunaan obat
antikoagulan.

8
Faktor resiko pada stroke adalah:
a. Faktor yang menyebabkan stroke :
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
a) Jenis kelamin
Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
b) Usia
Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c) Keturunan
Adanya riwayat keluarga terkena stroke.
2. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
a) Hipertensi
b) Penyakit jantung
c) Kolestrol tinggi
d) Obesitas
e) Diabetes melitus
f) Polisetemia
g) Stess emosional
3. Faktor hidup
a) Merokok
b) Peminum alkohol
c) Obat – obatan terlarang
d) Aktivitas yang tidak sehat, kurang olahraga, makanan
berkolestrol

E. Tanda dan Gejala


Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.

9
Menurut Nurarif dan Hardi (2015), tanda dan gejala stroke,
yaitu:
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara cadel atau pelo
4. Gangguan bicara atau bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Ganggua daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses eliminasi terganggu
12. Gangguan fungsi otak
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002),
antara lain: defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik,
defisit verbal, defisit kognitif dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan
penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan
kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.

10
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi

F. Epidemiologi
Berdasarkan statistik data dari seluruh dunia, diketahui bahwa
penyakit stroke adalah penyebab kematian tersering kedua setelah
penyakit jantung koroner. Kasus stroke meningkat di negara maju,
seperti di Amerika dimana kegemukkan junk food telah mewabah.
Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000
kasus stroke baru (insiden) di Amerika.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit
stroke diIndonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus
stroke tertinggiyang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75

11
tahun keatas (43,1%)dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun
yaitu sebesar 0,2%.Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih
banyak laki-laki (7,1%)dibandingkan dengan perempuan (6,8%).
Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta oranng akan meninggal
karena stroke hemoragik. Peningkatan tertinggi di negara berkembang,
terutama di wilayah Asia Pasifik. Di Indonesia, menurut dr. Wijayanto
terjadi sekitar 800-1000 kasus stroke hemoragik setiap tahunnya.
G. Patofisiologi
1. Patofisiologi Narasi
Pada stroke hemoragik perdarahan disebabkan oleh karena
pecahnya anuerisme, APM (Arterio Venous Malformation) atau
yang paling sering karena hipertensi.Peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik menyebabkan perubahan pada dinding arteri sehingga
menjadi mudah pecah. Aneurisme lebih sering ditemukan pada
daerah percabangan arteri serelbral besar, pecahnya aneurisme
menyebabkan perdarahan diruang subarchnoid atau langsung
masuk didalam ventrikel sehingga menyebabkan perdarahan
intrasererbral, hal ini menyebabkan aliran darah menjadi berkurang
dan selanjutnya akan terjadi iskemik dan kemudian penuruan
fungsi neourologi. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan
mengalir ke subtansi atau ruangan subarchnoid yang menimbulkan
perubahan komponen intracranial yang konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat di kompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan hersiasi otak atau ruang subarchanoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan darah berkurang atau tidak ada
sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

12
2. Patofisiologi Skema

13
H. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan:
1. Infark Serebri.
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus
normotensif.
3. Fistula caroticocavernosum.
4. Epistaksis.
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebri: membantu menemukan penyebab dari stroke
secara spesifik, seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture
dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma dan
malformasi vaskuler.
2. Lumbal fungsi: tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah
pada cairan lumbal menujukkan adanya hemoragik pada
subarachnoid atau perdarahan pada intracranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal sewaktu hari pertama.
3. CT Scan: memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta
posisinya yang pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
4. USG Doppler: untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis).
5. MRI: MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan
gelombangmagnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infarkakibat dari hemoragik.

14
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin.
b. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Guladarah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudian berangsurangsur turun kembali.
c. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika
muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat,
bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan.
c. Tanda-tanda vital diusahakan stabil.
d. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan
hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
f. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih
yang dapat meningkatkan TIK.
g. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya
dipasang NGT.
2. Medis
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang

15
masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk
menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
2. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik/emobolik.
3. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki
peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
suku bangsa.
2. Keluhan utama
Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

16
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, mutah bahkan kejang sampai tidak
sadar, selain gejala kelumpuhan separu badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan dalam intrakranial. Keluhan perubahan
prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,dapat
terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Ada riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koangulan,
aspirin,vasolidator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkaian
pemakaian obat-obat yang sering di gunakan klien, seperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambatan beta,
dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaa alkohol, dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.
6. Pengkajian pisiskososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang
jelas mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengjajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

17
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari -harinya (Muttaqin,
2008).
7. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaraan umum :
Umumnya mengetahui penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara
dan pada tanda – tanda vital : tekanan darah meningkat dan
denyut nai bervariasi.
b) B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan
c) B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan atau
(syok hivopolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
Tekanan darah biasnya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensi masif (tekanan darah).
d) B3 (brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat ) ukuran
orea yang perfusi yang tidak adekuat dan, aliran kolateral
(sekunder dan aseksoris). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sebelumnya. Pengkajian B3 atau brain merupakan
pemeriksaan fokus dan lebilengkap pada pemeriksaan lainnya,
yaitu :
1) Pengkajian tingkat kesadaran
2) GCS: Eye Verbal Motorik
Eyes

1. Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan.


2. Nilai (3) untuk mata terbuka ketika diberikan respons
suara atau diperintahkan membuka mata.

18
3. Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan
nyeri.
4. Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan
rangsangan

Verbal
1. Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar
terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-
ulang, serta mengalami disorientasi atau tidak mengenali
lingkungannya.
3. Nilai (3) untuk mampu berbicara tapi tidak dapat
berkomunikasi
4. Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau
hanya mengerang saja.
5. Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali

Motorik
1. Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang
diinstruksikan.
2. Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan
stimulus ketika diberikan rangsangan nyeri.
3. Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh
menjauhi stimulus ketika diberi rangsangan nyeri.
4. Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan
menekuk (abnormal flexion) ketika diberikan
rangsangan nyeri.
5. Nilai (2) untuk satu atau kedua tangan
melurus (abnormal extension) ketika diberikan rasa
nyeri.
6. Nilai (1) untuk tidak ada respons sama sekali.

19
3) Pengkajian serebral meliputi :
a. Status mental
b. Kemampuan basa, penurunan kemampua bahasa
tergantung daerah lesi yang mempengaruhi fungsi dari
serebral.
c. Fungsi intelektual yang biasanya didapati penurunan daya
ingat dan memori.
e) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensiaurine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikankebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemihkarena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingterurine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukankateterisasi
intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine
yangberlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu
makanmenurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah disebabkanoleh peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalahpemenuhan nutrisi. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibatpenurunan peristaltik
usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjutmenunjukkan
kerusakan neurologis luas.
g) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan
kehilangankontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh
karena neuron motoratas menyilang, gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisitubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron motor atas pada sisiyang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalahhemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yangberlawanan.

20
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalahtanda
yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampakpucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
buruk. Selain itu,perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yangmenonjol karena klien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik. Adanyakesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atauparalise/
hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada
polaaktivitas dan istirahat.
8. Pengkajian Saraf Kranial
a) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada
fungsipenciuman.
b) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) seringterlihat pada Mien dengan hemiplegia
kiri. Klien mungkin tidak dapatmemakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untukmencocokkan pakaian ke bagian
tubuh.
c) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
pada satusisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan di sisi yang sakit.
d) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraftrigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah,penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisiotot pterigoideus internus dan
eksternus.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, danotot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.

21
g) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membukamulut.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi,serta indra pengecapan normal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas
fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaraan.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko
ateroskerosis aortik
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese atau
hemiplagia, kelemahan neuromaskular pada ekstrimitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan
kontrol atau koordinasi otot.
5. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan
menelan.
6. Risiko Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama

22
C. Intervensi dan Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas
fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaraan.
Tujuan dan Kriteria hasil:
Setelah diberikan tindakan keperawatan, jalan napas klien efektif
dengan kriteria hasil Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).

Intervensi dan rasional :


a) Kaji keadaan jalan nafas.
Rasional: obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi
sekret, sisa cairan mukus.
b) Ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam).
Rasional: mengatur pengeluaran sekret dan ventilasi segmen
paru-paru, mengurangi resiko atelektasis.
c) Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan.
Rasional: membantu pengenceran sekret dan ventilasi segmen
paru-paru, mengurangi sekret.
d) Lakukan fisioterapi sesuai indikasi .
Rasional: mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran
sekret.
e) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator sesuai indikasi.
Rasional: megatur ventilasi dan melepaaskan sekret karena
relaksasi otot atau bronkospasme.

