841 CCCCCCCCCCCC
841 CCCCCCCCCCCC
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Salah satu yang meningkatkan kualitas tidur adalah pemilihan sarung
bantal. Sarung bantal yang beredar di pasaran umumnya terbuat dari serat
kapas. Namun, serat kapas mudah kusut sehingga setelah pencucian terjadi
kekusutan. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penyempurnaan anti kusut
yang disempurnakan lagi dengan pelemasan.
Proses penyempurnaan resin termasuk penyempurnaan kimia yang salah
satunya digunakan untuk memperbaiki ketahanan kusut serta merperbaiki
kelemasan bahan. Pada proses penyempurnaan anti kusut ini, pembentukan
resin terjadi diantara celah-celah dari bagian amorf serat selulosa selama
proses pemanasawetan. Monomer resin yang telah masuk akan bergabung
membentuk polimer yang mempunyai ikatan silang yang kuat yang
menyebabkan kain menjadi lebih kaku sehingga mengurangi kecenderungan
kain menjadi kusut dan kekuatan serat akan menurun akibat proses hidrolisa
serat kapas oleh asam yang dihasilkan oleh katalis. Penurunan kekuatan tarik
dan kekakuan yang diakibatkan proses penyempurnaan anti kusut dapat
dikurangi dengan penggunaan zat tambahan berupa zat pelemas nonionik.
TEORI PENDEKATAN
I. Serat Kapas
Kapas adalah serat lembut yang tumbuh di sekitar biji tanaman kapas.
Merupakan serat yang paling sering dipintal menjadi benang dan digunakan
untuk membuat tekstil. Kapas adalah tanaman yang berharga karena hanya
sekitar 10% dari berat baku hilang dalam pemrosesan. Setelah lilin, protein,
dll dihapus, sisanya adalah polimer alami berupa selulosa murni. Selulosa ini
diatur dengan cara yang menghasilkan sifat kapas dengan kekuatan unik dan
daya serap tinggi. Setiap serat terdiri dari dua puluh-tiga puluh lapisan
melingkar selulosa.
Komposisi kimia dari serat kapas terdiri dari selulosa 95%, satu 1,3%
protein, 1,2% abu, 1,6% lilin, 3% gula, dan asam organik, dan senyawa kimia
lainnya yang membentuk 3,1%. Serat kapas non-selulosa biasanya terletak
dalam serat kutikula.
Serat kapas non-selulosa terdiri dari protein, abu, lilin, gula dan asam
organik. Lilin kapas ditemukan pada permukaan luar serat. Lilin lebih banyak
ditemukan pada kapas jika luas permukaan kapas semakin besar, kapas
halus umumnya memiliki kandungan lilin lebih banyak. Lilin kapas terdiri atas
rantai panjang asam lemak dan alkohol. Lilin kapas berfungsi sebagai
pelindung untuk serat kapas. Gula yang terdiri dari 3% serat kapas, gula
berasal dari gula alami tanaman dan gula dari serangga. Gula tanaman terjadi
dari proses pertumbuhan tanaman kapas. Gula tanaman terdiri dari
monosakarida, glukosa dan fruktosa. Gula serangga terutama untuk
whiteflies,gula serangga dapat menyebabkan kekakuan, yang dapat
menyebabkan masalahdi pabrik tekstil. Asam organik yang ditemukan dalam
serat kapas sebagai residumetabolic, yang terdiri dari asam malat dan asam
sitrat. Serat kapas non-selulosa dipisahkan menggunakan pelarut selektif.
Beberapa pelarut meliputi: heksana, kloroform, larutan natrium hidroksida,
polar pelarut, etanol panas, dan air putih. Setelah menghapus semua bahan
kimia non selulosa, serat kapas selulosa adalah sekitar Sembilan puluh
sembilan persen.
Komposisi kimia dari kapas, jika diangkat, sekitar 94 persen
selulosa,dalam kain jadi itu 99 persen selulosa. Kapas mengandung karbon,
hidrogen, danoksigen dengan gugus hidroksil reaktif. Glukosa adalah unit
dasar dari molekul selulosa. Kapas mungkin memiliki monomer glukosa
sebanyak 10.000 permolekul. Rantai molekul yang diatur dalam rantai spiral
panjang linear dalam serat. Kekuatan serat secara langsung berkaitan dengan
panjang rantai.
Ikatan hidrogen terjadi antara rantai selulosa dalam serat kapas. Ada tiga
kelompok hidroksil yang menonjol dari cincin dibentuk oleh satu oksigen dan
lima atom karbon. Kelompok-kelompok ini bersifat polar berarti electron yang
mengelilingi atom tidak merata. Atom hidrogen dari gugus hidroksil yang
tertarik pada banyak atom oksigen dari selulosa. Atraksi ini disebut ikatan
hidrogen. Ikatan hidrogen dalam daerah memerintahkan fibril menyebabkan
molekul untuk mendekatkan diri satu sama lain yang meningkatkan kekuatan
serat. Ikatan hidrogen juga membantu dalam penyerapan air. Cotton peringkat
diantara serat-serat yang paling penyerap karena ikatan Hidrogen yang
memberikan kontribusi untuk kenyamanan kapas itu.
Reaktivitas kimia selulosa berkaitan dengan kelompok hidroksil dari unit
glukosa. Kelembaban, pewarna, dan proses panjang selama pengolahan
menyebabkan kelompok-kelompok ini mudah bereaksi. Bahan kimia
sepertipemutih klorin menyerang atom oksigen antara atau dalam dua unit
cincin memutus rantai molekul selulosa.
D - Cl + H2O → D – OH + HCl
Reaksi Fiksasi dan Hidrolisis Zat Warna Reaktif Jenis Vinil Sulfon
Jenis zat warna ini merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi
dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik. Dilihat dari reaksinya,
zat warna ini cocok untuk dicelup dengan metoda pre pad alkali dan
metoda all in yang pemasukan alkalinya didepan.
a. Persiapan Kain
- Pembakaran bulu
- Penghilangan kanji
- Pemasakan
- Pengelantangan
- Kostisasi atau merserisasi
- Pencucian
- Pengeringan
Kain yang sudah mengalami proses pengelantangan , baik daya
serapnya tetapi biasanya tertutup oleh lapisan tipis sabun alkali dan dapat
menghalangi penyerapan resin. Disamping itu, alkali dapat mengurangi
efisiensi katalis yang ditambahkan pada proses penyempurnaan dan
akan memberikan hasil yang tidak merata. Pencucian dengan calgon
dapat menghilangkan lapisan tipis itu atau pembilasan dengan larutan
asam encer. Khusus untuk selulosa sebaiknya diperlakukan dalam
keadaan menggelembung, untuk itu kain dilewatkan dalam alkali encer
(6-7 % soda kostik) dan kemudian dibilas dengan air dan asam encer.
Akhirnya untuk semua kain harus diatur kelembabannya tetap dan
seragam, bila didinginkan hasil yang seragam pula.
1. Prakondensat
2. Katalis
c. Pengeringan
Silinder pengering lebih efisien dari pada penggunaan uap, hanya saja
lebar dan pegangan kain tak dapat dikontrol. Kontaminasi permukaan
silinder oleh zat warna atau hasil-hasil amino-aldehid dari kain dapat
menganggu.
d. Pemanasan
VI. Pelemasan
Zat pelemas adalah suatu zat yang biasa digunakan dalam proses
penyempurnaan untuk mendapatkan sifat bahan menjadi lembut, lemas, licin, tidak
rapuh dan anti statik. Zat pelemas yang biasa digunakan merupakan suatu zat yang
mengandung minyak/lemak. Zat pelemas ini dapat digunakan sebagai zat
penyempurnaan tersendiri maupun ditambahkan dengan zat penyempurnaan lain
untuk memperoleh kelemasan, kehalusan, pegangan penuh dan lembut serta
kesupelan pada bahan tekstil. Sifat tersebut didapat karena terjadi penurunan
koefisien gesekan antara serat atau filamen-filamen benang.
Zat pelemas nonionik adalah zat pelemas yang tidak mempunyai muatan
ion, merupakan zat pelemas yang tidak reaktif. Zat pelemas ini umumnya
dapat dipakai bersama-sama dengan zat penyempurnaan lainnya, walaupun
substantivitasnya kecil. Zat pelemas tersebut tidak memberikan sifat
pelemasan yang permanen pada serat karena tidak bereaksi dengan serat,
melainkan hanya membentuk lapisan film tipis pada permukaan serat saja.
Oleh karena itulah, maka ketahanan cucinya kurang baik. Pada umumnya, zat
pelemas ini banyak digunakan dalam campuran dengan zat pelemas anionik
atau kationik. Kerja zat pelemas ini tidak terpengaruh oleh pH larutan, stabil
terhadap elektrolit, tidak terpengaruh oleh air sadah dan tidak memberikan
efek kekuning-kuningan. Salah satu contoh dari resin golongan ini adalah
silikon.
Senyawa silikon berbentuk emulsi silikon yang dapat dipakai pada bahan
dari kapas, wol, sintetik dan serat campuran.senyawa silikon dapat digunkan
sebagai zat pelemas (softener), zat anti busa (antifoam agent), zat tolak air
(water repellent agent), dan lain-lain. Stabilitas ikatan Si-O dan Si-C yang
tinggi menyebabkannya mempunyai yang bagus terhadap panas, cuaca,
kelembaban, oksidasi dan bantingan-bantingan selama penyimpanan.
Tekanan permukaan yang rendah dari kelompok metil, memberikanya sifat
kebebasan dan pelumasan (release and lubrication) yang baik.
Mekanisme kerja zat pelemas terhadap bahan ada beberapa cara yaitu :
3. Pelapisan serat dengan asam lemak amina, campuran polietilena dan wax,
atau dengan larutan silikon.
VII. Lavender
METODOOGI PERCOBAAN
- Baki - Kompor
Bahan
- Air - Katalis
- NaCl - Binder
II. Diagram Alir
Pengeringan awal
Suhu : 100°C
Waktu : 2 menit
Pemanasawetan
Suhu : 170°C
Waktu : 2 menit
Washing Off
Penjahitan
III. Resep
Resep Scouring
- Na2CO3 : 2 g/l
- Teepol : 1 ml/l
- Vlot : 1:20
- Suhu : 80°C
- Waktu : 30 menit
V. Skema Proses
Scouring
80
70 Kain Kapas
Air
60
Na2CO3
50 Teepol
Suhu (°C)
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Pencelupan dengan Zat Warna Reaktif
100
90
80 Kain Kapas
70
Air
60 Na2CO3
Suhu (°C)
Zw Reaktif
50 Kain hasil Pencelupan
40
Teepol
30 NaCl
20 Na2CO3
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Waktu (menit)
170°C, 2 menit
Pemberian Aromaterapi Lavender
80
70 Lavender
Kain
60 Air
Binder
Kain hasil proses
50
Suhu (°C)
Teepol
40 Na2CO3
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kekakuan Kain