Anda di halaman 1dari 4

Pengobatan

Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan,


pengobatan hºarus segera dimulai untuk mencegah
berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan terdiri atas
pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero
(sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain), pengobatan
ini tergolong murah dan mudah dibandingkan dengan
cara lain.8,10 Pada bayi dan anak, terapi besi elemental
diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam
dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan
malam; penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan
sewaktu perut kosong.8,10 Penyerapan akan lebih
sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat
atau asam suksinat.8 Bila diberikan setelah makan atau
sewaktu makan, penyerapan akan berkurang hingga
40-50%.8 Namun mengingat efek samping pengobatan
besi secara oral berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu
hati, dan konstipasi,4 maka untuk mengurangi efek
samping tersebut preparat besi diberikan segera setelah
makan.4,11 Penggunaan secara intramuskular atau
intravena berupa besi dextran dapat dipertimbangkan
jika respon pengobatan oral tidak berjalan baik
misalnya karena keadaan pasien tidak dapat menerima
secara oral, kehilangan besi terlalu cepat yang tidak
dapat dikompensasi dengan pemberian oral, atau
gangguan saluran cerna misalnya malabsorpsi.4,10 Cara
pemberian parenteral jarang digunakan karena dapat
memberikan efek samping berupa demam, mual,
ultikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artralgia,
bronkospasme sampai reaksi anafilatik. Respons
pengobatan mula-mula tampak pada perbaikan besi
intraselular dalam waktu 12-24 jam. Hiperplasi seri
eritropoitik dalam sumsum tulang terjadi dalam waktu
36-48 jam yang ditandai oleh retikulositosis di darah
tepi dalam waktu 48-72 jam, yang mencapai puncak
dalam 5-7 hari. Dalam 4-30 hari setelah pengobatan
didapatkan peningkatan kadar hemoglobin dan
cadangan besi terpenuhi 1-3 bulan setelah pengobatan.
10 Untuk menghindari adanya kelebihan besi
maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih dari 5
bulan.4 Transfusi darah hanya diberikan sebagai
pengobatan tambahan bagi pasien ADB dengan Hb 6
g/dl atau kurang karena pada kadar Hb tersebut risiko
untuk terjadinya gagal jantung besar dan dapat terjadi
gangguan fisiologis.12 Transfusi darah diindikasikan
pula pada kasus ADB yang disertai infeksi berat,
dehidrasi berat atau akan menjalani operasi besar/
narkose. Pada keadaan ADB yang disertai dengan
gangguan/kelainan organ yang berfungsi dalam
mekanisme kompensasi terhadap anemia yaitu jantung
(penyakit arteria koronaria atau penyakit jantung
hipertensif ) dan atau paru (gangguan ventilasi dan
difusi gas antara alveoli dan kapiler paru), maka perlu
diberikan transfusi darah.12 Komponen darah berupa
suspensi eritrosit (PRC) diberikan secara bertahap
dengan tetesan lambat.
Telah dikemukakan di atas salah satu penyebab
defisiensi besi ialah kurang gizi.5 Besi di dalam
makanan dapat berbentuk Fe-heme dan non-heme. Besi
non-heme yang antara lain terdapat di dalam beras,
bayam, jagung, gandum, kacang kedelai berada dalam
bentuk senyawa ferri yang harus diubah dulu di dalam
lambung oleh HCL menjadi bentuk ferro yang siap
untuk diserap di dalam usus. Penyerapan Fe-non heme
dapat dipengaruhi oleh komponen lain di dalam
makanan. Fruktosa, asam askorbat (vitamin C), asam
klorida dan asam amino memudahkan absorbsi besi
sedangkan tanin (bahan di dalam teh), kalsium dan
serat menghambat penyerapan besi. Berbeda dengan
bentuk non-heme, absorpsi besi dalam bentuk heme
yang antara lain terdapat di dalam ikan, hati, daging
sapi, lebih mudah diserap. Disini tampak bahwa bukan
hanya jumlah yang penting tetapi dalam bentuk apa
besi itu diberikan. Anak yang sudah menunjukkan
gejala ADB telah masuk ke dalam lingkaran penyakit,
yaitu ADB mempermudah terjadinya infeksi sedangkan
infeksi mempermudah terjadinya ADB. Oleh
karena itu antisipasi sudah harus dilakukan pada waktu
anak masih berada di dalam stadium I & II. Bahkan
di Inggris, pada bayi dan anak yang berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah
dianjurkan untuk diberikan suplementasi besi di dalam
susu formula.

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi


Dapat dilakukan antara lain dengan cara: a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi sehingga
masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia
gizi besi. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk
vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4
dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 -
80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat
besi seperti : fitat, fosfat, tannin. b. Suplementasi zat besi Pemberian suplemen besi menguntungkan
karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi
yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Persentase dan jumlah zat
besi di dalam tablet Fe bisa dilihat pada tabel 3 .

Terapi a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastrointestinal misalnya
konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa
pewarnaan gigi yang bersifat sementara. Tumbuh Kembang a. Penimbangan berat badan setiap bulan
b. Perubahan tingkah laku c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan
konsultasi ke ahli psikologi d. Aktifitas motorik.
Pengobatan anemia defisiensi besi terdiri atas:11,15 (1). Terapi zat besi oral: pada bayi dan anak terapi
besi elemental diberikan dibagi dengan dosis 3-6 mg/kgBB/hari diberikan dalam dua dosis, 30 menit
sebelum sarapan pagi dan makan malam. Terapi zat besi diberikan selama 1 sampai 3 bulan dengan
lama maksimal 5 bulan. Enam bulan setelah pengobatan selesai harus dilakukan kembali
pemeriksaan kadar Hb untuk memantau keberhasilan terapi. (2). Terapi zat besi intramuscular atau
intravena dapat dipertimbangkan bila respon pengobatan oral tidak berjalan baik, efek samping
dapat berupa demam, mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artragia, bronkospasme sampai
relaksi anafilaktik. (3). Transfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai risiko terjadinya gagal
jantung yaitu pada kadar Hb 5-8g/dL. Komponen darah yang diberikan berupa suspensi eritrosit
(PRC) diberikan secara serial dengan tetesan lambat.

Anemia (yang tidak berat)

Anak (umur < 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan
nilai Ht < 27%). Jika timbul anemia, atasi - kecuali jika anak menderita gizi buruk, untuk hal
ini lihat bagian 7.4.6.

 Beri pengobatan (di rumah) dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap hari)
selama 14 hari.

Catatan: jika anak sedang mendapatkan pengobatan sulfadoksin-pirimetamin, jangan diberi


zat besi yang mengandung folat sampai anak datang untuk kunjungan ulang 2 minggu
berikutnya. Folat dapat mengganggu kerja obat anti malaria. Lihat bagian 7.4.6 untuk
pemberian zat besi pada anak dengan gizi buruk.

 Minta orang tua anak untuk datang lagi setelah 14 hari. Jika mungkin, pengobatan
harus diberikan selama 2 bulan. Dibutuhkan waktu 2 - 4 minggu Untuk
menyembuhkan anemia dan 1-3 bulan setelah kadar Hb kembali normal untuk
mengembalikan persediaan besi tubuh.
 Jika anak berumur ≥ 2 tahun dan belum mendapatkan mebendazol dalam kurun waktu
6 bulan, berikan satu dosis mebendazol (500 mg) untuk kemungkinan adanya infeksi
cacing cambuk atau cacing pita.
 Ajari ibu mengenai praktik pemberian makan yang baik.

Anemia Berat

Beri transfusi darah sesegera mungkin (lihat di bawah) untuk:

 semua anak dengan kadar Ht ≤ 12% atau Hb ≤ 4 g/dl


 anak dengan anemi tidak berat (haematokrit 13–18%; Hb 4–6 g/dl) dengan beberapa
tampilan klinis berikut:
o Dehidrasi yang terlihat secara klinis
o Syok
o Gangguan kesadaran
o Gagal jantung
o Pernapasan yang dalam dan berat
o Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah berparasit).
 Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia, pemberian 10 ml/kgBB selama 3–4
jam lebih baik daripada pemberian darah utuh. Jika tidak tersedia, beri darah utuh
segar (20 ml/kgBB) dalam 3–4 jam.
 Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika salah satu di
antaranya mengalami peningkatan, lambatkan transfusi. Jika anak tampak mengalami
kelebihan cairan karena transfusi darah, berikan furosemid 1–2 mg/kgBB IV, hingga
jumlah total maksimal 20 mg.
 Bila setelah transfusi, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya, ulangi
transfusi.
 Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang umum
terjadi dan serius. Berikan komponen sel darah merah atau darah utuh, 10 ml/kgBB
(bukan 20 ml/kgBB) hanya sekali dan jangan ulangi transfusi.

Anda mungkin juga menyukai