Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS.
2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS.
3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat.
4. Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Definisi Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari
spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang.
Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun
celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang
yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma.

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 1


Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
(Khopkar, 1990)

1.2.2 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan
cahaya didaerah Ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-
800 nm) oleh suatu senyawa serapan cahaya uv atau cahaya tampak
mengakibatkan transisi elektronik yaitu promosi electron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi. Spektrofotometri UV-
Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi ultra violet dan
cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya
disebut UV-Vis Spektrofotometer, Spektrometer Uv-vis adalah
salah satu dari sekian banyak instrument yang biasa digunakan
dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Prinsip dari spektrofotometer Uv-vis adalah penyerapan
sinar tampak ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan
terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground State).
Spektrometri Uv-vis juga merupakan salah satu metode yang
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh
suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi
warna spesies yang ada pada media tersebut. Pada Uv-vis
pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding.
Akibatnya panjang absorbs maksimum dapat dikolerasikan dengan
jenis ikatan yang ada didalam molekul. Pada media tersebut
Spektrometri visible umumnya disebut kalori Oleh karena itu
Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 2


pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan.
(Anonim,2015)

1.2.3 Hukum Lambert-Beer


Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari
sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Biasanya hukum Lambert-Beer ditulis dengan:
𝐴 = ℇ. 𝑏. 𝑐
ℇ = 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 (M-1. Cm-1)
𝑏 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑘𝑢𝑣𝑒𝑡 (cm)
𝑐 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑀)
𝐴 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖(serapan)

Pada beberapa buku ditulis juga :


A = E.b.C
𝐸 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 (ml.g-1 .Cm-1)
𝑏 = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑘𝑢𝑣𝑒𝑡 (cm)
𝐶 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑀)
𝐴 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 (serapan)

Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor instrumen.


Penyebab non linearitas ini adalah: (Dachriyanus,2004)
 Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang
disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya
yang terlalu dekat.
 Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel.
 Flouresensi atau fosforesensi sampel.
 Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi.
 Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 3


 Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa digunakan dengan
menggunakan bagian datar pada absorban yaitu pada panjang
gelombang maksimum.
 Kehilangan cahaya.

1.2.4 Bahan Kimia yang Digunakan


A. Hidroksilamin Klorida
Zat ini digunakan untuk mereduksi larutan besi (III) yang
mengandung asam sulfat. Larutan ini memiliki rumus empiris NH2OH yng
merupakan senyawa basa.

N
N
C18H8N2
B. Reagensia Orto Phenantroline
Warna merah jingga yang disebabkan oleh kation kompleks
[Fe(C18H8N2)]2+ dalam larutan yang sedikit asam (2,5 – 3,0). Kompleks
ini memiliki warna komplementer merah jingga yang terbaca pada daerah
UV- Tampak dalam panjang gelombang 500-600 nm dan kompleks aka
stabil pada ph 2-9. Besi (III) tidak memiliki efek dan harus direduksi
terlebih dulu menjadi keadaan kovalen dengan hidroksilamina
hidroklorida jika reagensia hendak dipakai untuk menguji besi. Reaksi
pengompleksan antara Fe2+ dengan Orto Phenantroline adalah sebagai
berikut: (Ejurnal,2013)

N
+ Fe2+ [Fe(C18H8N2)]2+
N

1.2.5 Metode Analisa Kuanlitatif


Analisa Kualitatif: dengan melihat bentuk spektrumnya. Jarang
dilakukan karena kalau bukan zat murni hampir pasti terjadi overlap

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 4


karena bentuk spektrum molekul broad bands. Harus ada larutan blangko
untuk mengukur I0.
Analisa kuantitatif sebaiknya dilakukan pada panjang gelombang dengan
absorbansi tertinggi (λ max). Spektra serapan dapat diperoleh dengan
menggunakan sampel dalam pelbagai bentuk : gas, lapisan tipis cairan,
larutan dalam pelbagi pelarut, dan bahkan zat padat. Kebanyakan kerja
analitis melibatkan larutan, dan disini kita ingin mengembangkan
pemberian Kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan dan
kemampuan menyerap radiasi. Sekaligus kita harus menyadari bahwa
tingkat kejadian absorbsi juga bergantung pada jarak yang diarungi radiasi
melewati larutan itu. Serapan juga bergantung pada panjang gelombang
radiasi dari sifat dasar spesies molekul dalam larutan. (Tim
penyusun,2018)
a. Metode Satu Standar
Pengukuran berdasarkan hokum lambert-beer, namun standar yang
dipakai hanya satu, kemudian diukur absorbansinya. Kelemahan
system ini, jika standar salah maka hasil analisa yang dilakukan semua
salah. A = ε bc
Rumus pada larutan standar:
As = ε bcs
Rumus pada larutan sampel:
Ax = ε bcx
Jadi Ax / As = cx / cs atau cx = (Ax / As )cs

b. Metode Kurva Standar


Harus mempunyai minimal 5 larutan standar dengan konsentrasi
yang berbeda yang kemudian diukur absorbansinya. Kemudian dibuat
grafik dan ditentukan persamaan regresinya. Absorbansi sampel di
intrapolasi ke kurva standar untuk mendapatkan konsentrasinya.
(Day &Underwood,1990)
1.2.6 LOD Dan LOQ

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 5


Limit Deteksi (LoD) adalah konsentrasi atau jumlah
terkecil/terendah dari analit dalam sampel yang dapat terdeteksi, tetapi
tidak perlu terkuantisasi sehingga nilai yang dihasilkan tidak harus
memenuhi kriteria akurasi dan presisi. Nilai batas keberterimaan untuk
akurasi kurang dari 5%, sedangkan untuk presisi batas keberterimaannya
apabila nilai RSD (Standar Deviasi Relatif) lebih kecil dari nilai 2/3
(CVHorwitz)[2,3]. Limit deteksi (LoD) merupakan parameter uji batas
terkecil yang dimiliki oleh suatu alat/instrumen. Limit Kuantisasi (LoQ)
adalah konsentrasi atau jumlah terendah dari analit yang masih dapat
ditentukan dan memenuhi kriteria akurasi dan presisi. Limit kuantisasi
biasa disebut limit pelaporan (limit of reporting).
Penentuan nilai limit deteksi dan kuantisasi tergantung pada
analisis yang dilakukan menggunakan alat/instrumen atau tidak
menggunakan instrumen. Apabila kegiatan analisis dilakukan tidak
menggunakan instrumen maka limit deteksi dan kuatisasi ditentukan
dengan mendeteksi analit dalam sampel dengan pengenceran secara
bertingkat[4,5]. Apabila kegiatan analisis dilakukan menggunakan
alat/instrumen maka limit deteksi dan kuantisasi ditentukan dengan
mengukur respon blanko beberapa kali (minimal 7 kali
pengukuran/analisis) selanjutnya ditentukan simpangan baku respon
blanko. Nilai limit deteksi dan kuantisasi dapat ditentukan dengan
persamaan[3]: (JurnalBatan,2014)
LoD = A + 3 SD ................................................ (1)
LoQ = A + 10 SD .............................................. (2)
Dengan:
LoD = Limit Deteksi
LoQ = Limit Kuantisasi
A = Nilai rata-rata hasil analisis blanko
SD = Standar Deviasi (simpangan baku) hasil analisis blanko

1.2.7 Teori Warna


Teori ini pertamakali dikemukakan oleh sir David Brewster tahun
1831. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna
Brewster. Lingkaran ini mampu menjelaskan teori kontras warna
(komplementer, Split komplementer, triad dan tetrad). Dua warna yang
berseberang dan memiliki sudut 1800 ialah warna komplementer sehingga
jika warna tersebut digabungkan menjadi warna putih. Hubungan antar
warna:

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 6


a. Kontras Komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 1800) di
lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer
menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya Terlihat Jingga
yang diserap warna Biru.
b. Kontras Split Komplementer
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut
mendekati 1800) Misalnya Dilihat warna Jingga yang diserap warna
biru kehijauan. (Anonim,2018)

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 7


Panjang Gelombang(nm) Warna-warna yang diserap Warna Komplementer

400-435 Ungu Hijau Kekuningan

435-480 Biru Kuning

480-490 Biru Kehijauan Jingga

490-500 Hijau Kebiruan Merah

500-560 Hijau Ungu Kemerahan

560-580 Hijau Kekuningan Ungu

580-595 Kuning Biru

595-610 Jingga Biru Kehijauan

610-800 Merah Hijau Kebiruan

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 8


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
a. Botol Semprot f. Kuvet
b. Bulp g. Labu Ukur 50 mL, 100 mL
c. Buret h. Pipet Tetes
d. Gelas Kimia 50 mL, 100 mL, 500 ml i. Pipet Volume (5ml,10ml,25ml)
e. Klem dan Statif j.UV-Visible Cary 50 Conc-Varian
2.1.2 Bahan yang digunakan:
a. Aquadest d. Larutan Hidroksilamin Klorida
b. Larutan Buffer Asetat e. Larutan Orto Phenantroline
c. Larutan Induk Fe3+ 100 ppm
d. Sampel Air (Air Danau pinang bahari,danau polnes,kolam direktorat,dan
danau cipto)

2.2 Prosedur
2.2.1 Pembuatan Larutan Fe3+ 10 ppm
 Memipet 10 mL larutan Fe3+ 100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
2.2.2 Pembuatan Larutan Standar Fe3+
 Memipet masing-masing 0,75 mL, 1,75 mL, 2,75 mL, 3,75 mL,
4,75 mL dan 5,75 mL larutan Fe3+ 10 ppm ke dalam labu ukur 50
mL
 Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 mL larutan
Hidroksilamin Klorida, 5 mL larutan Buffer Asetat, dan 5 mL
larutan Orto Phenantroline
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
 Memindahkan ke dalam gelas kimia 50 mL

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 9


2.2.3 Pembuatan Sampel
 Memipet 25 mL sampel air ke dalam labu ukur mL
 Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 mL larutan
Hidroksilamin Klorida, 5 mL larutan Buffer Asetat, dan 5 mL
larutan Orto Phenantroline
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
 Memindahkan ke dalam gelas kimia 50 mL
2.2.4 Pembuatan Larutan Blanko
 Memipet 5 mL larutan Hidroksilamin Klorida, 5 mL larutan Buffer
Asetat, dan 5 mL larutan Orto Phenantroline dan memasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL
 Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya
 Memindahkan ke dalam gelas kimia 50 mL
2.2.5 Menentukan Panjang Gelombang Maksimum
 Menyalakan computer. (dengan otomatis alat UV_VIS akan menyala
 Untuk menentukan panjang gelombang, double klik ikon scan pada
desktop computer
 Pilih setup dan akan muncul kotak dialog
1. Cary
 X mode : Start : 800.0 nm Stop : 380 nm
 Y mode : Mode : Abs
Y min : 0 Y max : 0,6
 Scan Control : medium
 Beam Mode : Dual Beam
 Display Options : Overlay Data
2. Baseline
 Correction : Baseline Correction
3. Sampler
 Sampler : None
4. Report
 All peak

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 10


 Max peak
 X dan y label
5. Auto storage
 Storage off
 Mengklik OK
 Klik Baseline dan akan muncul kotak dialog Prepare to Zero
 Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam alat UV-VIS
 Load blank. Pres OK to read. (klik OK)
 Setelah selesai membaca, ganti kuvet yang ada didalam alat UV-VIS
dengan kuvet lain yang berisi larutan Standard Tertinggi
 Mengklik Start lalu akan muncul kotak dialog Save As
 File Name > Save
 Akan muncul kotak dialog Sample Name
 Standard Tertinggi > OK
 Secara otomatis alat UV-VIS akan membaca
 Setelah selesai membaca, akan muncul lagi kotak dialog Sample Name
 Klik Finish
 File > Print
 File > Exit
2.2.6 Penentuan absorbansi sampel air pada λ maksimal
 Mengklik Consentration 2 kali pada tampilan desktop pada layar
computer.
 Mengklik set up dan akan muncul kotak dialog
1. Cary
 Instrument :
Wavelength (nm): 510
Ave Time:0.1000 Ymin : 0.0000
Replicates: 2 Y max : 2.0000
2. Standard
 Standards :
Calibrate during run : (centang)

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 11


Units : mg/L
Standards :6
*Note :
Akan muncul kotak sejumlah standards yang digunakan, kemudian
menulis konsentasi dari setiap standard yang digunakan
 Ft Type : Linear
Min Ft2 : 0.95000
3. Samples
 Sample Names : Number of Samples : 4
*Note :
Akan muncul kotak sejumlah sampel yang digunakan, kemudian
menulis nama dari setiap standard yang digunakan
4. Sampler
 Sampler : None
5. Auto storage
 Storage off
 Mengklik OK
 Klik Zero dan akan muncul kotak dialog Prepare to Zero
 Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam alat UV-
VIS
 Load blank. Pres OK to read. (klik OK)
 Mengeluarkan kuvet yang berisi blanko didalam alat UV-VIS
 klik Start
 Akan muncul kotak dialog Standard/Sample Selection
 Memindahkan semua data yang ada di kolom “Selected for
Analysis” ke kolom “Solutions Available”
 Mengklik OK
 Akan muncul kotak dialog Present Std 1 (0,2 mg/L) Press OK to
read
 Memasukkan kuvet yang berisi larutan standard 0,2 mg/L ke dalam
alat UV-VIS

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 12


 Klik OK
 Setelah selesai membaca, akan muncul kotak dialog Present Std 2
(0,4 mg/L) Press OK to read
 Mengeluarkan kuvet yang ada didalam alat UV-VIS dan
memasukkan kuvet yang berisi larutan standard 0,4 mg/L ke dalam
alat UV-VIS
 Klik OK
 Setelah selesai membaca, akan muncul kotak dialog Present Std 3
(0,6 mg/L) Press OK to read
 Mengeluarkan kuvet yang ada didalam alat UV-VIS dan
memasukkan kuvet yang berisi larutan standard 0,6 mg/L ke dalam
alat UV-VIS
 Klik OK
 Setelah selesai membaca, akan muncul kotak dialog Present Std 4
sampai sampel secara berturut-turut
 Setelah selesai pembacaan
 Klik OK
 File > Print
 File > Exit

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 13


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Konsentrasi dan Absorbansi Larutan Standar
No Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rata - Rata
1 Standar 1 0,0 0,00004
2 Standar 2 0,2 0,03866
3 Standar 3 0,4 0,07642
4 Standar 4 0,6 0,11472
5 Standar 5 0,8 0,15254
6 Standar 6 1,0 0,19404
7 Standar 7 1,2 0,23188

Tabel 3.2 Absorbansi pada Sampel Air


Absorbansi
No Sampel air
Rata-rata
Air Danau Pinang
1 0,0093
Bahari
2 Air kolam direktorat 0,0194
Air Danau Polnes
3 0,0402

4 Air Danau Cipto 0,1811

abel 3.3 Data hasil perhitungan


Konsentrasi Satu
Konsentrasi Kurva
No Sampel air standard (ppm
Standard (ppm)
Air Danau Pinang
1 0,1014 0,1
Bahari
2 Air kolam direktorat 0,206 0,2
Air Danau Polnes
3 0,4212 0,416

4 Air Danau Cipto 1,879 1,866


Lod= 0,00341 mg/L dan LoQ= 0,01035 mg/L

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 14


3.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa dengan
menggunakan UV-VIS, mampu mengoprasikan alat UV-VIS, mampu
mempersiapkan sampel dengan cermat, dan menganalisa seperti kadar besi
dalam air. Alat uv-vis menggunakan prinsip analisa spektrofotometri.
Spektrofotometri adalah prinsip anlisa kimia berdasarkan interaksi antara
cahaya dengan materi. Dalam percobaan ini ada 4 jenis sampel yaitu air
danau pinang bahari, air kolam Direktorat, air danau Polnes, dan Air danau
cipto.
Tahapan percobaan pertama yang dilakukan adalah membuat
larutan blanko. Larutan blanko adalah larutan standar yang tidak
mengandung analit. Larutan blanko dibuat dengan cara menambahkan
masing-masing larutan 5 ml hidroksilamin klorida, 5 ml larutan asetat, dan
5 ml larutan ortophenantroline yang kemudian di tambahkan aquadest
sampai tanda batas. Selanjutnya membuat larutan standar, larutan standar
adalalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang digunakan
untuk membuat kurva kalibrasi (kurva hubungan antara konsentrasi
dengan absorbansi). Larutan standar dibuat bervariasi konsentrasinya yaitu
(0,2 ; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2 mg/l).
Pada proses pembuatan blanko, larutan standar, dan sampel harus
ditambahkan dengan hidroksilamin klorida, buffer asetat, dan
otophenotroline. Fungsi penambahan hidroksilamin klorida adalah untuk
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, sedangkan fungsi penambahan buffer asetat
digunakan untuk mempertahankan kestabilan pH dalam suasana asam,
penambahan ortophenontroline berfungsi untuk membentuk senyawa
kompleks ortophenontroline dan memberikan warna pada larutan sehingga
dapat diukur absorbansinya.
Setelah itu, melakukan penentuan panjang gelombang dengan
metode “Scan Analysis Report” yang dilakukan pada panjang gelombang
380-800 nm. Panjang gelombang maksimum didapatkan dari absorbansi
tertinggi dengan menggunakan larutan top standar yaitu 1,2 mg/l, dari

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 15


hasil pengukuran diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 510
nm dengan absorbansi 0,230 dengan warna yang diserap hijau dan warna
yang terlihat adalah ungu kemerahan.
Kemudian mengukur absorbansi larutan standar dengan
menggunakan metode “concentration Analysis Report”, pengukuran
dilakukan dengan nilai panjang gelombang maksimum yang telah
didapatkan yaitu 510 nm, dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa nilai
konsentrasi mempengaruhi nilai absorbansi dimana semakin besar
konsentrasinya, maka semakin besar juga nilai absorbansinya. Sesuai
dengan hukum lambert beer absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi. Hal ini dapat dilihat pada kurva standar yang membentuk
garis linear dengan r sebesar 0.99987 dan diperoleh Abs=0,19330*Conc-
0,00051.
Selanjutnya yaitu mengukur absorbansinya dari asing-masing
sampel, didapatkan absorbansi rata-rata untuk air danau pinang bahari
0,00932 untuk air kolam direktorat 0,0194, untuk air danau polnes 0,402
dan untuk air danau cipto 0,1811. Setelah mengukur absorbansi dari
larutan standar dan larutan sampel dilakukan perhitungan dengan
menggunakan 2 metode yaitu metoe kurva stanar dimana terdapat 6
standar dengan konsentrasi yang berbeda dan telah diukur absorbansinya,
di interpolasi kemudian didapatkan persamaan regresinya y=0,19330x-
0,00051 dan dicari konsentrasinya masing-masing sampel, maka
didapatkan sampel air danau pinang 0,104 ppm, air kolam direktorat 0,206
ppm, air danau polnes 0,4212 ppm, dan air danau cipto 1,879 ppm.
Dan untuk metode satu standar perhitungannya dilakukan dengan
menggunakan larutan standar dengan konsentrasi terdekat dengan sampel
dan diperoleh data konsentrasi. Karena larutan sampel mengalami
pengenceran, maka hasil konsentrasi dari sampel dikalikan dengan factor
pengencerannya, karena pengenceran dilakukan sebanyak dua kali. Maka
konsentrasi sampel didapatkan air danau pinang bahari 0,1 ppm, air kolam
direktorat 0,2 ppm, air danau polnes 0,416 ppm ,dan air danau cipto 1,866

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 16


ppm. Menurut menteri kesehatan RI Nomer 907/MENKES/VI/2002, yaitu
kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 ppm,
dimana untuk air danau polnes dan air danau cipto tidak layak untuk
dikonsumsi karena kadar besi melebihi 0,3 ppm.
Pada percobaan ini diperoleh nilai LOD sebesar 0,00341 ppm dan
nilai LOQ sebesar 0,01035 ppm. LOD merupakan konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi meskipun tidak selalu
dapat dikuantifikasi. Sedangkan nilai LOQ merupakan konsentrasi analit
terendah dalam sampel yang masih dapat ditentukan dengan presisi dan
akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang
digunakan. Dari hasil peritungan didapat konsentrasi sampel diatas nilai
LOD dan LOQ, sehingga persen kesalahannya dapat diterima. Jika
konsentrasi larutan sampel diukur dibawah nilai LOD, instrumen tidak
akan dapat mendeteksi senyawa tersebut.

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 17


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan , diperoleh :
1. Panjang gelombang maksimum Fe kompleks Orthopenantroline adalah
510 nm.
2. Konsentarsi berbanding lurus dengan absorbansi
3. Konsentrasi sampel untuk kurva standar yaitu sampel air danau pinang
0,104 ppm, air kolam direktorat 0,206 ppm, air danau polnes 0,4212
ppm, dan air danau cipto 1,879 ppm.
4. Konsentrasi sampel untuk satu standar yaitu air danau pinang bahari
0,1 ppm, air kolam direktorat 0,2 ppm, air danau polnes 0,416 ppm
,dan air danau cipto 1,866 ppm.
5. Nilai LOD sebesar 0,00341 ppm dan nilai LOQ sebesar 0,01035 ppm.

4.2 Saran
1. Dalam membersihkan kuvet, mamakai tissue bersih dan
membersihkannya sejajar.

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 18


DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2018. Teori Brewster. http://id.m.Wikipedia.org/wiki/teori-


brewster. Diakses tanggal 17 Desember 2018

Anonim. 2015. Pengertian Spektrofotometri Uv-Vis.


http://www.landasanteori.com. Di akses tanggal 20 Novemeber
2018.

Dachriyanus, 2004. http://Unard.ac.id/9475/u buku %201 pdf. Diakses


pada tanggal 20 November 2018

Day, R.A. & Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke


Enam. Jakarta: Erlangga.

Ejurnal,2013. Fenantrolin Menggunakan metode Spektrofotometri Uv-vis.


Ejurnal.its.ac.id. Diakses tanggal 17 Desember 2018

Jurnal Batan,2014. Penentuan Limit deteksi dan kuantitas alat. Jurnal


batan.go.id. Diakses pada 18 Desember 2018

Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia


(UI-Press), Jakarta, Hal 215-216

Tim penyusun, 2018. Penuntun Praktikum Analitik Instrumen. Samarinda :


Politeknik Negeri Samarinda

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 19


LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 20


LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 21
PERHITUNGAN

Persamaan yang diperoleh dari kurva standar


Abs = 0,19330*Conc – 0,00051
y = 0,19330x – 0,00051

Standar Deviasi Blanko = 0,0002


3,3 x sbl
LOD =
m

3,3 x 0,0002
= = 0,00341 mg/L
0,19330

10 x sbl
LOQ =
m

10 x 0,0002
= = 0,01035 mg/L
0,19330

Menentukan Konsentrasi Sampel


1) Metode Kurva Standar
a) Air Danau Pinang
𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5
Absorbansi Rata-rata =
5
0,0090+0,0094+0,0097+0,0092+0,0093
=
5
= 0,0093 mg/L
y = 0,19330x – 0,00051
0,0093= 0,19330x – 0,00051
0,0093 + 0,00051 = 0,19330x
0,0098
x = 0,19330 = 0,0507 mg/L x 2

= 0,1014 mg/L
b) Air Kolam Direktorat
𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5
Absorbansi Rata-rata =
5
0,0198+0,0195+0,0193+0,0193+0,0192
=
5
= 0,0194 mg/L
y = 0,19330x – 0,00051

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 22


0,0194 = 0,19330x – 0,00051
0,0194 + 0,00051 = 0,19330x
0,0199
x = 0,19330 = 0,1030 mg/L x 2

= 0,206 mg/L

c) Air Danau Polnes


𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5
Absorbansi Rata-rata =
5
0,0403+0,0403+0,0403+0,0402+0,0399
=
5
= 0,0402 mg/L
y = 0,19330x – 0,00051
0,0402 = 0,19330x – 0,00051
0,0402 + 0,00051 = 0,19330x
0,04071
x = 0,19330 = 0,2106 mg/L x 2

= 0,4212 mg/L

d) Air Danau Cipto


𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5
Absorbansi Rata-rata =
5
0,1816+0,1806+0,1812+0,1810+0,1812
=
5
= 0,1811 mg/L
y = 0,19330x – 0,00051
0,1811 = 0,19330x – 0,00051
0,1811 + 0,00051 = 0,19330x
0,1816
x = 0,19330 = 0,9395 mg/L x 2

= 1,879 mg/L

2) Metode Satu Standar


a) Air Danau Pinang
𝐴𝑥
Cx = . 𝐶𝑠
𝐴𝑠

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 23


0,00932
= . 0,2
0,03866

= 0,05 mg/L x 2
= 0,1 mg/L

b) Air Kolam Direktorat


𝐴𝑥
Cx = . 𝐶𝑠
𝐴𝑠
0,0194
= . 0,2
0,03866

= 0,1mg/L x 2
= 0,2 mg/L

c) Air Danau Polnes


𝐴𝑥
Cx = . 𝐶𝑠
𝐴𝑠
0,0402
= . 0,2
0,03866

= 0,208 mg/L x 2
= 0,416 mg/L

d) Air Danau Cipto


𝐴𝑥
Cx = . 𝐶𝑠
𝐴𝑠
0,1811
= . 0,2
0,19404

= 0,933 mg/L x 2
= 1,866 mg/L

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 24


Gambar Alat

UVVIS Carry 50 Gelas Kimia

Botol Semprot Labu Ukur

Cuvet

LAPORAN PRAKTIKUM UV –VIS 25

Anda mungkin juga menyukai