Anda di halaman 1dari 4

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Publikasi Hasil Penelitian pada Jurnal Ilmiah Terakreditasi, 29 November

2014,
Universitas Negeri Semarang

Analisis Miskonsepsi dan Kemampuan


Aljabar Siswa Kelas VIII
Rezky Agung Herutomo;
Scolastika Mariani;
Rochmad
Email: rezkyagungherutomo@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 33 Semarang dan SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu yang
bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi dan kemampuan aljabar siswa di kelas VIII. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 102 siswa kelas VIII dengan
rincian 61 siswa di SMP Negeri 33 Semarang dan 41 siswa di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pedoman wawancara. Tes materi aljabar yang disusun meliputi
konsep variabel, operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Miskonsepsi aljabar pada konsep variabel, operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan SPLDV berkaitan dengan
rendahnya kemampuan generasional, transformasional, dan meta global dengan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi
aljabar yang berkaitan dengan kemampuan generasional siswa diantaranya menganggap variabel dapat dimisalkan
dengan bilangan tertentu, menganggap variabel sebagai label, dan menganggap variabel hanya merepresentasikan
nilai/bilangan tertentu saja, bukan sebagai generalisasi anggota suatu himp unan bilangan. Miskonsepsi aljabar
terkait kemampuan transformasional diantaranya konjoining operasi penjumlahan dan perkalian, menganggap sama
bentuk aljabar dan persamaan, penerapan sifat distributif yang tidak tepat, dan tidak memahami proses pemfaktora n.
Miskonsepsi aljabar yang menunjukkan rendahnya kemampuan meta global adalah kecenderungan menggunakan
cara menebak untuk menyelesaikan soal-soal SPLDV, dan menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan memberikan
penjelasan verbal.
Kata kunci: miskonsepsi, kemampuan aljabar, generasional, transformasional, meta global.

PENDAHULUAN pemahaman yang salah dalam pengetahuan siswa yang


terjadi secara berulang dan eksplisit [3]. Kesalahan
Problematika pada materi aljabar yang terjadi di disini berarti penyimpangan dari solusi yang benar dari
SMP Negeri 33 Semarang dan SMP Muhammadiyah 3 suatu masalah [4], seperti kesalahan representasi,
Kaliwungu diantaranya siswa masih banyak asosiasi, kesalahan akibat kurangnya penguasaan
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal konsep/proses sebelumnya [5], kesalahan konsep dan
operasi bentuk aljabar, sebagai contoh bentuk 2x + 3y proses aritmetika, kesalahan penerapan aturan atau
dipahami sebagai 5xy, pada penyederhanaan bentuk prosedur yang berlaku pada aljabar, dan kesalahan
aljabar pecahan siswa masih sering melakukan definisi, sifat-sifat, dan makna penyimbolan aljabar [6].
miskanselasi dan langsung mengoperasikan kedua Jadi miskonsepsi aljabar merupakan kesalahan
bentuk aljabar tersebut tanpa menyederhanakan representasi, asosiasi, penguasaan fakta dan konsep
penyebutnya terlebih dahulu. Hal-hal tersebut aritmetika yang tidak tepat, penerapan aturan atau
mengindikasikan bahwa siswa tidak menggunakan strategi yang salah, kesalahan definisi, sifat-sifat, dan
pengetahuannya pada aritmetika untuk bekerja pada makna penyimbolan aljabar yang tersimpan dalam
materi aljabar. Siswa juga masih kesulitan dan pemikiran siswa dan terjadi secara berulang/identik
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal pada konteks yang berbeda.
cerita dalam materi aljabar. Kesulitan yang paling Berkaitan dengan kemampuan aljabar, ada tiga
mendasar yang dialami siswa adalah klasifikasi kemampuan aljabar, yaitu: 1) kemampuan
merepresentasikan masalah pada soal ke bentuk generasional: mampu menentukan makna variabel dan
matematika. merepresentasikan masalah dalam hubungan antar
Kesalahan konseptual dan prosedural siswa pada variabel, 2) kemampuan transformasional: mampu
materi aljabar tentunya akan mengakibatkan kendala menentukan bentuk aljabar yang ekivalen dan
bagi proses belajar siswa. Salah satu cara untuk melakukan operasi bentuk aljabar, 3) kemampuan
mencari tahu kesulitan siswa dalam materi aljabar meta-global: mampu menggunakan aljabar sebagai alat
adalah dengan mengidentifikasi kesalahan siswa dan bukti dan pemodelan matematika [7]. Berdasarkan
menyelidiki alasan dibalik terjadinya kesalahan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan
tersebut [1]. mengadopsi ketiga jenis kemampuan aljabar tersebut
Gagasan miskonsepsi merujuk pada garis pemikiran sebagai dasar penentuan klasifikasi kemampuan aljabar
yang menyebabkan serangkaian kesalahan yang siswa.
dihasilkan dari kesalahan premis yang mendasari suatu Kenyataan yang terjadi saat ini adalah bahwa masih
konsep atau proses tertentu, bukan kesalahan sporadis relatif sedikit penelitian yang dilakukan untuk
yang tidak sistematis [2]. Miskonsepsi merupakan menganalisis miskonsepsi dan kemampuan siswa yang
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Publikasi Hasil Penelitian pada Jurnal Ilmiah Terakreditasi, 29 November 2014,
Universitas Negeri Semarang

didasarkan pada gabungan konsep-konsep pada materi


aljabar di tingkat SMP. Penelusuran dari berbagai
literatur dan publikasi hasil penelitian tentang
miskonsepsi siswa pada materi aljabar menunjukkan
bahwa penelitian-penelitian tersebut masing-masing
secara terpisah fokus pada konsepsi variabel,
persamaan, pertidaksamaan, atau masalah verbal (soal
cerita) dalam aljabar.
Berdasarkan fenomena dan penjelasan di atas dirasa
perlu untuk dilakukan penelitian tentang analisis
miskonsepsi dan kemampuan aljabar siswa kelas VIII.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan miskonsepsi dan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan persoalan aljabar. GAMBAR 1. Persentase Tingkat Kemampuan Aljabar
Siswa Kelas VIII
METODE PENELITIAN Miskonsepsi yang muncul dari tiap konten
materi aljabar yang diteliti adalah menganggap
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif variabel dapat dimisalkan langsung dengan
deskriptif. Instrumen pengumpulan data yang bilangan tertentu (konstanta sebagai variabel). Pada
digunakan adalah tes materi aljabar dan pedoman miskonsepsi ini menunjukkan bahwa siswa belum
wawancawa. Tes materi aljabar yang disusun sepenuhnya memahami konsep variabel sebagai
sebanyak 12 nomor. Konten materi aljabar yang sesuatu yang belum diketahui nilainya. Misalnya,
diteliti meliputi variabel, operasi bentuk aljabar, pada soal diketahui harga pensil adalah p rupiah
pemfaktoran, dan sistem persamaan linear dua dan harga buku adalah b rupiah, siswa mencoba
variabel (SPLDV). Klasifikasi kemampuan aljabar menerjemahkan soal ini dalam situasi nyata sesuai
pada penelitian ini yaitu kemampuan generasional, dengan harga pensil dan buku yang mereka ketahui,
transformasional, dan meta global. ada kecenderungan siswa untuk mengganti harga
Subjek penelitian ini adalah 102 siswa kelas VIII pensil dan buku dengan nilai tertentu.
dengan rincian 61 siswa di SMP Negeri 33 Semarang Pada konsep variabel terjadi juga miskonsepsi
dan 41 siswa di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu. lainnya dimana siswa menganggap variabel sebagai
Hasil jawaban siswa dianalisis kesalahan dan label. Pada soal terkait harga pensil dan buku ada
miskonsepsinya, selanjutnya dipilih 12 orang siswa siswa yang menganggap p dan b bukan sebagai
untuk diwawancarai. Siswa yang akan diwawancarai variabel yang masing-masing menyatakan harga
adalah siswa yang melakukan kesalahan secara sebuah pensil dan buku, melainkan sebagai label,
sistematis atau berulang, artinya kesalahan yang yaitu p merupakan pensil dan b merupakan buku
dilakukan identik pada beberapa item soal berdasarkan tulis. Setelah dilakukan identifikasi ternyata
materi yang diteliti. miskonsepsi tersebut tidak lepas dari pola
penjelasan guru yang selama ini menganalogikan
HASIL DAN DISKUSI variabel dengan objek tertentu.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru
Penelusuran miskonsepsi siswa dilakukan matematika yang mengajar di dua sekolah tersebut
dengan mengidentifikasi kesalahan yang terjadi diperoleh informasi yang identik, bahwa selama ini
secara berulang pada beberapa item soal atau memberikan penjelasan kepada siswa bahwa
konten lainnya. Miskonsepsi siswa yang disajikan variabel merupakan pemisalan dari objek yang
berupa jenis miskonsepsi dan persentasenya. akan direpresentasikan. Penjelasan tersebut juga
Persentase tersebut diperoleh dari perbandingan ternyata diterapkan pada operasi bentuk aljabar,
banyak siswa yang melakukan satu bentuk misalnya 2x + 3x, guru memberi penjelasan bahwa
kesalahan dibagi banyaknya siswa yang menjawab misalkan saja x adalah pisang, maka 2x + 3x sama
satu nomor soal. Jenis miskonsepsi dan persentase artinya dengan 2 pisang + 3 pisang = 5 pisang.
tiap materi disajikan pada Tabel 1. Selain sebagai sesuatu yang belum diketahui,
Berkaitan dengan kemampuan aljabar siswa konsep variabel juga berkaitan dengan generalisasi
kelas VIII diperoleh hasil berdasarkan persentase bilangan. Berkaitan dengan hal tersebut ditemukan
siswa pada kriteria kemampuan tinggi, sedang, dan miskonsepsi siswa yang menganggap variabel
rendah. Penentuan kriteria tinggi, sedang, dan hanya merepresentasikan nilai/bilangan tertentu
rendah didasarkan pada total skor siswa pada saja.
nomor soal yang termasuk kemampuan
generasional, transformasional, dan meta global.
Tingkat kemampuan aljabar siswa kelas VIII
tersebut disajikan pada Gambar 1.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Publikasi Hasil Penelitian pada Jurnal Ilmiah Terakreditasi, 29 November 2014,
Universitas Negeri Semarang

TABEL 1. Persentase Miskonsepsi Aljabar Siswa Kelas VIII


Materi
Miskonsepsi Operasi B.
Variabel Pemfaktoran SPLDV
Aljabar
Menganggap konstanta sebagai variabel, kurang memahami
konsep variabel sebagai sesuatu yang belum diketahui 26.47 36.60 2.22 16.63
nilainya
Menganggap variabel sebagai label 3.00 0.00 0.00 37.08
Menganggap variabel hanya merepresentasikan nilai/bilangan
66.67 58.29 0.00 0.00
tertentu saja
Konjoining operasi penjumlahan dan perkalian 29.41 23.37 0.00 10.64
Menganggap bentuk aljabar sebagai persamaan 0.00 4.71 2.22 0.00
Pemahaman yang tidak tepat tentang sifat distributif 0.00 30.43 2.22 0.00
Miskanselasi dan menganggap faktor
0.00 5.88 9.72 0.00
ax2+bx+c = x(ax + b) + c = (x + c)(ax + b)
Menggunakan cara menebak untuk menyelesaikan soal-soal
11.11 0.00 0.00 35.57
SPLDV
Menyelesaikan soal cerita dengan penjelasan verbal 0.00 0.00 1.06 86.81

Ketika siswa diminta menunjukkan syarat agar Tetapi, dalam pembelajaran artimatika siswa
2n > n + 2 dipenuhi untuk n anggota himpunan belum sepenuhnya mempersiapkan bekal
bilangan asli, siswa hanya mengganti nilai n pengetahuan yang akan digunakan pada aljabar.
dengan bilangan asli tertentu saja sehingga Miskonsepsi lainnya adalah mengubah bentuk
diperoleh hubungan 2n < n + 2, 2n = n + 2, dan aljabar menjadi persamaan. Ketika siswa diminta
2n > n + 2, tanpa memberi kesimpulan apapun menyederhanakan suatu bentuk aljabar, justru
secara deduktif. Memang dalam pembelajaran siswa mengubahnya dalam bentuk persamaan.
matematika di SMP, meskipun pada akhirnya Miskonsepsi ini tenyata ada kaitannya juga
siswa diharapkan mampu berpikir deduktif, dengan konsep variabel, dimana siswa yang
namun dalam prosesnya dapat digunakan pola belajar aljabar sering berpikir bahwa variabel
pikir induktif [8]. merepresentasikan suatu bilangan yang belum
Miskonsepsi siswa tentang variabel diketahui [11], akibatnya orientasi siswa pada
menunjukkan bahwa siswa masih lemah pada bentuk aljabar pun terfokus untuk mencari solusi
penguasaan kemampuan generasional, padahal seperti pada persamaan.
kemampuan tersebut merupakan hal paling Kurangnya pemahaman pada materi pecahan
mendasar untuk mempelajari aljabar. Beberapa menyebabkan terjadinya miskanselasi dan
penjelasan terkait miskonsepsi siswa tentang pemahaman terhadap proses tersebut terbatas
variabel di atas menunjukkan kemampuan pada pemecahan masalah, bukan pemahaman
generasional yang rendah, siswa belum mampu simbolik. Siswa terlalu menyederhanakan bentuk
menentukan makna variabel dari suatu masalah, aljabar dengan melakukan proses kanselasi dan
cenderung memisalkan variabel dengan nilai atau pembagian suku yang salah.
bilangan tertentu, menganggap variabel hanya Miskanselasi dan pemfaktoran tentunya sangat
merepresentasikan beberapa nilai tertentu saja, berkaitan dan berhubungan dengan kesalahan
dan tidak bisa membedakan antara variabel dan menerapkan sifat distributif. Kesalahan sifat
label. distributif yang berkaitan dengan sifat-sifat
Miskonsepsi lainnya yang teridentifikasi dari operasi bilangan ini semakin menegaskan bahwa
adalah konjoining operasi penjumlahan dan pemahaman sifat struktur aritmetika sangat
perkalian. Siswa menuliskan 3p + 5b = 8pb, hal dibutuhkan dalam transisi aritmetika ke aljabar.
ini menunjukkan siswa masih menganggap bahwa Operasi bentuk aljabar yang melibatkan sifat-
bentuk aljabar yang terbuka seperti itu sebagai sifat operasi merupakan bagian dari aspek
bentuk yang tidak lengkap dan menerapkan hal transformasional. Berbagai kesalahan dan
yang sama pada operasi penjumlahan bilangan miskonsepsi yang terjadi terkait operasi bentuk
bulat. aljabar dan sifat-sifatnya menunjukkan
Miskonsespsi konjoining operasi penjumlahan lemah/rendahnya penguasaan kemampuan
dan perkalian merupakan inti dari permasalahan transformasional. Siswa yang memiliki
transisi aritmetika menuju aljabar, terjadi kemampuan transformasional rendah masih
“diskontinuitas kognitif” dalam transisi tersebut melakukan kesalahan terkait sifat-sifat operasi
[9]. Transisi dari aritmetika menuju aljabar juga yang berlaku pada bentuk aljabar, mengubah
melibatkan transisi pengetahuan yang dibutuhkan bentuk aljabar menjadi persamaan, belum
dalam mengerjakan masalah aritmetika (operasi memahami bahwa variabel sebagai objek yang
pada bilangan) menuju pengetahuan untuk dioperasikan, dan belum mampu melakukan
menyederhanakan bentuk atau menyelesaikan pemfaktoran dengan benar.
persamaan aljabar (operasi pada variabel) [10]. Jawaban menebak merupakan miskonsepsi
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Publikasi Hasil Penelitian pada Jurnal Ilmiah Terakreditasi, 29 November 2014,
Universitas Negeri Semarang

yang terjadi pada konsep variabel dan SPLDV tidak memahami proses pemfaktoran.
yang melibatkan soal cerita. Miskonsepsi ini Miskonsepsi aljabar yang menunjukkan
terjadi ketika siswa nampaknya berusaha rendahnya kemampuan meta global adalah
memperoleh jawaban yang benar namun tidak ada kecenderungan menggunakan cara menebak
petunjuk yang jelas bahwa informasi yang untuk menyelesaikan soal-soal SPLDV, dan
dinyatakan sebagai hasil/jawaban soal berasal dari menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan
suatu proses operasi matematik yang tepat. memberikan penjelasan verbal. Kemampuan
Pada penyelesaian soal cerita, siswa perlu generasional dan transformasional yang sedang
menguasai tiga bidang konseptual aljabar, yakni: belum menunjang siswa mencapai kemampuan
variabel, bentuk aljabar, dan persamaan, karena meta global yang baik.
masalah soal cerita mungkin berisi konsep yang
berkaitan satu sama lain. Inilah yang juga menjadi REFERENSI
salah satu alasan bahwa soal cerita sulit bagi
siswa. Kadang-kadang, tidak ada metode yang 1. L. R. Booth, “Children's Difficulties in Beginning
jelas yang dapat digunakan untuk memecahkan Algebra,” in The Ideas of Algebra K-12, edited by
masalah yang disajikan. Menggunakan cara Coxford and A. P. Shulte , Reston, VA: NCTM,
menebak akhirnya menjadi salah satu alternatif 1988, pp. 20-23.
untuk menjawab soal yang diberikan. 2. Nesher, Towards an Intructional Theory: The Role Of
Miskonsepsi lainnya yang paling banyak Student’s Misconceptions, For the Learning Of
dilakukan pada soal cerita adalah penjelasan Mathematics 7(3), 33-39 (1987).
3. G. Leinhardt, O. Zaslavsky, and M. K. Stein,
secara verbal. Meskipun jawaban secara verbal
Functions, Graphs, and Graphing, Review of
benar, namun ini menunjukkan siswa belum Educational Research 60(1), 1-64 (1990).
mampu berpikir secara abstrak, terbukti dari 4. R. Young and T. O’Shea, Errors in Children’s
penggunaan bahasa verbal yang mendominasi Subtraction, Cognitive Science 5(2), 153-177 (1981).
ketimbang penggunaan simbol-simbol aljabar 5. H. Radatz, Error Analysis In Mathematics Education,
[12]. Hal tersebut menunjukkan siswa belum Journal for Research in Mathematics Education 3(10),
menguasai sepenuhnya kemampuan meta global 163-172 (1979).
yang berkaitan dengan memodelkan masalah 6. R. R. Barrera, M. P. Medina, and M. C. Robayna,
dalam bentuk matematik. “Cognitive Abilities and Errors of Students in
Bila diperhatikan pada Gambar 1, kemampuan Secondary School in Algebraic Language Processes” in
