DISUSUN OLEH:
Muhamad Agisna Alfarisy
1813007
Prodi:
Teknik mesin D-3
i
DAFTAR ISI
BAB 1................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................6
KAMAN PUSTAKA..............................................................................................................6
2.1. Alat Ukur dan Alat Penanda.....................................................................................6
2.2. Perkakas Tangan....................................................................................................11
2.3. Perabot Kerja Bangku...........................................................................................30
2.4. Alat Pelindung Diri................................................................................................30
BAB III...........................................................................................................................32
METODE PRAKTIKUM..............................................................................................32
3.1. tempat dan waktu..................................................................................................32
3.2 alat dan bahan.........................................................................................................32
3.3 langkah kerja........................................................................................................32
BAB IV............................................................................................................................34
KESELAMATAN DAN KEAMANAN.........................................................................34
4.1. KESELAMATAN KERJA................................................................................34
BAB V.............................................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................................35
5.1. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................35
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum kerja bangku merupakan pekerjaan dasar yang harus dikuasai dalam
mengerjakan benda kerja secara manual bagi seseorang yang berkecimpung dalam
bidang teknik mesin. Pekerjaan kerja bangku melakukan penekanan pada
pembuatan benda kerja dengan alat tangan, dan dilakukan di bangku kerja.
Praktik kerja bangku melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja
yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki
standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai
jika mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan
tata cara pengerjaan praktik kerja bangku. Kunci kesuksesan dari kerja bangku ini
adalah kesabaran dan ketelitian dalam bekerja, karena setiap pekerjaan yang
dilakukan pasti akan menyita waktu yang lama bila dibandingkan dengan alat
yang menggunakan mesin pada waktu sekarang.
Untuk itu pada laporan praktikum ini akan dibahas mengenai alat dan perkakas
serta cara pengerjaan benda kerja pada jobsheet matakuliah praktikum kerja
bangku.
1
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa saja alat dan mesin mesin perkakas yang digunakan dalam
pengerjaan pembuatan roda gigi yang meliputi membubut, proses
frais, mengebor, dan menggunakan mesin skrap pada praktikum
mesin perkakas?
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
KAMAN PUSTAKA
2.1. Alat Ukur dan Alat Penanda
Pada bengkel kerja bangku peralatan ukur yang digunakan harus benarbenar presisi,
maka peralatan ukur, cara memegang alat ukur, cara melakukan pengukuran, dan
kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi dalam pengukuran harus benar-benar diketahui
şecara baik.
A. Mistar baja
Mistar baja adalah alat ukur dasar pada bengkel kerja bangku. Alat ukur ini dapat
dikatakan alat ukur yang kurang presisi, karena ia hanya melakukan pengukuran paling
kecil sebesar 0,5 mm. Jenis mistar baja yang dipakai pada bengkel kerja bangku
mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tetapi pada umumnya panjang mistar baja adalah
150 mm şampai 300 mm, dengan skala ukur terdiri dari satuan setengah milimeter dan
satuan satu milimeter.
Dalam bengkel kerja bangku mistar baja ada dua sistem, yaitu sistem metrik dan sistem
imperial. Pada sistem imperial untuk satuannya dinyatakan dengan inchi, sedangkan pada
sistem metrik satuan dinyatakan dengan millimeter
B. Jangka sorong
Jangka şorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai sepersepuluh,
seperdua puluh, seperlima puluh, dan seperseratus milimeter. Jangka şorong dapat
4
digunakan untuk mengukur diameter bagian luar benda kerja, kedalaman lobang,
diameter bagian dalam suatu benda kerja, İcbar suatu celah dan panjang dari suatu benda
kerja, apabila ukuran dari jangka şorong tersebut mencukupi.
Ukuran jangka sorong ada beberapa macam, seperti jangka sorong dengan panjang 150
mm, 175 mm, 250 mm, 300 mm (sistem metrik). Sedangkan untuk mengukur ukuran
benda kerja yang besar juga digunakan jangka dengan ukuran panjang lebih clari I meter.
5
Gambar 2.3 : Bagian — Bagian Jangka Sorong
Keterangan gambar
Rahang tetap
Rahang yang dapat digerakkan
Sensor untuk pengukuran bagian luar benda kerja
Sensor untuk pengukuran bagian dalam benda kerja
Skala utama
Skala vernier
Baut pengunci, digunakan apabila jangka sorong akan digunakan untuk
melakukan pengukuran benda kerja dengan ukuran sama dan dalam
jumlah yang banyak
Batang pengukur kedalaman benda kerja
Penyetel, digunakan untuk menggeserkan bagian rahang vernier, sehingga
mencapai posisi tertentu sesuai dengan benda kerja yang akan diukur.
6
bagian pada skala utama dibagi menjadi 20 bagian, artinya setiap bagian berharga
0,05 mm, setta jangka sorong dengan ketelitian 0,001 mm.
Mengukur sisi dalam suatu benda dengan cara memasukkan rahang bagian
atas ke dalam benda yang akan diukur. Untuk mengukur panjang suatu benda
dengan cara membuka rahang jangka sorong hingga ujung lancip menyentuh
dasar benda. Untuk mengukur kedalaman suatu benda dengan cara menempatkan
benda yang akan diukur kedalamannya pada tangkai ukur.
Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius.
Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka
sorong) Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
C. Siku-siku
90 derajat antara satu dengan Iainnya. Bahan pembuat siku-suku adalah baja perkakas,
sehingga ia cukup kuat dan tahan terhadap keausan dan karat (Ambiyar, dkk, 2008 : 303).
7
Gambar 2.4 : Mengukur Kesikuan Benda Kerja
D. Penggores
Penggores adalah alat untuk menggores permukaan benda kerja, sehingga dihasilkan
goresan atau garis gambar pada benda kerja. Bahan untuk membuat penggores ini ialah
baja perkakas, sehingga ia cukup keras dan sanggup menggores benda kerja. Dua jenis
penggores kita kenal, yaitu penggores dengan kedua ujungnya tajam, tetapi ujung yang
satunya lurus sedangkan ujung yang Iainnya bengkok, kedua penggores dengan hanya
satu ujungnya yang tajam, sedangkan ujung yang Iainnya tidak tajam (Ambiyar, dkk,
2008 : 308).
8
E. Penitik.
Ditinjau dari segi fungsinya hanya ada dua jenis, yaitu penitik garis dan penitik
pusat/senter. Kedua jenis penitik teNebut sangat penting untuk melukis dan
menandai, sebab masing-masing mempunyai sifat-sifat tersendiri (Ambiyar, dkk,
2008 : 311).
Stempel hunlf adalah alat yang digunakan untuk memberi tanda huruf pada besi
dengan cara memukulnya dengan keras, sedangkan stempel angka adalah alat yang
digunakan untuk memberi tanda angka pada besi dengan cara memukulnya dengan keras,
dan usahakan sekali pukul (Zarkasi, 2013 : 6).
9
2.2. Perkakas Tangan
A. Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan
Oleh ragum tidak boleh memsak benda kerja (Ambiyar, dkk, 2008 .
331). Dengan demikian ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang dijepitnya. Untuk
menghasilkan penjepitan yang kuat maka pada mulut ragum/rahangnya dipasangkan baja
berigi sehingga benda kerja dapat dijepit dengan kuat. Rahangrahang ragum digerakkan
Oleh batang ulir yang dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir
digerakkan/diputar searah jarum jam, maka rahang ragum akan menutup, tetapi bila
diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan membuka.
Rahang penjepit
Tangkai pernutar
Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi pekerja yang
akan bekerja. Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja, maka
tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja pada posisi berdiri sempurna.
10
yang besar seperi memahat, menggergaji, mengikir, mengetap dan menyenai maka
kedudukan benda kerja harus serendah mungkin berada di atas rahang ragum.
B. Palu (Hammer)
Palu mempakan alat tangan yang sudah yang lama ditemukan orang dan sudah
sejak lama dipergunakan dalam bengkel dalam seluruh kegiatan pekerjaan umat
manusia. Ukuran palu ditentukan Oleh berat dari kepala palu, sepefli palu 250 gr,
500 gr, 1000 gr dan bahkan palu dengan berat IO kg.
Jenis palu dapat dibagi dua yaitu palu keras dan palu lunak. Palu keras adalah
palu yang kepalanya terbuat dari baja dengan kadar karbon sekitar 0,6%. Proses
pembuatannya adalah dengan jalan ditempa, kemudian dikeraskan pada bagian
permukaannya agar menjadi keras. Pemakaian palu keras pada bengkel kerja
bangku adalah sebagai pemukul pada kerja memotong dengan pahat, menempa
dingin, pada pekerjaan assembling/perakitan, membengkokkan benda kerja,
11
membuat tanda dan pekerjaan pemukulan Iainnya. Jenis palu keras yang umum
dipakai pada bengkel kerja bangku adalah jenis palu keras yaitu palu konde (ball
pein hammer), palu pen searah (straight peen hammer), dan palu pen melintang
(cross peen hammer). (Ambiyar, dkk, 2008 : 336).
Palu lunak adalah palu yang permukaan kepalanya terbuat dari bahan lunak
sepefli plastik, karet, kayu, tembaga, timah hitam, dan kulit. Palu lunak biasanya
digunakan sebagai alat bantu pada pekerjaan pemasangan benda kerja pada mesin
frais, skrap dan merakit benda kerja pada bengkel perakitan. Di samping itu juga
banyak digunakan pada bengkel kerja pelat, bengkel listrik dan bengkel Pipa.
12
Gambar 2.11 : Palu Lunak
C. Tang (Plier)
Hampir semua bengkel menggunakan tang, karena alat ini di samping harganya
murah juga mempunyai kegunaan yang sangat besar. Tang dibuat beberapa jenis dengan
ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.
13
No Nama Gambar Fungsi
1. T ang
Kombin asi
Untuk memotong,
membengkokkan dan
menarik atau
memegang benda
kerja.
14
D. Kikir
Ditinjau dari sifat kekasaran gigi pemotongnya maka kedua jenis kikir ini juga
mempunyai lima sifat kekasaran yaitu sangat kasar, kasar, sedang, halus dan sangat halus.
Kikir sangat kasar digunakan untuk pemotongan secara cepat sehingga ia digunakan
untuk pemotongan pendahuluan. Kikir kasar digunakan untuk pemotongan awal, tanpa
memperhitungkan kehalusan permukaan benda kerja. Kikir sedang digunakan untuk
menghaluskan permukaan setelah dikikir dengan menggunakan kikir kasar atau kikir
sangat kasar sebelum dikerjakan dengan menggunakan kikir halus. Kikir halus digunakan
15
untuk pengikiran pada pekerjaan akhir/finishing di mana kehalusan permukaan benda
kerja sangat diperlukan. Kikir sangat halus digunakan untuk pekerjaan finishing terutama
untuk benda kerja dengan ketelitian yang tinggi.
Berdasarkan bentuk fisiknya, kikir dibedakan menjadi dua macam, yaitu kikir
rata dan kikir instrumen. Kikir rata digunakan untuk mengikir benda yang
permukaannya rata, sedangkan kikir instrumen untuk pengikiran benda-benda
kerja yang kecil atau instrumen dari suatu peralatan.
16
Gambar 2.14 : Kikir Rata dan Kikir Instrumen
17
Gambar 2.15 : Cara Membersihkan Kikir
Kikir hendaknya disimpan pada tempat yang kering atau tidak lembab dan
jauh clari tempat yang berminyak. Penempatan kikir tidak boleh ditumpuk artinya
mata-mata potong kikir tidak boleh bersinggungan satu dengan yang lainnya. Cara
penyimpanan kikir yang baik adalah dengan menyimpan secara sejajar dan
memberikan jarak antara kikir yang satu dengan yang lainnya. Cara lain dengan
menggantungkan kikir di dalam lemari alat.
E. Gergaji Tangan
18
langkah pemotongan ke arah depan, sedang langkah mundur mata gergaji tidak
melakukan pemotongan (Ambiyar, dkk, 2008 : 353).
F. Tap
Tap adalah peralatan yang digunakan untuk pembuatan ulir pada suatu benda
kerja. Sebelum benda tersebut diulir, terlebih dahulu benda tersebut dilubangi
dengan menggunakan mesin bor. Ukuran diameter lubang tergantung pada besar
diameter ulir yang akan dibuat. Bahan untuk pembuatan tap adalah baja perkakas
baja potong cepat. Setelah tap dibentuk kemudian dikeraskan dan ditempering.
Tap terdiri dari 3 jenis, yaitu tap konis digunakan untuk melakukan
penguliran pendahuluan/pemotongan awal karena bagian ujung mata potongnya
berbentuk tirus dan tidak mempunyai gigi pemotong sehingga ia akan dengan
mudah masuk ke dalam lubang yang telah dibuat, tap antara berfungsi untuk
pengulir antara tap konis dan tap rata atau dapat dikatakan ia sebagai pemotong
kedua. Tap ini pada bagian 3 sampai 4 mata potongnya tidak ada, ini dimaksudkan
agar tap dapat masuk ke dalam lubang dengan mudah. Jadi setelah benda kerja
diulir dengan menggunakan tap konis kemudian diulir dengan menggunakan tap
antara. Yang ketiga adalah tap rata yang berfungsi untuk melakukan pekerjaan
akhir dalam pembuatan ulir dengan menggunakan tap. Pada tap ini seluruh mata
potongnya dapat melakukan pemotongan. Bentuk tap ini adalah bagian
pemotongannya mempunyai mata potong dan diameternya adalah sama (Ambiyar,
dkk, 2008 : 367-369).
19
Tap Konis, Tap Antara, dan Tap Rata
Untuk melakukan penguliran dengan menggunakan tap diperlukan alat bantu yaitu
tangkai tap/pemutar tap. Ukuran dari tangkai tap sangat tergantung pada besar diameter
tap yang akan digunakan. Untuk itu tap dibuat bervariasi dari ukuran kecil sampai besar.
tap
bentuk T
Gambar 2.19 : Tangkai Tap
20
1. Jepit benda kerja pada ragum secara benar dan kuat.
Tempatkan mata tap tegak lurus pada lubang (periksa dengan menggunakan
siku-siku).
Tekan hingga masuk dalam lubang kemudian putar tangkai tap ke kanan
(searah dengan putaran jarum jam). Pemutaran harus tegak lurus.
G. Snei
21
Snei adalah alat untuk membuat ulir dalam. Bentuk snei menyerupai mur
tetapi ulirnya merupakan mata potong. Gigi-gigi ulir setelah dibentuk kemudian
dikeraskan dan temper agar dia mampu melakukan pemotongan terhadap benda
kerja. Snei yang biasanya digunakan untuk pembuatan ulir adalah snei pejal dan
snei bercelah.
Snei pejal berbentuk segi enam atau bulat berfungsi untuk memudahkan
dalam penguliran awal. Maka pada snei jenis ini tidak selunlh mata potongnya
sama besar, tetapi sedikit tirus pada bagian mata pemotong awal. Dengan
demikian benda kerja dapat masuk ke dalam snei sedikit mudah.
Snei Bercelah (split die) digunakan untuk pembuatan ulir luar. Snei ini
memiliki baut penyetel untuk mengatur ukuran diameter. Dengan demikian pada
waktu penguliran pendahuluan diametemya diperbesar dan pada waktu finishing
diameternya dikembalikan pada ukuran standarnya (Ambiyar, dkk, 2008 : 372).
Untuk membuat ulir dengan menggunakan snei dibutuhkan alat bantu yaitu
pemegang snei. Pada pemegeng snei ini dilengkapi dengan baut-baut pengikat, agar snei
tidak ikut berputar saat melakukan pemotongan/penguliran.
22
baut
pengikat
1. Persiapkan benda kerja dan jepit pada ragum secara tegak lurus.
2. Pasang snei pada pemegangnya dan kuncikan baut pengikatnya.
3. Tempatkan snei pada benda kerja dengan posisi datar, kemudian tekankan snei
hingga benda kerja masuk pada snei.Lakukan penekanan sambil snei
diputarkan searah dengan arah jarum jam. Pemutaran atau pemakanan kira-kira
60, kemudian dikembalikan pada posisi semula. Pemutaran kembali
dimaksudkan untuk memotong beram dan membersihkan ulir yang telah
terbuat setta memberikan kesempatan beram keluar dari snei.
4. Lakukan pekerjaan langkah di atas secara tems menems dan berikan minyak
pelumas untuk mendingingkan snei dan untuk membantu mengeluarkan beram.
Untuk pembuatan ulir dengan snei bercelah, maka ulangi kembali penguliran
dengan terlebih dahulu menyetel kembali lebar pembukaan sneł.
Periksa hasil snei dengan menggunakan mal ulir, seterusnya bersihkan ulir dan
23
Gambar 2.23 : Cara Membuat Ulir Luar
2.3. Mesin
24
Gambar 2.24 : Mesin Bor Bangku dan Mesin Bor Tiang
Keterangan .
Tombol
7. Pengaman 5. Ti ang
25
sarung pengurang, boring head untuk memperbesar lubang baik yang tembus
maupun yang tidak tembus, dan mata bor yang berfungsi sebagai pemotong
Mata bor terdiri dari bor spiral untuk pembuatan lubang yang diameternya
sama dengan diameter mata bor, mata bor pemotong lurus untuk material yang
lunak seperti kuningan, tembaga, penmggu, dan plastik, mata bor untuk lubang
yang dalam (deep hole drill) untuk membuat lubang yang relatif dalam, mata bor
Skop (spade drill) untuk material yang keras tetapi rapuh, dan mata bor stelite
untuk membuat lubang pada material yang telah dikeraskan. Mata bor stelite ini
mempunyai bentuk segitiga dan terbuat dari baja campuran yang tahan panas
26
_I
Gambar 2.26 : Mata Bor
Cara mengebor :
1. Cekam mata bor, apabila mata bor terlalu kecil untuk dimasukkan pada
tempat pahat gurdi maka perlu disambung dengan sarung tirus (drill
sleeve), apabila masih kurang besar sarung tirus tersebut disambung lagi
dengan sambungan sanmg tirus (drill socket).
2. Cekam benda kerja bisa menggunakan ragum. Benda kerja yang tidak
terlalu besar ukurannya biasanya dicekam dengan ragum meja (table vise)
atau ragum putar (swivel vise). Apabila diinginkan membuat lubang pada
posisi menyudut pencekaman bisa menggunakan ragum sudut (angle vise).
3. Agar ragum tidak bergetar atau bergerak ketika proses pembuatan lubang,
sebaiknya ragum diikat dengan klem C. Beberapa alat bantu pencekaman
yang lain bisa juga digunakan untuk mengikat benda kerja pada meja
mesin bor. Benda kerja dengan bentuk tidak teratur, terlalu tebal atau
terlalu tipis tidak mungkin bisa dipegang oleh ragum, maka pengikatan
pada meja mesin bor dilakukan dengan alat bantu pencekaman dengan
bantuan beberapa buah baut T.
4. Kencangkan bor.
5. Kencangkan benda kerja dengan kuat secara meyakinkan.
6. Ukur panjang sumbu bor dengan jangka sorong sesuai dengan kedalaman
ulir yang akan dibor.
7. Tekan tombol 'ON”.
8. Gerakkan tuas penekan perlahan — lahan searah dengan jarum jam.
Pemutaran tuas penekan kira-kira 600, kemudian dikembalikan pada posisi
semula. Pemutaran kembali dimaksudkan untuk memotong beram dan
membersihkan ulir yang telah terbuat serta memberikan kesempatan beram
keluar dari lubang pengeboran.
27
9. Lakukan pekerjaan langkah di atas secara terus menerus sampai sumbu bor
kembali ke panjang semula dan berikan minyak pelumas untuk
mendingingkan mata bor dan untuk membantu mengeluarkan beram.
IO. Tekan tombol 'OFF” jika sumbu bor telah kembali ke panjang semula.
B. Sapu Meja
Sapu meja digunakan untuk alat kebersihan perkakas. Sapu meja ini adalah jenis
sapu yang berbentuk kecil
D. Anvil
Merupakan landasan yang digunakan untuk melakukan stamping, pinitikan, atau
pekerjaan Iainnya yang menggunakan tenaga pukulan. Alat ini juga bisa
digunakan untuk membuat tatakan benda menjadi silindris yang terdapat pada
ujungnya.
B. Masker (Respirator)
28
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk, misalnya misal berdebu dan beracun.
C. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi
yang dapat mengakibatkan cedera tangan, misalnya saat mengikir dan
menggergaji. Bahan dan bentuk sarung tangan disesuaikan dengan fungsi
masingmasing pekerjaan.
E. Sepatu
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal
dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
teflimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
29
BAB III
METODE PRAKTIKUM
30
BAB IV
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
31
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
32
5.2 SARAN
.
Alat-alat yang digunakan ditambah lagi dan yang sudah tidak dapat
digunakan juga diganti dengan yang baru agar mahasiswa dalam praktek dapat
bekerjasemaksimal mungkin dengan cepat dan hasilnya memuaskan terutama
pada alat ukur.
33