Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

“P4A2 dengan Polip Serviks”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh Program Pendidikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi
di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Disusun oleh:
Nur Aini H2A015019

Pembimbing:
dr. M. Irsam, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUDTUGUREJO
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
KLINIK
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

“P4A2 dengan Polip Serviks”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh Program Pendidikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi
di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Disusun Oleh:
Nur Aini H2A015019

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan

dr. M. Irsam, Sp.OG


.............................

2
BAB I
PENDAHULUAN
Polip serviks terjadi pada sekitar empat persen dari wanita usia reproduksi.
Polip hampir tidak pernah terjadi pada wanita muda sebelum dimulainya
menstruasi. Polip juga umum selama kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan hormon estrogen.
Polip serviks relatif sering pada kehamilan, terutama pada wanita yang
lebih tua dari 20 tahun dan yang telah memiliki setidaknya satu anak. Kadang
polip bersifat asimtomatik dan pada wanita hamil tidak tahu keberadaannya.
Kadang-kadang dapat didiagnosis selama pemeriksaan vagina dalam persalinan.
Polip muncul dengan berbagai tanda-tanda seperti keputihan, pendarahan setelah
berhubungan, keputihan yang dapat berbau busuk jika ada infeksi, atau
infeksi vagina berulang.
Prevalensi kelainan dalam polip serviks secara signifikan lebih rendah pada
wanita pascamenopause dibandingkan dengan premenopause. Wanita yang lebih
muda ≥20 memiliki risiko lebih rendah yang terkait dengan polip serviks. Wanita
paruh baya ≥30 dan ≥50 memiliki risiko lebih tinggi terjadi displasia.
Perempuan pascamenopause memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi
1
mengalami keganasan.
Polip serviks merupakan massa abnormal yang berukuran kecil, berbentuk
memanjang atau “fingerlike” yang tumbuh pada leher rahim atau serviks. Polip
serviks jarang menimbulkan gejala. Mereka biasanya ditemukan selama
pemeriksaan panggul rutin. Kebanyakan wanita hanya memiliki satu polip,
namun dapat berkembang menjadi dua atau tiga. Mereka mudah untuk
menghapus dan biasanya tidak tumbuh kembali. Sebagian besar polip serviks
adalah jinak (bukan kanker). Semua polip harus diperiksa untuk tanda-tanda
kanker setelah pengangkatan.
Polip serviks merupakan massa bertangkai yang menonjol dan muncul
dari kanal endoserviks atau dari ektoserviks. Polip serviks adalah pertumbuhan
serviks yang jinak dan memiliki tingkat keganasan 0,1-0,5%. Penyebab polip
serviks untuk sebagian besar tidak diketahui atau dari reaksi sekunder seperti
peradangan serviks. Mengangkat (polypectomy) direkomendasikan untuk semua
polip serviks meskipun tingkat kekambuhan adalah 12,5%. Kehadiran polip dapat
menghalangi pengambilan sampel serviks misalnya untuk pap smear.2

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. ST
Tanggal Lahir : 14 November 1960
Umur : 59 tahun 1 bulan 2 hari
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jatisari RT02/03, Mijen, Kota Semarang
Masuk RS : 16 Desember 2019
No. RM : 19-14-**
ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis tanggal 12 Desember 2019 Pukul 13.35 WIB di
Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir. Keluhan dirasakan
sudah 13 hari. Darah keluar banyak, darah segar beserta prongkol-prongkol. 3
tahun sebelumnya pasien sudah tidak haid. Sebelumnya pasien periksa ke
Dokter umum, kemudian disarankan untuk periksa ke dokter Sp.OG.
Riwayat Menstruasi sebelum keluhan:
Menarche : 16 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7-8 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

4
 Riwayat keputihan : disangkal
 Riwayat penyakit kronis :
 Hipertensi : disangkal
 Diabetes Melitus : +, tipe II
 Asma : disangkal
 Penyakit Jantung dan atau paru : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
⁻ Riwayat penyakit asma : disangkal
⁻ Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
⁻ Riwayat penyakit jantung : disangkal
⁻ Riwayat penyakit Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Pribadi
- Alkohol : disangkal
- Merokok : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pembayaran menggunakan umum.


Kesan social ekonomi cukup.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum dan Kesadaran Umum
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4M6V5

2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 163/85 mmHg
Nadi : 97x / menit, reguler,isi dan tegangan
Cukup
Pernapasan :21x / menit, teratur
Suhu : 36,50C

5
a. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 157 cm
b. Berat Badan : 58 kg
c. IMT : 23,5
b. Status Internus
a. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-), lesi (-)
b. Kepala : mesochephal, rambut hitam
c. Mata : pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
d. Telinga : pendengaran dalam batas normal, sekret (-), perdarahan (-)
e. Hidung : simetris, sekret (-), deviasi septum (-), nafas cuping
hidung (-)
f. Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
g. Leher : pembesaran tiroid (-) dan KGB (-/-), penggunaan otot
bantu nafas (-)
h. Thorax
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada
saat statis dan dinamis
Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-), stem
Fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar suara
tambahan
i. Abdomen : Perut supel, sesuai status ginekologi

6
Inspeksi : benjolan (-), hiperemis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)
j. Ekstremitas
Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
CRT <2” <2”

c. Status ginekologi :
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium hematologi

Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


Darah Rutin
Leukosit 7.83 103/uL 3.6 – 11
Eritrosit 4.09 6
10 /uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin 11.90 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 33.40 % 35 – 47
MCV 81.70 fL 80-100
MCH 29.10 Pg 26-34
MCHC 35.60 g/dL 32 – 36
Trombosit 347 103/uL 150 – 440
RDW 12.40 % 11.5 – 14.5
PLCR 21.9 %
Diff Count

7
Eosinofil Absolute 0.06 103/uL 0.045 – 0.44
Basofil Absolute 0.03 103/uL 0 – 0.2
Netrofil Absolute 4.86 3
10 /uL 1.8 – 8
Limfosit Absolute 2.47 103/uL 0.9 – 5.2
Monosit Absolute 0.41 3
10 /uL 0.16 – 1
Eosinofil 0.80 % 2–4
Basofil 0.40 % 0–1
Netrofil 31.50 % 50 – 70
Limfosit 31.50 % 25 – 40
Monosit 5.20 % 2–8
Kimia Klinik
SGOT 20 U/L 0-35
SGPT 24 U/L 0-35
Glukosa Sewaktu 150 mg/dL <125
Cholesterol Total 185 Mg/dL <200
Ureum 7.0 mg/dL 10.0 – 50.0
Kreatinin 0.61 mg/dL 0.60 – 0.90
Kalium 3.76 mmol/L 3.5-5.0
Natrium 133.2 mmol/L 135-145
Clorida 98.5 mmol/L 95.0-105
Calcium 8.9 Mg/dL 8.1-10.4
Sero-imun
HBsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)

2. Pemeriksaan USG
Hasil:
KESAN: CA serviks
3. Pemeriksaan histopatologi / sitologi
diterima tanggal 17 Desember 2019
dijawab tanggal 26 Desember 2019
Diagnosa klinik: -
Makroskopis:
Yang kami terima 2 botol jaringan dengan tanda:
I. Endoserviks: Sebuah jaringan ukuran 2x1, 5x1 cm, kenyal,

8
warna putih kecoklatan. Pada irisan penampang tampak massa
padat putih kecokelatan
II. Endometrium: Keping-keping jaringan volume kurang lebih 6
cc, warna kecokelatan
Mikroskopis:
I. Sediaan ekstirpasi, endoservik dilapisi epitel torak tumbuh
polypoid, inti dalam batas normal. Supepitelial, stroma
eodomatous, kelenjar-kelenjar endoserviks bentuk berkelok-
kelok. Dilapisi epitel torak, inti dalam batas normal.
II. Telah dilakukan potong dalam berulang terhadap sediaan
kuretase, sedikit stroma endometrium dengan sedikit sel-sel
limfoosit
Pada sediaan I dan II tidak tampak tanda-tanda keganasan.
Kesimpulan: I. Endoservical polyp
D. RESUME
Pasien datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 16 Desember 2019 pukul
13.35 WIB. Pasien mengeluhkan keluar darah jalan lahir. Keluhan dirasakan
sudah 13 hari. Darah yang keluar merupakan darah segar dan banyak disertai
prongkol-prongkol. 3 tahun sebelumnya pasien sudah tidak haid. Pasien
sebelumnya memeriksakan diri ke Dokter umum, kemudian Dokter yang
memeriksa pasien menyarankan untuk memeriksakan kondisinya ke Sp.OG.
Dokter Sp.OG yang memeriksa pasien menemukan adanya massa di portio pasien
dan selanjutnya pasien dirawat inap sampai pemeriksaan lebih lanjut pada
penemuan abnormal di portio pasien dan segera dilakukan tindakan di RSUD
Tugurejo Kota Semarang.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak baik, kesadaran compos mentis,
TTV dalam batas normal, status gizi termasuk dalam kategori normal, status
internus dalam batas normal. Pada pemeriksaan ginekologi dalam batas normal.
E. DIAGNOSIS
P4A2 59 tahun dengan polip serviks
Initial Plan Terapi

9
a. Ip Dx
P4A2 59 tahun dengan polip serviks
b. Ip Tx
 Infus RL20tpm
 Tindakan pre-biopsi pada tanggal 17 Desember 2019
 Diet biasa
c. Ip Mx
Pengawasan TTV, KU, PPV
d. Ip Ex
 Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan
penyakit pasien
 Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan – pemeriksaan
yang akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.
 Memberitahukan kepada pasien untuk dilakukan tindakan biopsi guna
untuk mengambil dan mengetahui jaringan abnormal bersifat
keganasan atau tidak.
F. PROGNOSIS
Advitam : dubia ad bonam
Adfunctionam : dubia ad malam
Adsanationam : ad bonam

G. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif :
- P4A2 59 AUB suspect CA serviks
Diagnosis Post operatif :
- P4A2 59 tahun post kuretase dan ekstirpasi serviks
Nama/Macam operasi : Kuratase dan ekstirpasi polip serviks
Tanggal Operasi : 12 Desember 2019
Lama Operasi : ± 30 menit
Langkah-langkah operasi:

10
 Pasien tidur di meja operasi dengan posisi lithotomi
 Prosedur aseptic antiseptik
 Pasang duk steril
 Pasang speculum sims posterior lanjut anterior
 Jepit portio dengan tenaculum
 Lepas speculum anterior
 Lakukan sondase
 Lakukan kuretase pada endometrium => PA
 Ekstirpasi polip servik => PA
 Lepas alat
 Tindakan selesai

FOLLOW UP PASIEN SELAMA RAWAT INAP


Hari, Tanggal S O A P
Sabtu, Keluar darah KU cukup,CM P4A2 59 tahun Infus RL20 tetes/menit
16/12/2019 dari jalan lahir TD 163/85 mmHg AUB Monitoring TTV, KU, PPV
13.35 HR 97kali/menit
RR 20kali/menit
T 36,5oC
Sabtu, Keluar darah KU baik, CM P4A2 59 tahun Infus RL20 tetes/menit
17/12/2019 dari jalan lahir TD 144/73 mmHg AUB suspect PO:
05.00 HR 87 kali/menit CA serviks Metformin 500 mg/ jam
RR 20 kali/menit Hipertensi grade Amlodipin 10 mg/24 jam
o
T 36 C II Puasa 6 jam pre-operasi (03.00)
Diabetes Monitoring TTV, KU, PPV
Mellitus tipe II

Sabtu, Nyeri pasca KU Baik,CM P4A2 59 tahun Infus RL20 tetes/menit


17/12/2019 kuretase TD 170/80 mmHg Pasca kuretase Asam mefenamat 500 mg/8 jam
15.00 HR 80 kali/menit dan ekstirpasi Vit BC/C/SF 1 tab/12 jam
RR 20 kali/menit polip H.0 Kalnex tab 500 mg/8 jam
o
T 36,7 C (12.30) Pengawasan TTV, KU, PPV
Diet biasa setelah sadar penuh

11
Minggu Nyeri pasca KU Baik,CM P4A2, usia 59 Infus RL20 tetes/menit
18/12/2019 operasi TD 129/61mmHg tahun Asam mefenamat 500 mg/8 jam
05.10 HR 80 kali/menit Pasca kuretase Vit BC/C/SF 1 tab/12 jam
RR 20 kali/menit dan ekstirpasi Kalnex tab 500 mg/8 jam
o
T 36,8 C polip H1 (12.30) Pengawasan TTV, KU, PPV
PPV: Flek darah Off infus (13.00)
Boleh pulang
Control dan membawa hasil PA
Minggu Tidak ada KU Baik,CM P4A2, usia 51 Kontrol jika ada keluhan
26/12/2019 keluhan TD 142/67mmHg tahun
10.15 Keluar darah (- HR 103 kali/menit Pasca kuretase
) RR 20 kali/menit dan ekstirpasi
T 37oC polip
PPV (-)

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Anatomi serviks

Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3


cm dan panjang 3-5cm.Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi
ke bawah-depan.Di bagian bawah,serviks berhubungan dengan vagina sebagai
portio vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan
vaginadisebut orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks
berukuran sekitar 8 mm. Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut
itsmus dan merupakan bagian dari segmen bawah rahim.3
Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus
parametrial,obturator, iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe
sekunder meliputinodus presakral, iliaka komunis, dan nodus para-aortika.
Innervasi serviks adalah plexus Frankenhauser, yang merupakan bagian
terminal dari plexus presakral. Serabut saraf memasuki segmen bawah
rahim dan bagian atas serviks membentuk pleksus semisirkuler. Vaskularisasi
utama serviks berasal dari cabang desendens arteri uterina dan cabang
servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti pembuluh darah arteri.
Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran
serabut fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas
skuamosa di bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara
kedua area tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan
endoserviks yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area
ini tersusun atas epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi
kronis, dan infeksi berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas
epitel serviks menjadi bentuk neoplastik.4
3.2.Definisi Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi

13
menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy
menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang
disebabkan faktor koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium dan
gangguan ovulasi merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam
perdarahan uterus disfungsional (PUD).
1. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk
mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat
terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
2. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan.
Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat
dibandingkan PUA akut.
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan
haid yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat
terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap
siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi
metroragia.11

3.3.Sistem Klasifikasi
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat sembilan kategori utama yang disusun sesuai dengan
akronim “PALM-COEIN” yakni; polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy
and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial,
iatrogenik dan not yet classified.
Kelompok “PALM” merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai
dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi.

14
Kelompok COEIN merupakan kelainan non struktur yang tidak dapat dinilai
dengan teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut
disusun berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu
atau lebih faktor penyebab PUA. Dengan pendekatan ini, diharapkan tata
laksana untuk pasien dengan PUA dapat menjadi lebih komprehensif.

3.4.Definisi Polip Serviks


Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma
yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks
ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut
serviks.5
Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai
maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium
dan dilapisi oleh epitel endometrium.
3.5.Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun
ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks. Pertumbuhan
polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks,
yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu berikutnya akibat
stimulasi hormonal seperti estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis
cervicalis. Polip tersusun atas stroma jaringan ikat vaskuler dan dilapisi oleh
kolumner, skuamosumkolumner atau epitel skuamosa. Kejadian polip sering
dihubungkan dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan adanya
keterlibatan faktor estrogen yang berlebihan.
Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan
dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan
setelah menstruasi.6
3.6.Morfologi Polip Serviks
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan
berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun
beberapa dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat
memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel
yang melapisinya biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada beberapa

15
kasus dapat pula mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian
ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Maka dari itu
sebenarnya polip harus ditegakkan apakah polip tersebut suatu adenoma,
sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks ataupun mioma melalui
pemeriksaan histologic setelah dilakukan pengangkatan.
Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti
nyala api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga
mencapai lebar 3 cm dan panjang beberapa cm. Polip seringkali tumbuh
diendoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan
mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke
jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel- sel
radang menyebabkan leukorea.7
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan
tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area
porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip
endoserviks atau degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan
polip ektoserviks lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip
endoserviks. Polip ektoserviks memiliki atau bahkan tidak mengandung
kelenjar mukosa. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum
skuamosa.
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis
di bagian ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks
diperkirakan kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang
tersering, meskipunadenokarsinoma juga pernah dilaporkan.8
Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila
terjadi torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat
pula terjadi infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ
sekitar. Karena setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi
maligna, maka pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi
ataudiekstirpasi.8

16
17
3.7.Diagnosis Polip Serviks
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan
endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding,
postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri.
3.7.1. Gejala dan Tanda
Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu
dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat:
- Leukorea
- Perdarahan di luar siklus menstruasi

18
- Perdarahan setelah koitus
- Perdarahan setelah menopause
- Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan
hipermenorea merupakan gejala umumuntuk polip serviks.
- Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapat
adanya peradangan serviks atau polip.
- Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula menyebabkan
PUA.
- Lesi umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas.
Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak
seperti jari yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran
panjang 1-2 cm dandiameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba
lunak bila dilakukan pemeriksaan menggunakan jari.9
3.7.2. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan
atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi. Histopatologi
pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma endometrium yang
memiliki vaskularisasi dan di lapisi oleh epitel endometrium. Biasanya,
hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam
mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.
3.7.3. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi
dan sering kali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan
urin tidak terlalu banyak membantu menegakkan diagnosis.
3.7.4. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat
dinilai melalui in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan
khusus menggunakan speculum endoserviks atau histeroskopi.
Seringkali polip endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada
saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau
polip yang tumbuh dari uterus.8

19
3.8.Diagnosis Banding Polip Serviks
Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu
didiagnosis sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau
sarkoma endometrial dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali
kelainan ini menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada
dasarnya, polip serviks tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan polipoid
lainnya secara inspeksi. Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik merupakan
ciri mioma submukosa pedenkel kecil atau polip endometrial yang tumbuh di
bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini menyebabkan dilatasi
serviks, dan keluar melalui OUE menyerupai polip. Hasil konsepsi,
misalnya desidua, dapat mendorong keluar serviks sehinggamenyerupai
jaringan polipoid.
Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang
memiliki tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke
vagina melalui canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu
adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks.
Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi
biasanya adalah epitel endo yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi
semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga
membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma
Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung mioma
tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh
ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma submukosa.
Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma, adenocarcinoma, condylomata,
submukosa myoma, polypoid carcinoma juga termasuk diagnosis banding pada
beberapa kasus.9
3.9. Faktor Risiko
Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita
tersebut menderita:
1. Diabetes mellitus
2. Vaginitits berulang

20
3. Servisitis
4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun
5. Wanita hamil

3.10. Komplikasi
Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,
Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah
dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah
membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal
infeksi telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi
sebagai konsekuensi polipektomi.10

3.11. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pada polip serviks ialah sebagai berikut yaitu:
dilakukan ekstirpasi pada tangkainya, dilakukan kuretase sehingga seluruhnya
dapat dikeluarkan, dan hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut.
Penanganan polip endometrium dapat dilakukan dengan :
1. Reseksi secara histeroskopi
2. Dilatasi dan kuretase;
3. Kuret hisap;
4. Hasil dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.
Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau tempat
praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil. Teknik
pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit. Biasanya
dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau instrument
pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan yang
terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya dilakukan
eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu di anestesi dan selama
eksisidilakukan, perdarahan harus dikontrol.
Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka
histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi
serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang
diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik apakah

21
massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi. Bila dari
hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif, atau secara
klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian antibiotik
dianjurkan untuk kasus ini.
Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu diberikan infus glukosa. Pasien
diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentkan besar
dan letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ adneksa.
Pasien diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi dinding uterus dan
mencegah kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu pasang speculum sims
posterior dan anterior. Pasang tenaculum pada serviks jam 11 dan jam 1, lalu
lepas speculum anterior, sedangkan speculum posterior dipegang oleh
asisten. Kemudian anastesi lidocain diinjeksikan pada fornix dextra dan
sinistra sebanyak 2 ml (40 mg) yang diencerkan dalam 2 ml NaCl. Dilakukan
pemuntiran polip dengan menggunakan klem ovarii. Selanjutnya sondase
dilakukan untuk mengetahui seberapa panjangnya cavum uteri dan arahnya
anteflexi ataukah dorsoflexi. Lalu dilakukan dilatasi canalis cervicalis dengan
busi hegar dari nomor yang terkecil namun tidak boleh lebih dari busi nomor
12 pada multipara. Lalu kuretasi dilakukan boleh dengan kuret tajam maupun
tumpul, searah dengan jarum jam. Setelah kuretase pasien diberikan terapi
berbagai macam obat untuk profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa
suplemen zat besi. Yaitu yang pertama amoxicillin diberikan sebagai
profilaksis. Lalu asam mefenamat diberikan sebagai analgesic. Sulfas ferrous
diberikan sebagai suplemen zat besi dan dikombinasikan dengan pemberian
vitamin c untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Yang terakhir
metergin diberikan agar kontraksi uterus tetap terjaga dan mencegah
perdarahan.
3.12. Prognosis
Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya
keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika
sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi
ssalpingitis.10

22
BAB IV
PEMBAHASAN
Polip serviks adalah polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa
serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks. Polip
serviks (cervical polyp) adalah pertumbuhan jaringan serviks (stroma) yang
berlebihan sehingga tampak sebagai benjolan berwarna merah, bertangkai, yang
menjulur keluar dari serviks. Benjolan dapat berukuran beberapa mm hingga
beberapa cm yang biasanya tampak saat dilakukan pemeriksaan dalam. Polip
serviks termasuk kelainan jinak yang sering ditemukan.
Ny. ST 59 tahun P4A2 59 tahun dengan polip serviks. Penyebab
timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti. Namun sering
dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap hormon estrogen dan
pelebaran pembuluh darah serviks. Penampilan polip serviks menggambarkan
respon epitel endoservik terhadap proses peradangan. Polip servik dapat
menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca coitus
merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang terjadi sebagai
akibat stroma local yang menutupi daerah antara kedua celah pada kanalis servik.
Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi polip serviks
pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian besar belum
diketahui.
Pada pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis polip servik adalah
dengan USG, merupakan alat terpenting untuk menentukan ukuran polip serviks.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan ukuran dan letak polip tersebut
tumbuh.
Penanganan dilakukan bila dijumpai polip serviks, dapat mengambil
macam tindakan:
4. Konservatif, yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak
menimbulkan keluhan (misal sering bleeding, sering keputihan). dokter
akan membiarkan dan mengobservasi perkembangan polip secara berkala.
5. Agresif, yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu
aktifitas, atau menimbulkan keluhan. tindakan agresif ini berupa tindakan
curettage atau pemotongan tangkai polip. tindakan kauter ini bisa
dilakukan dengan rawat jalan, biasanya tidak perlu rawat inap. untuk
tindakan pengobatan selain curettage untuk saat ini belum ada. tapi untuk
polip-polip yang ukurannya kecil (beberapa milimeter) bisa dicoba
pemberian obat yang dimasukkan melalui vagina, untuk mengurangi
reaksi radang. setelah pemberiannya tuntas, diperiksa lagi, apakah
pengobatan tersebut ada efeknya pada polip atau tidak. jika tidak, maka
untuk pengobatannya dengan kauterisasi.
6. Bila polip mempunyai tangkai kurus, tangkainya digenggam dengan
forsep polip dan diputar beberapa kali sampai dasar polipnya terlepas dari
jaringan servik dasarnya. Bila terdapat perdarahan pervaginam abnormal,
maka diperlukan curettage di RS untuk menyingkirkan keganasan servik

23
dan endometrium. Polip yang mudah terlihat dengan tangkai yang tipis
dapat disekam dengan klem arteri atau forcep kasa dan dipluntir putus.
Dianjurkan mengkauterisasi dasarnya untuk mencegah perdarahan dan
rekurensi. Pasien yang mempunyai banyak polip mungkin terbaik diterapi
dengan cara konisasisehingga setiap polip yang tidak terlihat didalam
kanalis tidak akan diabaikan. Biasanya, polipektomi cervix harus
dilakukan bersama dengan suatu kuretase.
Pada pasien ini adalah Dubia ad Bonam jika penatalaksanaan telah benar
dan sesuai prosedur.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report andreview of a
rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8.
2. Schnatz, P.F., Ricci, S. O'Sullivan, D.M. Cervical polyps in postmenopausal women: is there
a difference in risk?. Menopause. 2009. 16(3):524-8.
3. Nguyen, Khank-Ha, Rivlin, Michel E. 2011. Benign Cervical Lesions. Diakses 29 April
2015. http://emedicine.medscape.com/article/264966-overview#aw2aab6b7
4. Ali, N.A., Binder, G.L., Dietrich, J.E., Ivey, R.T., Leong-kee, S.M., Raine, S.P., Riene, G.R.,
Timmins, A.E., Vyas, A., Young, R.L., dan Zurawin, R.K. Cervical Polyps. Diakses 29 April
2015. https://www.bcm.edu/healthcare/care-centers/obstetrics-
gynecology/conditions/cervical-polyps
5. Callahan, TL., Caughey, AB. 2013. Obstetric & Gynecology Blueprint. Lippincott
Williams & Wilkins Pub. London
6. The Royal College of Obstetricians and Gynecologist. The management of heavy
menstrual bleeding ; Nice Guideline, 2007.
7. Sarwono, 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo,
Jakarta.
8. Marret H, Fauconnier A, Chabbert-Buffet N, Cravello L, Golfier F, Gondry J, et al.
Clinical practice guidelines on menorrhagia: management of abnormal uterine
bleeding before menopause. European journal of obstetrics, gynecology, and
reproductive biology. 2008 Oct;152(2): 133-7.
9. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report
andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8
10. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical
Polyp.Gynecology and Obstersics, 2008.
11. Munro MG, Critchley HO, Broder MS, Fraser IS. FIGO classification system
(PALM -COEIN) for causes of abnormal uterine bleeding in nongravid women of
reproductive age. International journal of gynaecology and obstetrics: the official
organ of the International Federation of Gynaecology and Obstetrics. 2011 Apr;
113(1): 3-13.

25

Anda mungkin juga menyukai