Anda di halaman 1dari 5

E.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Pembelajaran PBL

Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia
nyata scbagai acuan bagi siswa untuk belajar memecahkan masalah. Model pembelajaran PBL
menerapkan pengetahuan serta konsep yang telah didapatkan dari materi pelajaran, sehingga siswa
akan terdorong untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

Model PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang kemampuan berfikir berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari mata pelajaran. Model
PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran mandiri yang terlibat langsung secara aktif dalam
pembelajaran berkelompok (Sumarmi, 2012:148).

Menurut Sumarmi (2012: 147) "Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran
yang menantang siswa untuk belajar, bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk
memecahkan masalah-masalah di dunia nyata. PBL mempersiapkan siswa berpikir kritis, analisis, dan
menemukan dengan mengunakan berbagai macam sumber". Guru hanya sebagai pembimbing,
fasilitator, dan motivator dalam pembelajaran yang membantu mengaplikasikan materi pembelajaran
dengan permasalahan nyata yang ada.

2. Kelebihan Model PBL

Model PBL mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dengan keterampilan-


keterampilan yang dimiliki dari perolehan diperoleh siswa di dalam kelas yang diberikan oleh guru.
Agnew (dalam Sumarmi, 2012:149) menyatakan bahwa model PBL akan membuat siswa belajar secara
mendalam untuk memahami konsep dan mengembangkan keterampilan. PBL menjadikan siswa
menjadi lebih terampil dalam memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar. Siswa juga
mampu mengembangkan ide pemikirannya secara luas berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Sumarmi (2012:159) manfaat penggunaan PBL adalah: (a) menggambarkan


kemampuan berpikir siswa sehingga tidak hanya tambahan berpikir ketika pengetahuan bertambah
sehingga tidak hanya pengetahuan yang bertambah,. proses Proses berpikir merupakan serentetan
keterampilan seperti pengumpulan informasi atau data, membaca data, dan lain-lain yang
penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan; (b) membina pengembangan sikap hukuman
ingin tahu lebih jauh dan cara berpikir objektif, mandiri, kritis, dan analitis baik individu maupun
kelompok; dan (c) siswa mampu menghadapi permasalahan di lingkungan sekitarnya sehingga
berusaha menggerakkan segala kemampuan untuk memperoleh pemecahan masalah.

Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan student-centered (berpusat pada siswa),


dimana siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan mencari sumber dan memecahkan masalahnya.
Siswa memecahkan masalah secara mandiri dengan mencari informasi dan data terkait masalah
tersebut, sehingga hasil yang didapatkan siswa lebih bermakna. Hasil yang didapatkan juga digunakan
dalam kehidupan siswa di masyarakat secara langsung. Cosgriff, dkk (dalam Sumami, 2012)
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah membuat: (a) siswa mampu mempresentasikan
problem-problem autentik; (b) Siswa siswa mampu menyampaikan permasalahn secara lisan; (c)
siswa memiliki keterampilan dalam mengumpulkan dan mengalisis data;dan (d) siswa dapat
meringkas sekaligus menemukan segala sesuatu kemungkinan.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka diindikasikan kelebihan model
PBL adalah sebagai berikut: (a) menyajikan permasalahan nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa;
(b) mengembangkan keterampilan berpikir dengan memecahkan masalah yang ada; (c) siswa lebih
terampil dan kreatif dalam memecahkan masalah; dan (d) pendekatan pembelajaran "student-
centered" dimana siswa dapat mentransfer pengetahuannya kedalam ke dalam masalah nyata dan
menemukan pengetahuan serta pemahaman secara mandiri mengenai suatu materi.

3. Kekurangan Model PBL

Model PBL selain memiliki kelebihan juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan model
PBL menurut Sanjaya (dalam Wulandari, 2012) antara lain: (a) siswa tidak memiliki minat atau tidak
memiliki kepercayaan tentang masalah yang perlu dipecahkan dan akan membutuhkan enggan untuk
mencoba; (b) berhasil model pembelajaran PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; dan (c)
tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan maslah yang sedang dipelajari tanpa
pemahaman masalah yang sedang mereka pelajari, maka mereka tidak ingin belajar apa yang ingin
mereka pelajari maka mereka tidak akan mempelajarinya.

4. Tahap Implementasi Pembelajaran Model PBL

Model PBL dalam pelaksanaannya tergantung pada guru sebagai fasilitator yang menyediakan
kompetensi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Peran guru dalam pembelajaran dengan
model PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi menanyakan masalah,
dan berdialog yang kemungkinan memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.

Menurut Johnson (dalam Sumarmi, 2012), langkah-langkah pembelajaran berdasarkan


masalah adalah sebagai berikut: (a) tahap pertama orientasi siswa pada masalah; (b) tahap kedua
mengorganisasikan siswa untuk belajar; (c) tahap ketiga membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok; (d) tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan (e) tahap kelima
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Tahapan-tahapan pembelajaran model PBL yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah: (a) mengorientasikan siswa pada masalah dimana siswa memilih permasalahan yang disajikan
oleh guru untuk dipecahkan; (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa
membagi tugas dalam kelompok; (c) melakukan pemecahan masalah, siswa mencari informasi dan
mengumpulkan data untuk memecahkan masalah; (d) mengembangkan dan menyusun hasil; dan (e)
menganalisis dan memperbaiki proses dan hasil pemecahan masalah.

Peran guru pada pembelajaran PBL adalah fasilitator yang menghubungkan masalah yang ada
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali potensi atau kemampuan yang ditawarkan dengan cara menambah pengetahuan tentang
permasalahan yang akan dipelajari. Pemahaman siswa secara mandiri diharapkan dapat memberikan
solusi dan saran tentang masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.

F. Mata Pelajaran Sistem Komputer

Sistem Komputer merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah menengah kejuruan yang
terdapat dalam kelompok C2 (Dasar Program Keahlian). Berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2017,
Sistem Komputer disampaikan di kelas X semester 1 dan 2 di semua program keahlian Sekolah
Menengah Kejuruan. Materi mata pelajaran Sistem Komputer yang digunakan penelitian yaitu pada
KD 3.10 tentang Menganalisa struktur CPU dan fungsi CPU. Materi yang akan dibahas pada KD ini yaitu
tentang pengertian struktur CPU, komponen utama CPU, cara kerja CPU, fungsi CPU, dan menyajikan
struktur CPU beserta penjelasannya.
G. Penelitian Relevan

Terdapat penelitian terdahulu yang diperoleh hasil yang relevan untuk mendukung penelitian
ini Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hasil yang relevan,
diantaranya: penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2012) dengan judul "Penerapan Model
Pembelajaran Group Investigation (GI) Berbasis Lapangan Untuk untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Kota Blitar". Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran GI keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan.
Penelitian ini dianggap relevan karena model pembelajaran dan salah satu variabel penelitian yaitu
keaktifan yang digunakan sama, namun jenis penelitian, mata pelajaran, dan tempat penelitian
berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2012) dengan judul "Pengaruh Faktor Keaktifan
Dan Variasi Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Dasar Pemrograman Pascal". Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa terdapat interaksi antara tingkat keaktifan siswa dan penggunaan
metode pembelajaran terhadap hasil belajar Dasar Pemrograman Pascal,. hasil Hasil belajar yang
paling berbeda yaitu hasil belajar siswa dengan tingkat keaktifan tinggi yang mengikuti pembelajaran
experimental method dan discovery method. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tidak ada
perbedaan yang signifikan pada hasil belajar Dasar pemrograman Pemrograman Pascal antara
kelompok siswa dengan tingkat keaktifan tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan experimental
method dan discovery methodpada method pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Blitar. Penelitian ini
dianggap relevan karena jenis penelitian dan salah satu variabel penelitian yaitu keaktifan yang
digunakan sama, namun modcl pembelajaran, mata pelajaran, dan tempat penelitian berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuhanto (2013) dengan judul "Penerapan Model Problem
Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran
Komputer (KK6) Di SMKN 2 Wonosari Yogyakarta" menunjukan hasil penelitian dan analisis data yang
diperoleh bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dianggap relevan karena model pembelajaran dan variabel penelitian yaitu keaktifan dan
hasil belajar yang digunakan sama, namun jenis penelitian, mata pelajaran, dan tempat penelitian
berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendarman (2015) dengan judul "Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Pemrograman Dasar pada Siswa Kelas X TKJ SMKN 2 Probolinggo". Hasil dari penelitian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran PBL aktivitas dan hasil belajar
siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik mengalami peningkatan. Penelitian ini dianggap
relevan karena model pembelajaran dan variabel penelitian yaitu aktivitas dan hasil belajar yang
digunakan sama, namun jenis penelitian, mata pelajaran, dan tempat penelitian berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2015) dengan judul "Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar dalam
Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Jenangan Kabupaten
Ponorogo". Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran PBL keaktifan dan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
mengalami peningkatan. Penelitian ini dianggap relevan karena model pembelajaran dan variabel
penelitian yaitu keaktifan dan hasil belajar yang digunakan sama, namun jenis penelitian, mata
pelajaran, dan tempat penelitian berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017) dengan judul "Interaksi Keaktifan Siswa dengan
Penerapan Model Pembelajaran Talking Chips dan Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Dasar
Jaringan Komputer pada Siswa Kelas X di SMKN Winongan, Pasuruan". Hasil penelitian menycbutkan
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa, terdapat interaksi antara faktor keaktifan
dengan penerapan model pembelajaran, terdapat perbedaaan yang signifikan antar kelompok
keaktifan dan penerapan model, serta terdapat perbedaan pada empat kelompok faktor yang
diujikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kelompok siswa keaktifan tinggi dengan
penerapan model pembelajaran Talking Chips dan kelompok siswa keaktifan rendah dengan
penerapan model pembelajaran Discovery Learning yang memiliki perbedaan paling signifikan
diantara beberapa kelompok eksperimen yang diujikan. Penelitian ini dianggap relevan karena jenis
penelitian dan variabel penelitian yaitu keaktifan dan hasil belajar yang digunakan sama, namun
model pembelajaran, mata pelajaran, dan tempat penelitian berbeda.

H. Kerangka Berpikir

Sistem Komputer merupakan mata pelajaran untuk program keahlian TKJ di SMK PGRI Wlingi
yang diajarkan di kelas X semester satu dan dua. Sistem Komputer merupakan salah satu mata
pelajaran dalam kelompok C2 (dasar program keahlian) yang tidak mewajibkan siswa untuk
melakukan praktikum. Keaktifan belajar dari siswa diperlukan dalam mata pelajaran ini karena siswa
harus bisa menggali informasi lebih banyak dan akurat untuk memahami materi yang diajarkan.

Perlu diberikan model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
untuk dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Proses pembelajaran yang selama ini diterapkan dalam
kelas yaitu model PBL, namun penggunaan model ini belum dilaksanakan dengan maksimal. Selama
proses pembelajaran berlangsung, guru masih menjadi pusat perhatian siswa, padahal dalam model
ini seharusnya guru dijadikan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan masalah.

Model GI dapat dijadikan sebagai altermatif agar siswa aktif belajar di dalam kelas, Model ini
merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran
untuk memecahkan masalah melalui berbagai konsep dan penyelidikan yang dilakukan secara
berkelompok. Sehingga, model pembelajaran ini menuntut siswa untuk belajar secara aktif dengan
berdiskusi kelompok untuk melakukan suatu investigasi atau penyelidikan terhadap suatu topik
permasalahan.

Penelitian ini awal mulanya membagi dua kelas menjadi empat kelas dengan
mengelompokkan keaktifan tinggi dan rendah. Penentuan pengelompokan keaktifan siswa dilakukan
dengan cara observasi terlebih dahulu menggunakan lembar observasi. Setelah mendapat
pengelompokan keaktifan, maka terbentuk empat kelas eksperimen antara lain: kelompok siswa
keaktifan tinggi menggunakan model GI, kelompok keaktifan rendah menggunakan model GI,
kelompok keaktifan tinggi menggunakan model PBL, dan kelompok keaktifan rendah menggunakan
model PBL. Selanjutnya, empat kelas eksperimen akan diberikan materi yang sama yaitu Struktur dan
Fungsi CPU yang terdapat di KD 3.10. Sehingga dapat menghasilkan perbedaan hasil belajar ranah
kognitif antara empat kelas eksperimen tersebut. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

Anda mungkin juga menyukai