OLEH
MARIA YUNITA
113063J119028
BANJARMASIN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSI
I. Konsep Dasar
A. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
B. Definisi Preeklamsia
Menurut (Obgynacea 2009) Pre Eklamsia adalah kelainan multiorgan
spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema
dan proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vascular atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 minggu.
Pre Eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai protein uria dan odema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Mansjoer : 2000)
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan
protein uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Misalnya
terdapat Molahydatidosa (Sarwono : 2006)
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang
menyertai penyakit ini yaitu:
1. Spasmus arteriola
2. Retensi Na dan air
3. Koagulasi intravaskuler
E. Patofisiologi
1. Narasi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan
garam.Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan
diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003). Wanita
dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang
ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang.Nekrosis
ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan
proteinuria.Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya
kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni.Infark
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005).
Perubahan pada organ :
a. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklamsia dan eklampsia.Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi,
preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya
secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik
ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2003).
b. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia
tidak diketahui penyebabnya.jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih
banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita
hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam
yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.Elektrolit,
kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia.Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal (Trijatmo,2005).
c. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh
darah.Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh
edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada
preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya
skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
atau didalam retina (Rustam,1998).
d. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat
ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
e. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin.Pada preeklampsia dan
eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan
terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
f. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya
disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi
kordis.Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam,
1998).
2. Skema
Suplai O2
ke janin Kelebihan volume cairan
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri akut
G. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu
kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan
perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medicinal (Rukiyah, 2011). Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test
(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih),
yakni :
a. Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau
gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah
6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau
setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak
ada perbaikan).
b. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra
uterine growth retardation (IUGR)/janin terhambat.
c. Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar
dan trombositopenia).
2. Pengobatan Medicinal
Pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi
dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke
satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam,
infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus RL (60-125
cc/jam) 500cc, berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif
atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
a. Antihipertensi
Diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105
mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
b. Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis
yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
c. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997).
d. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid
e. Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata.
Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja.
Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir.
3. Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan
yang belum inpartu, yaitu :
a. Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau
lebih dan dengan fetal heart monitoring.
b. Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal
assessment jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop
<5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitocyn; 12 jam setelah
dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Preeklamsi
A. Pengkajian
1. Identitas: Nama, Usia / tanggal lahir , Jenis kelamin, Alamat, Suku /
bangsa, Status pernikahan, Agama, Pekerjaan, No. medical record, Tanggal
masuk
2. Penanggung jawab: Nama, Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan , Hubungan
dengan klien
3. Riwayat Keperawatan
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
a. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
b. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
c. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
d. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
e. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + ).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. USG : untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
a. Definisi: Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan
pengantaran nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler
b. Batasan karakteristik
Subjektif: Perubahan sensasi
Objektif:
1) Perubahan karakteristik kulit
2) Bruit
3) Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
4) Klaudikasi
5) Kelambatan penyembuhan
6) Nadi arteri lemah
7) Edema
8) Tanda human positif
9) Kulit pucat saat elevasi, dan tidak kembali saat diturunkan
10) Diskolorasi kulit
11) Perubahan suhu kulit
12) Nadi lemah atau tidak teraba
c. Faktor yang berhubungan
1) Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2) Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3) Keracunan enzim
4) Gangguan pertukaran
5) Hipervolemia
6) Hipoventilasi
7) Hipovolemia
8) Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
9) Gangguan aliran arteri atau vena
10) Ketidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah
C. Perencanaan
1. Diagnosa 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Hasil &NOC:
a. Keseimbangan elektrolit dan asam basa; keseimbangan elektrolit dan
non elektrolit didalam kompertemen intrasel serta ekstrasel tubuh
b. Keseimbangan cairan; keseimbangan cairan dalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
c. Keparahan overload cairan; keparahan kelebihan cairan didalam
kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
d. Fungsi ginjal; filtrasi darah dan eliminasi produk sisa metabolism
melalui bentukan urin.
Tujuan atau kriteria evaluasi:
a. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh
Keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi
ginjal yang adekuat
b. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut:
1) gangguan eksterm
2) berat
3) sedang
4) ringan
5) tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan
dan haluaran dalam 24
jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam
batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena
leher, dan edema
perifer
Pasien akan:
1) menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan
cairan dan diet
2) menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang
diprogramkan
3) mempertahankan tanda vital dalam batas normal
4) tidak mengalami pendek napas
5) hematokrit dalam batas normal
Intervensi NIC
Pengkajian:
a. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada
skala 1+ sampai 4+
b. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan
dengan peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, buni jantung yang
abnormal, dan suara napas tidak normal
c. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan
sirkulasi dan integritas kulit
d. Kaji efek pengobatan
e. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
f. Manajemen cairan (NIC):
1) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
2) Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
3) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
4) Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan, sesuai dengan
keperluan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga:
a. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema,
pembatasan diet, dan penggunaan dosis, dan efek samping obat yang
diprogramkan
b. Manajemen cairan (NIC): anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan
kebutuhan
Aktivitas kolaboratif:
a. Lakukan dialysis jika diindikasikan
b. Konsultasikan dengan penedia laanan kesehatan primer mengenai
penggunaan stoking antiemboli atau bulatan Ace
c. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium
d. Manajemen cairan (NIC):
1) Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan
menetap atau memburuk
2) Berikan diuretik, jika perlu
Aktivitas lain
a. Ubah posisi setiap….. (sebutkan)
b. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
c. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
d. Manajemen cairan (NIC): distribusikan asupan cairan selama 24 jam
jika perlu
Perawatan dirumah
a. Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan
latihan fisik kedalam gaya hidup mereka
b. Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
c. Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya
tingkat kelebihan volume cairan dan bilamana harus menghubungi
layanan kesehatan primer atau ambulan darurat
d. Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari
dengan alat timbangn yang sama, beritahu dokter jika terdapat
perubahan lebih dari 1,5 kg dalam 24 jam
e. Tentukan apakah ada factor yang dapat untuk mengganggu
kemampuan klien atau motivasi klien untuk mematuhi pembatasan
cairan dan diet
Untuk bayi dan anak-anak:
a. Hitung kebutuhan rumatan cairan harian anak berdasarkan berat badan
anak. Cairan yang hilang harus dibganti dengan jumlah yang lebih
banyak
b. Untuk mengukur haluaran bayi, hitung atau timbang popok. Satu gram
basahan popok sama dengan 1ml urin
Untuk lansia:
a. Lansia terutama sangat rentan mengalami kelebihan volume cairan.
Pantau dengan cermat faktor resiko untuk mengalami hal ini
Indikator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan dan haluaran
dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan edema
perifer
Pasien akan:
a. menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan
diet
b. menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang
diprogramkan
c. mempertahankan tanda vital dalam batas normal
d. tidak mengalami pendek napas
e. hematokrit dalam batas normal
Intervensi NIC
Pengkajian:
a. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada
skala 1+ sampai 4+
b. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan
dengan peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, buni jantung yang
abnormal, dan suara napas tidak normal
c. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan
sirkulasi dan integritas kulit
d. Kaji efek pengobatan
e. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
f. Manajemen cairan (NIC):
1) Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
2) Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
3) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
4) Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan, sesuai dengan
keperluan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema,
pembatasan diet, dan penggunaan dosis, dan efek samping obat yang
diprogramkan
b. Manajemen cairan (NIC): anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan
kebutuhan
Aktivitas kolaboratif
a. Lakukan dialisis jika diindikasikan
b. Konsultasikan dengan penedia laanan kesehatan primer mengenai
penggunaan stoking antiemboli
c. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium
d. Manajemen cairan (NIC):
1) Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan
menetap atau memburuk
2) Berikan diuretik, jika perlu
Aktivitas lain
a. Ubah posisi setiap….. (sebutkan)
b. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
c. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
d. Manajemen cairan (NIC): distribusikan asupan cairan selama 24 jam
jika perlu
Perawatan dirumah
a. Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan
latihan fisik kedalam gaya hidup mereka
b. Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
c. Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya
tingkat kelebihan volue cairan dan bilamana harus menghubungi
layanan kesehatan primer atau ambulan darurat
d. Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari
dengan alat timbangn yang sama, beritahu dokter jika terdapat
perubahan lebih dari 1,5 kg dalam 24 jam
e. Tentukan apakah ada faktor yang dapat untuk mengganggu
kemampuan klien atau motivasi klien untuk mematuhi pembatasan
cairan dan diet
Untuk bayi dan anak-anak
a. Hitung kebutuhan rumatan cairan harian anak berdasarkan berat badan
anak. Cairan yang hilang harus dibganti dengan jumlah yang lebih
banyak
b. Untuk mengukur haluaran bayi, hitung atau timbang popok. Satu gram
basahan popok sama dengan 1ml urin
Untuk lansia
a. Lansia terutama sangat rentan mengalami kelebihan volume cairan.
Pantau dengan cermat faktor resiko untuk mengalami hal ini