23
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan faktor resiko
ateroskerosis aortic
Tujuan dan Kriteria hasil:
Setelah diberikan tindakan keperawatan, perfusi jaringan efektif
dengan kriteria hasil Mampu mempertahankan tingkat kesadaran
dan fungsi sensori dan motorik membaik.

Intervensi dan rasional :


a) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atau
penyebab khusus penurunan perfusi serebral dan potensial
terjadinya peningkatan TIK.
Rasional: mempengaruhi penetapan intervensi kerusakan/
kemunduran tanda atau gejala neurologis.
b) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: variasi mugkin terjadi karena tekanan/trauma serebral
c) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksinya
terhadap cahaya.
Rasional: reaksi pupil diatur oleh saraf kranial Okulomotor (III)
dan berguna dalam menentukan apakah batang otak masih baik.
Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan
antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya.
d) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan,
gangguan lapang pandang atau kedalaman persepsi.
Rasional: gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan
daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang
harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang
dilakukan.
e) Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang
tenang, batasi pengunjung atau aktivitas klien sesuai indikasi.
Rasional: aktivitas atau stimulasi yang kontinu dapat
meningkatkan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin di-

24
perlukan untuk pencegahan perdarahan dalam kasus hemoragik
atau perdarahan lainnya.
f) Tinggikan kepala 300.
Rasional: menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
drainase dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese,


kelemahan neuromaskular pada ekstremitas.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah diberikan tindakan keperawatan, hambatan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV dalam rentang normal,
berpartisipasi dalam aktivitas fisik, peningkatan akrivitas sehari-
hari (ADL).

Intervensi dan rasional:


a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan.
Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
melakukan aktifitas.
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional: gerakan aktif memberikan tonus massa, tonus, dan
kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
c) Lakukan gerakan pasif pada ekstemitas yang sakit.
Rasional: otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya
bila tidak dilatih untuk digerakkan.
d) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan,
atau lecet.
Rasional: deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya
sensasi risiko tinggi kerusakan integritas kulit.
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk dan latihan fisik klien.

25
Rasional: peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas
dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterafi.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan
kontrol atau koordinasi otot.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah diberikan tindakan keperawatan, deficit perawatan diri
teratasi dengan kriteria hasil hygine terpenuhi, tidak ada
komplikasi dari masalah hygiene.

Intervensi dan rasional:


a) Kaji kemampuan (dengan menggunakan skala) dan tingkat
kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
Rasional: membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara maksimal.
b) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan
sendiri tetapi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional: klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat
tergantung meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi, penting bagi klien untuk melakukan sesuatu
hal sebanyak mungkin bagi diri sendiri dan untuk
mempertahankan harga diri serta meningkatkan pemulihan.
c) Bawa klien ke kamar mandi dengan teratur atau interval waktu
tertentu untuk berkemih jika memungkinkan.
Rasional: klien mungkin mengalami gangguan saraf kandung
kemih, dan tidak dapat mengatakan kebutuhannya, tetapi
biasanya dapat mengontrol kembali fungsi ini sesuai
perkembangan proses penyembuhan.
d) Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan
pada kebiasaan pola normal tersebut.

26
Rasional: mengkaji perkembangan program latihan (mandiri)
dan membantu dalam pencegahan konstipasi dan sembelit.
D. Evaluasi
1. Tidak ada akumulasi secret, mempertahankan keefektifan jalan
napas, dan tidak ada bunyi napas tambahan.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri
kepala, mual-mual dan muntah, tidak terjadi penurunan kesadaran.
3. Tidak memperlihatkan adanya kontraktor.
4. Kebersihan diri baik dan tidak ada komplikasi dari masalah
hygiene.
5. Asupan nutrisi adekuat dan tidak terjadi malnutrisi.
6. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka atau decubitus.

27
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J.P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: ECG
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta :Salemba Medika.
Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Mediaction.
Tarwoto.2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan SistemPersarafan.
Edisi II Jakarta: Sagung seto.
Syaifuddin, H. 2014. Anatomi & Fisiologi Untuk Keperawatan Dan
Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai