Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG PBRT RSUP DR. KARIADI
SEMARANG

DISUSUN OLEH :
MU’AWANAH
G3A015107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Pudjiaji, 2010). Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
( BBLR).
2. Etiologi
a. Faktor Ibu
- Penyakit: Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
- Usia ibu: Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.
- Keadaan sosial ekonomi: Keadaan ini sangat berperanan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik
dan pengawasan antenatal yang kurang Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah.
- Sebab lain: ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b. Faktor plasenta
c. Faktor janin
- Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
d. Faktor lingkungan
- Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
3. Klasifikasi
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
b. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem
rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
c. Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
d. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501
– 2500 gram
e. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
f. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth
Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah
yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
g. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil
ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :

a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.


Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi
preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose
(enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34
minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
5. Pathway
Terlampir
6. Komplikasi
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Respiratory distress syndrome (RDS)
e. Intracerebral and Intraventricular Haemoragge (IVH)
f. Periventrikuler Leucomalasia (PVL)
g. Infeksi bakteri
h. Kesulitan minum
i. Penyakit paru kronis (chronic lung disease)
j. NEC (necrotizing enterocolitis)
k. AOP (apnea of prematurity) terutama terjadi pada bayi <1000gram
l. PDA (patent ductus arteriosus) pada bayi dengan berat <1000 gram
m. Disabilitas mental dan fisik
- Keterlambatan perkembangan
- CP (Cerebral Palsy)
- Gangguan pendengaran
- Gangguan penglihatan seperti ROP (Retinopathy of prematurity)
7. Gejala Klinis
a. Fisik: bayi kecil, pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar dari
pada badan berat badan < 2500 gram, panjang badan  45 cm, lingkar dada 
30 cm, lingkar kepala  33 cm, Masa gestasi  37 minggu
b. Kulit dan kelamin: kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, rambut halus dan
tipis, genitalia belum sempurna
c. Sistem syaraf: refleks moro, refleks menghisap, menelan, batuk belum
sempurna
d. Sistem muskuloskeletal: axifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan satura
lebar, tulang rawan elastis kurang otot-otot masih hipotonik, tungkai abduksi,
sendi lutut dan kaki fleksi
e. Sistem pernafasan: pernafasan belum teratur sering apnea, frekwensi nafas
bervariasi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab
1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal /perinatal).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7) Pemeriksaan Analisa gas darah.
b. Pemeriksaan penunjang lain
1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi.
2) Tes kocok(shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
4) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi
lebih dari 60x/ menit dibuat foto thorax.
5) Pemeriksaan skor Ballard
9. Penatalaksanaan
a. Pemberian Vitamin K: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian atau peroral 2 mg 3
kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, umur 4-6 minggu).
b. Mempertahankan suhu tubuh normal: Ukur suhu tubuh sesuai jadwal dan
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pamancar panas,
incubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat
sesuai petunjuk
c. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
d. Pemberian minum
1) ASI merupakan pilihan utama
2) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap paling kurang sehari sekali
3) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
4) Pemberian minum minimal 8 x /hari. Apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi
5) Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskuler dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomaly mayor saluran
cerna, NEC, IUGR berat dan berat lahir < 1000 gram.
6) Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan
selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.
Panduan pemberian minum berdasarkan BB:
a) Berat lahir < 1000 gram
- Minum melalui pipa lambung
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 0,5 -1 ml, interval 1 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
b) Berat lahir 1000-1500 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 1-2 ml, interval 2 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
c) Berat lahir 1500-2000 gram
- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- ASI perah/term formula/half-strength preterm formula
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 2-4 ml, interval 3 jam , setiap ≥ 24 jam
- Setelah 2 minggu : ASI perah + HMF (human milk fortifier)/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.
d) Berat lahir 2000-2500 gram
- Apabila mampu sebaliknya diberikan minum peroral
- ASI perah/term formula
e) Bayi sakit
- Pemberian minum awal : ≤ 10 ml/kg/hari
- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang
baik : tambahan 3-5 ml, interval 3 jam, setiap ≥ 8 jam
e. Suportif
1) Jaga dan pantau kehangatan
2) Jaga dan pantau patensi jalan napas
3) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
4) Bila terjadi penyulit segera kelola dengan penyulit yang timbul (misalnya
hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dll)
5) Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya
6) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
7) Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan
8) Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi
9) Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu
konsultasi ke dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan
retinopathy of prematurity (ROP)
10) THT : skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3
bulan sehingga apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6
bulan
11) Periksa alkaline phospatase (ALP), P, Ca, saat usia kronologis ≥ 4 minggu
dan 2 minggu setelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz.
jika ALP > 500 U/L berikan fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis.
12) Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B
13) Bila perlu siapkan transportasi dan atau rujukan.
f. Pantau berat bayi secara periodic
1) Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15 % untuk bayi berat
lahir < 1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari
kecualiapabila terjadi komplikasi.
2) Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
3) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
4) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari
5) Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu
g. Pemantauan setelah pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Retinopati karena prematuritas
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronik
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut :
- Kunjungan ke dokter hari ke-2, 10, 20, 30, setelah pulang, dilanjutkan
setiap bulan
- Hitung umur koreksi
- Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
- Tes perkembangan : Denver Development Screening Test (DDST)
- Awasi adanya kelainan bawaan
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keadaan Umum:
1) Tingkat kesadaran/keaktifan bayi
2) BB < 2500 gr
3) PB < 45 cm
4) LK < 33 cm
5) LD < 30 cm
6) TD : 80/46 mmHg
7) Nadi : 120-160 x/menit
8) Pernafasan : 40 –60 x / menit
9) Suhu : 36,5-37 °C
10) Posture cenderung ekstensi
Catatan :
Untuk bayi normal :
1) PB : 48 – 55 cm
2) LK : 33-35 cm
3) LD : kurang dari 2-3 cm dari LK
4) Setelah beberapa hari LD=LK karena ada ekspansi paru
5) Ubun-ubun besar : 2-3 cm
6) Ubun-ubun kecil 0,5 – 1 cm
7) Ubun-ubun berbentuk khas ‘Diamon’
8) Posture fleksi
b. Pengkajian umum
1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih
sering apabila diinstruksikan.
2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat,
kemudahan bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
c. Pengkajian pernafasan
1) Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi,
selang dada, atau penyimpangan lain.
2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular.
3) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas.
5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
6) Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi
gambarkan ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode
pengamanan selang.
8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial
oksigen dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan
karbondioksida transkutan.
d. Pengkajian kardiovaskular
1) Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut
jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat
menunjukkan pergeseran mediastinal).
4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5) Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan
ukutan manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
7) Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer
mottling.
8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi
“on”.
e. Pengkajian gastrointestinal
1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat,
tanda-tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat,
lengkung susu yang dapat dilihat, status umbilikus.
2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan
dengan pemberian makan.
3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4) Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah
samar dan atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan
dengan tampilan feses.
5) Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.
f. Pengkajian genitourinaria
1) Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2) Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
3) Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).
g. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1) Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan,
menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia
gestasi.
2) Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3) Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar,
dan reflek yang diharapkan.
4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).
h. Pengkajian suhu: Tentukan suhu kulit dan aksila. Tentukan dengan suhu
lingkungan.
i. Pengkajian kulit
1) Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat
lain lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit
yang digunakan (misal plester,, providin-iodin).
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas,
dll.
3) Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4) Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya
dan amati adanya tanda-tanda infiltrasi.
5) Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena,
perifer, umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan
frekuensi aliran, jenis jarum (kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.
j. Tanda stres atau keletihan pada neonatus
1) Stres otonomik: Akrosianosis, Pernafasan dalam dan cepat, Frekuensi
jantung reguler dan cepat.
2) Perubahan pada status: Status tidur atau dangkal. Menangis atau
rewel.Mata berkaca-kaca atau kewaspadaan tegang.
3) Perubahan perilaku
a. Mata tidak berfokus atau tidak terkoordinasi.
b. Lengan dan kaki lemas.
c. Bahu flaksid turun ke belakang.
d. Cegukan.
e. Bersin.
f. Menguap.
g. Mengejan, buang air besar.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan
lendir, reflek batuk
c. Thermoregulasi tidak efektif b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
e. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
f. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Pola nafas tidak efektifTujuan: 1. Letakkan bayi terlentang dengan alas 1. Memberi rasa nyaman dan
berhubungan dengan maturitasKebutuhan O2 bayi terpenuhi yang data, kepala lurus, dan leher mengantisipasi flexi leher yang dapat
pusat pernafasan, keterbatasanKriteria: sedikit tengadah/ekstensi dengan mengurangi kelancaran jalan nafas.
perkembangan otot, 1. Pernafasan normal 40-60 kali meletakkan bantal atau selimut diatas

penurunan energi/kelelahan, permenit. bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-


2. Pernafasan teratur. 3 cm
ketidakseimbangan metabolik. 3. Tidak cyanosis.
4. Wajah dan seluruh tubuh
Berwarna kemerahan (pink 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung 2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan
variable). bila perlu. bebas dari lendir untuk menjamin
5. Gas darah normal
pertukaran gas yang sempurna.
PH = 7,35 – 7,45 3. Observasi gejala kardinal dan tanda- 3. Deteksi dini adanya kelainan.
PCO2 = 35 mm Hg tanda cyanosis tiap 4 jam
PO2 = 50 – 90 mmHg 4. Kolaborasi dengan team medis dalam 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
pemberian O2 dan pemeriksaan kadar
gas darah arteri
2. Thermoregulasi tidak efektifTujuan 1. Letakkan bayi terlentang diatas 1. Mengurangi kehilangan panas pada
berhubungan dengan kontrolTidak terjadi hipotermia pemancar panas (infant warmer) suhu lingkungan sehingga meletakkan
suhu yang imatur danKriteria bayi menjadi hangat
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai 2. Mencegah kehilangan tubuh melalui
penurunan lemak tubuh 1. Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
2. Akral hangat untuk mengeringkan tubuh, letakkan konduksi.
subkutan. 3. Warna seluruh tubuh
bayi diatas tubuh, letakkan bayi
kemerahan
diatas handuk / kain yang kering dan
hangat.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam. 3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat
menentukan tingkat hipotermia
4. Kolaborasi dengan team medis untuk 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
pemberian Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi :Tujuan:Kebutuhan nutrisi 1. Lakukan observasi BAB dan BAK 1. Deteksi adanya kelainan pada
kurang dari kebutuhan tubuhterpenuhi jumlah dan frekuensi serta eliminasi bayi dan segera mendapat
berhubungan dengan ketidakKriteria konsistensi. tindakan / perawatan yang tepat.
mampuan mencerna nutrisi 1. Bayi dapat minum pespeen / 2. Monitor turgor dan mukosa mulut. 2. Menentukan derajat dehidrasi dari

karena imaturitas. personde dengan baik. turgor dan mukosa mulut.


2. Berat badan tidak turun lebih 3. Monitor intake dan out put. 3. Mengetahui keseimbangan cairan
dari 10%. tubuh (balance)
3. Retensi tidak ada. 4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.
5. Lakukan control berat badan setiap 5. Penambahan dan penurunan berat
hari. badan dapat di monito
6. Lakukan control berat badan setiap 6. Penambahan dan penurunan berat
hari. badan dapat di monitor

4 Resiko infeksi berhubunganTujuan: 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
dengan pertahanan imunologisSelama perawatan tidak terjadi dalam memberikan asuhan tubuhnya kurang / rendah.
yang kurang. komplikasi (infeksi) keperawatan
Kriteria 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencegah penyebaran infeksi

1. Tidak ada tanda-tanda melakukan tindakan. nosokomial.


3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk 3. Mencegah masuknya bakteri dari baju
infeksi.
2. Tidak ada gangguan fungsi ruang isolasi (kamar bayi) petugas ke bayi
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan 4. Mencegah terjadinya infeksi dan
tubuh.
triple dye 2 kali sehari. memper-cepat pengeringan tali pusat
karena mengan-dung anti biotik, anti
jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) 5. Mengurangi media untuk
dan lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan 6. Deteksi dini adanya kelainan
gejala kardinal
. 7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit. 7. Mencegah terjadinya penularan
infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis untuk 8. Mencegah infeksi dari pneumonia
pemberian antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan laboratorat 9. Sebagai pemeriksaan penunjang
sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
DAFTAR PUSTAKA

Cicilia, S.B. 2002. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Doenges M.E. at al. 2000. Nursing Care Plans. Philadelphia : F.A. Davis Company.

Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta


:EGC.

Hudak C.M. 2000. Critical Care Nursing. Philadelphia: Lippincort Company.

Kuncara, H.Y, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek. 2000. Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Louis : Mosby Year-Book.

Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcome Classifications (NOC. St. Louis:
Mosby Year-Book.

Marjory Gordon, dkk. 2005. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-
2006 NANDA. Philadelphia.

Pudjiaji, A. dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jogjakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai