Anda di halaman 1dari 3

Cara Membaca Hasil Gas Analyzer

Setiap hasil analisis gas pembuangan terdiri dari karbon monoksida (CO), karbondioksida
(CO2), hidrokarbon (HC), oksigen (O2), serta lambda (e). Semua variabel tersebut diperoleh
sesudah sensor gaz analyzer dipasangkan ke sejumlah bagian mobil, semisal ujung pipa
knalpot (deteksi gas buang), kabel busi silinder satu (mendeteksi rpm), serta lubang bilah
pengukur volume oli mesin (deteksi suhu oli)

Sebelum dilakukan pengukuran emisi/gas buang sebaiknya mesin kendaraan tersebut


dipanaskan sampai suhu kerja. Adapun cara pemakaian alat uji gas buang NEOMOTECH CG
450 adalah sbb :
1. Hubungkan unit gas analyzer ke sumber listrik PLN dan hidupkan, tunggu beberapa saat (
+/- 6 menit ), untuk proses pemanasan alat.
2. Setelah proses pemanasan selsesai timbul tulisan GAS READY.
3. Masukan exhaust probe ke knalpot, dan tekan tombol ENTER
4. Amati pembacaan CO, HC, CO2, O2, AFR dsb.
5. Untuk mencetak hasil pengukuran tekan tombol PRINT 3X.
6. Untuk menghentikan proses pengukuran cabut exhaust probe dan tekan tombol ESC.

Monoksida (CO)

Setiap hasil dari pengukuran mempunyai pengertian serta angka ideal yang berbeda-beda.
Untuk CO menunjukkan efisiensi pembakaran yang ada di dalam silinder. Pembakaran mesin
injeksi yang efisien sekitar 0,2 hingga 1,5% dengan nilai ideal 0,5%. Sedangkan untuk
karburator sekitar 1 hingga 3,5% dengan nilai ideal sekitar 1 hingga 2%.

Adalah sisa bensin yang tidak terbakar dan ikut terbuang keluar lewat knalpot. Kondisi ini
disebabkan oleh percampuran udara dan bahan bakar ( bensin ) didalam mesin yang tidak
seimbang, dimana jumlah bagian bensinnya lebih banyak daripada jumlah bagian udaranya,
atau dengan kata lain terjadi campuran kaya / RICH ( kebanyakan bensin ). Hal-hal yang bisa
menyebabkan percampuran kaya adalah :

a. Filter udara mampet.


b. Spuyer ( main jet/slow jet ) korosi, longgar.
c. Stelan karburator salah.
d. Choke menutup terus.
e. Injector tdk mengabut dengan baik ( kencing ).
f. Cold start injector kerja terus menerus.*
g. Terjadi kesalahan sensor ( MAP, Air Flow, IAT, ECT dan O2sensor ). Masing-masing
sensor tersebut memberikan signal tegangan yang besar ke ECU, sehingga ECU
meningkatkan debit bensin.
h. Nilai CO yang diperbolehkan maximal 3% untuk mobil karburator dan 2% untuk mobil
injeksi.
i. Semakin kecil nilai CO semakin efisien proses pembakaran yang terjadi di mesin.

Karbondioksida (CO2)

CO2 menunjukkan hasil pembakaran yang ada di dalam mesin. Nilai idealnya mesti di atas
12%. Semakin besar nilainya maka akan semakin baik pembakaran yang terjadi. Itu artinya
energi yang dibakar makin banyak. Jika CO2 menunjukkan nilai kurang dari 12%, maka
terdapat sejumlah hal yang mesti disesuaikan.
Homogenitas percampuran udara dan bahan bakar serta efisiensi pembakaran sebuah mesin
bensin bisa dilihat dari besarnya nilai CO2. Untuk proses pembakaran yang paling sempurna
nilai CO2 sebesar 16%, namun kita susah mengkondisikan hal tersebut. Olehkarenanya nilai
CO2 berkisar antara 12% s/d 16%.

Note: saat kita memperhatikan nilai CO2, kita harus mengamati pergerakan nilai O2, jika nilai
O2nya tinggi ( diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika
knalpot bocor, maka nilai CO2 tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran

Hidrokarbon (HC)

Untuk hidrokarbon (HC), mengindikasikan sisa bensin yang terbuang bersamaan dengan asap
knalpot. Nilai ideal untuk HC ini tidak melebihi 300 ppm. Jika lebih maka tenaga mesin loyo
serta boros dalam mengonsumsi bahan bakar.

Adalah sisa bensin yang tidak terbakar dan ikut terbuang keluar lewat knalpot. Kondisi ini
disebabkan penyebaran panas di ruang bakar yang tidak sempurna. Adapun berbagai macam
factor penyebabnya adalah :
a. Tekanan kompresi lemah ( piston, ring piston aus, stelan/celah klep tidak tepat ( terlalu
rapat ).
b. Stelang timing tidak tepat.
c. Kabel busi rusak/resistornya tinggi.
d. Platina atau pickup coil rusak.
e. Ignition coil rusak/tegangan sekundernya lemah.
f. Pemakain type busi yang tidak tepat ( type busi dingin ).
g. Terjadi kesalahan sensor pengapian ( CKP, CMP ).
h. Nilai HC yang diperbolehkan maximal 450 ppm, untuk mobil karburator dan 250 ppm untuk
mobil injeksi. Semakin kecil nilai HC berarti semakin efisien proses pembakaran yang terjadi
di mesin.

Oksigen (O2)

Apabila gas pembuangan mengeluarkan oksigen (O2) terlalu banyak, itu berarti menandakan
proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin tidaklah efisien. Nilai idealnya tidak melebihi
2%. Apabila lebih dari 2% itu berarti terdapat kebocoran pada sistem gas pembuangan
ataupun setelan bahan bakarnya terlalu irit. Jika nilai O2 semakin dekat dengan nilai 0, maka
proses pembakaran yang terjadi semakin baik.

Setiap terjadi proses pembakaran bensin, selalu memerlukan udara untuk membentuk
homogenitas campuran udara dan bahan bakar sehingga mudah dibakar dengan api busi.
Besarnya nilai O2 yang diijinkan adalah maximal 2%, semakin kecil semakin bagus, yang
berarti udara yang masuk ke mesin dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk pembakaran.
Namun ada kalanya nilai O2 sangat extreme tinggi ( lebih besar dari 2 % ), hal ini biasanya
pertanda knalpot bocor. Oleh karenanya jika terjadi kebocoran di knalpot maka, nilai-nilai O2,
Lambda, AFR dan CO2, tidak bisa sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.

CATATAN : :
Dalam setiap design mesin sudah diperhitungkan secara matang, untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran, dengan jalan mengontrol aliran udara dan bahan bakar sebagus mungkin,
sehingga setelah kedua zat tersebut bertemu diruang bakar, campuran yang terjadi adalah
campuran yang IDEAL/Homogen.
Lambda (e)

Nilai lambda berhubungan dengan perbandingan antara campuran dari udara dengan bahan
bakar yang terbuang melalui asap knalpot. Untuk nilai idealnya ialah 1. Apabila nilai lada
melebihi 1, itu berarti setelan bahan bakarnya irit. Sedangkan apabila nilai lambda kurang
dari 1 yaitu 0,95 menandakan bahwa bahan bakar boros jika 0,85 berarti bahan bakar terlalu
boros

Nilai lambda ini mempunyai posisi range nilai 0,95 s/d 1,05. Jika nilai Lambda
kurang dari angka itu berarti terjadi percampuran gemuk ( kebanyakan bensin), sedangkan jika
nilai Lambda melebihi dari angka itu menandakan campuran kurus (kebanyakan udara ).
Note: saat kita memperhatikan nilai lambda, kita harus mengamati pergerakan nilai O2, jika nilai
O2nya tinggi ( diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika
knalpot bocor, maka nilai lambda tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan
pembakaran.

AFR
AFR ( Air Fuel Ratio ) Menunjukkan jumlah bagian udara yang terjadi di ruang pembakaran mesin.
Idiealnya mesin yang efisien mempunyai nilai AFR 14,7. Namun dalam kenyataannya kita tidak
bisa/sulit mengkondisikan mesin/men-tune up mesin untuk mendapatkan nilai AFR sebesar 14,7. Oleh
karenanya nilai AFR ini berkisar antara 14,5 s/d 15,5. Apabila nilai AFR kurang dari angka
itu/lebih rendah, maka terjadi percampuran gemuk(kebanyakan bensin), sebaliknya jika nilai
AFR melebihi dari angka itu berarti terjadi percampuran kurus ( kebanyakan udara ).
Note: saat memperhatikan nilai AFR, kita harus mengamati pergerakan nilai O2, jika nilai
O2nya tinggi ( diatas 3% atau lebih ) ada kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika
knalpot bocor, maka nilai AFR tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.

Anda mungkin juga menyukai