Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang
sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh
segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan
kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu
pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia,
para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia
miliki.[2] Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban
sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib
dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang
merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu.
Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada dirinya,
untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam aturan-aturan yang
telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju
keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadits tentang pentingnya ilmu
2. Bagaimana pandangan para ulama tentang pentingnya ilmu

III. Tujuan Masalah


1. Mengetahui bagaimana hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskan
pentingnya ilmu
2. Mengetahui bagaimana pandangan ulama tentang pentingnya ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian dan Keutamaan Ilmu


Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal,
merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau
bentuk sesuatu dalam akal.[4]

Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di


dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai
dengan jenis ilmu yang akan dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu,
berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬

Artinya: “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-laki dan orang
islam perempuan”. (HR.

Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar,


dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Allah SWT berfirman:

)18 :‫يز ْال َح ِكي ُم (آل عمران‬ ِ ‫ش ِهدَ هللاُ أَنَّهُ ََل ِإلَهَ ِإ ََّل ه َُو َو ْال َم ََلئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما ِب ْال ِقس‬
ُ ‫ْط ََل ِإلَهَ إِ ََّل ه َُو ا ْل َع ِز‬ َ

Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang
berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia
(yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali
Imran: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang
berhak disembah selain Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan
para ahli ilmu. Diletakkannya para ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah
pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan keutamaan para mereka.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ٍ ‫يَ ْرفَعِ هللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬


ٌ ِ‫ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخب‬
)11 :‫ير (المجادلة‬

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu
dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan
500 tahun[5].

II. Hadits-hadits yang menjelaskan Pentingnya Ilmu


Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak
mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada
umumnya menuliskan bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka
bahkan menulis sebuah kitab yang khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu
bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Sabda Rasulullah SAW:

ِ َ‫ا َ ْلعُلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِبي‬


)‫اء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان‬

Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu
Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada
kemuliaan di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.

Rasulullah SAW bersabda:

ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
)‫ض (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان‬ َّ ‫َي ْست َ ْغ ِف ُر ِل ْل َعا ِل ِم َما ِفي ال‬
ِ ‫س َم َوا‬

Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk
orang yang berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu


dimintakan ampun oleh para malaikat langit dan bumi?.

Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ي َع ْنهُ أَ ْغنَى نَ ْف‬


)‫سهُ (رواه البيهقي‬ ْ ‫اس ْال ُمؤْ ِمنُ ْال َعا ِل ُم الَّذ‬
َ ِ‫ِي إِ ِن احْ تِ ْي َج ِإلَ ْي ِه نَفَ َع َو ِإ ِن ا ْست ُ ْغن‬ َ ‫أ َ ْف‬
ِ َّ‫ض ُل الن‬

Artinya: “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia


dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia
dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”.(HR. Al-Baihaqi)[6]

Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana


ia akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya.
Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu
yang ia miliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi
penghibur dalam kesendiriannya.

Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda:

ِ ‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْي ًرا يُفَ ِ ِّق ْههُ فِي ال ِد‬


)‫ِّين (رواه البخاري ومسلم‬
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi
kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah


menggantungkan kebaikan seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama,
dalam arti kwalitas dan kwantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat
diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik dan buruk
seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan benar, baik dan buruk dan
halal dan haram.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

, ‫ت ْال َما َء‬


ْ َ‫طيِِّبَةٌ قَبِل‬
َ ٌ‫طائِفَة‬ ْ ‫اب أَ ْرضًا فَكَان‬
َ ‫َت ِم ْن َها‬ َ ‫ص‬ ٍ ‫ َو ْال ِع ْل ِم َك َمث َ ِل َغ ْي‬, ‫إن َمث َ َل َما بَعَثَنِي هللاُ بِ ِه ِم ْن ْال ُهدَى‬
َ َ‫ث أ‬ َّ
, ‫س فَش َِربُوا ِم ْن َها‬ َ ‫ َفنَفَ َع هللاُ ِب َها النَّا‬, ‫َت ْال َما َء‬ْ ‫سك‬َ ‫ َو َكانَ ِم ْن َها أ َ َجادِبُ أَ ْم‬, ‫ير‬ َ ِ‫ب ْال َكث‬َ ‫ َو ْالعُ ْش‬, َ‫َت ْالك َََل‬
ْ ‫فَأ َ ْنبَت‬
‫ فَذَلِكَ َمث َ ُل‬, ً ‫ َو ََل تُ ْن ِبتُ ك َََل‬, ‫ان ََل ت ُ ْم ِسكُ ْال َما َء‬
ٌ َ‫ِي قِيع‬ ُ
َ ‫طائِ َفةً ِم ْن َها أ ْخ َرى إنَّ َما ه‬ َ ‫اب‬ َ ‫ص‬ َ َ ‫ َوأ‬, ‫ َوزَ َرعُوا‬, ‫سقَ ْوا‬ َ ‫َو‬
‫ َولَ ْم يَ ْقبَ ْل ُهدَى‬, ‫سا‬ ً ْ‫ َو َمثَ ُل َم ْن لَ ْم يَ ْرفَ ْع ِبذَلِكَ َرأ‬, ‫ َو َعلَّ َم‬, ‫ فَ َع ِل َم‬, ‫ َونَفَ َعهُ ِب َما َب َعثَنِي هللاُ ِب ِه‬, ِ‫ِين هللا‬
ِ ‫َم ْن فَقُهَ فِي د‬
)‫هللاِ الَّذِي أ ُ ْر ِس ْلتُ ِب ِه (رواه البخاري ومسلم‬

Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk
dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada
yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang
banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat
menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak
kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah
dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar,
dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau
menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin
Abi Thalib:
َ ‫فَ َواَهللِ َْل َ ْن يَ ْهد‬
ِ ‫ َو‬, ‫ِي هللاُ بِكَ َر ُج ًَل‬
)‫احدًا َخي ٌْر لَكَ ِم ْن ُح ْم ِر النَّعَ ِم (رواه البخاري ومسلم‬

Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu,
maka itu lebih baik dari pada himar-himar ternak” )HR. Bukhari Muslim(

Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو َم ْن دَ َعا إلَى‬, ‫ش ْيئًا‬ ِ ‫ص ذَلِكَ ِم ْن أ ُ ُج‬


َ ‫ور ِه ْم‬ ُ ُ‫ ََل يَ ْنق‬, ُ‫ور َم ْن تَبِعَه‬ ِ ‫َم ْن دَ َعا إلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِم ْن ْاْلَجْ ِر ِمثْ ُل أ ُ ُج‬
)‫ام ِه ْم (رواه مسلم‬ ِ َ‫ص ذَلِكَ ِم ْن آث‬ُ ُ‫اْلثْ ِم ِمثْ ُل آث َ ِام َم ْن ت َ ِب َعهُ ََل َي ْنق‬
ِ ْ ‫ض ََللَ ٍة َكانَ َعلَ ْي ِه ِم ْن‬
َ .

Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti
pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-
pahala itu. Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa
itu” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

َ ٌ ‫ أَ ْو َولَد‬, ‫ أ َ ْو ِع ْل ٌم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬, ٌ‫اريَة‬


‫صا ِل ٌح يَدْعُو لَهُ (رواه‬ ِ ‫صدَقَةٌ َج‬ ٍ ‫ط َع َع َملُهُ َّإَل ِم ْن ث َ ََل‬
َ :‫ث‬ َ َ‫إذَا َماتَ ا ْبنُ آدَ َم ا ْنق‬
‫(مسلم‬

Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali
dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang
mendoakannya” (HR. Muslim)

Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya


ilmu bagi manusia. Dan masih banyak hadits-hadits lain[7].

III. Pandangan Ulama tentang Pentingnya Ilmu


Imam As-Syafi’i mengatakan:

‫ َو َم ْن أ َ َرادَ ْاْل ِخ َرة َ فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬, ‫َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه ِب ْال ِع ْل ِم‬

Artinya: “Barang siapa menghendaki )kebaikan( dunia, maka hendaknya ia


menggunakan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka
hendaknya menggunakan ilmu”[8].

Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama.


Tetapi, selama keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan
dari keutamaan itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa
ilmu adalah utama.

Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara
salah satunya mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau
memang kelebihan yang dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.

Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang
disenangi karena ada faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya dan sesuatu yang dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada
faktor lain diluarnya.

Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena


nilai eksentriknya tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk
mendapatkan yang lain. Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai
eksentriknya, artinya ia disenangi karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan
sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari luar dan juga karena nilai
eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan badan
disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga
disenangi karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga
macam hal di atas, yang tentunya lebih utama adalah yang ketiga.

Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga.


Ilmu itu sendiri adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan
perantara mendapatkan kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu
kedekatan kepada Allah dapat diraih, kelas lebih tinggi para malaikat dapat
diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat dinikmati. Dengan ilmu
kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan kehormatan
dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia
karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak[9]

Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail:

“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu
menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta
adalah yang dihakimi. Harta menjadi berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilu
akan berkembang dengan diajarkan kepada orang lain”[10].

Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui


oleh semua orang. Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh.
Perkataan ini adalah petunjuk bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena
keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh ilmu itu sendiri. Ketika seseorang
tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia meremehkan ilmu,
menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah kekayaan
dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan[11].

Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari


tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung
badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya
cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus
menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa
menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh
zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama
pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di
tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan[12].

IV. Padangan Penulis


Berdasarkan firman-fiman Allah, hadits-hadits Rasulullah serta pendapat
para ulama, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling baik
dari segala bentuk benda yang ada. Ia juga adalah yang terpenting dari segala
sesuatu yang penting. Ilmu sendiri adalah sebuah keutamaan, dimana seseorang
akan merasakan kenikmatan dalam pergelutannya dengan ilmu, memberinya
manfaat bagi dirinya, memperbaiki akhlaknya, memberikan jalan keluar bagi
kebuntuan pikirannya, serta menunjukkannya jalan menuju keselamatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hubungannya dengan makhluk-makhluk sekitarnya, orang yang


berilmu mmeberikan banyak manfaat kepada mereka, membantu mengeleuarkan
mereka dari sebuah masalah, menunjukkan mereka kepada kebenaran dan
menghindarkan mereka dari jurang kenistaan, yaitu kesengsaraan yang abadi di
akhirat. Selain itu, ilmu adalah sebuah petunjuk bagi maju atau berkembangnya
sebuah peradaban bangsa. Artinya, kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat melalui
kemajuan ilmu pengetahuan yang ada dalam lingkungan mereka.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang utama, mulia dan penting. Oleh
sebab itu semua harus menyadari tentang hal ini, untuk membentuk keshalehan
individu dan keshalehan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paling
tidak setiap pendidik pada lembaga pendidikan manapun harus mampu menyadari
akan keutamaan dan pentingnya ilmu, lalu menyalurkannnya kepada peserta
didik, sehingga manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan dapat dirasakan secara
menyeluruh, bukan sekadar formalitas belaka.

Firman Allah dalam al-Qur’an, hadits-hadits Rasulullah serta pandangan


ulama, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bukti kongkrit akan keutamaan,
kemulian dan pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan. Ia adalah kunci bagi
kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

II. Saran-saran
Seperti yang telah disampaikan dimuka bahwa semua orang harus
menyadari dan meyakini akan keutamaan dan pentingnya ilmu, terutama bagi
kalangan pendidik. Untuk selanjutnya penulis merumuskan saran-saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya kita lebih mendalam di dalam mempelajari keutamaan
dan pentingnya ilmu, baik yang bersumber dari al-Qur’an, hadits, kitab-
kitab para ulama islam, maupun para cendekiawan yang lain.
2. Hendaknya kita mengembangkan sikap bangga akan ilmu yang
telah kita raih, agar keutamaannya tampak menghiasi diri kita dan orang-
orang di sekitar kita.
3. Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka
hendaknya kita tidak berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai
dengan sabda Rasulullah bahwa menuntut ilmu tetap diharuskan sampai
tubuh kita terkubur dalam liang lahat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar


Iqra’, 1985, hlm. 36
[2] Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1 hlm.12
[3] Ibid
[4] Kementerian Waqaf dan Urusan Islam Kuwait, Ensiklopedi Fiqih, Kairo: Dar
As-Shofwah, 2007, juz. 30 hlm. 291
[5] Al-Ghazali, op.cit, Beirut: Darul Ma’rifah, tt, Juz 1 hlm. 5
[6] Ibid, hlm. 6
[7] An-Nawawi, “Al-Majmu’ ‘ala Syarh al-Muhadzab”, Kairo: Maktabah al-
Muniriyah, tt, Juz. 1 hlm. 40-41
[8] Ibid
[9] Al-Ghazali, op.cit. hlm. 13
[10] Al-Ghazali, op.cit. hlm. 8
[11] Al-Mawardi, op.cit. 37
[12] Ibid

Anda mungkin juga menyukai