Absen : 33
A. LATAR BELAKANG
a. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi yang merosot di masa Demokrasi Terpimpin telah menjadi lahan
yang subur untuk pertumbuhan sejarah PKI dengan menyasar rakyat miskin untuk
menjadi target propaganda politik mereka. Tujuan organisasi PKI adalah untuk
mendirikan negara komunis di Indonesia dengan berbagai cara. Pada masa itu Angkatan
Darat muncul sebagai organisasi militer pejuang yang sekaligus mengemban tugas
kemasyarakatan, sehingga juga memiliki peran dalam bidang politik dan ekonomi.
Salah satunya ketika Angkatan Darat ditugaskan untuk memimpin banyak perusahaan
asing yang diambil alih pemerintah untuk alasan nasionalisasi. PKI tidak menyukai
kebijakan tersebut sehingga mereka menjuluki para perwira sebagai Kabir, yaitu
Kapitalis Birokrat. Ketika itu ada tiga kekuatan besar dalam pemerintahan yaitu
Angkatan Darat, PKI dan Presiden. Beberapa peristiwa yang menjadi latar belakang
G30S PKI adalah:
b. Nasakom
Ideologi Nasakom adalah salah satu faktor dalam latar belakang G 30 S PKI dan
menjadi bagian dari sejarah G30S PKI lengkap. PKI atau Partai Komunis Indonesia
adalah partai komunis terbesar di dunia selain Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta orang pada tahun 1965, dan 3 juta orang lagi dari organisasi
pergerakan pemudanya. Selain itu, masih ada beberapa organisasi yang diawasi dan
dikontrol oleh PKI seperti pergerakan Serikat Buruh yang memiliki 3,5 juta anggota serta
Barisan Tani Indonesia dengan 9 juta anggota juga merupakan bagian dari PKI, begitu
juga dengan organisasi pergerakan wanita bernama Gerwani, organisasi penulis, artis,
dan juga pergerakan para sarjana yang membuat PKI memiliki lebih dari 20 juta anggota
serta pendukung.
Ketika pada Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan ketetapan
konstitusi berupa dekrit Presiden, ia mendapat dukungan penuh dari PKI. Angkatan
bersenjata diperkuat dengan mengangkat jendral – jendral militer ke posisi yang penting,
dengan sistem Demokrasi Terpimpin. Sambutan PKI untuk Demokrasi Terpimpin sangat
baik dan menganggap bahwa Soekarno mempunyai mandat untuk persekutuan konsepsi
antara pendukung Nasionalis, Agama dan Komunis atau NASAKOM. Angkatan Darat
menolak ideologi NASAKOM tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Jenderal Ahmad
Yani.
c. Konfrontasi Malaysia
Malaysia sebagai negara federasi yang beru terbentuk pada tanggal 16 September
1963 merupakan salah satu faktor penting dalam latar belakang G 30 S PKI. Konfrontasi
antara Indonesia dan Malaysia mendekatkan Soekarno dengan PKI sehingga dapat
menjelaskan mengapa para tentara menggabungkan diri dalam gerakan 30 S/ Gestok, dan
juga menjadi penyebab PKI menculik para tentara petinggi Angkatan Darat. Terjadinya
demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur yang menyebabkan PM. Malaysia Tunku
Abdul Rahman menginjak – injak lambang Garuda karena dipaksa para demonstran
menyebabkan kemurkaan Soekarno.
Ia kemudian menyerukan pembalasan dendam dengan slogan “Ganyang Malaysia”
dan memerintahkan Angkatan Darat untuk melakukannya. Letjen Ahmad Yani tidak
ingin melawan Malaysia yang masih mendapat bantuan Inggris karena menganggap
tentara tidak memadai untuk berperang dalam skala itu. Sedangkan Kepala Staf TNI AD
A.H. Nasution menyetujuinya karena khawatir isu Malaysia akan dimanfaatkan PKI
untuk memperkuat posisinya di bidang politik Indonesia.
