Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
CKD adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Desto
De Belto, 2010).
Menurut Suyono, et al, (2002) dala Karel Lawery (2010), Gagal ginjal kronis adalah
suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang
dari 50 mL/min.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, gagal ginjal kronis adalah
ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

B. Etiologi
Hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit CKD adalah:
1. Diabetes Mellitus
2. Glumeruonefritis
3. Akut pielonefritis
4. Hipertensi
5. Obstruksi traktus urinarius
6. Lesi
7. Herediter (penyakit ginjal polikistik, gangguan fungsi vaskuler, infeksi, medikasi, agen
toksik) (Desto De Belto, 2010).

Berdasarkan penyebab dari CKD tidak selalu spesifik diantaranya sebagaia berikut :

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis


2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
9. Hidronefrosis
10. Sindrom nefrotik
11. Tumor ginjal
12. Gangguan vaskuler, infeksi
13. Agen toksis

C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Brunner & Suddarth, 2011).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan


LFG :

1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
5. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum

Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2011) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiak dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan spuntum kental.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
amonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrom (pegal pada kaki sehingga selalu digerakan), burning feet syndrom
(rasa kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan
dan hipertropi otot – otot ekstremitas)
5. Gangguan integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya terjadi retensi garam dan air, tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopenia

Gejala dan tanda PGK stadium awal (Arici, 2014), adalah lemah, nafsu makan berkurang,
nokturia, polyuria, terdapat darah pada urin atau urin berwarna lebih gelap, urin berbuih,
sakit pinggang, edema, peningkatan tekanan darah, kulit pucat.

Gejala dan tanda PGK stadium lanjut (Arici, 2014)

1. Umum (lesu, lelah, peningkatan tekanan darah, tanda-tanda kelebihan volume,


penurunan mental, cegukan)
2. Kulit ( penampilan pucat, uremic frost, pruritic exexcoriations)
3. Pulmonari (dyspnea, efusi pleura, edema pulmonari, uremic lung)
4. Gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, kehilangan berat badan, stomatitis, rasa
tidak menyenangkan di mulut)
5. Neuromuskuler (otot berkedut, sensorik perifer dan motorik neuropati, kram otot,
gangguan tidur, hiperrefleksia, kejang, ensefalopati, koma)
6. Metabolik endokrin (penurunan libido, amenore, impotensi)
7. Hematologi (anemia, pendarahan abnormal)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium Darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ (berat jenis), kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan
Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan
rontgen tulang, foto polos abdomen

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama
mungkin. Seluruh faktor yang berperan dalam gagal ginjal kronik. Obat anti hipertensi,
eritropoietin suplemen besi, agen pengikat fosfat dan kalsium.
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana sajayang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal

I. KOMPLIKASI
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan darah
naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan vena
sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi
nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun,
dan penurunan haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui lambung
yang menimbulkan kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa
keperawatan kekurangan cairan.

c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual
muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi, gagal
jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang berhubungan dengan
kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi
volume intravaskular
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi
berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran
pendialisa, dan terapi obat antihipertensi

f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialysis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga disfungsiserebral dengan
rentang dari mual muntah, sakit kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan,
kekacauan mental, dan kejang.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi selama
prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.
3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan
karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama
kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti
ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat
pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat,
dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Alasan masuk RS
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Diagnosa medis
3. Pola Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi, eliminasi, aktivitas dan latihan, tidur, dll.
4. Pengkajian Fisik
Keadaan umum, tingkat kesadaran, GCS, tanda-tanda vital, keadaan fisik mulai dari
kepala, leher, dadaabdomen, genetalia, integument, dan ekstremitas
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
Pemeriksaan CRF dengan gangguan yang serius dapat dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium, seperti: hematologi untuk mengetahui kadar hemoglobin, eritrosit,
leukosit, trombosit. Dan untuk mengetahui ureum dan kreatinin.
b. Urine
Urine : berat jenis, warna, kekeruhan, bau, buih.
Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu.
c. Pemeriksaan kardiovaskuler
ECG : elektrokardiografi
ECO : ecokardiografi
d. Radiodiagnostik
USG abdominal, CT scan, Renogram, RPG ( retio pielografi )
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan cairan
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
3. Kerusakan integritas kulit
4. Intoleransi aktivitas
5. Penurunan COP
6. Perubahan pola nafas
7. Perubahan proses pikir

C. Intervensi
1. Kelebihan cairan
Tujuan: kelebihan cairan pasien dapat berkurang atau hilang
Intervensi:
a. Memonitor berat badan pasien
R : untuk mengetahui status volume cairan klien melalui berat badan .
b. Hitung berat badan yang sesuai
R : mengetahui berat badan ideal klien
c. Menjaga asupan yang akurat dan catatan keluaran
R : memantau asupan yang masuk dan keluar
d. Masukkan kateter urin jika diperlukan
R : untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar dan karakteristik urin
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
menunjukan BB stabil
Intervensi :
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

b. Perhatikan adanya mual dan muntah


R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi

c. Beikan makanan sedikit tapi sering


R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan


R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial

e. Berikan perawatan mulut sering


R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut
yang dapat mempengaruhi masukan makanan
3. Kerusakan integritas kulit
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada
kulit
4. Intoleransi aktivitas
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
5. Penurunan COP
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi. Tanda tanda vital dalam batas normal.
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer / kongesti
vaskular dan keluhan dispneu
R : S3/S4 dengan tonus muffled,takikardia, frekuensi jantung tidak teratur ,
takipneu, dispneu
b. Kaji adanya / derajat hipertensi awal TD, perhatikan perubahan postural, contoh
duduk , baring dan berdiri.
R : hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron
renin angiostensin
c. Kaji tingkat aktifitas , respon terhadap aktifitas
R : Kelelahan dapat menyertai GJK juga anemia.
d. Kolaborasi tentang pemeriksaan labor, contoh : elektrolit , BUN
R : keseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung
e. Berikan obat anti hipertensi
R : menurunkan tahanan vaskular sistemik dan / atau pengeluaran renin untuk
menurunkan kerja miokardial dan mencegah GJK.
6. Perubahan Pola nafas
Tujuan : Pasien tidak mengalami sesak nafas. Respirasi pasien dalam batas normal (RR
= 16-20 x / menit)
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Keluarkan sekfet dengan batuk atau suction
c. Auskultasi suara nafas , catat adanya suara nafas tambahan
d. Monitor respirasi dan status O2
e. Atur peralatan oksigenasi
f. Monitor TTV
7. Perubahan proses pikir
Tujuan: Perubahan proses pikir teratasi
Intervensi:
g. Kaji luasnya gangguan berpikir, memori dan orientasi
R : efek sindrom uremik dapat terjadi dengan kekacauan / peka minor dan
berkembang ke perubahan kepribadian.
e. Pastikan dari orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya
R : memberikan perbandingan untuk mengevaluasi perkembangan
f. Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan TV,radio, dan kunjungan
R : meminimalkan rangsangan lingkungan untuk menurunkan kelebihan sensori
g. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
R : perbaikan hipoksia saja dapat memperbaiki kognitif
h. Kolaborasi untuk menyiapkan pasien untuk dialisis
R : perubahan proses pikir dapat menunjukan memburuknya azotemia dan kondisi
umum

D. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakn yang diperlukan untuk mencapai tujun dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Tindakan keperawatan
terdiri dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan keperawatan kolaboratif.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lyndia Jual. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik . Ed
9 Jakarta : EGC

Elizabet J. Crowin. (2009). Patofisiologi. Buku Saku. ED 3. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. (2009). Fundamental og nursing 7 th Edition. Jakarta : EGC

Setiadi. (2012). Konsep & Pratik Penulisan Keperwatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

DISUSUN OLEH :

NAMA : AYU CAHYANINGTYAS OKTAVIANI

NIM : P27220017129

PRODI STUDI D-IV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai