Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1) Keadaan Umum Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Gambar 4.1 Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin merupakan salah satu unit

pelayanan masyarakat yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin yang bertanggung jawab dan memberikan pelayanan

kesehatan masyarakat tingkat dasar diwilayah kerjanya. Wialayah kerja

dari Puskesmas Banjarmasin meliputi Kelurahan Alalak Selatan, Kuin

Utara dan Pangeran.

2) Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan adalah 464,75

Ha yang terbagi menjadi 3 wilayah kerja yaitu kelurahan Alalak Selatan,

Kuin Utara, dan Pangeran. Luas Kelurahan Alalak Selatan sendiri 158,80

Ha dengan persentase terhadap wilayah kerja PKM Alalak selatan sebesar

(35%), Kuin Utara 104,45 Ha (23%), dan Pangeran 190 Ha (42%).


3) Keadaan Demografi

Kebijakan pembangunan kependudukan diarahkan pada peningkatan

angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Umur harapan hidup (UHH)

sebagai salah satu indikator IPM bidang kesehatan. UHH wilayak kerja

Puskesmas Alalak Selatan tahun 2016 mengalami peningkatan

berbarengan dengan UHH kota Banjarmasin

4) Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan pelayan kesehatan yang berkualitas menuju

masyarakat Banjarmasin sehat, mandiri, dan berkeadilan.

b. Misi

Mendorong kemandirian perilaku perilaku sehat bagi masyarakat

diwilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,

terjangkau, dan berkeadilan.

2) Menggerakkan peran aktif masyarakat mewujudkan lingkungan

sehat.

3) Membangun profesional dengan memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal baik individu, keluarga dan masyarakat.

c. Moto

24 Jam Tetap Bersemangat Memberikan Pelayanan Terbaik.


B. Karakteristik Responden

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2 kategori

gambaran umum mengenai karakteristik responden umur dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

13-17 2 6

18-40 21 94

Total 23 100
Sumber : Data Diolah, 2019

Berdasarkan Frekuensi karakteristik dari tabel 4.1 responden yang

diteliti menunjukan bahwa paling sedikit responden berada pada usia 13-

17 tahun yaitu sebanyak 2 (6%) responden dan paling banyak responden

pada usia 18-40 yaitu sebanyak 21(94%) responden.

Hurlock (1999) dalam teorinya menyatakan bahwa masa dewasa di

bagi menjadi tiga periode, yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), masa

dewasa madya (40-60 tahun), dan masa dewasa akhir (60 tahun).

Usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia seseorang akan berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga, pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik (Notoadmodjo, 2007).

Peneliti berpendapat bahwa usia 18-40 tahun sudah mengalami

perubahan dari sikap. Sesuai dengan keadaan yang ditemukan peneliti

dilapangan bahwa ibu hamil yang menghadiri kegiatan pendidikan


kesehatan tidak terlalu fokus memperhatikan ketika peneliti memberikan

intervensi.

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan.

Pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yaitu

kategori SD, SMP/Sederajat, dan SMA/Sederajat. Gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan umur yaitu disajikan pada table 4.2

berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)
SD 6 26
SMP 11 48
SMA 6 26
Total 23 100

Sumber : Data Diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa karakteristik paling

banyak responden berada pada pendidikan SMP yaitu sebanyak 11 orang

responden (48%) dan paling sedikit responden pada pendidikan SMA

sebanyak 6 orang dan SD yaitu sebanyak 6 (26%) responden.

Melalui pendidikan seseorang lebih cepat untuk menyerap

informasi yang didapat. Sesuai dengan teori dari Wawan & Dewi (2010)

bahwa pendidikan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin mudah untuk menerima informasi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan

bidan setempat menyebutkan bahwa banyak responden yang masih

berada pada tingkat pendidikan SD dan SMP dikarenakan tidak ada

biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


Peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan ibu di RT 03

wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin paling banyak

adalah SMP. Hal ini terjadi karena faktor sosial budaya. Faktor sosial

budaya ini disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang menikah diusia

muda sehingga responden hanya berfokus untuk mengurus anak dan

suami dirumah sehingga tidak melanjutkan pendidikannya.

Adapun hasil penelitian mengenai perbandingan efektivitas

pendidikan kesehatan dengan media video terhadap peningkatan

pengetahuan ibu hamil tentang fungsi pemberian tabket FE adalah

sebagai berikut :

C. Analisa Univariat

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil yang berada di Wilayah

Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin sebelum diberikan

pendidikan kesehatan. Dijelaskan pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Pretest


Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
Baik 0 0
Cukup 0 0
Kurang 23 100
Total 23 100
Sumber : Data diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa tingkat

pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan intervensi yaitu kurang

sebanyak 23(100%) responden.

Berdasarkan hasil data yang didapat oleh peneliti, tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang Fungsi Pemberian Tablet FE ketika

diberikan kuesioner pretest yaitu kurang sebanyak 23(100%) responden.


Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang adalah ibu hamil yang

hanya mampu mencapai nilai 0%-54% dalam pengisian kuesioner nomor

6 yang berbunyi “Nafsu makan menurun merupakan gejala dari

kekurangan tablet tambah darah (Tablet FE), kuesioner no 8 yang

berbunyi “Tablet tambah darah (tablet FE) dapat menyebabkan mual dan

muntah, dan kuesioner nomor 12 yang berbunyi “Zat besi terdapat pada

makanan berupa daging”. Alasan nya karena berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan bidan yang bekerja di

Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin bahwa diwilayah kerja

Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin belum pernah diberikan

pendidikan kesehatan mengenai fungsi pemberian tablet FE khususnya di

RT 03.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil yang berada di Wilayah

Kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin setelah di berikan

pendidikan kesehatan. Dijelaskan pada tabel 4.4 berikut :

4.4 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Postest

Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)


Baik 3 8
Cukup 19 89
Kurang 1 3
Total 23 100
Sumber : Data diolah, 2019

Berdasarkan table 4.4 diatas dapat dilihat bahwa tingkat

pengetahuan ibu hamil setelah diberikan intervensi yaitu sebanyak 3(8%)

responden yang berpengetahuan baik. Terdapat 19(89%) responden

berpengetahuan cukup dan 1 responden (3%) berpengetahuan kurang.


Intervensi penyuluhan kesehatan menggunakan media video yang

dilakukan dengan singkat akan berdampak positif dalam meningkatkan

pengetahuan seseorang (Fauziah, 2012).

Berdasarkan data tersebut gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil

tentang Fungsi Pemberian Tablet FE pada saat diberikan kuesioner

Postest, ibu hamil dengan kategori pengetahuan cukup yaitu sebanyak 19

orang responden (89%). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup

adalah ibu hamil yang mampu mencapai nilai 56%-75% dalam pengisian

kuesioner.

Dari kuesioner yang dibagikan terdapat kuesioner terendah yang

hanya mampu dijawab oleh beberapa ibu hamil saja dimana jawaban

mereka masih kurang dikarenakan jawaban dari responden tidak sesuai

dengan teori yang berlaku dalam kuesioner yang telah dibagikan.

Berdasarkan hasil data pretest yang dilakukan peneliti terdapat tiga

item pertanyaan kuesioner yang kurang mampu dijawab oleh responden

yaitu kuesioner nomor 6 yang berbunyi “Nafsu makan menurun

merupakan gejala dari kekurangan tablet tambah darah (tablet FE)

,kuesioner no 8 yang berbunyi “Tablet tambah darah (tablet FE) dapat

menyebabkan mual dan muntah, dan kuesioner nomor 12 yang berbunyi

“Zat besi terdapat pada makanan berupa daging”. Setelah peneliti

memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan menggunakan

media video mengenai fungsi pemberian tablet FE, peneliti membagikan

kembali dengan kuesioner yang sama terhadap responden dalam bentuk

posttest. Hasil yang didapat oleh peneliti setelah dilakukan posttest


adalah adanya peningkatan jumlah jawaban benar pada kuesioner nomor

6 dari 9 responden menjadi 21 responden, kuesioner nomor 8 dari 8

responden menjadi 21 responden, dan kuesioner nomor 12 dari 9

responden menjadi 19 responden.

D. Analisa Bivariat

Langkah pertama dalam analisa data bivariat adalah uji normalitas. Uji

normalitas yang digunakan yaitu

Menganalisis efektifitas pendidikan kesehatan dengan media video

terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang fungsi pemberian tablet

FE di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Dijelaskan pada

tabel 4.5 berikut ini :

4.5 Tabel Hasil Uji Paired T test Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Funsgsi
Pemberian Tablet FE Sebelum dan Sesudah di Berikan Pendidika
Kesehatan Dngan Menggunakan Media Video

Mean Std deviation Sig (2-tailed)


Pair 1 Pretest 0,000 0,000
0,000
Posttest 1,113 0,072
Sumber : Data Diolah, 2019

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa hasil uji Paired T test pada tingkat

pengetahuan tentang Fungsi Pemberian Tablet FE didapatkan Asymp. Sig. (2-

tailed) sebesar 0,000 (p 0,000<0,05).

Dalam menentukan hipotesis diterima atau ditolak maka besarnya taraf

signifikan (p) dibandingkan dengan taraf kesalahan 0,000. Jika nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05)

sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Jadi, dalam penelitian ini


ada pengaruh signifikan pada pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media video.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan kesehatan dapat di tingkatkan dengan cara memberikan

edukasi tentang kesehatan melakui penyuluhan atau promosi kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan pendidikan kesehatan yang

dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga

masyarakat tidak hanya tahu dan mengerti tetapi juga dapat melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Effendi, 2012).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup (Wawan, 2011)

Terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap peingkatan

sebesar 1,7% pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet FE

(Astuti,2012).

Hasil penelitian efektivitas pendidikan kesehatan dengan media video

tentang fungsi pemberian Tablet FE didapat adanya peningkatan pengetahuan


responden sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan. Sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan responden dengan

kategori kurang sebanyak 23 responden (100%) dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai 0,000

menjadi 1,113 reponden setelah diberikan pendidikan kesehatan reponden

memiliki tingkat pengetahuan cukup.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa, banyaknya

pengetahuan responden dalam kategori cukup, karena kurangnya paparan dari

petugas kesehatan mengenai fungsi pemberian tablet FE. Kurang nya

dukungan dari petugas kesehatan dibuktikan dengan penuturan saat dilakukan

wawancara dari bidan yang bertugas di Puskesmas Alalak Selatan

Banjarmasin jika belum pernah diberikan pendidikan kesehatan tentang

fungsi pemberian tablet FE. Faktor lainnya adalah dari tingkat pendidikan

responden yang mayoritas hanya berpendidikan SMP karena semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya.

Menurut Smaldino (2008:121) mengatakan bahwa, media video adalah

media yang dapat menyajikan informasi, menggambarkan suatu proses dan

tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu dan

mempengaruhi sikap

Kelebihan media video menurut (Mubarak, 2007 :148), yaitu dapat

menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar

lainnya, dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat

memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis, demonstrasi yang sulit dapat


dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru

bisa memusatkan perhatian pada penyajinya, Kamera TV bisa mengamati

lebih dekat objek yang lain bergerak atau objek yang berbahaya seperti

harimau.

Anda mungkin juga menyukai