Anda di halaman 1dari 3

Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan

sementara menggunakan troli tertutup.Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis

sementara dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat

dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan

sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi. Tempat tersebut harus kedap air, bertutup dan

selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan. diletakkan pada

lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat dan sebisa mungkin

dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

Pengolahan limbah padat dilakuakan sebagai upaya untuk mengurangi volume,

merubah bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang

masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik dapat

diolah menjadi pupuk. Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir

yang dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

2.3 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan

Selain memberikan kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, kegiatan

rumah sakit juga memiliki hasil sampingan yaitu berupa buangan baik buangan padat, cairan

dan gas yang banyak mengandung kuman pathogen, zat kimia yang beracun, zat radioaktif

dan lain-lain (Adisasmito, 2007).

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti:

1). Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau

phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.


2). Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air

yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah

sakit.

3). Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat,

bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.

4). Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus,

senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari

bagian kedokteran gigi.

5). Gangguan genetik dan reproduksi, meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya

diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau

kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif (Yaslis

Institute, 2010).

Dalam penelitian Chua Say Tiong (2012) tentang manajemen pengelolaan limbah medis pada

klinik swasta di Taiping, mengatakan bahwa limbah medis berpotensi menularkan infeksi seperti

Hepatitis B virus (HBV), Hepatitis C virus (HCV), Human Immunodeficiency Virus (HIV) kepada

manusia. Dampak lain yang ditimbulkan akibat keberadaan limbah medis adalah terjadinya

penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan gangguan kenyamanan dan estetika.

2.4 Hambatan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Menurut Pudussery (2011) ada berbagai alasan pengelolaan limbah dirumah sakit dikatakan

buruk antaralain, 1).Tidak adanya pengelolaan limbah, baik untuk limbah padat dan cair. 2).

Kurangnya kesadaran tentang bahaya kesehatan yang akan ditimbulkan oleh pengelolaan limbah

yang tidak baik. 3).Keterbatasan biaya dan sumber daya manusia yang tidak memadai serta

lemahnya control dalam pembuangan limbah ke lingkungan. 4). Kurangnya peraturan yang ketat
dan tepat mengenai pengelolaan limbah rumah sakit. 5).Tidak adanya penanggung jawab yang

jelas mengenai penanganan limbah yang tepat dan pembuangan limbah.

Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan pengunjung dapat

mempengaruhi hasil penyembuhan, terlebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini berproses

dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman dan asri (Hapsari, 2010). Semua petugas harus

mengerti dan pernah dilatih tentang cara penanganan limbah yang benar. Pemberian warna dan

label pada tempat limbah yang telah disepakati bersama dalam satu institusi kesehatan akan

memudahkan pengelolaan sehingga biaya yang digunakan lebih efisien (Rohani & Setio, 2010).

Anda mungkin juga menyukai