PENDAHULUAN
1
profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan
fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau
tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya, apakah
dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak pada saat
dia mengomunikasikan gagasannya, dan apakah dia waspada serta
antusias atau tidak (Tarigan, 2008: 16).
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dan
Mukti, 1988: 17). Berbicara merupakan suatu aktivitas komunikasi
yang penting dalam kehidupan manusia normal. Dengan berbicara
maka manusia bisa saling berkomunikasi, menyatakan pendapat,
menyampaikan maksud dan pesan, serta mengungkapkan perasaan
(Kusuma, 2009: 18).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
berbicara merupakan sebuah proses komunikasi aktif dengan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan kata-kata
untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan kepada orang lain. Hal utama dari kegiatan berbicara
khususnya dalam meningkatkan proses pembelajaran berbicara agar
efektif, maka siswa dapat melakukan kegiatan berkomunikasi secara
berkelompok, dua orang atau lebih dengan berlatih saling bertanya dan
menjawab, memberi dan menerima tanggapan. Yang menjadi catatan
dan kunci dalam keberhasilan berbicara dan menyampaikan kata-kata
itu, adalah “berbicara dengan bahasa pendengar”.
4
mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade) (Tarigan, 2008:
16).
Agar dapat mennyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya
pembicara betulbetul memahami isi pembicaraannya, dan dapat
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya
apa yang akan dibicarakan, akan tetapi bagaimana mengemukakannya.
Hal ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi
bahasa tersebut (Arsjad dan Mukti, 1988: 17).
Program tujuan pengajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat mencapai
tujuan yang dicita-citakan (Iskandarwassid dan Suhendar, 2011: 242).
Tujuan tersebut mencakup hal-hal berikut.
1. Kemudahan Berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih
berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara
wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil
maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
Peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan diri yang tumbuh
melalui latihan.
2. Kejelasan
Peserta didik berlatih berbicara dengan tepat dan jelas, baik
artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang
diucapkan harus tersusun dengan baik melalui latihan seperti
berdiskusi, seminar, wawancara, memandu acara dalam suatu gelar
wicara, yang semuanya membutuhkan keterampilan mengatur cara
berpikir yang logis dan jelas sehingga kejelasan berbicara tersebut
dapat tercapai.
3. Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang baik menekankan pembicara untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan
dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik
pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan
5
bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan
demikian akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang
tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang mengelabui
kebenaran.
4. Membentuk Pendengaran yang Kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan
keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan
program ini. Di sini peserta didik perlu belajar mengevaluasi kata-
kata, niat, dan tujuan pembicara.
5. Membentuk kebiasaan
Keterampilan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan
berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam
bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk
kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. Sejalan dengan
tujuan berbicara di atas, ketercapaian tujuan pembicaraan
merupakan salah satu indikator terpenting dalam kegiatan berbicara
(Abidin, 2012: 130).
6
3. Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk
membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan
pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan,
misalnya seorang penyiar yang menyampaikan berita.
4. Fungsi interaksional merupakan penggunaan bahasa untuk
menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar
saluran-saluran komunikasi tetap terbuka, misalnya seorang
pendakwah yang menggunakan lelucon dalam dakwahnya agar
pendengarnya tidak bosan dan mengikuti ceramahnya sampai
selesai.
5. Fungsi personal merupakan penggunaan bahasa unuk menyatakan
perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung
dalam benaknya. Contohnya ungkapan hati seorang guru yang
marah-marah karena kelakuan siswanya.
6. Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk
mendapatkan pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini
biasanya disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
7. Fungsi imajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk
menciptakan sistematis atau gagasan-gagasan imajiner. Melalui
fungsi ini, berbicara berfungsi untuk merangsang imajinasi
seseorang. Ketujuh fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan secara
mutlak. Dalam konteks suatu pembicaraan, mungkin mengandung
beberapa fungsi. Artinya, dalam pembicaraan terdapat satu, dua,
atau lebih fungsi.
7
2) Berbicara menghibur.
3) Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau
menggerakkan.
8
2.2 Pengertian Kemampuan Berbicara
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu, yang berarti bisa, dapat atau
sanggup. Dengan demikian yang dimaksud dengan kemampuan adalah
memiliki kesanggupan dan kecakapan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan
diistilahkan dengan kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan yang
dimiliki pemakai bahasa tentang bahasa-bahasa yang dikuasai dan
dipahaminya (Tarigan, 2009: 11). Kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dan
Mukti, 1988: 17).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk menggunakan intonasi,
ucapan, dan menyusun kalimat dengan baik dalam setiap pembicaraannya.
Ukuran tersebut tentunya didasarkan mampukah pembicara (penutur dan
petutur) membedakan dengan siapa serta pada situasi yang bagaimana dia
berbicara, apa dengan orang yang sudah dikenal atau belum dikenal, dalam
situasi empat mata atau di depan orang banyak, pada forum resmi atau tidak
resmi, dan sebagainya. Untuk dapat memiliki kemampuan berbicara ini,
sarananya adalah pembelajaran dan pelatihan yang berkelanjutan dengan
memilih metode dan teknik yang tepat. Teknik tepat yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah melalui gelar wicara (talk show).
9
yang mempersyaratkan penggunaan berbagai kemampuan secara
simultan. Kemampuan tersebut meliputi:
1. Pelafalan (yang mencakup ciri-ciri segmental-vokal dan konsonan
serta pola tekanan dan intonasi),
2. Tata bahasa,
3. Kosa kata,
4. Kelancaran (fluency), dan
5. Pemahaman (kemampuan merespon terhadap suatu ujaran secara
baik).
Tujuan tes berbicara adalah untuk mengukur kemampuan tes dalam
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi lisan.
10
5. Wawancara
Kegiatan wawancara dilkukan oleh seorang penguji / lebih terhadap
teste. Seorang penguji hendaknya menciptakan suasana yang
kondusif, agar teste merasa tenang, bebas, dan tidak merasa
tertekan. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
memilih materi wawancara adalah keterkaitan meteri tersebut
dengan kurikulum dari isi buku teks bahasa Arab yang sudah
dipelajari oleh siswa.
6. Pidato
Dalam konteks pengajaran atau penyelenggaraan tes berbicara,
tugas pidato dapat berwujud permainan simulasi.
7. Diskusi
Diskusi selain sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa
dalam berargumentasi, juga dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan berbicara. Dalam diskusi, teste diminta
mengemukakan dan mempertahankan pendapat, ide dan pikiran
orang lain secara kritis dan logis.
11
tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan kemampuan
berbahasanya untuk berbicara dalam situasai (dan masalah) tertentu
untuk keperluan berkomunikasi.
12
e. Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “kenative-
speaker-an” yang tecermin bila sesorang berbicara?\
Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara
siswa dilakukan melalui tugas bercerita. Untuk mengevaluasi kemampuan
berbicara siswa dibutuhkan format penilaian berbicara. Berikut merupakan
format penilaian berbicara/bercerita yang dimodifikasi dari penilaian
Jakovits dan Gordon (Nurgiyantoro, 2001:290).
Bicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang melibatkan
beberapa faktor, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan
mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan; Apabila salah satu faktor tidak
dapat dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan dan mutu bicara akan
menurun (Hasuti, dkk., 1985). Semakin tinggi kemampuan seseorang
menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan dan penguasaan
berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang untuk
menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula penguasaan berbicaranya.
Akan tetapi, sangat sulit bagi kita untuk menilai faktor-faktor itu karena sulit
diukur.
Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung dapat diamati
dalam konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan berbicara
dapat dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji kemampuan
siswa dalam mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang
mereka ketahui dan dapat mereka lakukan) pada berbagai situasi nyata dan
konteks tertentu (Johnson and Johnson, 2004).
Penilaian kinerja mempunyai dua karakteristik dasar yaitu (1) siswa
diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya
berpidato, (2) produk dari penilaian kinerja lebih penting daripada kinerja
(performance)-nya.
Penilaian mengenai apakah yang akan dinilai itu produk atau
kinerjanya akan sangat bergantung pada karakteristik domain yang diukur.
Dalam bidang sastra, misalnya acting dan menari, kinerja dan produknya
sama penting.
13
Penilaian mengenai kemampuan kinerja dapat juga dilakukan dengan
menggunakan skala penilaian (rating scale). Walaupun cara ini serupa
dengan checklist, tapi skala penilaian memungkinkan penilai menilai
kemampuan peserta didik secara kontinum tidak lagi dengan model
dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada
beberapa kumpulan keterampilan atau kemampuan kerja yang hendak
diukur: checklist hanya memberikan dua katagori penilaian, sedangkan skala
penilaian memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada tiga
jenis skala penilaian, yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic rating
scale, dan (3) descriptive rating scale. Selain itu, alat penilaian dalam
berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen
tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini
adalah deskripsi masing-masing komponen (Nurgiyantoro, 2005: 156).
a. Tekanan
1) Ucapan sering tak dapat dipahami.
2) Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
3) Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan
menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
4) Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
5) Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan standar
6) Ucapan sudah standar.
b. Tata bahasa
1) Penggunaan tata bahasa hampir selalu tidak tepat.
2) Ada kesalahan dalam pemgunaan pola-pola pokok secara tetap yang
selalu mengganggu komunikasi.
3) Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat
yang dapat mengganggu komunikasi.
4) Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu,
tetapi tidak mengganggu komunikasi.
14
5) Sedikit terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
6) Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan
wawancara.
c. Kosakata
1) Penggunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang paling
sederhana sekalipun.
2) Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal
(waktu, makanan, transportasi, keluar).
3) Pemilihan kosakata sering tidak tepart dan keterbatasan
penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam masalah
sosial dan profesional.
4) Penggnaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah
tertentu, tetapui penggunaan kosakata umum terasa berlebihan.
5) Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum
tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.
6) Penggunaan kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat sekali.
d. Kelancaran
1) Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.
2) Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat
pendek dan rutin.
3) Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.
4) Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata
kadang-kadang tidak tepat.
5) Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang ajeg.
6) Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
e. Pemahaman
1) Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
2) Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan
dan pengulangan.
15
3) Memahami percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu
masih perlu penjelasan dan pengulangan.
4) Memahami percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang
mesih perlu pengulangan dan penjelasan.
5) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang
bersifat koloqial.
6) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqial.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa
sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai
makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesame manusia. berbicara
adalah aspek yang penting di kehidupan manusia. Dengan tujuan untuk
berinteraksi atau berkomunikasi antar sesama individu maupun kelompok.
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita
semua dapat berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik akan lebih mudah bergaul terutama
dengan lingkungan masyarakat.
Dari berbicara kita bisa menentukan bagaimana sikap dan tingkah laku
seseorang. Cara berbicara dengan baik dan benar didepan umum harus
dipertimbangkan dan dipahami juga. Dengan mempertimbangkan bagaimana
cara menyampaikan informasi tersebut dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar karena dengan itu tujuan berbicara dapat tersampaikan dengan
baik oleh pendengar maupun lawan berbicara.
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/25611284/MAKALAH_TES_KEMAMPUAN_
BERBICARA
https://www.google.com/amp/s/truestroryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah
-keterampilan-berbicara/amp/
http://digilib.unila.ac.id/1239/3/BAB%20II.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/7307/3/Bab%202.pdf
18