Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN

Disusun oleh :

Raditya Cahyo Nugroho NIM. 16020102


Alma Quamilla NIM. 17020010
Ria Arinta Mukti NIM. 17020073
Rifqi Diaz Rahmadani NIM. 17020074
Siska Dwiyanti NIM. 17020081
Syafira Narendraduhita NIM. 17020083

Kelas : 2K3/K4
Dosen : H. Nono C., S.Teks., M.Si
Asisten : Ikhwanul Muslim, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG
2019/2020
Pemasakan Kapas dengan Selulase, Pektinase dan Protease

Abstrak

Kapas dapat mengandung antara 4 dan 12% berat pengotor dalam bentuk lilin, protein, pektin,
abu, dan zat lain-lain seperti pigmen, hemiselulosa, dan gula pereduksi. Pengotor ini
dikeluarkan dari kain dengan cara dimasak, karena sifat hidrofobiknya secara negatif
mempengaruhi daya basah dan daya serap kain. Dalam karya ini, pektinase, protease, dan
selulase digunakan dalam berbagai kombinasi untuk waktu perawatan yang berbeda, baik
dalam rendaman yang mengandung satu enzim atau kombinasi enzim yang berbeda, untuk
mengevaluasi efek dari enzim ini pada daya basah dan daya serap kain katun 100%. Pada
akhir pemasakan enzimatik dan alkali, sifat pembasahan dan sifat serapan dari bahan
dievaluasi dalam hal daya basah, nilai CIE * L, derajat putih dan analisis pektin dengan
pewarnaan Ruthenium Red. Selanjutnya, efek bioscouring pada pemutihan dan pewarnaan
juga diselidiki. Pada akhir tes evaluasi, ditemukan bahwa untuk mencapai daya basah dan
daya serap yang memadai, kombinasi selulase + pektinase dan kombinasi selulase +
pektinase + protease memberikan hasil yang lebih baik daripada kombinasi enzimatik lainnya.

Kata kunci: selulase, protease, pektinase, pemasakan kapas, daya basah.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pemasakan serat kapas biasanya dilakukan menggunakan pengerjaan alkali.
Meskipun proses pemasakan menggunakan alkali efektif, tetapi prosesnya mahal karena
mengkonsumsi sejumlah besar air, energi dan zat pembantu.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah kombinasi enzim yang memberikan hasil pemasakan yang paling baik?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui kombinasi enzim yang memberikan hasil pemasakan yang paling
baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan dan Metode


Pada penelitian ini, digunakan 3 kain kapas 100% anyaman polos dengan perlakuan
awal yang berbeda yang memiliki gramasi 156 g/m2, dan dengan tetal lusi dan pakannya
sama yaitu 24 helai per cm. Kain A hanya direbus dalam air pada suhu 100°C. Kain B
hanya dilakukan penghilangan kanji dengan enzim α amilase. Dan kain C dilakukan kedua
pengerjaan yaitu direbus dalam air pada suhu 100°C dan dilakukan penghilangan kanji
dengan enzim α amilase. Jenis enzim yang digunakan di penelitian ini dijelaskan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Jenis enzim dan sifatnya


Enzim Suhu (°C) pH
α Amilase 65 – 70 6,2 – 6,8
Protease jenis serin 60 – 70 8,0
Pektinase 50 – 65 8,0 – 9,5
Selulase 45 – 50 4,5 – 5,5

Setiap kain dengan perlakuan awal yang berbeda, dilakukan proses dengan 6
kombinasi enzim dengan 3 waktu yang berbeda (30, 60, 90 menit) dan setiap percobaan
dilakukan 3 kali. Kombinasi enzim yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kombinasi enzim


Parameter Komb 1 Komb 2 Komb 3 Komb 4 Komb 5 Komb 6
Protease 2,0 2,0 2,0 (b) 2,0 (b)
(g/l)
Pektinase 0,2 0,2 0,2 (b) 0,2 (b)
(g/l)
Selulase (g/l) 4,0 (a) 4,0 (a) 4,0 (a)
Wetting 0,5 6,0 6,0 1,0 (a) – 1,0 (a) – 1,0 (a) –
Agent (g/l) 6,0 (b) 0,5 (b) 6,0 (b)
Sequestering 2,0 2,0 2,0 (b) 2,0 (b)
Agent (g/l)
Suhu (°C) 70 55 60 50 (a) – 55 50 (a) – 70 50 (a) – 60
(b) (b) (b)
pH 8,0 8,0 8,0 5,5 (a) – 5,5 (a) – 5,5 (a) –
8,0 (b) 8,0 (b) 8,0 (b)
Vlot 1:20 1:20 1:20 1:20 1:20 1:20

Ket : a = Pengerjaan dilakukan pada bak pertama


b = Pengerjaan dilakukan pada bak kedua

Kain A, B dan C juga dilakukan pemasakan dengan alkali. Zat pembasah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Perlavin NIC non-ionik, dan squestering agent yang
digunakan adalah Perlavin AHS. Setelah proses pemasakan enzim dan alkali, dilakukan
evaluasi yang meliputi daya basah, derajat putih, CIE *L, dan analisis pektin dengan
Ruthenium Red.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Daya basah dan daya serap
Berdasarkan hasil percobaan, jenis kombinasi, jenis pengerjaan awal kain, dan waktu
reaksi berpengaruh terhadap daya basah dan daya serap kain. Ketika dibandingkan antar
kombinasinya, enzim protease menyebabkan perbedaan yang signifikan antar kombinasinya
dalam sifat pembasahannya. Bahkan, nilai pembasahan dari enzim protease pada semua
kain (A, B dan C) adalah yang terendah.

Perbedaan pengerjaan awal pada masing-masing kain juga memberikan perbedaan


pada sifat pembasahannya. Pembasahan kain A secara statistik berbeda dengan kain B dan
C, tetapi antara kain B dan C tidak ada perbedaan secara statistik. Berdasarkan variasi waktu,
pembasahan pada kain yang dikerjakan selama 60 menit dan 90 menit tidak memiliki
perbedaan secara statistik, sedangkan kain yang dikerjakan selama 30 menit memiliki
perbedaan dari segi kombinasi enzim yang digunakan.

Berdasarkan hasil uji pembasahan, dapat disimpulkan bahwa pengerjaan kain B


dengan enzim selulase dan pektinase selama 60 menit merupakan pengerjaan yang paling
efektif. Dan juga, semua kombinasi selain protease memiliki waktu pembasahan kurang dari
1 detik.

2.2.2 Nilai derajat putih dan CIE *L


Nilai derajat putih kain diukur berdasarkan beberapa pandangan yang menyatakan
bahwa beberapa pigmen alami dalam serat kapas juga dapat dihilangkan dalam proses
pemasakan karena pigmen ini diserap ke pektin dan protein dalam serat kapas. Berdasarkan
hal itu, beberapa peningkatan derajat putih dianalisa pada hasil proses pemasakan.
Analisis statistik nilai derajat putih dari kain hasil proses pemasakan membuktikan
bahwa jenis kombinasi, jenis pengerjaan awal pada kain dan waktu proses pemasakan
berpengaruh terhadap derajat putih kain. Nilai kain B dan C setelah proses pemasakan sama
secara statistik, sedangkan nilai kain A berbeda secara statistik dan lebih rendah daripada
kain B dan C. Berdasarkan data yang didapat, disimpulkan bahwa pemasakan dengan enzim
selama 60 menit menggunakan kombinasi enzim selulase + protease dan hanya dengan
enzim protease menghasilkan peningkatan hasil yang tertinggi pada nilai derajat putih
diantara kombinasi lainnya.

2.2.3 Evaluasi penghilangan pektin dengan pencelupan Ruthenium Red


Nilai K/S dihitung dengan rumus Kubelka Munk. Karena Ruthenium Red hanya
mewarnai pektin dan protein yang ada dalam kapas. Semakin rendah nilai K/S maka semakin
sedikit pektin dan protein yang ada dalam kapas. Nilai K/S dari hasil pemasakan dengan
enzim dan alkali setelah pencelupan Ruthenium Red diukur pada panjang gelombang 540
nm.

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa jenis kombinasi, jenis pengerjaan
awal dan waktu proses pemasakan berpengaruh terhadap nilai K/S. Dapat disimpulkan juga
pada hasil akhir pencelupan Ruthenium Red jika dibandingkan antar kombinasinya bahwa
kain yang dikerjaan dengan enzim protease memiliki statistik nilai K/S yang lebih rendah dari
yang lainnya. Selain itu, kombinasi yang menggunakan selulase memberikan hasil yang lebih
baik. Berdasarkan jenis pengerjaan awal kainnya, kain B dan C memiliki statistik nilai K/S
yang sama. Kain dengan waktu proses 30 dan 60 menit memiliki nilai K/S yang sama.
Sedangkan pada kain dengan waktu proses 30 dan 90 menit memiliki perbedaan nilai K/S
secara statistik.

Pada akhir pengukuran, pengerjaan kain B dengan kombinasi selulase + protease +


pektinase selama 90 menit adalah kombinasi yang paling efektif dari kombinasi enzim lainnya.
Sedangkan pemasakan dengan alkali dianggap lebih efektif dari kombinasi selulase +
protease + pektinase, tetapi perbedaannya sangat sedikit.

2.2.4 Efek pemasakan dengan enzim dan alkali terhadap sifat kain pada proses
pengelantangan dan pencelupan
Di akhir pengukuran spektrofotometri, diketahui bahwa kombinasi enzim yang
digunakan tidak berpengaruh terhadap nilai derajat putih kain setelah proses pengelantangan.
Setelah pengelantangan dengan hidrogen peroksida, kain yang dikerjakan dengan berbagai
kombinasi enzim pada proses pemasakan semuanya mengalami peningkatan derajat putih.
Dalam hal sifat pewarnaan kain setelah pemasakan dengan enzim dan alkali, nilai K/S
kain hasil pencelupan zat warna reaktif menunjukkan bahwa penghilangan zat pektin akan
meningkatkan sifat pewarnaan kain. Tingkat dari peningkatan ini berbeda tergantung dari
jumlah zat pektin yang dihilangkan. Karena bersifat hidrofobik, zat pektin akan mencegah
penyerapan larutan zat warna jika jumlah zat pektin yang dihilangkan tidak cukup banyak,
seperti pada hasil pemasakan dengan kombinasi selulase + protease.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil semua evaluasi dan analisis statistik, didapatkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan statistik antara hasil evaluasi kain B dan C. Jadi, untuk mencegah konsumsi
tambahan energi dan air, kain dengan pengerjaan awal berupa proses penghilangan kanji
saja sudah cukup untuk mendapatkan hasil pemasakan yang efektif. Dalam hal waktu proses
pemasakannya, untuk waktu proses selama 30 menit hasilnya masih kurang efektif bila
dibandingkan dengan yang diproses selama 60 dan 90 menit. Sedangkan untuk waktu proses
60 dan 90 menit, tidak ada perbedaan secara statistik. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
waktu proses pemasakan yang paling efektif adalah selama 60 menit.

Berdasarkan hasil evaluasi, kombinasi menggunakan enzim selulase memberikan


hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan kombinasi enzim lainnya. Semua pemasakan
yang menggunakan enzim tidak memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
pemasakan menggunakan alkali. Namun, hasil pemasakan menggunakan enzim yang paling
mendekati hasil pemasakan dengan alkali dari segi daya pembasahan dan penghilangan
pektin adalah kombinasi enzim selulase + pektinase dan selulase + protease + pektinase.
DAFTAR PUSTAKA

Karapinar, Emre dan Merih Ones Sariisik. 2003. Scouring of Cotton with Cellulases,
Pektinases and Proteases. Manchester : University of Manchester, Institute of Science and
Technology Departement of Textiles and Paper.

Anda mungkin juga menyukai