Tugas Makalah Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Tugas Makalah Teknologi Persiapan Penyempurnaan
Disusun oleh :
Kelas : 2K3/K4
Dosen : H. Nono C., S.Teks., M.Si
Asisten : Ikhwanul Muslim, S.ST., MT.
Abstrak
Kapas dapat mengandung antara 4 dan 12% berat pengotor dalam bentuk lilin, protein, pektin,
abu, dan zat lain-lain seperti pigmen, hemiselulosa, dan gula pereduksi. Pengotor ini
dikeluarkan dari kain dengan cara dimasak, karena sifat hidrofobiknya secara negatif
mempengaruhi daya basah dan daya serap kain. Dalam karya ini, pektinase, protease, dan
selulase digunakan dalam berbagai kombinasi untuk waktu perawatan yang berbeda, baik
dalam rendaman yang mengandung satu enzim atau kombinasi enzim yang berbeda, untuk
mengevaluasi efek dari enzim ini pada daya basah dan daya serap kain katun 100%. Pada
akhir pemasakan enzimatik dan alkali, sifat pembasahan dan sifat serapan dari bahan
dievaluasi dalam hal daya basah, nilai CIE * L, derajat putih dan analisis pektin dengan
pewarnaan Ruthenium Red. Selanjutnya, efek bioscouring pada pemutihan dan pewarnaan
juga diselidiki. Pada akhir tes evaluasi, ditemukan bahwa untuk mencapai daya basah dan
daya serap yang memadai, kombinasi selulase + pektinase dan kombinasi selulase +
pektinase + protease memberikan hasil yang lebih baik daripada kombinasi enzimatik lainnya.
PENDAHULUAN
Setiap kain dengan perlakuan awal yang berbeda, dilakukan proses dengan 6
kombinasi enzim dengan 3 waktu yang berbeda (30, 60, 90 menit) dan setiap percobaan
dilakukan 3 kali. Kombinasi enzim yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Kain A, B dan C juga dilakukan pemasakan dengan alkali. Zat pembasah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Perlavin NIC non-ionik, dan squestering agent yang
digunakan adalah Perlavin AHS. Setelah proses pemasakan enzim dan alkali, dilakukan
evaluasi yang meliputi daya basah, derajat putih, CIE *L, dan analisis pektin dengan
Ruthenium Red.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Daya basah dan daya serap
Berdasarkan hasil percobaan, jenis kombinasi, jenis pengerjaan awal kain, dan waktu
reaksi berpengaruh terhadap daya basah dan daya serap kain. Ketika dibandingkan antar
kombinasinya, enzim protease menyebabkan perbedaan yang signifikan antar kombinasinya
dalam sifat pembasahannya. Bahkan, nilai pembasahan dari enzim protease pada semua
kain (A, B dan C) adalah yang terendah.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa jenis kombinasi, jenis pengerjaan
awal dan waktu proses pemasakan berpengaruh terhadap nilai K/S. Dapat disimpulkan juga
pada hasil akhir pencelupan Ruthenium Red jika dibandingkan antar kombinasinya bahwa
kain yang dikerjaan dengan enzim protease memiliki statistik nilai K/S yang lebih rendah dari
yang lainnya. Selain itu, kombinasi yang menggunakan selulase memberikan hasil yang lebih
baik. Berdasarkan jenis pengerjaan awal kainnya, kain B dan C memiliki statistik nilai K/S
yang sama. Kain dengan waktu proses 30 dan 60 menit memiliki nilai K/S yang sama.
Sedangkan pada kain dengan waktu proses 30 dan 90 menit memiliki perbedaan nilai K/S
secara statistik.
2.2.4 Efek pemasakan dengan enzim dan alkali terhadap sifat kain pada proses
pengelantangan dan pencelupan
Di akhir pengukuran spektrofotometri, diketahui bahwa kombinasi enzim yang
digunakan tidak berpengaruh terhadap nilai derajat putih kain setelah proses pengelantangan.
Setelah pengelantangan dengan hidrogen peroksida, kain yang dikerjakan dengan berbagai
kombinasi enzim pada proses pemasakan semuanya mengalami peningkatan derajat putih.
Dalam hal sifat pewarnaan kain setelah pemasakan dengan enzim dan alkali, nilai K/S
kain hasil pencelupan zat warna reaktif menunjukkan bahwa penghilangan zat pektin akan
meningkatkan sifat pewarnaan kain. Tingkat dari peningkatan ini berbeda tergantung dari
jumlah zat pektin yang dihilangkan. Karena bersifat hidrofobik, zat pektin akan mencegah
penyerapan larutan zat warna jika jumlah zat pektin yang dihilangkan tidak cukup banyak,
seperti pada hasil pemasakan dengan kombinasi selulase + protease.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil semua evaluasi dan analisis statistik, didapatkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan statistik antara hasil evaluasi kain B dan C. Jadi, untuk mencegah konsumsi
tambahan energi dan air, kain dengan pengerjaan awal berupa proses penghilangan kanji
saja sudah cukup untuk mendapatkan hasil pemasakan yang efektif. Dalam hal waktu proses
pemasakannya, untuk waktu proses selama 30 menit hasilnya masih kurang efektif bila
dibandingkan dengan yang diproses selama 60 dan 90 menit. Sedangkan untuk waktu proses
60 dan 90 menit, tidak ada perbedaan secara statistik. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
waktu proses pemasakan yang paling efektif adalah selama 60 menit.
Karapinar, Emre dan Merih Ones Sariisik. 2003. Scouring of Cotton with Cellulases,
Pektinases and Proteases. Manchester : University of Manchester, Institute of Science and
Technology Departement of Textiles and Paper.