Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian
pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga
menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik,
stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku
yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan
visi pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat”. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi
percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang
disebut dengan Desa Siaga.

1
Desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri.
Pada intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Untuk dapat dan mampu hidup sehat, masyarakat
perlu mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, baik sebagai individu, keluarga, ataupun
sebagai bagian dari anggota masyarakat.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan desa siaga ?
2. Bagaimana langkah-langkah pengembangan desa siaga ?
3. Bagaimana peran jajaran kesehatan ?
4. Bagaimana indikator keberhasilan ?
5. Bagaimana kegiatan POSKESDES ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar desa siaga
2. Untuk mengetahui langkah- langkah pengembangan desa siaga
3. Untuk mengetahui peran jajaran kesehatan
4. Untuk mengetahui konsep dasar POSKESDES

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduk nya memiliki kesiap
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan,
secara mandiri. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, Desa siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep
peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah
bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di
samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri
B. Tujuan Desa Siaga
1. Tujuan Umum
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya
meningkat.

3
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di setiap tingkat pemerintah.
b. Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
pusat, provinsi kabupaten, kota, kecamatan, desa, dan kelurahan untuk
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
c. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di
desa dan kelurahan.
d. Mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan surveilans berbasi
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu, pertumbuhan
anak, lingkungan dan perilaku).
e. Meningaktkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun sumber
daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan swasta/dunia
usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
f. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga di desa atau kelurahan.
C. Sasaran Desa Siaga
1. Sasaran Desa Siaga
a. Sasaran LangsungWanita usia Subur, Ibu pra hamil, Ibu Hamil, Ibu
Bersalin, Ibu Nipas, Bayi dan seluruh anggota masyarakat lainnya dan
keluarganya.
b. Sasaran Tidak Langsung
1) Pemerintah daerah dan semua Dinas, Badan dan Lembaga terkait di
Kabupaten/Kota
2) Tokoh Masyarakat Informasi dan ulama, pembuka masyarakat di
tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa
3) Institusi Masyarakat disemua tingkat seperti organisasi profesi (IBI,
POGI, IDAI dll), LSM, PKK, dll. Dan diharapkan dapat berpungsi :
a) Sebagai pembuat kebijakan dan strategi serta Melaksanakan
pembinaan,Koordinasi dan pembiayaan

4
b) Untuk membantu menciptakan mekanisme/Sistem kewaspadaan
Masyarakat dan mencegah 3 terlambaat
c) Untuk membantu mencegah mekanisme/sisitem kewaspadaan
masyarakat dan mencegah 3 terlambat dan memberikan informasi
tentang Kabupaten/Desa Siaga.
D. Kriteria Desa Siaga
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat
terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan
dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
buka atau memberikan pelayanan setiap hari
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan :
a. Surveilans berbasis masyarakat
b. Penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan
c. Penyehatan lingkungan
5. Tercapainya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau
Kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
7. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga di
desa atau kelurahan.
E. Langkah-langkah dalam Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
1. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan
lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para
petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis
maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang

5
disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dari langkah ini
adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
kerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkash ini adalah untuk mepersiapkan para petugas, tokoh
masyarakat, serta masyarakat (Forum Kesehatan Desa), agar mereka tahu
dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga.
Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu maupun dana atau sumber daya lain, sehingga
pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar meraka
memahami dan mebdukung, khususnya dalam membentuk opini publik
guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan
persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Jika di
daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta
organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini
diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau Tela’ah Mawas Diri (TMD) atau
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat
mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan
oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau tekat untuk

6
mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Desa. Untuk
itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan
bagi mereka.Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-
masalah kesehatan serta daftar potensi di Desa yang dapat didayagunakan
dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam
rangka membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini
adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya
membangun Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki Desa.
Disamping itu juga perlu untuk menyusun rencana jangka panjang
pengembangan Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah
sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung
pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan
sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau
mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu
diperlukan advokasi). Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD
disampaikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta
harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk
penentuan prioritas, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan
Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut :
1) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dam kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pimpinan formal Desa dan tokoh masyarakat serta beberapa
wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat,

7
sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dan difasilitasi oleh
Puskesmas.
2) Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader Desa
yang telah ditetapkan perlu diberika orientasi atau pelatihan.
Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan pedoman orientasi/ pelatihan yang berlaku. Materi
orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa
dalam rangka. Pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah
dirumuskan dalam rencana operasional), yaitu meliputi pengelolaan Desa
Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes,
pembangunan dan pengelolaan UKBM lain serta hal-hal penting terkait
seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar
Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular,
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-
PLP), kegawat-daruratan sehari-hari, kesiap siagaan bencana, kejadian
luar biasa (KLB), warung obat Desa (WOD), diversifikasi pertanian
tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), dan lain-lain.
3) Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain.
Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari
polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu
dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja alternatif lain
pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana
Poskesdes tersebut akan diadakan membangun baru dengan fasilitas
dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur,
membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi
bangunan lain yang ada. Bila mana Poskesdes sudah berhasil
diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM lain

8
seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan
yang berlaku.
4) Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka Desa yang bersangkutan
telah ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi
dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara
rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat,
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat daruratan
dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemberdayaan
masyarakat menuju kadarzi dan PHBS, penyehatan lingkungan serta
pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu diselenggarakan
pula pelayanan UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
5) Pembinaan Dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk
memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama
dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa
Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara Internal di
dalam Desa sendiri dan atau Temu jejaring antar Desa Siaga (minimal
sekali dalam setahun). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga
diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak
kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya
dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu

9
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader
agar tidak drop out, kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan
kebutuhan sosial psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang
masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu
untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian
gaji/intensif atau fasilitas agar dapat berwirausaha. Untuk dapat dilihat
perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi.
Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh
kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya: atau RIAD
dalam Sistem Informasi Posyandu).
F. Peran Jajaran Kesehatan
1. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung
tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan
penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan
masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun
peran Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
b. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan
desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
c. Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
d. Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
2. Peran Rumah Sakit
a. Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan
pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran
Rumah Sakit adalah: Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

10
b. Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana di Desa Siaga.
c. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana.
3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten /
Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
b. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk
PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
c. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi
kesehatan di Rumah Sakit.
d. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi
Fasilitator Pengembangan Desa Siaga.
e. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
f. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
g. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan
teknis terhadap Desa Siaga.
h. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa
Siaga.
4. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.

11
b. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
c. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan
rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
d. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga
dengan metode kalakarya (interrupted training).
e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
f. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
g. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa
Siaga.
5. Peran Departemaen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:
a. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
b. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit,
serta Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
c. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
d. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi /
pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan
dan bencana berbasis masyarakat.
e. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
f. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
g. Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
h. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

12
G. Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan pelaksanaan Desa Siaga dapat diukur berdasarkan 3 indikator di
bawah ini, antara lain :
1. Indikator masukan (input)
a. Ada atau tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada atau tidaknya sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi desa yang
tidak punya akses Puskesmas/pustu : ada atau tidaknya poskesdes dan
bangunannya)
c. Ada atau tidaknya UKBM lain
d. Ada atau tidaknya tenaga kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat)
e. Adanya kader minimal 2 orang
f. Ada atau tidaknya dana untuk kesehatan masyarakat desa. (5)
2. Indikator Proses (Process)
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi atau tidaknya pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes :
1) Adanya kelompok Tabulin/Dasolin
2) Adanya sistem transportasi rujukan di desa, ambulan desa
3) Adanya kelompok donor darah desa/calon donor darah
4) Adanya Posyandu Siaga : buka setiap bulan(5)
c. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
d. Berfungsi atau tidaknya sistem kesiap siagaan dan penanggulangan
kegawat daruratan dan bencana. Adanya sistem rujukan berbasis
masyarakat/sistem tanggap bencana
e. Berfungsi atau tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat :
1) Adanya notifikasi & pemetaan ibu hamil dan sistem waspada (oleh
Desa Wisma)
2) Surveilance penyakit
f. Ada atau tidaknya kegiatan promosi kesehatan untuk KADARZI dan
PHBS.

13
3. Indikator Keluaran (out put)
a. Cakupan Persalinan oleh Nakes
b. Cakupan Rujukan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL
c. Cakupan Bumil, Bulin, Bufas dan BBL Risiko yang di tangani
d. Cakupan Komplikasi Kebidanan dan BBL yang ditangani
e. Cakupan pelayanan kesehatan dasar atau poskesdes.
4. Cakupan pelayanan UKBM lain
1) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa (KLB) yang
dilaporkan.
2) Cakupan rumah tangga yang mendapat promosi kesehatan untuk
KADARZI dan PHBS. (5)
H. POSKESDES
1. Pengertian POSKESDES
Poskesdes merupakan penggerak dalam pengembangan Desa Siaga
Aktif sehingga pengembangan Poskesdes terintegrasi dalam pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1529 tahun 2010 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Pos Kesehatan Desa,
selanjutnya disingkat dengan Poskesdes, adalah Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa. Poskesdes dibentuk sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar setiap hari bagi masyarakat di desa serta sebagai sarana
untuk mempertemukan upaya masyarakat dan dukungan Pemerintah.
Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sesuai
dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan kader kesehatan.

14
2. Langkah-langkah POSKESDES
a. Persiapan Internal
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para provider ,
atau petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas
teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para provider ini bisa
berbentuk sosialisasi, pertemuan dan pelatihan yang bersifat konsolidasi
yang tentunya disesuaikan dengan kondisi setempat. Luaran langkah ini
diharapkan para provider telah memahami tugas dan fungsinya, dan siap
untuk melakukan pendekatan pada pemangku kepentingan ( stakeholder)
dan masyarakat.
b. Persiapan Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat,
terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu
mendukung pengembangan Poskesdes. Pendekatan kepada para tokoh
masyarakat, diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam
pembentukan opini public untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan Poskesdes. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa
moril, financial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan
masyarakat untuk pengembangan Poskesdes. Langkah ini termasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan , agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa dana maupun kebijakan atau
anjuran, serta restu sehingga Poskesdes dapat berjalan lancer. Jika di
daerah tersebut telah terbentuk wadah – wadah kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan / Badan
Penyantun Puskesmas (BPP), bdan Pemberdayaan Desa , PKK, serta
Organisasi Kemasyarakatan lainnya hendaknya menjadi penggerak
dalam pengembangan Poskesdes.

15
c. Survei Mawas Diri
Survei Mawas diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS)
bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu
melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei ini harus dilakukan
oleh masyarakat setempat dengan bimbingan provider kesehatan dan
diharapkan agar mereka sadar akan permasalahan yang dihadapi di
desanya, serta dapat membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusi
nya berdasarkan potensi yang dimiliki. Untuk itu, sebelumnya perlu
dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi warga
masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD. Luaran SMD ini
adalah identifikasi permasalahn kesehatan serta daftar potensi di desa
yang didayagunakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
d. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaran musyawarah ini adalah untuk mencari
alternative penyelesaian masalah kesehatan hasil SMD dikaitkan dengan
potensi yang dimiliki desa. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah
sebaiknya berasal dari para tokoh masyarakat yang mendukung
pembentukan tokoh masyarakat yang mendukung pembentukan
Poskesdes. Peserta musyawarah ini adalah wakil – wakil tokoh
masyarakat termasuk perempuan dan generasi muda. Data serta temuan
lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah daftar
masalah kesehatan , data potensi , serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas ,
dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing –
masing individu yang diwakilinya, serta langkah – langkah pencegahan
untuk pembentukan Poskesdes.
e. Pembentukan Poskesdes
Secara operasional pembentukan Poskesdes dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut :
1) Pemilihan Pengurus dan Kader Poskesdes
2) Orientasi Pelatihan Kader Poskesdes

16
3) Pemenuhan / Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
a) Penempatan dan penugasan tenaga kesehatan, terutama bidan
sebagai penyelenggara Poskesdes oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota
b) Pelatihan Tenaga Kesehatan
Sebelum melaksanakan tugasnya, tenaga kesehatan diberikan
pelatihan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang harus
dimiliki serta tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Pengembangan Jejaring Kerja Sama
Memajukan Poskesdes perlu adanya pengembangan jejaring
kerjasama dengan berbagai pihak. Aktualisasi dari pengembangan
jejaring Poskesdes dapat dilakukan melalui temu jejaring UKBM secara
internal di dalam desa sendiri atau temu jejaring antar Poskesdes, serta
temu jejaring antar tenaga kesehatan (praktek swasta). Selain itu untuk
memantapkan kerjasama, juga diharapakan dapat dijadikan wahana
untuk melakukan tukar menukar pengalaman dan memecahkan masalah
– masalah yang dihadapi bersama.
3. Penyelenggaraan POSKESDES
Penyelenggaraan Kegiatan Poskesdes secara rutin dilaksanakan oleh
kader kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di desa tersebut dengan
bimbingan Puskesmas setempat dan sector terkait. Pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif (pengobatan) sesuai dengan kompetensi
petugas kesehatan yang ada di Poskesdes.
4. Pembinaan dan peningkatan POSKESDES
Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas
sektor. Pembinaan teknis kesehatan dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan
hal-hal non-teknis kesehatan dilakukan oleh Pemerintahan Desa, Forum
Desa Siaga Aktif dan lintas sektor di tingkat Kecamatan. Pembinaan
Poskesdes meliputi peningkatan pengetahuan baik petugas kesehatan,
kader kesehatan, pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan

17
keuangan. Pembinaan ini ditujukan untuk keberlangsungan operasional
dan berfungsinya Poskesdes. Pembinaan tersebut ditujukan pada
pengelolaan sumberdaya Poskesdes, yang terdiri dari dana, sarana
penunjang, dan sumberdaya manusia. Pembinaan dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari desa sampai pusat oleh berbagai pemangku
kepentingan (stakeholder). Adapun peran pembina Poskesdes tersebut
sebagai berikut.
a. Kepala Desa
1) Memberikan produk hukum guna kelancaran operasional Poskesdes.
2) Menggalang Kader kesehatan dan tenaga PKK.
3) Mengupayakan infrastruktur Poskesdes.
4) Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta.
5) Menggalang dan mengalokasikan dana anggaran desa untuk
pengembangan Poskesdes serta desa dan kelurahan siaga aktif.
6) Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam
perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam
musyawarah rencana pembangunan desa.
7) Membahas secara musyawarah bersama dengan warga, Forum Desa
Siaga Aktif serta pemangku kepentingan terkait dalam kegiatan
musyawarah masyarakat desa.
8) Melaksanakan pembinaan administrasi.
b. Lintas Sektor di Desa
1) Mengkoordinasikan program/kegiatan sektor dengan
program/kegiatan Poskesdes.
2) Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan
Poskesdes.
c. Petugas Puskesmas
1) Melaksanakan monitoring, pembinaan, dan evaluasi berkaitan dengan
teknis medis (pelatihan, supervisi, dsb).
2) Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial
lainnya.

18
3) Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan.
4) Melakukan fasilitasi pelayanan kesehatan apabila diperlukan.
d. Camat
1) Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada.
2) Mengupayakan infrastruktur Poskesdes.
3) Menggalang dana untuk operasional Poskesdes serta pengembangan
desa dan kelurahan siaga aktif.
4) Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan forum desa
tingkat kecamatan serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan
pelaporan yang disampaikan oleh forum dan kelurahan siaga aktif
tingkat desa.
5) Menggalang kader kesehatan dan tim penggerak PKK.
6) Melaksanakan pembinaan administrasi.
e. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama Tim di tingkat
kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes.
2) Optimalisasi fungsi Puskesmas (dan jaringannya) sehingga mampu
melaksanakan pelayanan kesehatan dengan baik.
3) Optimalisasi fungsi Rumah Sakit sehingga mampu melaksanakan
pelayanan rujukan dengan baik.
4) Menyelenggarakan pelatihan/orientasi bagi petugas kesehatan dan
kader kesehatan.
5) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes.
6) Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, bimbingan dan evaluasi
teknis terhadap Poskesdes.
7) Menyediakan dukungan anggaran dan sumberdaya bagi
kesinambungan dan kelestarian Poskesdes dan pengembangan desa
dan kelurahan siaga aktif.

19
8) Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam
perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam
musyawarah rencana pembangunan Kabupaten/Kota.
9) Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Kelompok Kerja
Operasional (Pokjanal) Desa dan kelurahan siaga aktif tingkat
Kabupaten/Kota serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan
pelaporan yang disampaikan oleh forum desa dan kelurahan siaga
aktif tingkat kecamatan.
f. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Poskesdes.
2) Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan/orientasi.
3) Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas (dan jaringannya) dan rumah sakit dalam
rangka pengembangan Poskesdes.
4) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
pada tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Poskesdes.
5) Bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan,
bimbingan dan evaluasi teknis terhadap Poskesdes.
6) Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan.
7) Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Pokjanal Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Provinsi serta pemangku
kepentingan terkait berdasarkan pelaporan yang disampaikan oleh
Pokjanal dan kelurahan siaga aktif tingkat Kabupaten/Kota.
g. Peran Kementerian Kesehatan
1) Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem
informasi/pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan
penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis
masyarakat.
2) Menyelenggarakan pelatihan/orientasi.

20
3) Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan.
4) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
5) Membahas perencanaan Poskesdes bersama Pokjanal Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif secara berjenjang.
h. Peran pemangku kepentingan (Stakeholder)
1) Pejabat Pemerintah Daerah Memberikan dukungan kebijakan,
sarana, dan dana untuk penyelenggaraan Poskesdes.
2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan Poskesdes.
3) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan Poskesdes.
4) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Poskesdes
secara berkesinambungan dan lestari.
5) Tim Penggerak PKK Berperan aktif dalam pengembangan dan
penyelenggaraan Poskesdes.
6) Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan
dan memanfaatkan Poskedes.
7) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam mendukung
kegiatan Poskesdes.
i. Tokoh Masyarakat
1) Menggali sumberdaya untuk kesinambungan dan kelangsungan
penyelenggaraan Poskesdes.
2) Menaungi dan membina Poskesdes.
3) Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
Posksedes.
4) Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Dunia Usaha/Swasta Berperan
aktif dalam penyelenggaraan Poskesdes.
5) Memberikan dukungan sarana serta dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Poskesdes.

21
5. Kegiatan
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang dilaksanakan di
Poskesdes adalah:
a. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas
1) Pemeriksaan kehamilan, meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri,
pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran tinggi badan, penimbangan
berat badan, pengukuran tekanan darah serta pendeteksian dini tanda-
tanda bahaya pada kehamilan melalui Program Perencanaan Persalinan
dan Penanganan Komplikasi (P4K).
2) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah tetanus
pada saat proses persalinan.
3) Pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah timbulnya
anemia/kurang darah.
4) Penyuluhan atau konseling tentang gizi dan kehamilan serta KB setelah
persalinan.
5) Penyelenggaraan kelas ibu hamil.
6) Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
7) Pertolongan persalinan aman, termasuk pencegahan infeksi.
8) Kunjungan ibu nifas.
9) Rujukan ke Puskemas/rumah sakit untuk kasus kehamilan/
persalinan/nifas yang tidak dapat ditangani di Poskesdes.
b. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
1) Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan bayi yang benar.
2) Penyuluhan tentang gizi bagi ibu menyusui dan KB setelah persalinan.
3) Penyuluhan tentang penanganan permasalahan kesehatan bayi dan anak
balita.
c. Pelayanan kesehatan untuk anak
1) Perawatan bayi baru lahir.
2) Pemeriksaan kesehatan anak.
3) Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
4) Pemberian lima imunisasi dasar lengkap.

22
5) Penyuluhan gizi pada anak.
6) Penanganan permasalahan kesehatan pada anak.
d. Penemuan dan penanganan penderita penyakit
1) Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB), serta penyakit tidak menular dan faktor risikonya
(termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
2) Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta
faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi).
3) Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan melalui metode simulasi.
6. Waktu Penyelenggaraan
Sesuai dengan fungsi Poskesdes sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
guna lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat
maka pelayanan dilaksanakan setiap hari.
7. Tempat Penyelenggaraan
Poskesdes perlu memiliki tempat pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan
kegiatan Poskesdes dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan:
a. Gedung Polindes yang ada, yang dikembangkan menjadi Poskesdes.
b. Sarana gedung yang tersedia, seperti Balai Desa, Balai Pertemuan Desa,
dan lain-lain.

Selain memanfaatkan gedung tersebut, pengadaan tempat dan


pembangunan Poskesdes dapat diupayakan dengan alternatif pembiayaan
melalui swadaya masyarakat, donatur/ dunia usaha/swasta, dan fasilitasi
Pemerintah (Pusat atau Daerah). Pembangunan Poskesdes dengan fasilitasi
pemerintah diperuntukkan bagi desa yang belum memiliki bangunan
poskesdes, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Kriteria Umum
1) Masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya

23
2) Tersedia tanah/lahan yang tidak bermasalah atau bukan lahan sengketa
3) Beberapa pertimbangan lokasi, antara lain:
a) Ketersediaan lahan di tengah pemukiman warga
b) Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi)
c) Keamanan petugas kesehatan terjamin
d) Tidak berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
4) Adanya kesepakatan dalam pembangunan poskesdes yang didasari
oleh musyawarah masyarakat desa
b. Kriteria Teknis
1) Luas bangunan
a) Luas ruangan/bangunan disesuaikan ketersediaan lahan sambil
memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan hal-hal
yang berkaitan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan maupun
laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat.
b) Jumlah ruangan dan kebutuhan sarana disesuaikan dengan jenis
pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan.
c) Pembangunan Poskesdes yang baru diprioritaskan menggunakan
bahan bangunan yang berasal dari daerah setempat.
d) Bentuk luar dari Poskesdes dapat disesuaikan dengan model rumah
adat setempat.
2) Denah tata ruang
Rancangan tata ruang/bangunan Poskesdes disesuaikan dengan
fungsi sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan pemenuhan
kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk ibu hamil,
usia lanjut, dan penyandang cacat. Pada pelaksanaan pelayanan
kesehatan di dalam Poskesdes, ruangan atau tempat yang ada dapat
berfungsi sebagai tempat pendaftaran, tempat tunggu, ruang
pemeriksaan, ruang tindakan (persalinan), ruang rawat inap
persalinan, ruang petugas, tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll),
tempat obat, ruang Laktasi, kamar mandi dan toilet
3) Peralatan Poskesdes

24
a) Peralatan medis sesuai dengan jenis pelayanannya
b) Peralatan non medis, seperti sarana pencatatan, meubelair, sarana
komunikasi, wireless meeting amplifier, megaphone,dan lain-lain
sesuai kebutuhan
c) Membuat surat pernyataan tidak mengalihfungsikan peralatan
Poskesdes Kit yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
dan diketahui oleh Bupati/ Walikota.
8. Indikator Keberhasilan POSKESDES
Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat
dari komponen sistem Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan,
sasaran, fungsi, dan pelayanan yang diberikan. Indikator yang ditetapkan
harus mempunyai daya ungkit terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah:
a. Input
1) Jumlah kader aktif.
2) Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
3) Tersedianya sarana (alat dan obat).
4) Tersedianya tempat pelayanan.
5) Tersedianya dana operasional Poskesdes.
6) Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian).
b. Output
1) Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4).
2) Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes).
3) Cakupan kunjungan neonatus (KN2).o Cakupan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif.
4) Cakupan BBLR yang dirujuk.
5) Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani.
6) Cakupan imunisasi.
7) Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
8) Cakupan keluarga yang punya jamban
9) Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi.

25
10) Cakupan keluarga menggunakan garam beryodium.
11) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan
tidak menular tertentu yang menjadi masalah setempat.
12) Peningkatan perkembangan UKBM yang dibina

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
menimbulkan KLB, kejadian bencana dan kecelakaan dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Inti dari kegiatan desa
siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu hidup sehat.
Oleh karena itu diperlukan pengembangan dan langkah-langkah pendekatan
edukatif yaitu mendampingi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran
berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
B. Saran
Dari pengertian dan tujuan adanya desa siaga sangatlah bermanfaat bagi
masyarakat khususnya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
diharapkan agar pelaksanaan desa siaga dilakukan dan disebarluaskan ke setiap
wilayah di Indonesia. Desa siaga merupakan langkah awal yang sangat penting
untuk dilskukan yang akhirnya nanti akan mendukung program pemerintah
dalam pencapaian peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan


Poskesdes. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Promosi Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Pengamatan Epidemiologi Sederhana. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2002. Pendekatan Kmasyarakatan. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat


Promosi Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Depkes. 2009. PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN diakses tanggal 4 Mei 2011 melalui
http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/SISYANWATDLMSIS
YANKES.ppt.

Pusdiklat SDM Kes bekerjasama dengan Bina Pelayanan Keperawatan. 2002.


Pelantikan Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Perawat Bidan –
Building Learning Commitment / (BLC). Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai