Anda di halaman 1dari 32

BAB XX

GELOMBANG DAN OPTIK

20.1 Pendahuluan

Kemajuan teknologi saat ini semakin meningkat disertai dengan penggunaan gelombang
elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari. Seperti apakah gelombang elektromagnetik? Apa
contoh gelombang elektromagnetik itu? Gelombang elektromagnetik sebenarnya selalu ada di
sekitar kita, salah satu contohnya adalah sinar matahari, gelombang ini tidak memerlukan medium
perantara dalam perambatannya. Contoh lain adalah gelombang radio, tetapi spektrum gelombang
elektromagnetik masih terdiri dari berbagai jenis gelombang lainnya, yang dibedakan berdasarkan
frekuensi atau panjang gelombangnya. Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai pengertian, karakteristik, spektrum, dan aplikasi gelombang elektromagnetik.
Pada mulanya gelombang elektromagnetik masih berupa ramalan dari Maxwell yang
dengan intuisinya mampu melihat adanya pola dasar dalam kelistrikan dan kemagnetan.
Kenyataan ini menjadikan J C Maxwell dianggap sebagai penemu dan perumus dasar-dasar
gelombang elektromagnetik.
Ramalan Maxwell tentang gelombang elektromagnetik ternyata benar-benar terbukti.
Adalah Heinrich Hertz yang membuktikan adanya gelombang elektromagnetik melalui
eksperimennya. Eksperimen Hertz sendiri berupa pembangkitan gelombang elektromagnetik dari
sebuah dipol listrik (dua kutub bermuatan listrik dengan muatan yang berbeda, positif dan negatif
yang berdekatan) sebagai pemancar dan dipol listrik lain sebagai penerima. Antena pemancar dan
penerima yang ada saat ini menggunakan prinsip seperti ini.
Melalui eksperimennya ini Hertz berhasil membangkitkan gelombang elektromagnetik
dan terdeteksi oleh bagian penerimanya. Eksperimen ini berhasil membuktikan bahwa gelombang
elektromagnetik yang awalnya hanya berupa rumusan teoritis dari Maxwell, benar-benar ada
sekaligus mengukuhkan teori Maxwell tentang gelombang elektromagnetik
20.2 Cahaya

` Prinsip cahaya menurut Huygens

Cahaya menurut Newton (1642 -


1727) terdiri dari partikel-partikel ringan
berukuran sangat kecil yang dipancarkan
oleh sumbernya ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Sementara
menurut Huygens ( 1629 - 1695), cahaya
adalah gelombang seperti halnya bunyi.
Perbedaan antara keduanya hanya pada
frekuensi dan panjang gelombangnya saja.

Dua pendapat di atas sepertinya saling bertentangan. Sebab tak mungkin cahaya bersifat
partikel sekaligus sebagai partikel. Pasti salah satunya benar atau keduaduanya salah, yang pasti
masing-masing pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada zaman Newton dan
Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa gelombang yang merambat pasti membutuhkan
medium. Padahal ruang antara bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa
(vakum) sehingga menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya
matahari yang sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti dikatakan Huygens.
Inilah kritik orang terhadap pendapat Hygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens. Inilah kritik orang
terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens dengan memperkenalkan zat
hipotetik (dugaan) bernama eter. Zat ini sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh
alam semesta. eter membuat cahaya yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi.

Sampai kira-kira pertengahan abad ke-17 umumnya orang menganggap bahwa cahaya
terjadi dari arus korpuskul. Korpuskul-korpuskul ini dikatakan dipancarkan oleh sesuatu sumber
cahaya, misalnya matahari atau nyala lilin, lalu merambat keluar. Cahaya dapat menembus bahan
yang bening tetapi memantul dari permukaan yang tidak bening. Kalau korpuskul itu memasuki
mata, terangsanglah indera penglihatan kita.

Mulai pertengahan aabad ke-17, waktu ahli optika masih berpegang pada teori korpuskul,
timbul pikiran baru yang mengatakan bahwa cahaya mungkin merupakan suatu bentuk gerak
gelombang.Demikianlah maka dalam tahun 1678 Cristian Huygens membuktikan bahwa hukum
pemantulan dan hokum pembiasan cahaya dapat diterangkan atas dasar teori gelombang , dan
bahwa teori ini dapat pula memberikan penjelasan yang mudah dimengerti mengenai pembiasan
kembar. Tetapi teori gelombang tersebut lambat beroleh penerimaan. Sebab ada sesuatu keberatan
terhadapnya yaitu jika cahaya harus dipandang sebagai gerak gelomabang tentu akan dapat
melihat mengitari sudut, karena bukanlah gelombang dapat membelokan garis geraknya sekeliling
tiap rintangan yang ada dihadapannya.

Sekarang kita tahu bahwa gelombang cahaya itu demikian pendeknya sehingga
pembelokan itu, yang memang betul-betul terjadi, sangat kecil sekali dan biasanya tidak dapat
diamati. Membeloknya gelombang mengitari tepi sebuah benda, yaitu suatu fenomena yang
disebut difraksi (lenturan) sudah pernah dikemukakan oleh grimaldi pada tahun 1665, tetapi pada
waktu itu orang belum dapat memahami arti penting perihal yang dikemukakannya itu.
Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik umum
diterima kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan Morley di tahun 1905
gagal membuktikan keberadaan eter seperti disangkakan keberadaannya oleh Huygens dan juga
Maxwell.
Cahaya adalah suatu zat yang sangat banyak membantu kehidupan mahluk hidup antara
lain:
1.Proses malihat benda
2. Membedakan warna benda
3.Proses photo sintesis
4.Proses photo listrik
5.Dsb.
Fenomena cahaya telah dipelajari oleh manusia dan menghasilkan berbagai teori antara
lain :
1. Teori Emisi dari Newton Cahaya dianggap terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil
dan ringan ( yang disebut Korpuskul ) yang dipancarkan dari sumbernya ke segala arah menurut
garis lurus dengan kecepatan yan sangat tinggi. Lintasan-lintasan partikel berasal dari sumber itu
disebut sinar cahaya.
2. Teori gelombang dari Huygens Cahaya adalah gejala gelombang seperti halnya bunyi
cahaya merambat dengan perantaraan gelombang yang disebut gelombang cahaya. Menurut teori
ini cepat rambat cahaya memenuhi persamaan:
C = λ* f
C = Cepat rambat
λ = Panjang gelombang
f = Frekwensi ( Hz atau cps ).
Menurut teori ini cahaya marambat melalui medium untuk menjelaskan cahaya dapat
mengalir melalui ruang hampa maka dibuat hypotesa bahwa diseruh ruangan terdapat medium
yang dinamakan Eter.

Teori kuantum cahaya dari Max Planck Cahaya dipancarkan dari sumbernya dalam
bentuk paket-paket energi yang disebut kuantu. Paket-paket energi ini yang dipancarkan secara
periodic dari sumbernya.
Besarnya kuantum energi cahaya adalah:
E = h.f
Dimana: ​ ​J.s
h = Konstanta Planck 6.63 x 10 -34
f = Frekwensi ( cps )
Untuk menguji kebenaran teori-teori diatas dilakukan percobaan-percobaan antara lain:
1. Percobaan Foucoult Dalam percobaannya Foucoult berhasil menghitung dan menentukan
kecepatan rambat cahaya dalam berbagai medium. Kecepatan rambat cahaya diudara yang
dihitung mendekati 3 x 10​8 ​m/s lebih besar dari kecepatannya didalam zat cair. Hasil
percobaan ini ternyata telah melemahkan teori Newton.menurut Newton keccepatan rambat
cahaya dalam zat cair lebih besar kecepatannya diudara.
2. Percobaan Young dan Fresnel percobaan ini membuktikan bahwa cahaya dapat
berinterferensi dan mengalami difaksi. Percobaan ini memperkuat teori gelombang cahaya.
Huygens memperlemah teori partikel Newton karena menurut teori Newton cahaya
merambat melalui garis lurus.
3. Percobaan menurut Michaelson dan Moreley Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan
ada atau tidak adanya eter diseluruh ruang dijagat raya ini, karena medium eter terdapat
dimana-mana maka bumi yang berputar pada porosnya dengan kecepatan translasi sekitar 30
km/s dan sekitar bumi terdapat eter maka akan terjadi angina eter Michaelson dan Moreley
melakukan pengujian terhadap angina eter maka mereka berkesimpulan bahwa angin eter
tidak ditemukan, percobaan ini memperlemah teori gelombangnya Huygens.

4. Percobaan Maxwell dan Rudolp Hertz Maxwell menganalisa dan meramalkan bahwa cahaya
merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan akibat dari terjadinya
medan magnet atau medan listrik yang tidak konstan (“berubah terhadap waktu”).

Analisa Maxwell ini diuji oleh R.Hertz dengan membuat perubahan medan listrik.

Gambar Percobaan R.Hetz

Pada percobaan ini sepasang lilitan dengan N​2 (jumlah


​ lilitan skunder) jauh lebih banyak
dibanding N​1 ( lilitan primer ) pada lilitan skunder dipasang bola konduktor dan ditempat lain
disimpan pasangan bola konduktor juga ketika saklar ( S ) ditutup-buka pada bola konduktor
sebelah kiri terdapat percikan bunga api dan ternyata pada pasangan konduktor yang lain
terjadi pula percikan bunga api. Gelombang yang dihasilkan oleh percobaan ini menunjukan
sifat-sifat pemantulan ( refleksi ), difraksi dan polarisasi dapat diukur pula cepat rambat
gelombang tersebut sama dengan cepat rambat gelombang cahaya yaitu 3x 10 8​​ m/s.

5. Percobaan Zeeman Percobaan ini menunjukan adanya pengaruh medan magnet terhadap
cahaya, artinya cahaya dapat dibelokan oleh medan magnet yang kuat (Efek Zeeman ).

6. Percobaan Stark Percobaan ini cahaya dilewatkan pada medan megnet yang kuat dan
ternyata cahaya mengalami pembelokan akibat medan listrik yang kuat.
20.3 Prinsip Huygen

“Setiap titik pada suatu muka gelombang, dapat dipandang sebagai pusat gelombang
skunder yang memancarkan gelombang baru ke ssegala arah dengan kecepatan yang sama denga
kecepata rambat gelombang. Muka gelombang yang baru diperoleh dengan cara melukis sebuah
permukaan yang menyinggung ( menyelubangi ) gelombang-gelombang skunder tersebut ”

Gambaran prinsip Huygens untuk gelombang siferis.

Gambar diatas melukiskan gelombang cahaya yang dipancarkan oleh sebuah titik M ke
segala arah, pada suatu saat muka gelombang digambarkan sebagai permukaan bola AB, akan
dicari muka gelombang baru pada t detik kemudian. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada
muka gelombang AB merupakan pusat gelombang baru ( gelombang skunder ) misalnya titik
PQR, dengan titik tersebut dilukis sebagai pusat gelombang baru dengan jari-jari yang sama
sebesar R = ct. maka gelombang baru yang berpusat di M adalah suatu permukaan yang
menyelubangi semua gelombang-gelombang skunder tersebut yaitu permukaan A’B’. Sinar
gelombang adalah garis khayal yang ditarik dalam arah gerak gelombang. Untuk gelombang
siferis ( bola ) seperti gambar diatas adalah geris PP’; RR’; atau jika dilihat dari sumber MP; MQ;
MR garis-garis tersebut selalu tegak lurus muka gelombang untuk gelombang yang bersumber

dari jauh sekali dapat digambarkan sebagai gelombang datar sebagai berikut Gambaran
prinsip Huygens untuk gelombang datar

PQRS adalah muka gelombang

P’QRS’ adalah muka gelombang baru.

20.4 Difraksi oleh Celah Tunggal

Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber gelombang sekunder.
Selisih antara kedua berkas yang terpisah sejauh ​d​ adalah ​d ​sin θ.
Gambar 6. Pola difraksi celah tunggal.

Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi celah tunggal
diperoleh jika:

d ​sin θ = ​n​ λ, dengan ​n​ = 0, 1, 2, 3, …

dengan ​d​ adalah lebar celah.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika

d ​sin θ = (​n​ – ½ )λ, dengan ​n =


​ 1, 2, 3, …

Daya Urai Optik

Jika kita memiliki dua benda titik yang terpisah pada jarak tertentu, bayangan kedua
benda bukanlah dua titik tetapi dua pola difraksi. Jika jarak pisah kedua benda titik terlalu dekat
maka pola difraksi kedua benda saling menindih.

Kriteria Rayleigh yang ditemukan Lord Rayleigh menyatakan bahwa dua benda titik yang
dapat dibedakan oleh alat optik, jika pusat pola difraksi benda titik
pertama berimpit dengan pita gelap (minimum) ke satu pola difraksi
benda kedua.

Ukuran sudut pemisah agar dua benda titik masih dapat


dipisahkan secara tepat berdasarkan ​Kriteria Rayleigh d​ isebut sudut
resolusi minimum (​θm​ )​

D​=diameter bukaan alat optik

​ jarak celah ke layar


l=

dm​ ​=jari-jari lingkaran terang


θ​ = sudut resolusi

Pola difraksi dapat diperoleh dengan menggunakan sudut ​θ​ yang menunjukkan ukuran
sudut dari setiap cincin yang dihasilkan dengan persamaan:

dengan λ merupakan panjang gelombang cahaya yang digunakan.

​ ​ tan θ = dm​ ​/l dan sama dengan


Untuk sudut-sudut kecil, maka diperoleh ​θ≈sinθ ≈
sudutnya​ θ ​ sehingga dapat ditulis:

20.5 Percobaan Young: Celah Ganda

Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya monokromatis
yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan bergabung membentuk
pola-pola interferensi.

Gambar 9. Skema eksperimen


Young

Inteferensi maksimum
(konstruktif) yang ditandai pola terang
akan terjadi jika kedua berkas gelombang
fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang berjalan pada grafik simpangan
(​y​) versus jarak tempuh (​x​). Dua gelombang sama fasenya jika selisih jarak kedua gelombang
adalah nol atau kelipatan bulat dari panjang gelombangnya.
Gambar 10. Selisih lintasan kedua berkas adalah d sin θ

Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas ​S1​ ​dan ​d sin θ, dengan ​d a​ dalah
jarak antara dua celah.

Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika

d ​sin θ = ​n​ λ, dengan ​n​ =0, 1, 2, 3, …

Pada perhitungan garis terang menggunakan rumus di atas, nilai ​n = 0 untuk terang pusat,
n​ = 1 untuk terang garis terang pertama, ​n​ = 2 untuk garis terang kedua, dan seterusnya.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika selisih lintasan kedua sinar merupakan
kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang. Diperoleh,

d ​sin θ = (​n​ – ½ )λ, dengan ​n​ =1, 2, 3, …

Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, ​n = 1 untuk terang garis gelap
pertama, ​n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai ​n = 0 untuk perhitungan
garis gelap menggunakan rumus di atas.

20.6 Difraksi Kisi

Difraksi pada kisi


Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah pada kisi
difraksi disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d. Jika dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm
terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:

d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …

dengan d adalah konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika

d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3,

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel terjadi
jika gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat, menyebabkan
setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan ukurannnya, relatif terhadap jarak.
Difraksi Fresnel juga disebut difraksi medan dekat. Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang
medan melalui celah atau kisi, menyebabkan perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati
pada daerah yang jauh. Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada
difraksi Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut difraksi medan jauh.

20.7 Interfensi Filem Tipis

Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika
seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya dipantulkan
dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas pantulan langsung dan
berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola interferensi.

Gambar 11. Interferensi cahaya pada lapisan tipis


Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang ​i.​ Sebagian berkas
langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi dibiaskan
dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias ​r dan selanjutnya dipantulkan kembali ke udara
(sinar b).

Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks biasnya
lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180​o​), sedangkan sinar pantul dari
medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami
perubahan fase 180​o​, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a
dan b adalah ​2d c​ os r.

Oleh karena sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika
selisih lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (λ).
Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay pada lapisan tipis,
bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan dengan rumus:

λ = λ​0​/n.

Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika

2d ​cos r = (​m​ – ½ ) ​λ ; m ​= 1, 2, 3, …

dengan ​m ​= orde interferensi.

interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika

2d ​cos r = ​m λ ; m​ = 0, 1, 2, 3, …

20.8 Polarisasi
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya
dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.

1.​ ​Polarisasi karena refleksi

Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90​o​. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ​i​p ​+ r = 90° atau ​r = 90° – ip​ .
Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan ​n​2 ​adalah indeks bias medium tempat cahaya datang ​n​1 adalah medium tempat
cahaya terbiaskan, sedangkan ​i​p adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi.
Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar 1. Polarisasi karena refleksi


2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain.
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi
polaroid.

Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua
disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal
yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya
terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu
transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan.
Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator menjadi:
E2​ ​ = E cos θ

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator)
memiliki intensitas ​I0​ ​, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:

I​1​ = ½ I​0

Cahaya dengan intensitas ​I​1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan
intensitas menjadi:

I​2​ = I1​ ​ cos​2​θ = ½ I0​ ​ cos2​ θ​

3. Polarisasi karena pembiasan ganda

Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala
arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun,
pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak
seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (​birefringence​).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam
dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
istimewa).

Gambar 4. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.


4. Polarisasi karena hamburan

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.

Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru
yang ada di langit kita.

Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan

Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di


atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya
biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang
lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.
BAB XXI

FISIKA MODERN

21.1 Radiasi Benda Hitam

Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah “benda hitam”
pertama kali ​diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda
hitam (atau blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi
termal) dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam
dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun
gelombang cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan
untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika
klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar supaya
energi dari benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap
jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah
700 Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah,
sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda
hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari
panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.

Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam.
Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang,
walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari
benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya.

Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda
hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga. Dengan mengabaikan bahan
pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk, maka selama panjang gelombang
datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan
dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap, yang selanjutnya
akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang elektromagnetik melalui lubang itu juga.
Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari sebuah benda hitam.

Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila laju penyerapan energinya lebih besar
dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur
kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam dengan setimbang termal (setimbang termodinamik).

21.2 Efek Foto Listrik

Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan
logam. Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai
berikut. Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat.
Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai
dikenakan kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya
elektron-elektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama
membentuk arus listrik.
Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang
merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu
saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari
cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam.
Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.

2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas
cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang
ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk
cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya
diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya
yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas
dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui
konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk
menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan
oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai
kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai
E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0
adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah
frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas
dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi dalam SI
adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan
dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.

Potensial Penghenti

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat
dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek
fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan
dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang
lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi
nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah muatan
elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti
lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).