Pada saat itu Angkatan Darat berada dalam posisi yang serba salah karena tidak yakin
akan menang melawan Inggris, namun di sisi lain mereka akan menghadapi kemurkaan
Soekarno jika tidak berperang. Keragu – raguan ini menghasilkan peperangan yang
setengah hati di Kalimantan dan mengalami kegagalan, padahal ini adalah operasi gerilya
dimana tentara Indonesia sangat mahir melakukannya. Kekecewaan Soekarno karena
tidak didukung tentara membuatnya mencari dukungan kepada PKI yang memanfaatkan
kesempatan itu untuk keuntungannya sendiri.
Selain itu, Angkatan Darat juga menolak adanya poros Jakarta-Phnom Penh-Peking-
Pyongyang yang hanya akan membantu Cina memperluas semangat revolusi komunis di
kawasan Asia Tenggara sehingga dapat merusak hubungan baik dengan negara – negara
tetangga. Penolakan itu diwujudkan dalam bentuk seminar di Gedung Seskoad Bandung
yang dihadiri oleh delapan Jenderal yaitu Rachmat Kartakusumah, J. Mokoginta, Suwarto,
Jamin Ginting, Suprapto, Sutoyo, M.T. Haryono dan S. Parman pada 1 – 5 April 1965
yang menghasilkan doktrin strategis politis Angkatan Darat yang dinamakan Tri Ubaya
Cakti.
B. FAKTOR PENYEBAB
a. Faktor Ekonomi
Permasalahan dalam kudeta disetiap negara tentu saja diawali dengan faktor
ekonomi sebagai alasan pembenaran kudeta, tidak terkecuali di Indonesia. Ekonomi
Indonesia sedang terpuruk pada tahun 1965 dimana hal ini menyebabkan dukungan dari
rakyat kepada Presiden Soekarno berkurang. Ditambah lagi dengan kebijakan “Ganyang
Malaysia” yang dianggap akan memperparah kondisi ekonomi Indonesia saat itu,
kepercayaan masyarakat Indonesia dan militer mencapai titik terburuk saat itu.
Kenaikan inflasi sebesar 650% semakin memperburuk suasana dan situasi saat itu,
dimana rakyat banyak yang kelaparan, dan hal ini sebenarnya disebabkan karena gagasan
dua panglima tinggi yaitu Jendral Suharto dan Jendral Nasution. Pembantaian terhadap
pedagang yang berasal dari RRC menyebabkan proses perdagangan menjadi turun dan
berakibat pada penurunan ekonomi. Kesengsaraan rakyat akibat kondisi ekonomi ini juga
akhirnya yang menjadikan rakyat mengamuk ketika 6 jendral terbunuh, dan
konsekuensinya adalah pembantaian orang orang yang tertuduh atau dicurigai sebagai
PKI. Bahkan pembantaian ini juga menyasar ke keturunan tionghoa dengan alasan
kecerobohan akibat kekacauan.
Alhasil akibat pertempuran setengah hati yang dilakukan di Kalimantan, dan lokasi lokasi
tertentu di Malaysia gagal, bahkan Indonesia kalah dalam perang gerilya yang menjadi
keunggulannya dari jaman dulu. Mengetahui tidak didukung penuh oleh militer, akhirnya
Presiden Soekarno menjadi dekat dengan PKI. Kalau kita analisa, tentunya faktor ini lah
kenapa Presiden Soekarno mempunyai kedekatan yang sangat erat pada PKI, walaupun
sebenarnya pada tahun tahun 1955 Soekarno sudah menunjukan kedekatannya, akan
tetapi karena peristiwa ini, posisi PKI di kabinet pemerintahan menjadi tidak tergoyahkan.
Dan kalau ditelisik dari dokumen rahasia yang baru dikeluarkan CIA baru baru ini,
sebenarnya Presiden Soekarno hanya menggunakan PKI untuk menjatuhkan Malaysia
dan tidak sepenuhnya percaya pada mereka.
Hal ini dibuktikan dari dokumen yang disebar karena terdapat percakapan santai
antara Presiden Soekarno dengan pemimpin sayap kanan bahwa sebenarnya kedekatan ini
hanyalah topeng, dimana dia masih membutuhkan PKI untuk menjatuhkan Malaysia. dan
suatu saat akan tiba gilirannya. Akan tetapi karena ini adalah percakapan tingkat tinggi
dan tidak ada yang tahu tentang intensi dari Presiden Soekarno maka sampai saat
sebelum dokumen ini disebarkan, sejarah yang diajarkan disekolah menyebutkan bahwa
Presiden Soekarno memang menaruh kepercayaan pada PKI. Hal lain yang disebabkan
karena permusuhan dengan Malaysia adalah perpecahan internal karena merasa
peperangan di sabotase oleh petinggi angkatan darat yang takut pada Malaysia, dan
akibatnya banyak yang mendukung PKI, yang berujung pada penyebab G30S PKI.
C. PERISTIWA G30S/PKI
Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan G-30-S-PKI mulai bergerak dari
Lubang Buaya dan menyebar ke segenap penjuru Jakarta. PKI menduduki beberapa
instalasi vital di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan lain-lain. Pasukan
Pasopati berhasil melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira TNI-AD
yang menjadi target operasi. Enam Jenderal yang menjadi korban keganasan G-30-S-PKI
ialah sebagai berikut:
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
3. Mayjen R.Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
4. Mayjen Siswono Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Sementara itu, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari
penculikan. Akan tetapi, putrinya Ade Irma Suryani terluka parah karena tembakan
penculik dan akhirnya meninggal di rumah sakit.
Ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean ikut menjadi sasaran
penculikan karena wajahnya mirip dengan Jenderal Nasution. Ketika itu juga tertembak
Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Waperdam II Dr.J. Leimena yang
rumahnya berdampingan dengan rumah Nasution.
Lolosnya Nasution, membuat Aidit dan koleganya cemas karena akan menimbulkan
masalah besar. Untuk itu, Suparjo menyarankan agar operasi dilakukan sekali lagi. Saat
berada di istana, Suparjo melihat bahwa militer di kota dalam keadaan bingung. Akan
tetapi, para pemimpin gerakan pada saat itu tidak melakukan apa-apa. Hal ini menjadi
salah satu penyebab kehancuran operasi mereka.
Sementara itu, sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para
pimpinan TNI AD, kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dektrit
melalui RRI yang telah berhasil pula dikuasai. Dekrit tersebut diberinya nama kode
Dekrit No 1 yang mengutarakan tentang pembentukan apa yang mereka namakan Dewan
Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung. Berdasarkan revolusi merupakan
kekuasaan tertinggi, dekrit no 1 tersebut, maka Dewan Revolusi merupakan kekuasaan
tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30 S/PKI tentang penurunan dan kenaikan pangkat (semua
pangkat diatas Letkol diturunkan, sedang prajurit yang mendukung G 30 S/PKI dinaikan
pangkatnya 1 atau 2 tingkat).
D. PASCA PERISTIWA
Setelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil.
Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan.
Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai
politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator.
Kehidupan ekonomi lebih suram, sehingga kemelaratan dan kekurangan makanan terjadi
dimana-mana.
Presiden Soekarno menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang
berakhir dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban– korban lainnya yang tidak
berdosa. Namun Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja
terjadi dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka
menganggap Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden
menurun di mata Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar-besaran terjadi pada tanggal 10
Januari 1966.
Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan
TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat), meliputi sebagai berikut :
Pembubaran PKI
Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
Penurunan harga – harga (Perbaikan Ekonomi).
Tindakan Pemerintah lainnya adalah mengadakan reshuffle (perombakan) Kabinet
Dwikora. Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari 1966 dan kemudian
disebut dengan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Mengingat jumlah anggota
mencapai hampir seratus orang, maka kabinet itu sering disebut dengan Kabinet Seratus
Menteri.
Menjelang pelantikan Kabinet Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966,
KAMI melakukan aksi serentak. Dalam demonstrasi itu gugur seorang mahasiswa
Universitas Indonesia, Arief Rahman Hakim.
Peristiwa itu berpengaruh besar terhadap maraknya gelombang aksi demonstrasi.
Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan langsung dengan
Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr. Chaerul Saleh.
Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, maka ketiga perwira TNI – AD itu bersama
dengan Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur diperintahkan membuat konsep
surat perintah kepada Letjen Soeharto yang kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal
dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR). Isi pokoknya adalah
memerintahkan kepada Letjen Soeharto atas nama Presiden untuk mengambil tindakan
yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan
jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan
kewibawaan presiden.
E. PENUMPASAN G30S/PKI
Berikut ini terdapat beberapa penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta,
antara lain: