2014,
Universitas Negeri Semarang
Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 33 Semarang dan SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu yang
bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi dan kemampuan aljabar siswa di kelas VIII. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 102 siswa kelas VIII dengan
rincian 61 siswa di SMP Negeri 33 Semarang dan 41 siswa di SMP Muhammadiyah 3 Kaliwungu. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pedoman wawancara. Tes materi aljabar yang disusun meliputi
konsep variabel, operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Miskonsepsi aljabar pada konsep variabel, operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan SPLDV berkaitan dengan
rendahnya kemampuan generasional, transformasional, dan meta global dengan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi
aljabar yang berkaitan dengan kemampuan generasional siswa diantaranya menganggap variabel dapat dimisalkan
dengan bilangan tertentu, menganggap variabel sebagai label, dan menganggap variabel hanya merepresentasikan
nilai/bilangan tertentu saja, bukan sebagai generalisasi anggota suatu himp unan bilangan. Miskonsepsi aljabar
terkait kemampuan transformasional diantaranya konjoining operasi penjumlahan dan perkalian, menganggap sama
bentuk aljabar dan persamaan, penerapan sifat distributif yang tidak tepat, dan tidak memahami proses pemfaktora n.
Miskonsepsi aljabar yang menunjukkan rendahnya kemampuan meta global adalah kecenderungan menggunakan
cara menebak untuk menyelesaikan soal-soal SPLDV, dan menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan memberikan
penjelasan verbal.
Kata kunci: miskonsepsi, kemampuan aljabar, generasional, transformasional, meta global.
Ketika siswa diminta menunjukkan syarat agar Tetapi, dalam pembelajaran artimatika siswa
2n > n + 2 dipenuhi untuk n anggota himpunan belum sepenuhnya mempersiapkan bekal
bilangan asli, siswa hanya mengganti nilai n pengetahuan yang akan digunakan pada aljabar.
dengan bilangan asli tertentu saja sehingga Miskonsepsi lainnya adalah mengubah bentuk
diperoleh hubungan 2n < n + 2, 2n = n + 2, dan aljabar menjadi persamaan. Ketika siswa diminta
2n > n + 2, tanpa memberi kesimpulan apapun menyederhanakan suatu bentuk aljabar, justru
secara deduktif. Memang dalam pembelajaran siswa mengubahnya dalam bentuk persamaan.
matematika di SMP, meskipun pada akhirnya Miskonsepsi ini tenyata ada kaitannya juga
siswa diharapkan mampu berpikir deduktif, dengan konsep variabel, dimana siswa yang
namun dalam prosesnya dapat digunakan pola belajar aljabar sering berpikir bahwa variabel
pikir induktif [8]. merepresentasikan suatu bilangan yang belum
Miskonsepsi siswa tentang variabel diketahui [11], akibatnya orientasi siswa pada
menunjukkan bahwa siswa masih lemah pada bentuk aljabar pun terfokus untuk mencari solusi
penguasaan kemampuan generasional, padahal seperti pada persamaan.
kemampuan tersebut merupakan hal paling Kurangnya pemahaman pada materi pecahan
mendasar untuk mempelajari aljabar. Beberapa menyebabkan terjadinya miskanselasi dan
penjelasan terkait miskonsepsi siswa tentang pemahaman terhadap proses tersebut terbatas
variabel di atas menunjukkan kemampuan pada pemecahan masalah, bukan pemahaman
generasional yang rendah, siswa belum mampu simbolik. Siswa terlalu menyederhanakan bentuk
menentukan makna variabel dari suatu masalah, aljabar dengan melakukan proses kanselasi dan
cenderung memisalkan variabel dengan nilai atau pembagian suku yang salah.
bilangan tertentu, menganggap variabel hanya Miskanselasi dan pemfaktoran tentunya sangat
merepresentasikan beberapa nilai tertentu saja, berkaitan dan berhubungan dengan kesalahan
dan tidak bisa membedakan antara variabel dan menerapkan sifat distributif. Kesalahan sifat
label. distributif yang berkaitan dengan sifat-sifat
Miskonsepsi lainnya yang teridentifikasi dari operasi bilangan ini semakin menegaskan bahwa
adalah konjoining operasi penjumlahan dan pemahaman sifat struktur aritmetika sangat
perkalian. Siswa menuliskan 3p + 5b = 8pb, hal dibutuhkan dalam transisi aritmetika ke aljabar.
ini menunjukkan siswa masih menganggap bahwa Operasi bentuk aljabar yang melibatkan sifat-
bentuk aljabar yang terbuka seperti itu sebagai sifat operasi merupakan bagian dari aspek
bentuk yang tidak lengkap dan menerapkan hal transformasional. Berbagai kesalahan dan
yang sama pada operasi penjumlahan bilangan miskonsepsi yang terjadi terkait operasi bentuk
bulat. aljabar dan sifat-sifatnya menunjukkan
Miskonsespsi konjoining operasi penjumlahan lemah/rendahnya penguasaan kemampuan
dan perkalian merupakan inti dari permasalahan transformasional. Siswa yang memiliki
transisi aritmetika menuju aljabar, terjadi kemampuan transformasional rendah masih
“diskontinuitas kognitif” dalam transisi tersebut melakukan kesalahan terkait sifat-sifat operasi
[9]. Transisi dari aritmetika menuju aljabar juga yang berlaku pada bentuk aljabar, mengubah
melibatkan transisi pengetahuan yang dibutuhkan bentuk aljabar menjadi persamaan, belum
dalam mengerjakan masalah aritmetika (operasi memahami bahwa variabel sebagai objek yang
pada bilangan) menuju pengetahuan untuk dioperasikan, dan belum mampu melakukan
menyederhanakan bentuk atau menyelesaikan pemfaktoran dengan benar.
persamaan aljabar (operasi pada variabel) [10]. Jawaban menebak merupakan miskonsepsi
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Publikasi Hasil Penelitian pada Jurnal Ilmiah Terakreditasi, 29 November 2014,
Universitas Negeri Semarang
yang terjadi pada konsep variabel dan SPLDV tidak memahami proses pemfaktoran.
yang melibatkan soal cerita. Miskonsepsi ini Miskonsepsi aljabar yang menunjukkan
terjadi ketika siswa nampaknya berusaha rendahnya kemampuan meta global adalah
memperoleh jawaban yang benar namun tidak ada kecenderungan menggunakan cara menebak
petunjuk yang jelas bahwa informasi yang untuk menyelesaikan soal-soal SPLDV, dan
dinyatakan sebagai hasil/jawaban soal berasal dari menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan
suatu proses operasi matematik yang tepat. memberikan penjelasan verbal. Kemampuan
Pada penyelesaian soal cerita, siswa perlu generasional dan transformasional yang sedang
menguasai tiga bidang konseptual aljabar, yakni: belum menunjang siswa mencapai kemampuan
variabel, bentuk aljabar, dan persamaan, karena meta global yang baik.
masalah soal cerita mungkin berisi konsep yang
berkaitan satu sama lain. Inilah yang juga menjadi REFERENSI
salah satu alasan bahwa soal cerita sulit bagi
siswa. Kadang-kadang, tidak ada metode yang 1. L. R. Booth, “Children's Difficulties in Beginning
jelas yang dapat digunakan untuk memecahkan Algebra,” in The Ideas of Algebra K-12, edited by
masalah yang disajikan. Menggunakan cara Coxford and A. P. Shulte , Reston, VA: NCTM,
menebak akhirnya menjadi salah satu alternatif 1988, pp. 20-23.
untuk menjawab soal yang diberikan. 2. Nesher, Towards an Intructional Theory: The Role Of
Miskonsepsi lainnya yang paling banyak Student’s Misconceptions, For the Learning Of
dilakukan pada soal cerita adalah penjelasan Mathematics 7(3), 33-39 (1987).
3. G. Leinhardt, O. Zaslavsky, and M. K. Stein,
secara verbal. Meskipun jawaban secara verbal
Functions, Graphs, and Graphing, Review of
benar, namun ini menunjukkan siswa belum Educational Research 60(1), 1-64 (1990).
mampu berpikir secara abstrak, terbukti dari 4. R. Young and T. O’Shea, Errors in Children’s
penggunaan bahasa verbal yang mendominasi Subtraction, Cognitive Science 5(2), 153-177 (1981).
ketimbang penggunaan simbol-simbol aljabar 5. H. Radatz, Error Analysis In Mathematics Education,
[12]. Hal tersebut menunjukkan siswa belum Journal for Research in Mathematics Education 3(10),
menguasai sepenuhnya kemampuan meta global 163-172 (1979).
yang berkaitan dengan memodelkan masalah 6. R. R. Barrera, M. P. Medina, and M. C. Robayna,
dalam bentuk matematik. “Cognitive Abilities and Errors of Students in
Bila diperhatikan pada Gambar 1, kemampuan Secondary School in Algebraic Language Processes” in
generasional dan transformasional siswa kelas Algebraic Thinking, edited by D. E. McDougall and
J. A. Ross, Proceedings of the Twenty-sixth Annual
VIII dominan pada tingkat kemampuan yang
Meeting of the North American Chapter of the
sedang ketimbang tingkat kemampuan yang International Group for the Psychology of Mathematics
tinggi dan rendah. Namun pada kemampuan meta Education, Ontario Institute for studies in Education,
global persentase siswa yang kemampuannya Toronto, 2004, pp. 253-260.
rendah semakin meningkat. Hal ini menunjukkan 7. C. Kieran, Algebraic Thinking in the Early Grades:
bahwa kemampuan generasional dan What Is It? The Mathematics Educator 8(1), 139-151
transformasional yang sedang belum mampu (2004).
menunjang siswa untuk mencapai kemampuan 8. Rochmad, Proses Berpikir Induktif dan Deduktif
meta global yang lebih baik. dalam Mempelajari Matematika, Jurnal Kreano 1(2),
107-117 (2010).
9. K. Stacey and M. MacGregor, Learning the Algebraic
KESIMPULAN Method of Solving Problems, Journal of Mathematical
Behaviour 18(2), 149–167 (2000).
Miskonsepsi aljabar pada konsep variabel, 10. E. Warren, The Role of Arithmetic Structure in the
operasi bentuk aljabar, pemfaktoran, dan SPLDV Transition from Arithmetic to Algebra, Mathematics
berkaitan dengan rendahnya kemampuan Education Research Journal 15(2), 122-137 (2003).
generasional, transformasional, dan meta global 11. T. L. Carpenter and L. Levi, Developing Conceptions
dengan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi aljabar of Algebraic Reasoning in The Primary Grades,
yang berkaitan dengan kemampuan generasional Madison: National Center For Improving Student
siswa diantaranya menganggap variabel dapat Learning & Achievement In Mathematics & Science,
2000, pp. 1-18.
dimisalkan dengan bilangan tertentu, kurang
12. T. Breiteig and Grevholm, “The Transition From
memahami konsep variabel sebagai sesuatu yang Arithmetic To Algebra: To Reason, Explain, Argue,
belum diketahui nilainya, menganggap variabel Generalize and Justify,” In Proceedings 30th
sebagai label, dan menganggap variabel hanya Conference of the International Group for the
merepresentasikan nilai/bilangan tertentu saja, Psychology of Mathematics Education, edited by J.
bukan sebagai generalisasi anggota suatu Novotná, et al., PME, Prague, 2006, pp. 225-232.
himpunan bilangan. Miskonsepsi aljabar terkait
kemampuan transformasional diantaranya
konjoining operasi penjumlahan dan perkalian,
menganggap sama bentuk aljabar dan persamaan,
penerapan sifat distributif yang tidak tepat, dan