________________________________________
Penjelasan tentang struktur atom yang lebih lengkap diperlukan untuk mengetahui struktur yang
lebih detil tentang elektron di dalam atom. Model atom yang lengkap harus dapat menerangkan
misteri efek Zeeman dan sesuai untuk atom berelektron banyak. Dua gejala ini tidak dapat
diterangkan oleh model atom Bohr.

21.3 Efek Compton

Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang
diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati
bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan
cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton.Jika
seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami
perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini
dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua
bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam menyerap sebagian energi foton
sehingga bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang
menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut ​θ​ terhadap arah semula dan panjang
gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur
dinyatakan sebagai

Dimana ​m​ adalah massa diam elektron, ​c​ adalah kecepatan cahaya,
dan ​ha​ dalah konstanta Planck.

Arthur Holly Compton

21.4 Spektrum Atom

Spektrum Garis Atomik


Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam
tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas berbeda-beda
dan merupakan karakteristik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam bentuk spektrum garis dan
bukan spektrum yang kontinu.

Kenyataan bahwa gas memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini
berkaitan erat dengan struktur atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan
untuk menguji kebenaran dari sebuah model atom.

spektrum garis berbagai gas

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang
berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang
gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematis. Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk gas
hidrogen sebagai persamaan berikut ini. selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer.

Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm).


Beberapa orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret Balmer
sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pola deret-deret ini
ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan. Persamaan ini disebut deret spektrum
hidrogen.

Dimana ​R​ adalah konstanta Rydberg yang nilainya 1,097 × 10​7​ m​−1​.
- Deret Lyman (​m​ = 1)

dengan ​n​ = 2, 3, 4, ….
- Deret Balmer (​m​ = 2)

dengan ​n​ = 3, 4, 5 ….
- Deret Paschen (​m​ = 3)

dengan ​n​ = 4, 5, 6 ….

- Deret Bracket (​m​ = 4) dengan ​n​ = 5, 6, 7, ….

- Deret Pfund (​m​ = 5) dengan ​n​ = 6, 7, 8 ….


Dalam model atom Rutherford, elektron berputar mengelilingi inti atom dalam lintasan
atau orbit. Elektron yang berputar dalam lintasan seolah-olah bergerak melingkar sehingga
mengalami percepatan dalam geraknya. Menurut teori elektromagnetik, elektron yang mengalami
percepatan akan memancarkan gelombang elektromagnetik secara kontinu. Ini berarti elektron
lama kelamaan akan kehabisan energi dan jatuh ke dalam tarikan inti atom. Ini berarti elektron
tidak stabil. Di pihak lain elektron memancarkan energi secara kontinu dalam spektrum kontinu.
Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa atom memancarkan spektrum garis.

Ketidakstabilan elektron dan spektrum kontinu sebagai konsekuensi dari model atom
Rutherford tidak sesuai dengan fakta bahwa atom haruslah stabil dan memancarkan spektrum
garis. Diperlukan penjelasan lain yang dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum garis
atom hidrogen​. 
21.5Model Atom Hidrogen dari Bohr

Model atom Bohr dikemukakan oleh Niels Bohr yang berusaha menjelaskan kestabilan
atom dan spektrum garis atom hidrogen yang tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford.
Model atom Bohr memuat tiga postulat sebagai berikut.

1.di dalam atom hidrogen, elektron hanya dapat mengelilingi lintasan tertentu tertentu yang
diijinkan tanpa membebaskan (melepaskan) energi. Lintasan ini disebut lintasan stasioner dan
memiliki energi tertentu yang sesuai

2. elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain. Energi dalam bentuk foton
cahaya akan dilepaskan jika elektron berpindah ke lintasan yang lebih dalam, sedangkan
Energi dalam bentuk foton cahaya akan diserapkan supaya elektron berpindah ke lintasan
yang lebih luar. Energi dilepas atau diserap dalam paket sebesar ​hf​ sesuai dengan persamaan
Planck.
E​ = ​hf
Dimana ​h​ adalah konstanta Planck dan ​f​ adalah frekuensi cahaya atau foton yang dilepas
atau diserap.
3 .lintasan-lintasan stasioner yang diijinkan untuk ditempati elektron memiliki momentum

sudut yang merupakan kelipatan bulat dari nilai


(nilai ini biasa ditulis juga sebagai ​ћ​)
Model atom Bohr

Model atom Bohr berhasil menjelaskan kestabilan elektron dengan memasukkan konsep
lintasan atau orbit stasioner dimana elektron dapat berada di dalam lintasannya tanpa
membebaskan energi. Spektrum garis atomik juga merupakan efek lain dari model atom Bohr.
Spektrum garis adalah hasil mekanisme elektron di dalam atom yang dapat berpindah lintasan
dengan menyerap atau melepas energi dalam bentuk foton cahaya.

Dengan demikian, struktur atom berdasarkan model atom Bohr adalah elektron dapat
berada di dalam lintasan-lintasan stasioner dengan energi tertentu. Lintasan elektron dapat juga
dianggap sebagai tingkat energi elektron.

Elektron yang berada di lintasan tertentu yang stasioner dengan jari-jari tertentu dikatakan
memiliki energi tertentu. Elektron yang berada di lintasan ke-​n​ berada pada jari-jari lintasan dan
energi sebagai berikut.

Dalam persamaan ini, jari-jari r​ ​ dinyatakan dalam satuan


nanometer (nm) dan energi ​E​ dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV).

Misteri Efek Zeeman


Meskipun model atom Bohr dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum garis atom
hidrogen, model atom Bohr tidak dapat digunakan untuk menentukan spektrum atom berelektron
banyak. Selain itu, terdapat garis-garis spektra misterius akibat efek Zeeman yang masih perlu
penjelasan lebih lanjut. Ini adalah kelemahan model atom Bohr yang masih belum lengkap
walaupun sudah lebih maju dibanding model atom Rutherford.

About these ads 


21.6 Radioaktivitas

Radioaktivitas didefinisikan sebagai peluruhan inti atom yang berlangsung secara spontan, tidak
terkontrol dan menghasilkan radiasi. Unsur yang memancarkan radiasi seperti ini dinamakan zat
radioaktif.
Anda telah mengetahui bahwa inti atom terdiri atas dua partikel yaitu proton (ditemukan
oleh Rutherford, 1919) dan netron (dipopulerkan oleh James Chadwick, 1932). Proton adalah
partikel bermuatan positif (qp = 1,602 x 10​-19​ C, mp = 1,007276487 sma) disebut juga inti atom
hidrogen, sedangkan netron merupakan partikel tidak bermuatan dengan massa 1,008664891 sma.
Netron yang tidak terikat pada inti (netron bebas) bersifat tidak stabil dan waktu hidupnya tidak
lama. Sekitar 12 menit sebuah netron bebas akan berubah menjadi proton dan satu partikel kecil
yang dinamakan antineutrino.

Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa aktivitas radiasi atau radioaktivitas merupakan
aktivitas proton dan netron. Gambar 1 mengilustrasikan keadaan inti karbon yang memiliki
jumlah proton 6 dan netron 6 pada inti atomnya. Jumlah netron dan proton pada Gambar 1 sama
banyaknya sehingga inti bersifat stabil. Sebaliknya jika jumlah proton lebih besar dari jumlah
netron maka inti bersifat tidak stabil, ditunjukkan oleh Gambar 2. Inti atom yang tidak stabil inilah
yang dapat melakukan aktivitas radiasi (melakukan peluruhan) hingga mencapai keadaan stabil.

Gaya Inti

Di atas telah dibahas bahwa inti atom terdiri atas proton dan netron. Secara elektrostatis
proton-ptoton dalam inti atom akan saling tolak dengan gaya tolak menolak Coulomb (gaya
elektrostatis) yang akan makin besar jika jarak dua buah proton makin dekat. Fakta menunjukkan
bahwa proton-proton bersatu di dalam inti atom pada jarak yang sangat dekat ( sekitar 2x 10​-15​ m
di mana secara elektrostatis proton-proton tidak mungkin bersatu.

Hal ini menimbulkan dua pertanyaan penting yaitu:


Bagaimana proton-proton dapat saling berikatan di dalam inti atom? Bagaimana pula netron
terikat dalam kumpulan tersebut? Berapakah besarnya energi yang mengikat partikel-partikel
tersebut?

Selain gaya elektrostatis antara partikel penyusun inti bekerja pula gaya Gravitasi, namun
besarnya sangat kecil karena massa partikelnya juga sangat kecil. Sehingga dapat dipastikan
bahwa gaya Gravitasi bukan faktor dominan dalam mengikat partikel-partikel inti. Untuk itu para
ahli Fisika mengusulkan teori tentang ​Gaya Inti ​yaitu gaya tarik menarik antara partikel penyusun
inti dengan sifat-sifat:

·​ Gaya inti tidak disebabkan oleh muatan partikel atau bukan merupakan gaya listrik.
·​ Gaya harus sangat kuat atau harus jauh lebih besar daripada gaya elektrostatis

·​ Gaya inti merupakan gaya dekat artinya gaya ini hanya bekerja jika kedua partikel dalam
inti cukup dekat (berada pada jarak tertentu sekitar 10-15 m). Jika gaya inti bekerja juga sampai
jarak yang jauh, maka seluruh partikel di jagad raya akan berkumpul menjadi satu, sesuatu yang
belum pernah terjadi.
·​ Gaya inti tidak bekerja pada jarak yang sangat dekat sekali, karena pada keadaan ini akan
berubah menjadi gaya tolak. Jika gaya inti bekerja juga pada jarak yang sangat dekat, maka semua
netron akan menjadi satu.
·​ Gaya inti antara dua partikel tidak tergantung pada jenis partikelnya. Artinya gaya
inti terjadi pada proton-proton, proton-netron, dan netron-netron.
Ilustrasi yang paling mendekati untuk menggambarkan gaya inti adalah menggunakan dua buah
bola yang dihubungkan permanen sebuah pegas, seambar 3. Berdasarkan pemikiran jangkauan
gaya inti sekitar 10​-15​ m maka dapat diperkirakan energi diam partikel yang dipertukarkan adalah .
Energi inilah yang dinamakan Energi ikat inti.

Bagaimana zat radioktif terjadi?

Di atas telah dijelaskan tentang gaya inti yang terjadi pada inti atom. Dengan demikian di
dalam inti atom sekurang-kurangnya terdapat tiga gaya yang penting yaitu Gaya elektroststis,
Gaya Gravitasi dan Gaya Inti. Karena nilai gaya gravitasi sangat kecil maka pengaruhnya relatif
kecil sehingga dapat dikesampingkan.

Secara garis besar inti atom akan berada dalam dua keadaa dasar yaitu Keadaan Stabil dan
Keadaan Tidak Stabil yang ditentukan oleh komposisi partikel penyusun inti. Keadaan stabil di
capai apabila jumlah proton (Z) lebih sedikit atau sama banyak dengan jkumlah netron. Keadaan
ini memungkinkan gaya inti lebih besar dibandingkan dengan gaya elektrostatis. Keadaan tidak
stabil dicapai apabila jumlah proton (Z) lebih besar dari jumlah netron (N). Hal ini akan
menyebabkan gaya elektrostatis jauh lebih besar di bandingkan dengan gaya inti. Mengapa gaya
elektrostatis pada keadaan Z > N lebih besar? Karena gaya elektrostatis memiliki jangkauan yang
lebih luas dibandingkan dengan gaya inti, sehingga dapat pada partikel proton yang berdekatan
dan berseberangan sekalipun. Inti atom seperti inilah yang akan melakukan aktivitas radiasi secara
spontan sampai tercapai keadaan stabil. Keadaan inti dengan jumlah proton (Z) lebih besar dari
jumlah netron (N) akan menghasilkan zat radioaktif. Gambar 4 berikut menunjukkan karakteristik
gaya inti dan gaya elektroststis di dalam inti atom.

Gambar : Gaya Inti terjadi pada partikel yang Gambar :Gaya elektroststis terjadi pada partikel
saling berdekatan saja yang berdekatan dan berjauhan

Suatu zat (unsur) akan menjadi radioaktif jika memimilik inti atom yang tidak stabil. Suatu inti atom
berada dalam keadaan tidak stabil jika jumlah proton jauh lebih besar dari jumlah netron. Pada
keadaan inilah gaya elektrostatis jauh lebih besar dari gaya inti sehingga ikatan atom-atom menjadi
lemah dan inti berada dalam keadaan tidak stabil.

Garis Kestabilan Inti Atom

Hingga saat ini telah diketahui 1500 inti atom (nuklida), 1100 nuklida diantaranya merupakan inti tidak
stabil. Grafik berikut ini menunjukkan distribusi ​kestabilan inti​ atom berdasarkan jumlah neutron dan
protonnya. Grafik kestabilan inti memetakan jumlah netron dan proton dari inti atom. Inti stabil terletak
pada garis N = Z atau N/Z = 1. Atom-atom yang terletak pada garis ini memiliki jumlah proton = jumlah
netron. Atom-atom yang berada pada garis ini merupakan inti stabil. Namun demikian kebanyakan inti
atom tidak memiliki jumlah netron (N) = jumlah proton (Z) tetapi tetap dalam keadaan stabil sehingga
titik-titik yang menunjukkan inti stabil terlihat berada di atas garis kestabilan.

Grafik kestabilan inti menunjukkan bahwa jumlah


netron menjadi lebih besar dari jumlah proton
begitu nomor atom Z meningkat.
Bila jumlah proton dalam sebuah inti terus meningkat, maka pada suatu titik keseimbangan gaya
elektrostatis dan gaya inti tidak dapat dipertahankan lagi sekalipun jumlah netron terus meningkat. Inti
stabil dengan jumlah proton paling banyak adalah (Z = 83, dan N = 126). Semua inti atom dengan Z > 83
akan akan berada dalam keadaan tidak stabil atau akan bersifat radioaktif.

SUMBER RADIASI

Berdasarkan asalnya sumber radiasi pengion dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber radiasi alam yang
sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat oleh manusia
untuk berbagai tujuan.

Sumber Radiasi Alam

Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi alam disebut juga sebagai radiasi latar belakang. Radiasi ini
setiap harinya memajan manusia dan merupakan radiasi terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak
bekerja di tempat yang menggunakan radioaktif atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan
kedokteran atau kesehatan. Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga
sumber utama yaitu :

1. ​Sumber radiasi kosmis

Radiasi kosmis berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antar bintang dan matahari. Radiasi
ini terdiri dari partikel dan sinar yang berenergi tinggi dan berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir
membentuk inti radioaktif seperti Carbon -14, Helium-3, Natrium -22, dan Be-7. Atmosfir bumi dapat
mengurangi radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini
bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila posisinya semakin
tinggi. Tingkat radiasi yang diterima seseorang juga tergantung pada letak geografisnya.

2. ​Sumber radiasi terestrial

Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi. Radiasi ini
dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial yang ada sejak terbentuknya bumi. Radionuklida
yang ada dalam kerak bumi terutama adalah deret Uranium, yaitu peluruhan berantai mulai dari
Uranium-238, Plumbum-206, deret Actinium (U-235, Pb-207) dan deret Thorium (Th-232, Pb-208).

Radiasi teresterial terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (R-222) dan Thoron (Ra-220)
karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga bisa menyebar kemana-mana.

Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi teresterial ini berbeda-beda dari satu tempat ke tempat
lain bergantung pada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak bumi. Beberapa tempat di bumi yang
memiliki tingkat radiasi diatas rata-rata misalnya Pocos de Caldas dan Guarapari di Brazil, Kerala dan
Tamil Nadu di India, dan Ramsar di Iran.

3. ​Sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh sendiri

Sumber radiasi ini ada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan, dan bisa juga masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida
C-14, H-3, K-40, Radon, selain itu masih ada sumber lain seperti Pb-210, Po-210, yang banyak berasal
dari ikan dan kerang-kerangan. Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.

Sumber Radiasi Buatan

Sumber radiasi buatan telah diproduksi sejak abad ke 20, dengan ditemuk-annya sinar-X oleh WC
Rontgen. Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik yang berupa zat radioaktif dan
sumber pembangkit radiasi (pesawat sinar-X dan akselerator).

Radioaktif dapat dibuat oleh manusia berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan
neutron atau biasa disebut sebagai reaksi fisi di dalam reactor atom. Radionuklida buatan ini bisa
memancarkan radiasi alpha, beta, gamma dan neutron.

Sumber pembangkit radiasi yang lazim dipakai yakni pesawat sinar-X dan akselerator. Proses
terbentuknya sinar-X adalah sebagai akibat adanya arus listrik pada filamen yang dapat menghasilkan
awan elektron di dalam tabung hampa. Sinar-X akan terbentuk ketika berkas elektron ditumbukan pada
bahan target.

Radioaktifitas yang Direkomendasikan

Berdasarkan ketentuan International Atomic Energy Agency, zat radioaktif adalah setiap zat yang
memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar dari 70 kilo Becquerel per kilogram atau 2
nanocurie per gram. Angka 70 kBq/kg atau 2 nCi/g tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat
dapat disebut zat radioaktif pada umumnya. Jadi untuk radioaktif dengan aktifitas lebih kecil dapat
dianggap sebagai radiasi latar belakang.

Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 50 milisievert per tahun,
sedangkan besarnya dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat pada umumnya tidak boleh lebih dari 5
milisievert per tahun.

Di Koran-koran dan televisi, kita sering melihat artikel-artikel atau tayangan yang berkaitan dengan
nuklir, apakah itu mengenai rencana pembangunan PLTN di Muria atau mengenai kebocoran air radioaktif
dari PLTN Jepang setelah diguncang gempa. Sering diberitakan pula mengenai kecelakaan reaktor
Chernobyl di Uni Sovyet yang menyebabkan kerusakan lingkungan, dan menyebabkan penyebaran zat
radioaktif kemana mana. Juga bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Apabila kita mendengar kata radiasi
nuklir atau unsur-unsur radioaktif pada tayangan tersebut, yang terbayang dalam benak kita adalah
ledakan bom atom, orang yang terkena kanker dan bayangan-bayangan mengerikan lainnya. Padahal,
kalau kita membaca buku fisika atau kimia mengenai radiasi nuklir dan partikel radioaktif (radionuklida),
kita akan tahu bahwa sebenarnya yang kita makan, kita hirup dan kita serap sehari-hari juga mengandung
hal-hal itu. Jadi radiasi nuklir atau partikel radioaktif bukanlah semata-mata sesuatu yang terpendam di
bumi dan diambil orang untuk membuat bom atom atau untuk mencemari lingkungan dengan air
radioaktif, seperti yang banyak dipropagandakan.

Anda mungkin juga menyukai