generasional dan transformasional siswa kelas Algebraic Thinking, edited by D. E. McDougall and
J. A. Ross, Proceedings of the Twenty-sixth Annual
VIII dominan pada tingkat kemampuan yang
Meeting of the North American Chapter of the
sedang ketimbang tingkat kemampuan yang International Group for the Psychology of Mathematics
tinggi dan rendah. Namun pada kemampuan meta Education, Ontario Institute for studies in Education,
global persentase siswa yang kemampuannya Toronto, 2004, pp. 253-260.
rendah semakin meningkat. Hal ini menunjukkan 7. C. Kieran, Algebraic Thinking in the Early Grades:
bahwa kemampuan generasional dan What Is It? The Mathematics Educator 8(1), 139-151
transformasional yang sedang belum mampu (2004).
menunjang siswa untuk mencapai kemampuan 8. Rochmad, Proses Berpikir Induktif dan Deduktif
meta global yang lebih baik. dalam Mempelajari Matematika, Jurnal Kreano 1(2),
107-117 (2010).
9. K. Stacey and M. MacGregor, Learning the Algebraic
KESIMPULAN Method of Solving Problems, Journal of Mathematical
Behaviour 18(2), 149–167 (2000).
Miskonsepsi aljabar pada konsep variabel, 10. E. Warren, The Role of Arithmetic Structure in the
operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan SPLDV Transition from Arithmetic to Algebra, Mathematics
berkaitan dengan rendahnya kemampuan Education Research Journal 15(2), 122-137 (2003).
generasional, transformasional, dan meta global 11. T. L. Carpenter and L. Levi, Developing Conceptions
dengan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi aljabar of Algebraic Reasoning in The Primary Grades,
yang berkaitan dengan kemampuan generasional Madison: National Center For Improving Student
siswa diantaranya menganggap variabel dapat Learning & Achievement In Mathematics & Science,
2000, pp. 1-18.
dimisalkan dengan bilangan tertentu, kurang
12. T. Breiteig and Grevholm, “The Transition From
memahami konsep variabel sebagai sesuatu yang Arithmetic To Algebra: To Reason, Explain, Argue,
belum diketahui nilainya, menganggap variabel Generalize and Justify,” In Proceedings 30th
sebagai label, dan menganggap variabel hanya Conference of the International Group for the
merepresentasikan nilai/bilangan tertentu saja, Psychology of Mathematics Education, edited by J.
bukan sebagai generalisasi anggota suatu Novotná, et al., PME, Prague, 2006, pp. 225-232.
himpunan bilangan. Miskonsepsi aljabar terkait
kemampuan transformasional diantaranya
konjoining operasi penjumlahan dan perkalian,
menganggap sama bentuk aljabar dan persamaan,
penerapan sifat distributif yang tidak tepat, dan

Anda mungkin juga menyukai