Anda di halaman 1dari 2

Inilah zaman, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Akan tiba suatu zaman di mana

orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (HR Bukhari).
Dalam Islam, ada etika untuk memproduksi dan tidak sembarang memakan. Semua ini diatur agar
manusia menjadi sehat, baik jasmani maupun rohani.
Agama Islam tidak hanya mengatur tata cara ritual peribadatan, akan tetapi aspek-aspek yang
mendukung beribadah juga diatur, seperti kesehatan. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menjaga
kondisi tubuh, agar bisa menunaikan ibadah dengan sempurna.
Rasulullah SAW pernah menyuruh Abbas untuk berdoa memohon kesehatan. “Wahai Abbas,
mohonlah kepada Allah SWT untuk kesehatanmu di dunia ini dan di akhirat nanti.” (HR. Tirmidzi).
Anjuran Rasulullah SAW menjaga kesehatan itu salah satu di antaranya adalah menjaga perut dari hal-
hal yang menimbulkan penyakit.
Diriwayatkan, Rasulullah SAW pernah menggambarkan: “Tidak ada bejana yang lebih buruk yang
diisi oleh manusia melainkan perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa kerat
makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga
perutnya dengan makanan, sepertiga lagi dengan minuman, dan sepertiga sisanya untuk
nafas.”(HR.Ahmad dan Tirmidzi).
Hadis tersebut memberi pelajaran bahwa kita tidak boleh sembarangan memakan. Ada aturan dan
batasan-batasan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Hal itu agar terjadi stabilitas dan harmonisasi
antara tubuh dan jiwa manusia. Sehingga ia menjadi orang yang kuat, tidak hanya kuat jasmani tapi
ruhaninya juga tangguh.
Bahkan Rasulullah SAW cukup piawai dalam ilmu pengobatan dan penjegahan penyakit.
Seperti tertulis dalam Kitab Tibb al-Nabawi karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah yang berisi himpunan cara
Nabi SAW dalam pengobatan dan terapi penyakit baik fisik maupun hati.
Dalam kitab itu, diungkapkan bahwa menurut Rasulullah SAW, perlindungan itu lebih baik daripada
mengobati (al-wiqayah khoirun minal ‘Ilaj). Menjaga kesehatan merupakan obat yang paling besar
untuk menghadapi penyakit.
Lantas bagaimana Islam mengatur keseimbangan jasmani dan ruhani agar tetap sehat?
Allah SWT telah berfirman dalam al-qur’an pada surah al-baqarah ayat 168.
﴾١٦٨﴿ ‫ان إِنَّهُ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِين‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ت ال‬ ُ ‫طيِبا ً َوالَ تَت َّ ِبعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫اس ُكلُواْ ِم َّما فِي األ َ ْر‬
َ ً‫ض َحالَال‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.{ al-baqarah 168 }

Di ayat yang lain Allah SWT juga memberi anjuran yang sama. Surat Al Maidah ayat 88 “Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan
bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.”
Allah SWT memerintahkan untuk tidak memakan makanan haram sebab itu membahayakan jasmani
dan ruhani. Tidak hanya itu, untuk penjagaan tersebut, Allah SWT juga memerintahkan untuk tidak
sekedar memilih makanan, akan tetapi pilihlah makanan yang baik-baik.
Makanan yang halal dan thoyyib adalah dalam rangka menjaga jasmani dan ruhani. Penjagaan jasmani
dengan memilih yang thoyyib. Artinya, memakan makanan yang bergizi, dan mempunyai fungsi yang
baik untuk kesehatan tubuh.
Islam menyuruh kita untuk menjauhi barang yang diharamkan karena makanan yang dimakan akan
mendarah daging dalam tubuh. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab doa seseorang tidak di ijabah
oleh Allah SWT.
Makanan yang haram itu ada dua; yaitu pertama, esensinya memang diharamkan seperti: babi, bangkai,
darah dan lain-lain. Kedua cara memperolehnya, seperti mencuri, merampok, riba dan lain-lain.
Kenyataannya, makanan yang halal itu lebih banyak daripada yang diharamkan. Pada dasarnya semua
makanan halal kecuali ada petunjuk yang mengharamkannya. Memakan makanan yang hanya halal
adalah bentuk keimanan seseorang, karena hal itu adalah perintah Allah SWT untuk menghindari
barang yang haram.
kita diperintah untuk memakan yang halal lagi bergizi. Kata Thayyib dalam ayat al-Qur’an di atas
adalah yang baik, dalam arti yang memiliki manfaat bagi tubuh. Tidak sekedar halal. Sebab, ternyata
saat ini pun terdapat makanan halal akan tetapi ia tidak bagus atau tidak memberi manfaat untuk
kesehatan. Makanan yang bermutu di sini dianjurkan agar seseorang itu menjadi kuat tidak lemah.
Sehingga lebih bersemangat dalam beribadah.

Anda mungkin juga menyukai